Tinta Media: Hidup
Tampilkan postingan dengan label Hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hidup. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Maret 2024

Korupsi Taspen, Potret Hidup Kian Memprihatinkan



Tinta Media - Korupsi tidak lagi menjadi kasus yang baru terjadi di negeri ini. Berulang kali kasus korupsi terjadi, tanpa ada solusi pasti dan memberikan efek jera pada para pelaku. 

Cerminan Sistem Rusak 

Belum lama, terungkap lagi kasus korupsi. Kali ini terjadi di lembaga Taspen, yang merupakan lembaga tabungan dan asuransi pegawai negeri yang menjamin keuangan pegawai saat telah merampungkan masa kerjanya. Biasanya taspen disebut juga tabungan hari tua yang selalu ditarik dari gaji selama pegawai tersebut mengabdi menjadi aparatur sipil negara. 

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan sedang menyidik dugaan kasus korupsi di PT Taspen (Persero). Berdasarkan keterangan KPK, kasus tersebut telah dinyatakan memasuki tahap penyidikan. Artinya, telah ditetapkan tersangka dalam kasus tersebut. Berbagai alat bukti masih dalam proses pengumpulan. Juru bicara KPK, Ali Fikri menyatakan, kerugian negara atas korupsi tersebut mencapai ratusan milyar rupiah (cnbcindonesia.com, 8/3/2024). Terkait dugaan kasus tersebut, Kementerian BUMN telah menetapkan satu nama, yakni Antonius NS Kosasih. Buntutnya, BUMN pun menonaktifkan Antonius NS Kosasih dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT. Taspen.  

Menurut LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara), harta ANS Kosasih bertambah Rp 7,68 miliar selama masa kepemimpinannya di Taspen. Harta kekayaannya meningkat signifikan, berupa tanah, bangunan, alat transportasi, dan kas serta setara kas (cnbcindonesia.com, 14/3/2024). Berbagai jabatan fantastis pernah didudukinya. Di antaranya, CFO PT Inhutani, dan Presiden Direktur yang juga merangkap sebagai Direktur SDM dan Umum PT Transportasi Jakarta periode 2014-2016. 

Buruknya integritas sumber daya manusia saat ini menjadi salah satu pemicu tingginya kasus korupsi. Inilah hasil dari sistem pendidikan sekularisme yang kini diterapkan. Konsep sekularisme kapitalistik menjadi asas utama pendidikan. Wajar saja, sistem tersebut akhirnya melahirkan watak sumber daya rakus yang tidak mempunyai batasan yang jelas. Konsep pemisahan agama dari kehidupan yang mengakibatkan kekeliruan pola pikir sehingga menciptakan pola sikap yang absurd. Agama tidak pernah menjadi konsep mendasar dalam sistem sekularisme. Kekayaan materi menjadi salah satu tolok ukur standar kebahagiaan. Wajar saja, tindakan korupsi menjadi subur dalam sistem rusak tersebut. 

Sistem ini pun diperparah dengan diterapkannya sistem politik demokrasi yang memberikan kesempatan besar terhadap berbagai kecurangan. Kekuasaan diraih dengan modal besar. Sehingga jabatan politik menjadi kesempatan emas untuk memperkaya diri untuk mengembalikan modal. 

Di sisi lain, kebijakan negara tidak mampu memberikan hukuman yang pasti bagi para koruptor. Sehingga sama sekali tidak menimbulkan efek jera. Hukum dalam sistem politik demokrasi saat ini sangat lemah dan rentan kasus jual beli perkara. Lagi-lagi karena rendahnya kualitas sumber daya manusia sebagai refleksi buruknya sistem destruktif. 

Sistem Islam, Menjaga Kualitas Sumber Daya Manusia 

Sistem Islam, satu-satunya sistem yang mampu mengeliminasi tindakan korupsi secara sistematis dan nyata. 

Korupsi merupakan tindakan pengkhianatan yang hukumnya haram secara syariat Islam. Korupsi adalah bentuk sikap khianat atas amanah yang diberikan. Demikian ditulis dalam kitab Nidzamul Uqubat yang ditulis Abdurrahman Al Maliki. 

Islam memiliki mekanisme yang mampu menuntaskan masalah korupsi hingga ke akarnya. 

Pertama, sistem politik Islam diterapkan sebagai sandaran pengaturan negara. Hal tersebut mampu menjaga setiap individu berpegang teguh pada nilai kejujuran atas landasan iman kepada Allah SWT. Politik dalam Islam adalah pengurusan seluruh urusan umat. Dan hal tersebut akan dipertanggungjawabkan di hari hisab kelak. 

Rasulullah SAW bersabda, 

"Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin." (HR. Muslim) 

Kedua, korupsi mampu dinolkan dalam sistem pendidikan berpondasikan akidah Islam. Dengan demikian, setiap individu mampu terikat aturan syara' dengan sempurna sebagai bentuk ketundukan pada aturan Allah SWT. Sumber daya manusia yang terlahir adalah individu penuh iman dan takwa, senantiasa waspada terhadap segala bentuk kemaksiatan dan pelanggaran hukum syara'. Sehingga mampu terbentuk pola pikir dan pola sikap yang senantiasa menyandarkan tingkah laku dan prosesnya pada syariat Islam. 

Ketiga, sistem sanksi yang melahirkan efek jera. Negara mampu menetapkan kebijakan dan  peraturan berdasarkan hukum syariat Islam yang adil dan menghindarkan setiap individu dari kezaliman. Korupsi dikategorikan sebagai perbuatan menzalimi rakyat. Hukumannya bervariasi tergantung kerugian yang diakibatkannya. Mulai dari hukuman penjara, pengasingan hingga hukuman mati. Dan semuanya ditetapkan oleh negara. 

Dengan demikian masalah korupsi mampu dituntaskan dengan solusi yang mendasar. 

Semua konsep tersebut hanya mampu diterapkan dalam sistem Islam berinstitusikan khilafah.  Kepemimpinan yang amanah akan melahirkan pengurusan kepentingan umat yang jauh dari khianat.
 
Wallahu alam bisshowwab.


Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor 

Selasa, 05 Maret 2024

Biaya Hidup Menggila, Derita Rakyat Semakin Bertambah



Tinta Media - Miris dan sedih, inilah gambaran perasaan yang rakyat saat ini. Bagaimana tidak, negara yang kaya akan sumber daya alam, lahan pertanian yang subur, lautan yang luas, dan berbagai kekayaan alam lainnya tidak bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Yang ada, justru beban rakyat semakin tinggi dan derita rakyat pun semakin bertambah. Betapa sedih, di tengah kekayaan alam yang melimpah, terdapat banyak rakyat yang meronta-ronta dalam kesulitan.

Baru-baru ini, masyarakat dihadapkan pada kenaikan harga beras yang melambung tinggi. Padahal, beras adalah bahan pokok utama yang begitu dibutuhkan oleh seluruh masyarakat. Tidak lama, kenaikan itu diikuti pula dengan tingginya harga bahan-bahan pokok yang lain, seperti telur, cabai, dan sebagainya. 

Di tengah mahalnya harga bahan-bahan pokok, masyarakat pun kembali dikejutkan dengan kabar naiknya tarif listrik mulai Maret 2024. Penyesuaian tarif tenaga listrik memang dilakukan setiap tiga bulan. Adapun beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penetapan tarif listrik adalah nilai tukar mata uang dollar AS terhadap mata uang rupiah (kurs), Indonesian Crude Price, Inflasi dan/atau harga batu bara acuan. (kompas.com, Jumat 23/02/2024).

Listrik sebagai sumber energi, seharusnya diberikan dengan harga murah atau gratis. Negara seharusnya mengelola sendiri kebutuhan energi rakyat. Sayangnya, hari ini pasokan listrik PLN juga tergantung pada pasokan swasta, sementara swasta orientasinya adalah keuntungan. Maka, sudah pasti inilah salah satu faktor yang membuat naiknya tarif listrik.

Naiknya tarif listrik di saat harga pangan naik jelas akan menambah derita rakyat. Apalagi, saat ini juga marak adanya PHK sehingga kehidupan rakyat semakin sulit. 

Dalam sistem kapitalisme, negara tidak berperan sebagai raa'in sehingga rakyat dibiarkan berjuang sendirian untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, kalaupun ada subsidi, sejatinya hanya sekadar tambal sulam, tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan rakyat.

Ini berbeda dengan sistem Islam. Islam menjadikan negara sebagai raa'in (pengurus) yang akan menjamin kesejahteraan rakyat dengan berbagai mekanisme sesuai dengan sistem ekonomi islam. 

Negara juga akan menjamin terpenuhinya energi melalui pengelolaan sumber daya alam secara mandiri, tidak bergantung kepada negara lain. Hasilnya dikembalikan kepada rakyat dengan harga murah, bahkan gratis. 

Dalam Islam, negara benar-benar menjamin kebutuhan pokok rakyat individu per individu, karena tugas negara adalah melayani rakyat dengan sebaik-baiknya.

Demikianlah, betapa indahnya hidup dalam naungan Islam. Khilafah benar-benar menunaikan tugasnya sebagai raa'in bagi rakyat, sehingga berbagai kesulitan yang menimpa saat ini akan tuntas dengan sempurna. Wallahu a'lam bishawab.


Oleh: Agustriany Suangga
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 10 Februari 2024

Tingginya Beban Hidup, Fitrah Ibu Meredup



Tinta Media - Rohwana alias Wana (38 tahun), seorang ibu di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, ditangkap polisi karena terlibat pembunuhan. 

Perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai buruh itu membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkan ke ember berisi air setelah dilahirkan.
Bayi itu kemudian dibuang ke semak-semak dalam kebun milik warga sekitar, kata Kasat Reskrim Polres Belitung, AKP Deki Marizaldi, kepada kumparan, Rabu (24/1). 

Kepada polisi, Rohwana mengaku tega membunuh bayinya karena tidak menginginkan kelahirannya dan tidak cukup biaya untuk membesarkan. Rohana memiliki suami yang bekerja sebagai buruh dengan dua anaknya yang masih hidup.


Faktor Ekonomi 

Wakapolres Belitung Kompol Yudha Wicaksono mengungkapkan motif pelaku tega membunuh dan membuang bayinya disebabkan motif ekonomi. Tingginya beban hidup telah mematikan fitrah keibuan. Seharusnya seorang ibu adalah wanita lembut yang penuh kasih sayang pada anaknya, perjuangan dari mengandung sampai melahirkan menjadikan ikatan emosional yang kuat antara ibu dan anak menumbuhkan jalinan kasih di antara keduanya. 

Tentu ada banyak faktor yang berpengaruh. Lemahnya ketahanan iman, tidak berfungsinya keluarga sehingga ibu juga terbebani pemenuhan ekonomi, lemahnya kepedulian masyarakat, dan tidak adanya jaminan kesejahteraan dari negara atas rakyat bagi individu per individu. Semua berkaitan erat dengan sistem yang di terapkan negara. Sayangnya, sistem saat ini menjadikan seorang ibu turut menanggung beban ekonomi keluarga, sehingga kelahiran anak di anggap menjadi beban tambahan. Seharusnya negara tampil terdepan sebagai pelindung bagi kaum ibu, mengondisikan masyarakat dan keluarga agar peduli pada keselamatan jiwa dan raga ibu beserta janin yang dikandungnya. 

Namun, perlindungan itu tidak di jalankan oleh penguasa, negara tidak memfungsikan dirinya sebagai pelindung rakyat. Akibatnya, tidak menutup kemungkinan akan ada lagi kejadian serupa seorang ibu yang dengan tega membunuh anak yang telah di melahirkannya, bahkan Indonesia adalah negara yang memiliki kasus tertinggi seorang ibu sanggup mematikan hati nuraninya untuk membunuh darah dagingnya sendiri. 

Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan ibu dan anak melalui berbagai mekanisme. baik jalur nafkah, seorang ibu atau istri berhak mendapatkan nafkah dari suaminya atau walinya, dengan demikian seorang ibu tidak menanggung beban    ekonomi keluarga.


Masyarakat Islam


Di dalam masyarakat Islam sangat menjunjung tinggi prinsip _taawwun._ Ketika di tengah-tengah masyarakat kedapatan satu keluarga mengalami kekurangan secara ekonomi, maka anggota masyarakat yang lain akan dengan suka rela membantu meringankan beban atau kesulitan saudaranya dengan memberikan sedekah, memberikan tawaran pekerjaan bagi kepala keluarga, dan memberikan bentuk bantuan lainnya yang dibutuhkan.

Dalam sekop negara juga memberikan santunan kepada warga yang terkategori fakir atau miskin. 

Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu, yang meniscayakan ketersediaan dana untuk mewujudkannya. Kepedulian sistem Islam dapat memberikan kesejahteraan secara merata. Dari segi ekonomi Islam negara memiliki 12 pos pemasukan yang dengan itu negara memiliki dana yang sangat cukup untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Dengan di terapkannya sistem Islam secara menyeluruh di dalam naungan sebuah negara, maka kesejahteraan masyarakat terlebih para kaum ibu dan anak terpenuhi sehingga kesehatan mental jiwa dan raga mereka baik, yang berdampak pada baiknya seorang ibu dalam mendidik serta mengasuh anak-anaknya sebagai generasi Islam yang tangguh dan cemerlang. 

Wallahu a'lam bisshawab 

Oleh: Fuji Ummu Alif
Ummu warobbatul bait

Minggu, 04 Februari 2024

Tingginya Beban Hidup Mematikan Fitrah Keibuan


 
Tinta Media - Ibu memiliki peran yang signifikan dalam keluarga, sebab sifat penyayang dan lembut ada pada perempuan. Karena itu, seorang ibu memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan karakter anaknya.  Seorang ibu akan melakukan apa saja untuk keluarganya. Termasuk dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Namun bagaimana jika ternyata fitrah seorang ibu yang penyayang justru minim akibat tingginya beban hidup. Seorang ibu yang tega membunuh anaknya karena faktor ekonomi. Tingginya beban hidup justru telah mematikan fitrah keibuannya. 

Seperti seorang ibu di kabupaten Belitung, Bangka Belitung, bernama Rowana alias Wana (38 tahun) ditangkap polisi karena terlibat dalam pembunuhan anaknya sendiri. Ia yang berprofesi sebagai buruh itu tega membunuh bayinya sendiri yang baru saja dilahirkannya dengan cara menenggelamkannya di dalam ember yang berisi air kemudian di buang ke semak-semak dalam kebun milik warga. Kejadian itu terjadi pada Kamis, 18 Januari 2024, sekitar 21.00 WIB. Ia melakukannya seorang diri tanpa bantuan siapa pun bahkan pelaku merahasiakan kehamilannya kepada suaminya sendiri. Ia tega membunuh bayinya akibat tidak sanggup membiayainya.  (Sumber bangka.tribunnesw.com) 

“Ibu ini ada dua anaknya, semua sudah besar. Dan anak ketiga ini (korban) dibunuh karena alasannya faktor ekonomi. Dia tidak kehendaki anak itu,” ujar AKP Deki Marizaldi, kepada Kumparan, Rabu (24/1). 

Akibat perbuatannya, Rowana dijerat Pasal 338 KUHP atau pasal 305 KUHP Jo Pasal 306 Ayat 2 KUHP atau Pasal 308 KUHP. (Sumber Kumparan.com) 

Sungguh miris, kasus pembunuhan terhadap anak kian terjadi, tingginya beban hidup mematikan fitrah keibuan seorang perempuan. Tentu banyak faktor yang berpengaruh. Lemahnya ketahanan iman, tidak berfungsinya keluarga sehingga ibu juga terbebani pemenuhan ekonomi, lemahnya kepedulian masyarakat, dan tidak adanya jaminan kesejahteraan negara atas rakyat individu per individu. Semua berkaitan erat dengan sistem yang diterapkan negara. Sistem kapitalisme lahir dari akidah sekularisme, akidah yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga manusia menjalani kehidupannya bukan berdasarkan pada aturan Allah namun diatur oleh aturan yang dibuat manusia itu sendiri. Sehingga terwujudlah individu yang minim keimanan, masyarakat apatis dan negara yang abai terhadap perannya terhadap umat, sehingga beban bagi seorang ibu ketika ingin membesarkan anak-anaknya. 

Berbeda halnya dengan sistem Islam, dalam sistem Islam merawat dan menjaga fitrah keibuan. Jika fitrah ini terwujud dengan optimal pada Perempuan, maka generasi akan terdidik dengan benar. Fitrah keibuan merupakan perwujudan dari gharizah nau’ (naluri berkasih sayang) yang ada dalam diri setiap manusia. Jaminan kehidupan berkaitan erat dengan kesejahteraan yang tidak mungkin diwujudkan per individu namun membutuhkan peran negara. Maka Islam mengatur agar negara menjadi support system bagi para ibu dan anak agar mereka mendapatkan jaminan kesejahteraan. 

Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan ibu dan anak melalui berbagai mekanisme, baik itu dari jalur nafkah, dukungan masyarakat dan santunan negara. Dalam jalur nafkah, syariah menetapkan bahwa menjadi tanggung jawab laki-laki untuk mencari nafkah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah/2: 233 sebagai berikut: 

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf… “(Q.S. Al-Baqarah/2: 233) 

Dan firman Allah dalam Al-Quran Surah An-Nisa ayat 34 sebagai berikut: 

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan Sebagian mereka (laki-laki) atas Sebagian yang lain (Perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka Perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri Ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)…” (QS. An-Nisa/4: 34) 

Nafkah berkaitan erat dengan pekerjaan, dan itu tidaklah cukup hanya pada individu semata namun harus ada juga lapangan pekerjaan, maka Islam mewajibkan negara menjadi penanggung jawab tersedianya lapangan pekerjaan dan memadai. Tidak ada seorang laki-laki pun yang tidak bekerja. Selain itu, Islam juga memerintahkan kehidupan masyarakat dilandasi dengan ikatan akidah dengan begitu tolong menolong (ta’awun) antar masyarakat menjadi dukungan tersendiri bagi seorang ibu untuk mengasuh anak-anak mereka. 

Jika pun seorang ibu mendapatkan qodho suami meninggal atau kehilangan kemampuan mencari nafkah, Islam juga punya mekanisme agar mereka tetap mendapatkan jaminan kesejahteraan. Jalur penafkahan akan beralih ke saudaranya, jika tidak memiliki saudara maka tanggung jawab itu akan beralih kepada negara. Alokasi jaminan tersebut akan diambil dari Baitul maal, tidak hanya itu, Islam juga mewajibkan negara menjamin harga pangan terjangkau oleh masyarakat. Dengan begitu maka para ibu dapat menyiapkan kebutuhan gizi anak dan keluarga dengan baik. Islam juga mengatur kebutuhan dasar publik seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-lain juga dijamin oleh negara secara mutlak. Rakyat mendapatkannya secara gratis dan berkualitas karena kebutuhan publik tersebut dibiayai oleh Baitul maal. (Sumber MMC) 

Dengan demikian kesejahteraan akan dirasakan oleh setiap orang termasuk para ibu dapat mengasuh anaknya dengan optimal tanpa rasa khawatir terhadap masalah ekonomi, sehingga dapat menjaga fitrah seorang ibu. Allahu A’lam Bisshawab[]

Selasa, 19 Desember 2023

Hiduplah bersama Al-Qur’an



Tinta Media - Sobat. Hidup bersama Al-Qur’an selalu menguntungkan dan tidak pernah rugi. Melihat dan membolak-balikkan mushaf Al-Qur’an adalah perbuatan ibadah. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan khidmat adalah ibadah. Membacanya, apalagi dengan tadabbur adalah sebaik-baiknya ibadah. Mengkaji kandungannya adalah ibadah. Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain adalah ibadah. 

Sobat. Ketika  seorang berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang terserap dalam dirinya adalah keindahan, kesejukan, dan kedamaian. Kalam-Nya adalah citra diri-Nya Yang Mahaindah, Mahakasih (Rahman) dan Mahasayang (Rahim). 

Allah SWT berfirman : 

وَهَٰذَا كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ مُبَارَكٞ فَٱتَّبِعُوهُ وَٱتَّقُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ 

“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” ( QS. Al-An’am (6) : 155 ) 

Sobat. Ayat ini kembali menerangkan sifat-sifat dan kedudukan Al-Qur'an yang mencakup segala macam petunjuk dan hukum syariat yang dibutuhkan oleh umat manusia seluruhnya dan jin, untuk mencapai kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Kitab Taurat yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa penuh berisi ajaran-ajaran syariat dan petunjuk-petunjuk yang hanya dibutuhkan oleh Bani Israil untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, 

Sedangkan Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, berisi lebih banyak petunjuk dan lebih luas jangkauannya dari Kitab Taurat. Oleh karena itu, ikutilah petunjuknya dan laksanakan semua perintah dan larangan yang ada di dalamnya, agar kamu diberi rahmat, dan kamu diberi hidayah di dunia ini. 

Sobat. “Maksud dari kata diberkahi itu adalah Al-Qur’an itu banyak manfaat dan faedahnya dan Allah SWT akan memberikan keberkahan kepada siapa pun yang mengikuti dan mengamalkannya”, ujarnya. 

Beliau menambahkan karena sifat Al-Qur’an yakni mubarak (diberkahi) maka segala hal yang berkaitan dengan-Nya itu akan mendapatkan keberkahan. Seperti bashirah (Al-A’araf : 203), jiwa ( Al Isra’ : 82) , pahala dan rezeki (Al Ma’idah : 56). 

Allah SWT berfirman : 

وَإِذَا لَمْ تَأْتِهِم بِآيَةٍ قَالُوا لَوْلَا اجْتَبَيْتَهَاۚ قُلْ إِنَّمَا أَتَّبِعُ مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ مِن رَّبِّيۚ هَٰذَا بَصَائِرُ مِن رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ  

“Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Quran kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman". ( QS. Al-A’raf (7) : 203 ) 

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan tingkah laku teman-teman setan dalam usaha mereka menentang Nabi Muhammad, bilamana wahyu tidak datang kepada Nabi Muhammad disebabkan keterlambatan turunnya ayat, maka orang-orang musyrikin itu mendesak Nabi Muhammad agar beliau menciptakan sendiri ayat-ayat itu. Desakan mereka itu sebenarnya mengandung arti pengingkaran terhadap Al-Quran yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Sebab mereka memandang Al-Quran itu ciptaan Nabi Muhammad belaka, karena itu bisa dibuat kapan saja. 

Maka Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menjelaskan kepada mereka bahwa Al-Quran itu wahyu Allah yang diwahyukan kepadanya. Nabi hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadanya. Bukan haknya untuk mendesak Allah agar menciptakan sesuatu perkara, Nabi hanya dapat menunggu wahyu yang akan disampaikan kepadanya, untuk disampaikan pula kepada umatnya. Jika tidak ada dia tidak boleh mengubah sendiri Al-Quran karena Al-Quran itu adalah kalam Allah, dia mempunyai tiga fungsi bagi orang-orang yang beriman sebagaimana dijelaskan Allah dalam ayat ini. 

Pertama, sebagai bukti yang nyata dari Allah untuk menunjukkan keesaan-Nya, kenabian Muhammad dan hari Kiamat. Siapa yang memperhatikan dan merenungkan isi Al-Quran, tentu akan yakin bahwa Al-Quran itu dari Allah SWT. 

Kedua, sebagai petunjuk atau pedoman yang membimbing manusia dalam mencari kebenaran dan jalan yang lurus. 

Ketiga, sebagai rahmat dalam kehidupan manusia dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman. Al-Quran memberikan peraturan-peraturan dan ajaran-ajaran yang mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh kaum Muslimin untuk kehidupan mereka sehari-hari. 

Allah SWT berfirman : 

وَمَن يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ  

“Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” ( QS. Al-Maidah (5) : 56 ) 

Sobat. Ayat ini merupakan jaminan Allah kepada orang mukmin yang telah menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang mukmin menjadi pemimpin dan penolongnya. Allah menjamin dan menjanjikan kemenangan bagi mereka. Mereka dinamakan "hizbullah", penganut agama Allah yang setia. Pertolongan Allah akan turun kepada mereka, sehingga mereka akan mendapat kemenangan yang paling gemilang. 

Allah SWT berfirman : 

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا 

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” ( QS. Al-Isra’ (17) : 82 ) 

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur'an kepada Muhammad sebagai obat dari penyakit hati, yaitu kesyirikan, kekafiran, dan kemunafikan. Al-Qur'an juga merupakan rahmat bagi kaum Muslimin karena memberi petunjuk kepada mereka, sehingga mereka masuk surga dan terhindar dari azab Allah. 

Al-Qur'an telah membebaskan kaum Muslimin dari kebodohan sehingga mereka menjadi bangsa yang menguasai dunia pada masa kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah. Kemudian mereka kembali menjadi umat yang terbelakang karena mengabaikan ajaran-ajaran Al-Qur'an. 

Dahulu mereka menjadi umat yang disegani, tetapi kemudian menjadi pion-pion yang dijadikan umpan oleh musuh dalam percaturan dunia. Karena mereka dulu melaksanakan ajaran Al-Qur'an, negeri mereka menjadi pusat dunia ilmu pengetahuan, perdagangan dunia, dan sebagainya, serta pernah hidup makmur dan bahagia. Ayat ini memperingatkan kaum Muslimin bahwa mereka akan dapat memegang peranan kembali di dunia, jika mau mengikuti Al-Qur'an dan berpegang teguh pada ajarannya dalam semua bidang kehidupan. 

Sebaliknya jika mereka tidak mau melaksanakan ajaran Al-Qur'an dengan sungguh-sungguh, mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan agama dan masyarakat, serta hanya mementingkan kehidupan dunia, maka Allah akan menjadikan musuh-musuh mereka sebagai penguasa atas diri mereka, sehingga menjadi orang asing atau budak di negeri sendiri. 

Cukup pahit pengalaman kaum Muslimin akibat mengabaikan ajaran Al-Qur'an. Al-Qur'an menyuruh mereka bersatu dan bermusyawarah, tetapi mereka berpecah belah karena masalah-masalah khilafiah yang kecil dan remeh, sedangkan masalah-masalah yang penting dan besar diabaikan. 

Ayat ini juga mengingatkan kaum Muslimin bahwa bagi orang-orang yang zalim, yaitu yang ingkar, syirik, dan munafik, Al-Qur'an hanya akan menambah kerugian bagi diri mereka, karena setiap ajaran yang dibawa Al-Qur'an akan mereka tolak. Padahal, jika diterima, pasti akan menguntungkan mereka. 

Sobat. Dengan Al-Qur’an seorang akan diangkat derajatnya oleh Allah. Keberuntungan seseorang karena Al-Qur’an tidak terhenti di dunia saja namun juga di akhirat. Rasulullah SAW bersabda,” Bacalah olehmu Al-Qur’an, karena Al-Qur’an akan datang menjadi penolongmu pada hari kiamat nanti.” Marilah kita jadikan diri kita dan keluarga kita menjadi shahib Al-Qur’an, agar kita selamat di dunia sampai akhirat. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Senin, 01 Mei 2023

Temukan Hal yang Paling Penting dalam hidup Anda

Tinta Media - Sobat. Kesuksesan menemukan yang paling penting dalam hidup menentukan kebahagiaan yang paling indah. Maka janganlah ragu tetapkan yang paling penting dalam hidupmu, lalu melangkah, raih kemenangan. Rasulullah SAW bersabda, 

“ Tinggalkan apa-apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.” (HR at-Tirmidzi )

Allah SWT berfirman :

فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ 

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran (3) : 159)

Sobat. Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dalam Perang Uhud sehingga menyebabkan kaum Muslimin menderita, tetapi Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari beliau.

Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah dengan mereka dalam segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum Muslimin patuh melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah itu karena keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap berjuang dan berjihad di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum Muslimin selain Allah.

Sobat. Apa pun pilihanmu, yakini! Kita tak  mungkin bisa menyenangkan semua orang.

Allah SWT berfiman :
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ 
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” ( QS. Al-Hujurat (49) : 15 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menerangkan hakikat iman yang sebenarnya yaitu bahwa orang-orang yang diakui mempunyai iman yang sungguh-sungguh hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, tanpa keragu-raguan sedikit pun dan tidak goyah pendiriannya apa pun yang dihadapi. Mereka menyerahkan harta dan jiwa dalam berjihad di jalan Allah semata-mata untuk mencapai keridaan-Nya.

Orang mukmin di dunia ada tiga golongan: pertama, orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu dan berjihad fi sabilillah dengan harta dan dirinya. Kedua, orang yang tidak mengganggu harta dan diri orang lain. Ketiga, orang yang mendapatkan kemuliaan ambisi, ia meninggalkannya karena Allah. (Riwayat Ahmad dari Abu Sa'id al-Khudri)
 
Mereka itulah orang-orang yang imannya diakui oleh Allah. Tidak seperti orang-orang Arab Badui itu yang hanya mengucapkan beriman dengan lidah belaka, sedangkan hati mereka kosong karena mereka masuk Islam itu hanya karena takut akan tebasan pedang, hanya sekadar untuk mengamankan jiwa dan harta bendanya.

Sobat. Prioritaskan pilihanmu. Kita perlu belajar bagaimana menempatkan prioritas amal  sehingga semua bisa ditunaikan dengan optimal : Prioritaskan ilmu atas amal, dahulukan pemahaman atas hafalan, dahulukan kualitas atas kuantitas, dahulukan amal kontinyu atas yang putus-putus, dahulukan kepentingan umum atas pribadi, perioritaskan yang lama manfaatnya, prioritaskan yang luas manfaatnya, prioritaskan yang paling penting, wajib atas sunnah, dahulukan yang langgeng atas yang sesat, dahulukan amal hati atas amal anggota badan, mendahulukan yang pokok atas yang cabang.

Sobat. Dalam dakwah ada prioritas amal yang lebih penting sebelum yang lainnya. Keteladanan sebelum dakwah, dekatkan hati sebelum mengenalkan, kenalkan sebelum memberi beban, bebani secara bertahap. Berpikir prioritas  adalah kebiasaan positif. Tidak mau sibuk dengan hal-hal yang remeh dan tercela.

Sobat. Zerokan hatimu, netralkan hatimu dengan mengingat Allah, berdzikir dan Istighfar. Rasulullah SAW bersabda, “ Perbanyaklah mengingat penghancur  kelezatan, yakni kematian.” (HR. at-Trmidzi )

Sobat. Usia kita selalu bertambah, prestasi apa yang menyejarah? Setiap melangkah, sudahkah ilmu kita berbuah berkah? Banyak cara untuk bahagia. Bahagiakan diri dengan amal yang bermanfaat. Saat berbuat baik, kita bahagia, percaya diri, termotivasi untuk  memproduksi kebaikan demi kebaikan.

Allah SWT berfirman :

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ  

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” ( QS. Ar-Ra’du (13) : 28 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan orang-orang yang mendapat tuntunan-Nya, yaitu orang-orang beriman dan hatinya menjadi tenteram karena selalu mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir. Mereka melakukan hal-hal yang baik, dan merasa bahagia dengan kebajikan yang dilakukannya.

Sobat. Ketika kita telah menemukan dan memilih jalan yang benar maka fokuskanlah langkahmu. Mengambil apa yang sesuai kemampuan. Karena jalani dengan sepenuh  keridhaan agar dapat merasakan kenikmatan sepanjang perjalanan.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual 

Minggu, 26 Maret 2023

Indahnya Hidup di Bawah Petunjuk

Tinta Media - Ramadan bulan mulia karena di dalamnya terdapat banyak sekali keutamaan, terlebih karena Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup turun pada bulan berkah ini. 

Allah Swt. berfirman yang memiliki arti,

"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185).

Seorang muslim sudah selayaknya menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan dan kepemimpinan berpikir serta bersikapnya. Hal tersebut telah dicontohnya oleh Rasulullah saw. dalam seluruh aspek kehidupan, mulai bangun tidur hingga membangun negara. Tidak perlu ada teladan lain semisal Socrates, Plato, dan yang lainnya. Bisa dipastikan bahwa seorang hamba yang mengambil contoh bukan dari petunjuk  kehidupannya akan celaka, ibarat kereta api yang keluar dari relnya.

Mengambil teladan harus total dalam seluruh aspek kehidupan, baik dalam ranah ibadah maupun mu’amalah, tidak boleh mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian, karena hal tersebut justru dikecam sebagai orang yang ingkar.

Ibarat sebuah bangunan, akan berdiri kokoh serta megah dan kuat ketika pondasi yang menopangnya kokoh, maka tiang dan gentingnya juga akan berdiri kokoh. Artinya, ketika lman menancap kuat, maka akan melahirkan kepatuhan total yang sempurna. Dari situlah kemuliaan lslam dan kaum muslimin terlihat, hingga rahmat akan menyebar di sekitarnya. 

Sebagai individu, ia menunjukkan akhlak yang baik serta berani menyampaikan yang hak dan mencegah kebatilan, serta sabar menanggung risiko di dalamnya. Masyarakat pun terbiasa dengan saling menasihati untuk menjaga agar yang lain tidak terjatuh dalam kebinasaan. Sementara, penguasa melaksanakan fungsinya dengan baik, yaitu mengurusi keperluan urusan dasar masyarakat sekaligus melindunginya dari bahaya yang mengancam kehormatan, akal, harta, agama, keamanan, negara, dan jiwanya.

Sungguh, kehidupan akan berjalan dengan tenang dan berkah tatkala petunjuk/Qur’an diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Manusia, baik muslim maupun non-muslim bisa hidup sejahtera serta mendapat perlakuan yang sama dalam keadilan, kesehatan, serta pelayan umum yang lainnya. Hal tersebut pernah terjadi dalam sejarah panjang penerapan lslam.

Jiwa manusia akan terjaga dari bahaya apa pun. Nyawa manusia sangat dilindungi sehingga pembunuhan yang tidak hak, sanksinya adalah balik dibunuh. Jika ahli waris memaafkan, maka dikenakan kafarat sebesar 100 ekor unta dan yang 40 di antaranya sedang bunting. (Nidzam al-Uqubat, Al-Maliki, Abdurrahman hal 140).

Demikian berharga nyawa dalam lslam hingga sanksinya tidak main-main, membuat manusia akan berpikir ratusan kali ketika hendak melakukan pembunuhan. Bahkan, dilarang membunuh non-muslim yang mau tunduk pada aturan lslam. Pesan Nabi saw. jika membunuhnya, maka akan berperkara dengan beliau saw. kelak di akhirat.

Kisah mashur yang lain adalah ketika Umar bin Khathab menjadi Amirul Mu’minin. Beliau memberlakukan non-muslim dengan keadilan yang sama. Tatkala Amr bin Al-Ash hendak menggusur rumah kakek tua Yahudi untuk pembangunan masjid, si kakek keberatan serta mengadukan kepada Umar. Sebagai pemimpin tertinggi, Umar pun tidak memaksanya.

Ada lagi kisah Ali bin Abi Thalib yang kalah berperkara dengan Yahudi, tatkala baju besinya dicuri. Namun, di depan pengadilan Ali tidak bisa membuktikan bahwa baju besi itu adalah miliknya. Hakim memenangkan Yahudi, sekalipun Ali waktu itu sebagai kepala negara. Namun, tidak mesti ia harus menang. Hukum diberlakukan sama di hadapan semua rakyat. Keadilan merata buat semua, keadilan yang yang tidak ada bandingannya hingga hari ini.

Spanyol pun pernah merasakan indahnya hidup dalam naungan lslam selama 700 tahun. Tiga agama, yaitu lslam, Yahudi, dan Nasrani pernah hidup rukun berdampingan. Penguasa yang menerapkan lslam menjamin hak semua warga negara tanpa memandang ras, suku maupun agama. Sehingga, rakyat spanyol sendiri yang membantu Thariq bin Ziyad untuk melawan raja Roderick yang lalim, padahal Roderick adalah pemimpin mereka.

Islam pertama kali masuk ke Spanyol ketika negara tersebut diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. 

Begitulah gambaran indahnya hidup tatkala petunjuk diterapkan dalam sebuah tatanan bernegara. Penguasa amanah menjalankan kepimpinannya. Kebijakannya tak menyusahkan dan tak ada yang terzalimi. Kebaikan tersebar dan dirasakan semua manusia. Sebaliknya, tatkala manusia meninggalkan petunjuk dengan menerapkan sistem kapitalisme, hidup jadi sempit dan sengsara seperti saat ini. (QS Taha 124).
Allahu a’lam

Oleh: Umi Hanifah 
Sahabat Tinta Media

Minggu, 01 Januari 2023

Hidup Anda Dibentuk oleh Pikiran Anda

Tinta Media - Sobat. Pada hakikatnya, bahagia dan sengsara atau kegelisahan dan ketenangan bersumber pada diri sendiri. Manusialah yang memberi warna pada kehidupannya, senang atau susah, laksana air yang mengikuti warna wadah yang ditempatinya. Rasulullah SAW bersabda, “ Barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan, dan barangsiapa yang murka baginya kemurkaan itu.” ( HR. Tirmidzi )

Nilai suatu pekerjaan akan berubah dengan perubahan yang besar menurut pemikiran yang terlahir dari dalam jiwa. Perhatikan dua ayat berikut ini dan bagaimana keduanya menjelaskan sifat-sifat manusia :

وَمِنَ ٱلۡأَعۡرَابِ مَن يَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ مَغۡرَمٗا وَيَتَرَبَّصُ بِكُمُ ٱلدَّوَآئِرَۚ عَلَيۡهِمۡ دَآئِرَةُ ٱلسَّوۡءِۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٞ وَمِنَ ٱلۡأَعۡرَابِ مَن يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ قُرُبَٰتٍ عِندَ ٱللَّهِ وَصَلَوَٰتِ ٱلرَّسُولِۚ أَلَآ إِنَّهَا قُرۡبَةٞ لَّهُمۡۚ سَيُدۡخِلُهُمُ ٱللَّهُ فِي رَحۡمَتِهِۦٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ 

“Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah), sebagi suatu kerugian, dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu, merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi.” (QS. At-Taubah (9) : 98 -99 )

Sobat. Dalam ayat 98 ini diterangkan contoh lain dari sifat orang Badui yang munafik, yaitu mereka yang menyumbangkan sebagian dari harta benda mereka untuk berjihad di jalan Allah, akan tetapi dengan jalan riya. Mereka menganggap harta benda yang mereka berikan, baik karena ketaatan mereka maupun karena terpaksa demi menjaga keselamatan diri dan kaum mereka dari hal-hal yang tidak mereka inginkan. Mereka memandang bahwa infak tersebut sama sekali tidak mendatangkan kemanfaatan apapun bagi mereka di akhirat kelak, karena mereka tidak beriman pada adanya hari kebangkitan, di mana setiap orang akan menerima balasan atas segala perbuatan yang telah dilakukannya di dunia ini. Menurut keterangan Ibnu Zaid, orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah Bani Â'sad dan Bani Gathafan.

Selain sifat-sifat jelek di atas, orang-orang munafik tersebut selalu mengharapkan dan menanti-nanti datangnya malapetaka yang menimpa kaum Muslimin sehingga kekuatan mereka menjadi lemah. Bila hal itu terjadi, maka orang-orang munafik itu tidak perlu lagi menyumbangkan harta benda mereka untuk kepentingan jihad. Dalam kenyataannya, mereka selalu menunggu-nunggu agar kaum musyrik dan Yahudi dapat mengalahkan kaum Muslimin. 

Akan tetapi, setelah tipu daya mereka tidak membawa hasil, maka mereka menunggu wafatnya Rasulullah saw, karena mereka menganggap bahwa dengan wafatnya Rasulullah agama Islampun akan sirna dan lenyap dari muka bumi.

Karena sikap dan pandangan mereka yang semacam itu, maka dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa merekalah yang akan ditimpa malapeka itu, sedang kaum Muslimin tidak akan mengalami malapetaka bahkan mereka akan memperoleh pertolongan dari Allah. Di samping itu, musuh-musuh Islam akan menemui kegagalan serta ditimpa azab di dunia ini sebelum mendapat azab yang lebih hebat di akhirat kelak.

Pada akhir ayat ini kembali ditegaskan bahwa Allah Maha Mendengar segala ucapan hamba-Nya, yang mengekpresikan perasaan hatinya dan mengetahui rahasia yang terkandung dalam hati mereka, apakah itu berbentuk keimanan atau kekafiran, keikhlasan atau kemunafikan. Allah akan memberikan balasan kepada mereka akibat ucapan dan perbuatan mereka itu.

Sobat. Dalam ayat 99 ini dijelaskan bahwa tidak semua orang Arab Badui mempunyai sifat-sifat kekufuran dan kemunafikan seperti tersebut di atas. Bahkan sebagian dari mereka itu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dengan keimanan yang teguh. Mereka yakin tentang kemahakuasaan Allah atas semua makhluk-Nya, dan yakin pula tentang adanya hari akhir, di mana setiap orang akan menerima balasan atas semua perbuatan yang telah dilakukannya selama hidup di dunia.

Di samping keimanan kepada Allah dan hari akhir, mereka juga menginfakkan harta mereka di jalan Allah. Apa yang mereka infakkan itu mereka pandang sebagai suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mendapatkan doa Rasulullah saw, karena Rasulullah senantiasa mendoakan kebaikan untuk orang-orang yang suka bersedekah dan menginfakkan harta bendanya di jalan Allah. Rasulullah saw juga selalu memohonkan ampun kepada Allah untuk mereka. Doa kepada Allah adalah suatu perbuatan baik yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memintakan manfaat kepada Allah bagi orang lain. Misalnya doa dari anak yang saleh untuk ibu bapaknya. Menurut keterangan Mujahid, orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah Bani Muqrin dari kabilah Muzayyanah.

Selanjutnya ayat ini menjelaskan bahwa keimanan dan keikhlasan mereka serta infak yang mereka berikan dengan niat yang suci diterima Allah sebagai amal saleh yang bisa mendekatkan diri mereka kepada-Nya, Allah akan memberikan pahala kepada mereka, yaitu dengan mengaruniakan kepada mereka rahmat yang khusus diberikannya kepada orang-orang yang diridai-Nya, berupa petunjuk ke jalan yang lurus yang harus mereka tempuh agar mereka bisa masuk surga Jannatun-na'im. Di sini mereka akan hidup bahagia dalam naungan rahmat dan kasih sayang-Nya.

Adanya orang-orang Arab Badui yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya karena menggunakan pikiran dan hati nurani, menunjukkan betapa rendahnya kedudukan orang-orang kafir dan orang-orang munafik yang berdiam di kota-kota yang selalu hidup bergaul dengan orang-orang pandai dan mendengar pelajaran-pelajaran yang baik, namun hati mereka tetap tertutup tidak mau beriman.

Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa rahmat Allah dan ampunan-Nya amat luas untuk orang-orang yang ikhlas dalam beramal. Allah akan mengampuni mereka dari dosa-dosa dan kelalaian yang telah mereka perbuat. Allah akan menunjukkan mereka kepada perbuatan yang baik dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sobat. Dalam keyakinan saya, masalah yang kita hadapi adalah bagaimana memilih pikiran yang tepat dan benar? Jika masalah ini dapat kita atasi, maka masalah-masalah kita yang lain akan terpecahkan. Jika kita berpikir bahagia, kita akan bahagia. Jika kita berpikir celaka, kita akan celaka. Jika kita dihantui oleh pemikiran yang mengerikan, kita akan ketakutan dan jadi pengecut. Dan, jika kita dikuasai oleh pemikiran bahwa kita terancam penyakit, maka pada umumnya kita pun akan menderita penyakit. Demikian seterusnya.

Oleh karena itu, perbaikan jiwa merupakan prioritas utama untk mewujudkan kebaikan dalam hidup ini. Jika jiwa-jiwa sudah rusak, maka cakrawala jadi gelap, fitnah akan melanda kehidupan manusia saat ini dan masa depan mereka. Allah SWT berfirman :
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ  
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” ( QS. Ar-Ra’du (13) : 11 )

Sobat. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt menugaskan kepada beberapa malaikat untuk selalu mengikuti manusia secara bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Ada malaikat yang bertugas menjaga manusia di malam hari, dan ada yang di siang hari, menjaga dari pelbagai bahaya dan kemudaratan. Ada pula malaikat yang mencatat semua amal perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk, yaitu malaikat yang berada di sebelah kanan dan kiri. Malaikat yang berada di sebelah kanan mencatat segala kebaikan, dan yang di sebelah kiri mencatat amal keburukan, dan dua malaikat lainnya, yang satu di depan dan satu lagi di belakang. Setiap orang memiliki empat malaikat empat pada siang hari dan empat pada malam hari. Mereka datang secara bergiliran, sebagaimana diterangkan dalam hadis yang sahih:

Ada beberapa malaikat yang menjaga kamu secara bergiliran di malam hari dan di siang hari. Mereka bertemu (untuk mengadakan serah terima) pada waktu salat Subuh dan salat Ashar, lalu naiklah malaikat-malaikat yang menjaga di malam hari kepada Allah Taala. Dia bertanya, sedangkan Ia sudah mengetahui apa yang akan ditanyakannya itu, "Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kamu meninggalkan mereka (di dunia)?" Malaikat menjawab, "Kami datang kepada mereka ketika salat dan kami meninggalkan mereka, dan mereka pun sedang salat." (Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Apabila manusia mengetahui bahwa di sisinya ada malaikat-malaikat yang mencatat semua amal perbuatan dan mengawasinya, maka dia harus selalu menjaga diri dari perbuatan maksiat karena setiap aktivitasnya akan dilihat oleh malaikat-malaikat itu. 

Pengawasan malaikat terhadap perbuatan manusia dapat diyakini kebenarannya setelah ilmu pengetahuan menciptakan alat-alat modern yang dapat mencatat semua kejadian yang terjadi pada diri manusia. Sebagai contoh, alat pengukur pemakaian aliran listrik dan air minum di tiap-tiap kota dan desa telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat diketahui berapa jumlah yang telah dipergunakan dan berapa yang harus dibayar oleh si pemakai. Demikian pula alat-alat yang dipasang di kendaraan bermotor yang dapat mencatat kecepatannya dan mengukur berapa jarak yang telah ditempuh. 

Perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat mengungkapkan bermacam-macam perkara gaib, sebagai bukti yang dapat memberi keyakinan kepada kita tentang benarnya teori ketentuan agama. Hal itu juga menjadi sebab untuk meyakinkan orang-orang yang dikuasai oleh doktrin kebendaan, sehingga mereka mengakui adanya hal-hal gaib yang tidak dapat dirasakan dan diketahui hanya dengan panca indera. Oleh karena itu, sungguh tepat orang yang mengatakan bahwa kedudukan agama dan pengetahuan dalam Islam laksana dua anak kembar yang tidak dapat dipisahkan, atau seperti dua orang kawan yang selalu bersama seiring sejalan dan tidak saling berbantahan.

Malaikat-malaikat itu menjaga manusia atas perintah Allah dan seizin-Nya. Mereka menjalankan tugas dengan sempurna. Sebagaimana dalam alam kebendaan ada hubungan erat antara sebab dan akibat, sesuai dengan hikmahnya, seperti adanya pelupuk mata yang dapat melindungi mata dari benda yang mungkin masuk dan bisa merusaknya, demikian pula dalam kerohanian, Allah telah menugaskan beberapa malaikat untuk menjaga manusia dari berbagai kemudaratan dan godaan hawa nafsu dan setan. 

Allah swt telah menugaskan para malaikat itu untuk mencatat amal perbuatan manusia meskipun kita tidak tahu bagaimana cara mereka mencatat. Kita mengetahui bahwa sesungguhnya Allah sendiri cukup untuk mengetahuinya, tetapi mengapa Dia masih menugaskan malaikat untuk mencatatnya? Mungkin di dalamnya terkandung hikmah agar manusia lebih tunduk dan berhati-hati dalam bertindak karena kemahatahuan Allah melingkupi mereka. Amal mereka terekam dengan akurat sehingga kelak tidak ada yang merasa dizalimi dalam pengadilan Allah.

Ali bin Abi Talib mengatakan bahwa tidak ada seorang hamba pun melainkan ada malaikat yang menjaganya dari kejatuhan tembok, jatuh ke dalam sumur, dimakan binatang buas, tenggelam, atau terbakar. Akan tetapi, bilamana datang kepastian dari Allah atau saat datangnya ajal, mereka membiarkan manusia ditimpa oleh bencana dan sebagainya. 

Allah tidak akan mengubah keadaan suatu bangsa dari kenikmatan dan kesejahteraan yang dinikmatinya menjadi binasa dan sengsara, melainkan mereka sendiri yang mengubahnya. Hal tersebut diakibatkan oleh perbuatan aniaya dan saling bermusuhan, serta berbuat kerusakan dan dosa di muka bumi. Hadis Rasulullah saw: 
Jika manusia melihat seseorang yang zalim dan tidak bertindak terhadapnya, maka mungkin sekali Allah akan menurunkan azab yang mengenai mereka semuanya. (Riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu Bakar ash-shiddiq)

Pernyataan ini diperkuat dengan firman Allah:

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. (al-Anfal/8: 25)

Kaum muslimin pada fase pertama penyebaran Islam telah mengikuti ajaran-ajaran Al-Quran dengan penuh keyakinan dan kesadaran, sehingga mereka menjadi umat terbaik di antara manusia. Mereka menguasai berbagai kawasan yang makmur pada waktu itu, serta mengalahkan kerajaan Roma dan Persia dengan menjalankan kebijaksanaan dalam pemerintahan yang adil, dan disaksikan oleh musuh-musuhnya. Orang-orang yang teraniaya dibela dalam rangka menegakkan keadilan. Oleh karena itu, agama Islam telah diakui sebagai unsur mutlak dalam pembinaan karakter bangsa dan pembangunan negara.

Setelah generasi mereka berlalu dan diganti dengan generasi yang datang kemudian, ternyata banyak yang melalaikan ajaran agama tentang keadilan dan kebenaran, sehingga keadaan mereka berubah menjadi bangsa yang hina. Padahal sebelum itu, mereka merupakan bangsa yang terhormat, berwibawa, mulia, dan disegani oleh kawan maupun lawan. Mereka menjadi bangsa yang diperbudak oleh kaum penjajah, padahal sebelumnya mereka sebagai penguasa. Mereka menjadi bangsa yang mengekor, padahal dahulunya mereka merupakan bangsa yang memimpin.
Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya telah mencantumkan sebuah bab dengan judul: Kezaliman dapat Menghancurkan Kemakmuran. Beliau mengemukakan beberapa contoh dalam sejarah sebelum dan sesudah Islam, bahwa kezaliman itu menghancurkan kekuasaan umat Islam dan merendahkan derajatnya, sehingga menjadi rongrongan dari semua bangsa. Umat Islam yang pernah jaya terpuruk beberapa abad lamanya di bawah kekuasaan dan penjajahan orang Barat.

Apabila Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum dengan penyakit, kemiskinan, atau bermacam-macam cobaan yang lain sebagai akibat dari perbuatan buruk yang mereka kerjakan, maka tak ada seorang pun yang dapat menolaknya dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Allah.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAoI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Kamis, 29 Desember 2022

Hidup adalah Ujian, dan Ujian Perlu Persiapan

Tinta Media - Sobat. Dunia adalah sekolah atau kampus kehidupan. Pasar adalah kampus kejujuran. Kantor sebagai kampus pelayanan. Jalanan kampus pengendalian diri. Pemukiman kumuh kampus kepedulian. Dan hidup di dunia ini adalah Ujian dan ujian perlu persiapan agar momentum dapat diraih dengan penuh kesuksesan.

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ  

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 155 )

Sobat. Allah akan menguji kaum Muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini, kaum Muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya, dan tahan menghadapi ujian dan cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar, dan merekalah orang-orang yang mendapat kabar gembira dari Allah.

Sobat. Sukses itu ditentukan oleh lima tangan: 1. Tantangan, gunung kan kudaki, lautan kuseberangi, training kuikuti, berbagai keahlian kupelajari, praktikum kujalani untuk meningkatkan potensi diri. 2. Garis Tangan. Doa orang tuaku, khususnya almarhum ibuku menjadi berkah melimpah. Terima kasih bunda. 3. Campur tangan. Tak bisa sukses sendirian. Perlu kerjasama tim. Gunakan otak sendiri dan pinjam otak orang lain. Kerja cerdas adalah men-sahabatkan relasi adalah komitmen kami. 4. Usaha tangan. Dikerjakan dengan ilmu, skill dan pengetahuan, bukan sekedar otot tapi juga otak, kerja keras, kerja cerdas, kerja Ikhlas, kerja tuntas, maka hasil akan memuaskan. 5. Buah Tangan. Beri apresiasi pada sekecil apa pun prestasi yang diraih. Rayakan kemenangan kecil untuk kemenangan besar. Bahagia bila dibagi akan berlipat ganda dan tidak berkurang.

Sobat. Ada masalah, mengapa gelisah? Mari maknai Ar-Rahman, sifat Maha Kasih Allah. 1 % nikmat dibagi untuk seluruh manusia di dunia sejak Nabi Adam sampai akhir zaman. Berpikirlah merdeka. Jadikan pesona dunia sebagai inspirasi surge, seperti Imam Ibnu Hajar, Merdeka jangan penjarakan dirimu dalam jeruji maksiat. 

Sobat. Wahai pengembara di penjara dunia, jadilah orang pelancong, orang asing. Nikmati wisata dunia sekedarnya. Kita pasti kembali “ Jadilah engkau di dunia ini bagaikan orang asing atau orang dalam perjalanan.” 

Sobat. Bekali diri dengan amal unggulan. Kirim segera kebaikanmu untuk investasi abadi. Jangan tunda nanti-nanti. Rebut nikmat dahsyat sebesar 99 bagian untuk orang beriman, hamba pilihan Allah. Itulah Ar-Rahim, sifat Maha Penyayang Allah.
Allah SWT berfirman :

ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ  

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS. Al-Mulk (67) : 2 )

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan bahwa Tuhan yang memegang kekuasaan kerajaan dunia dan kerajaan akhirat serta menguasai segala sesuatunya itu, adalah Tuhan yang menciptakan kematian dan kehidupan. Hanya Dia yang menentukan saat kematian setiap makhluk. Jika saat kematian itu telah tiba, tidak ada suatu apa pun yang dapat mempercepat atau memperlambatnya barang sekejap pun. Demikian pula keadaan makhluk yang akan mati, tidak ada suatu apa pun yang dapat mengubahnya dari yang telah ditentukan-Nya. Allah berfirman:
 
Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (al-Munafiqun/63: 11)
Tidak seorang pun manusia atau makhluk hidup lain yang dapat menghindarkan diri dari kematian yang telah ditetapkan Allah, sebagaimana firman-Nya:
 
Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. (an-Nisa'/4: 78)

Demikian pula dinyatakan bahwa Allah yang menciptakan kehidupan. Maksudnya ialah bahwa Dialah yang menghidupkan seluruh makhluk hidup yang ada di alam ini. Dialah yang menyediakan segala kebutuhan hidupnya dan Dia pula yang memberikan kemungkinan kelangsungan jenis makhluk hidup itu, sehingga tidak terancam kepunahan. Kemudian Dia pula yang menetapkan lama kehidupan suatu makhluk dan menetapkan keadaan kehidupan seluruh makhluk. Dalam pada itu, Allah pun menentukan sampai kapan kelangsungan hidup suatu makhluk, sehingga bila waktu yang ditentukan-Nya itu telah berakhir, musnahlah jenis makhluk itu sebagaimana yang dialami oleh jenis-jenis hewan purba.

Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah menciptakan kematian dan kehidupan adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang beriman dan beramal saleh dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad dan siapa pula yang mengingkarinya. Dari ayat di atas dipahami bahwa dengan menciptakan kehidupan itu, Allah memberi kesempatan yang sangat luas kepada manusia untuk memilih mana yang baik menurut dirinya. Apakah ia akan mengikuti hawa nafsunya, atau ia akan mengikuti petunjuk, hukum, dan ketentuan Allah sebagai penguasa alam semesta ini. Seandainya manusia ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti, maka azab itu pada hakikatnya ditimpakan atas kehendak diri mereka sendiri. Begitu juga jika mereka memperoleh kebahagiaan, maka kebahagiaan itu datang karena kehendak diri mereka sendiri sewaktu hidup di dunia.

Berdasarkan ujian itu pula ditetapkan derajat dan martabat seorang manusia di sisi Allah. Semakin kuat iman seseorang semakin banyak amal saleh yang dikerjakannya. Semakin ia tunduk dan patuh mengikuti hukum dan peraturan Allah, semakin tinggi pula derajat dan martabat yang diperolehnya di sisi Allah. Sebaliknya jika manusia tidak beriman kepada-Nya, tidak mengerjakan amal saleh dan tidak taat kepada-Nya, ia akan memperoleh tempat yang paling hina di akhirat.

Kehidupan duniawi adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang selalu menggunakan akal dan pikirannya memahami agama Allah, dan memilih mana perbuatan yang paling baik dikerjakannya, sehingga perbuatannya itu diridai Allah. Juga untuk mengetahui siapa yang tabah dan tahan mengekang diri dari mengerjakan larangan-larangan Allah dan siapa pula yang paling taat kepada-Nya.

Ayat ini mendorong dan menganjurkan agar manusia selalu waspada dalam hidupnya. Hendaklah mereka selalu memeriksa hati mereka apakah ia benar-benar seorang yang beriman, dan juga memeriksa segala yang akan mereka perbuat, apakah telah sesuai dengan yang diperintahkan Allah atau tidak, dan apakah yang akan mereka perbuat itu larangan Allah atau bukan. Jika perbuatan itu telah sesuai dengan perintah Allah, bahkan termasuk perbuatan yang diridai-Nya, hendaklah segera mengerjakannya. Sebaliknya jika perbuatan itu termasuk larangan Allah, maka jangan sekali-kali melaksanakannya.

Sobat. Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia Mahaperkasa, tidak ada satu makhluk pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya jika Ia hendak melakukan sesuatu, seperti hendak memberi pahala orang-orang yang beriman dan beramal saleh atau hendak mengazab orang yang durhaka kepada-Nya. Dia Maha Pengampun kepada hamba-hamba-Nya yang mau bertobat kepada-Nya dengan menyesali perbuatan dosa yang telah dikerjakannya, berjanji tidak akan melakukan dosa itu lagi serta berjanji pula tidak akan melakukan dosa-dosa yang lain.

Pada ayat ini, Allah menyebut secara bergandengan dua macam di antara sifat-sifat-Nya, yaitu sifat Mahaperkasa dan Maha Pengampun, seakan-akan kedua sifat ini adalah sifat yang berlawanan. Sifat Mahaperkasa memberi pengertian memberi kabar yang menakut-nakuti, sedang sifat Maha Pengampun memberi pengertian adanya harapan bagi setiap orang yang mengerjakan perbuatan dosa, jika ia bertobat. Hal ini menunjukkan bahwa Allah yang berhak disembah itu benar-benar dapat memaksakan kehendak-Nya kepada siapa pun, tidak ada yang dapat menghalanginya. Dia mengetahui segala sesuatu, sehingga dapat memberikan balasan yang tepat kepada setiap hamba-Nya, baik berupa pahala maupun siksa. Dengan pengetahuan itu pula, Dia dapat membedakan antara orang yang taat dan durhaka kepada-Nya, sehingga tidak ada kemungkinan sedikit pun seorang yang durhaka memperoleh pahala atau seorang yang taat dan patuh memperoleh siksa. Allah tidak pernah keliru dalam memberikan pembalasan. 

Firman Allah lainnya yang menyebut secara bergandengan kabar peringatan dan pengharapan itu ialah:
 
Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (al-hijr/15: 49-50)

Sobat. Ubah cara pandang, bersama Imam Ibnu Hajar kita belajar berpikir besar. Jangan terpesona oleh yang sementara sehingga melalaikan keabadian. Ubah sikap, jangan rakus gunakan dunia seperlunya, ambil yang penting dan miliki core competence dahsyatkan sebagai andalan. Jangan jadi orang generic, biasa, pasaran tak punya merek. Temukan merek dirimu, make your brand. OKelah kita memang orang biasa bukankah kita bisa menjadi luar biasa seperti Ibnu Hajar? Berkaryalah untuk membuat sejarah. Goreskan tinta emas dalam kehidupan Anda!

Sobat. Ujian adalah tanggung jawab pribadi yang mesti diemban. Ujian adalah pembangkit himmah – hasrat dan semangat – untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang utuh dan positif. Demikian menurut Sayyid Quthub.

Sobat. Manusia adalah manusia, bukan malaikat, bukan pula hewan atau syetan. Manusia makhluk mulia karena Allah telah memuliakan dan menyempurnakan ciptaan-Nya. Ia lebih mulia dari malaikat sebab diberi akal untuk bersyukur menggunakan pengdengaran, penglihatan dan hatinya. Namun ia bisa jatuh terhina seperti hewan ternak bahkan lebih sesat lagi, menjadi syetan durjana terlaknat bila akal pikirannya tak bermanfaat.

Sobat Ujian itu proses seleksi. Kesulitan merupakan tantangan, seleksi siapa yang paling layak. Kesulitan adalah furqan, garis pembeda. Mana emas mana loyang, mana kawan mana lawan, mana sahabat mana penghianat.

Sobat. Jadilah pemenang , bersuara dengan kebaikan, berdendang dengan karya gemilang, bernyanyi dengan prestasi yang dimiliki, tetap bersenandung meski kesulitan mengepung. Itulah energi inti: Motivasi, Motivasi, dan Motivasi. Kecepatan sukses anda sangat tergantung besarnya hasrat yang menyala-nyala pada kesuksesan. 

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku The Power of Spirituality – Meraih Sukses Tanpa Batas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Selasa, 27 Desember 2022

Menggapai Motivasi Tertinggi dalam Hidup agar Kita Tidak Merugi

Tinta Media - Kesuksesan hakiki adalah dambaan setiap orang. Kesuksesan hakiki dalam hidup ini akan bisa diwujudkan jika kita menjadikan kemampuan dan kemauan sebagai kekuatan dalam setiap langkah. Di samping itu, menggapai rida Allah harus kita jadikan sebagai motivasi tertinggi untuk mewujudkan apa saja yang diperintahkan oleh-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh Sang Penguasa alam semesta, hidup, dan manusia. 

Kesuksesan bukan semata diukur dengan nilai materi. Akan tetapi, keimanan dan ketakwaan yang terus meningkat adalah kesuksesan yang sesungguhnya. Yakinlah, setiap masalah pasti ada solusinya, jika kita mau bertakwa dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Saat motivasi tertinggi dalam hidup ini adalah menggapai rida Allah, jiwa akan terasa tenang dan menyenangkan. Hilang sudah resah gelisah dan keluh kesah karena akhirat dijadikan tujuan. Setiap langkah terasa mantap karena mengikuti landasan aturan yang benar. 

Karena itu, mari kita belajar untuk terus meng-upgrade kemampuan sehingga motivasi tertinggi untuk mencari rida Allah bertambah mantap dan bersumber dari pemahaman yang benar. Dengan begitu, kemauan dan kemampuan terus menyatu dalam satu langkah lurus untuk menggapai kesuksesan yang hakiki.

Sungguh rugi, bagi mereka yang mengejar dunia, hingga lupa dengan tujuan hidup yang sesungguhnya. Mereka salah melangkah dan tersesat dari jalan lurus, sehingga bukan termasuk orang-orang yang layak mendapat nikmat, tetapi justru mendapat murka-Nya, berupa azab yang sangat pedih. Ini kerena mereka berani melanggar syariat-Nya. 

Kebahagiaan akan menjauh dari hidup kita karena menjadi budak dunia. Meskipun dilingkupi harta dan kekayaan melimpah, tetapi hidup terasa tersiksa, tertekan, dan terkadang merasa putus asa. Banyak yang tidak sempat menikmati kekayaan yang hanya dikumpulkan dan dihitung-hitungnya saja. Mereka berharap bisa hidup kekal, tetapi tidak bisa karena hidup pasti berakhir dengan kematian. 

Sungguh celaka jika harta yang dimiliki tidak membuat hati bahagia, karena lupa bersyukur atas semua nikmat yang sudah didapat. Merasa takut kehilangan dan menginginkan sesuatu secara berlebihan, sehingga tidak merasakan nikmat atas kekayaan yang disimpannya. Kekayaan yang harusnya bisa dijadikan sebagai wasilah untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat, justru menjauhkannya dari tujuan hidup yang sebenarnya.

Menggapai rida Allah harus dijadikan motivasi tertinggi pada setiap langkah agar kita termasuk orang-orang yang beruntung. Hidup terasa indah karena pandainya hati untuk selalu mensyukuri setiap nikmat yang menghampiri. 

Kita harus yakin dan tidak khawatir karena Allah menjamin rezeki setiap jiwa yang masih hidup. Karena itu, kita tidak perlu gusar karena rezeki tidak akan pernah tertukar. Berusahalah dengan usaha maksimal hanya untuk menggapai rida Allah dengan mengikuti semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua kita lakukan dengan kesungguhan hati dan usaha keras, tidak berharap imbalan dari manusia yang sering menggelincirkan dari jalan lurus.

Agar langkah kaki tidak mudah goyah dan dibelokkan dari jalan lurus yang diridai oleh Allah, maka jadikan Rida-Nya sebagai motivasi tertinggi dalam hidup. Saat kebenaran datang dalam diri seseorang, banyak ujian dan pertimbangan yang membuatnya bimbang dan ragu. Pada akhirnya, ia tidak mengambil kebenaran itu meskipun akalnya mampu membuktikan sebagai kebenaran hakiki. 

Pujian ataupun celaan pun bisa membelokkan langkah kaki seseorang dari kebenaran hakiki. 

Kita memang butuh teman yang saling mengingatkan dan menguatkan untuk menggapai tujuan hidup. Karena itu, berada dalam barisan dakwah akan membuat kita tetap kuat dari berbagai ujian yang menerpa. Di dalam barisan dakwah, kita bisa saling mengingatkan tentang kebenaran Islam dan kesabaran agar tidak merugi dan menjadi orang-orang yang beruntung. 

Saat motivasi tertinggi dalam hidup adalah menggapai rida Allah, langkah dakwah tidak mudah goyah, meskipun terpaan angin ujian hidup begitu kencang menghadang. Kita tidak perlu jabatan tinggi ataupun harta melimpah agar terus bisa Istiqamah di jalan dakwah. Semua orang bisa, selama dia memiliki motivasi tertinggi untuk menggapai rida Allah. Kita akan kuat dan ikhlas mengahadapi berbagai ujian dan rintangan yang pasti akan dihadapi para pengemban dakwah. Bersama barisan pengemban dakwah, kita akan kuat, ditambah dengan niat lurus untuk menggapai rida Allah, kita bisa tetap Istiqomah dalam ketaqwaan.

Kita sering disibukkan dengan urusan dunia sehingga lupa kehidupan akhirat yang harus disiapkan agar mendapatkan sebaik-baik tempat kembali. Dunia akan segera kita tinggalkan dan akhirat akan menjadi fakta yang harus kita jalani. 

Tidakkah kita menyadari bahwa semua yang kita kumpulkan dan banggakan akan segera kita tinggalkan, sementara amalan kebaikan yang dikaitkan dengan Islam akan segera kita butuhkan untuk menyelamatkan kita di akhirat yang segara menjadi kenyataan? 

Rugi sekali, bahkan celaka jika kita hanya memikirkan dunia. Inilah motivasi terendah yang segera tidak punya nilai apa-apa setelah mati.  

Karena itu, agar menjadi orang-orang yang beruntung dan mampu merasakan nikmat di dunia dan akhirat, maka kita harus menggapai rida Allah dan menjadikannya sebagai motivasi tertinggi dalam hidup, menjadi
trendsetter kebaikan, penegak peradaban Islam. Allahu Akbar!
Wallahu’alam bi ash-shawwab

Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 19 November 2022

Harapan Hidup Sejahtera Hanya Ada di dalam Islam

Tinta Media - Sob, gimana nih, perasaan kalian ketika mengetahui ibu kalian harus berjuang cari cuan di negeri orang? Pasti sedih, ya? Sama dengan anak-anak di luar sana yang harus merasakan ditinggal oleh sosok yang seharusnya ada di samping mereka dan mendampingi masa pertumbuhannya. 

Pasti orang-orang akan bertanya-tanya, siapa nanti yang akan mengurus dan memberikan kasih sayang pada sang anak jika ibunya bekerja di luar negeri? Padahal, peran ibu dalam keluarga itu sangat penting lho ... karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. 

Namun, di zaman sekarang ini, banyak sosok ibu yang terpaksa harus berjuang mencari cuan di negeri orang. Ini karena di negeri sendiri sangat susah untuk mendapatkan pekerjaan, apalagi lowongan pekerjaan bagi sang ayah. Akhirnya, ibulah yang harus bekerja. 

Tidak sedikit dari para ibu ini yang mengalami kesulitan dan tekanan di negeri orang, sampai-sampai membuat mereka nekat melakukan aksi bunuh diri. Seperti yang dialami oleh seorang ibu yang jadi TKW di Hongkong beberapa waktu lalu. Ia mencoba bunuh diri di JPO (jembatan penyebrangan orang) gara-gara tidak mempunyai uang untuk pulang. Beruntungnya, ibu ini bertemu dengan seseorang yang berkewarganegaraan  Indonesia yang mau membantu mengurus kepulangannya. Wahh ... miris ya, Sob ....

Padahal, negara kita ini kaya akan sumber daya alam, tetapi masih saja ada warga negara yang berjuang mencari cuan di negeri orang. Mengapa ini bisa terjadi?  

Semua ini karena sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem kapitalisme yang hanya berpihak kepada para pemilik modal saja. Sehingga, sumber daya alam yang sebanyak ini hanya bisa dikuasai segelintir orang saja, baik swasta maupun asing. 

Jadi, sudah tidak heran lagi ya, Sob, kalau yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Ditambah lagi dengan kondisi masyarakat saat ini yang hanya mengedepankan kepentingan mereka sendiri dan keluarganya. 

Masyarakat saat ini adalah masyarakat yang kapitalis. Mereka tidak peduli dengan berbagai masalah yang terjadi di negaranya. Sistem kufur ini betul-betul sudah merusak pemikiran dan perasaan masyarakat dengan ide-idenya. 

Maka, sudah semestinya kita kembali kepada sistem yang benar dan adil, yaitu dengan diterapkannya kembali Islam sebagai sebuah sistem di bawah naungan khilafah. Sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda Islam turut memperjuangkan Syariat Islam agar tegak kembali. Hanya Islamlah yang bisa menyejahterakan rakyat.

Di dalam sistem ekonomi Islam, sumber daya alam hanya akan dikelola secara mandiri oleh negara dan hasilnya akan dikembalikan kepada rakyat untuk menjamin kemaslahatan mereka. 

"Imam (khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya" (HR. Al Bukhari)

Khalifah juga akan menjamin kebutuhan dasar masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Khalifah akan menjamin kebutuhan pokok rakyat secara langsung, jadi tidak akan ada lagi para ibu yang bekerja sehingga meraka bisa fokus menjalankan kewajibannya sebagai al umm wa robbatul bait (Ibu dan pengurus rumah tangga) 

Masyaallah ... Sistem buatan Allah memang adil dan menyejahterakan, ya, Sob?
So ... Tunggu apalagi? Generasi muda, yuk mengkaji Islam secara kaffah dan berdakwah bersama kelompok dakwah Islam ideologis agar sistem Islam segera tegak kembali di muka bumi ini. Allahu Akbar!!

Oleh: Ayu Septia
Aktivis Smart With Islam

Tatkala Ajaran Islam Tidak Relevan dengan Cara Hidup Kita

Tinta Media - Sejak Nabi dan Rasul diutus kepada setiap umat anak cucu Adam AS, memang tugasnya untuk meluruskan aqidah dan cara hidup manusia yang rusak. Maka menjadi hal yang lumrah jika ajaran para Nabi dan Rasul itu bertentangan alias tidak relevan dengan ajaran yang hidup dan berlaku pada umat-umat itu. Dan pertanyaan nya mana yang wajib diubah? Apakah ajaran dan cara hidup umat umat itu yang jelas salah karena tak sesuai perintah Allah? Ataukah syariat dan ajaran dari Allah yang dibawa Nabi dan Rasul karena tidak relevan dengan cara hidup umat umat itu? 

Jawaban nya tentu sudah jelas dan pasti yakni cara hidup umat yang salah itulah yang wajib diubah agar sesuai dengan ajaran para nabi dan rasul. Bahkan jika umat itu menolak berubah maka umat umat itulah yang dibinasakan. Lihatlah akibat mereka membangkang. Bagaimana kesudahan kaum Nabi Nuh as, kaum Nabi Luth as, Kaum Nabi Sholeh as dll? Binasa! Yah binasa dalam murka dan adzab Allah SWT. 

Nabi Nuh berdakwah selama satu melenium lebih (950 tahun), namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh.

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلاً وَنَهَاراً
فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَاراً
وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَاراً

Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan Sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (QS. Nuh (71) : 5-7).

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحاً إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَاماً فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

“Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh.” (QS: Al-Ankabut [29]: 14).

Nabi Hud diutus untuk kaum ‘Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (QS At Taubah: 70, Al Qamar: 18, Fushshilat: 13, An Najm: 50, Qaaf: 13).

أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وِأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

 
“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka Rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS: At Taubah (9) : 70).

‘Aad adalah kaum Nabi Hud, Tsamud ialah kaum Nabi Shaleh; penduduk Madyan ialah kaum Nabi Syu’aib, dan penduduk negeri yang telah musnah adalah kaum Nabi Luth a.s.

كَذَّبَتْ عَادٌ فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ

“Kaum ‘Aad pun mendustakan(pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.” (QS: Al Qamar (54) : 18).

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِّثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ

“Jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud.” (QS: Fushilat [41]: 13).

وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَاداً الْأُولَى

“Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum ‘Aad yang pertama, (QS: An Najm [53]: 50). “Dan kaum Aad, kaum Fir’aun dan kaum Luth.” (QS: Qaf [50]: 13).

Nabi Shalih diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Saleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Kemudian Nabi Shalih membuat jadual minum. Namun, kaumnya tidak mau antri dengan unta. Bahkan, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka (QS ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).

وَلَقَدْ كَذَّبَ أَصْحَابُ الحِجْرِ الْمُرْسَلِينَ

“Dan Sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul.” (QS: Al Hijr [15]: 80).

Penduduk kota Al-Hijr ini ialah kaum Tsamud. Al-Hijr tempat yang terletak di Wadi Qura antara Madinah dan Suriaah. Yang dimaksud Rasul-rasul di sini ialah shaleh. Mestinya di sini disebut rasul, tetapi disebut Rasul-rasul (Jama’) karena mendustakan seorang Rasul sama dengan mendustakan semua rasul-rasul.

كَأَن لَّمْ يَغْنَوْاْ فِيهَا أَلاَ إِنَّ ثَمُودَ كَفرُواْ رَبَّهُمْ أَلاَ بُعْداً لِّثَمُودَ

“Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, Sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.” (QS: Hud [11] : 68).

Demikian cepatnya mereka dihancurkan oleh guntur itu, sehingga mereka hancur lebur oleh guntur itu, tanpa bekas, seakan-akan mereka tidak pernah ada.

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وَثَمُودُ

“Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud.” (QS: Qaf [50]: 12).

Lalu? Ketika khilafah ajaran Nabi Muhammad SAW sudah runtuh seabad lalu. Dan didirikan nation state yang sekuler di negeri negeri islam bekas wilayah khilafah. Dimana cara hidup bermasyarakat dan bernegara nya bertentangan dan tidak relevan dengan khilafah ajaran Islam. Maka pertanyaan nya, mana yang wajib diubah? Nation state yang sekuler yang tidak diatur syariah kaffah ini? Ataukah khilafah yang ditolak karena dianggap tidak relevan dengan nation state? Kalo kita masih punya iman dan jujur dengan iman itu maka jawabannya pun sudah pasti. Realitas yang salah yakni sistem sekulee itulah yang wajib diubah. Bukan malah khilafah ditolak dengan alasan tidak relevan dengan realitas hidup kita. Jika demikian cara kita berfikir maka pastilah tidak ada guna wahyu Allah turunkan bukan? Ayo jawab yang jujur! 

Surat Al-Ahzab Ayat 33

 وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا 

"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."

Dan begitulah manusia manusia yang ngaku Muslim dan ngaku beriman malah berani menolak khilafah ajaran Islam. Hanya saja memang bedanya dengan umat terdahulu, kita umat Nabi Muhammad SAW ini tidak akan dibinasakan oleh Allah gegara menolak syariat Allah karna Islam rahmatan lil alamin. 

Jika sudah jelas seperti ini, masihkah kita menjadi penentang khilafah ajaran Islam? Masih kan kita menjadi penantang Allah dengan menolak syariatNya? Wallahu a'lam.[]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 



Kamis, 20 Oktober 2022

Ahmad Sastra Kritik Gaya Hidup Mewah Pejabat Negeri Ini


Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra mengkritik gaya hidup mewah dari para pejabat negeri ini. 
“Mungkin gaya hidup mewah ini telah menjadi gaya hidup pejabat umumnya di negeri ini,” kritiknya kepada Tinta Media, Kamis (20/10/2022).

Ahmad Sastra menilai saat ini rakyat susah mencari makan namun para penguasa dan pemimpin negeri ini hidup bergelimang dalam kemewahan. “Mereka menghambur-hamburkan uang rakyat milyaran rupiah hanya untuk renovasi gedung, milyaran rupiah jalan-jalan ke luar negeri, bahkan di antara mereka ada yang memiliki kendaraan seharga 7 miliar rupiah,” ucapnya. 

Baginya kemewahan penguasa di atas penderitaan rakyat merupakan cikal bakal kehancuran suatu bangsa. Mereka bermewah-mewahan di saat yang sama rakyat tercekik lapar dan miskin.

“Entah sudah berapa triliun uang rakyat yang telah dikorupsi oleh para penguasa, pemimpin, dan para pegawai pemerintah. Uang hasil korupsi mereka gunakan untuk membeli rumah dan kendaraan serta hidup bermewah-mewahan,” bebernya. 

Dalam sejarah, gaya hidup mewah para pejabat justru menjadi awal kehancuran sebuah bangsa. Contoh kaum ‘Ad dan Tsamud, memiliki peradaban luar biasa dan bangunan mewah tetapi memiliki penguasa yang zalim, sewenang-wenang, dan bermewah-mewahan. 
“Kaum ini akhirnya harus dibinasakan Allah SWT akibat penolakan, pengingkaran, penentangan, dan permusuhan mereka terhadap rasul yang diutus kepada mereka,” ujarnya. 

Ia melanjutkan, “Jika mereka mengulangi sikap yang sama berarti mereka telah merelakan diri mereka mendapatkan azab serupa,” lanjutnya. 

Dengan harta yang dimiliki, ia mengungkapkan bahwa penguasa akan mempertahankan kekuasaannya. Kolega yang mendukung mereka diberi imbalan harta dan santunan bekal hidup.

“Sebaliknya, orang-orang yang tidak mua tunduk pada kemaksiatan mereka, menentang kezaliman, dan kesewenang-wenangan mereka justru dimusuhi, dihina, difitnah bahkan diburu dan ditindas. Alasan yang digunakan adalah mengganggu keamanan dalam negeri,” ungkapnya

Gaya hidup mewah tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan kecemburuan dan  letupan sosial karena terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi.

“Seperti yang terjadi di jajaran para petinggi Polri. Selain itu dianggap sebagai pemicu pelanggaran etik dan pidana, gaya hidup hedonis itu juga dapat mengikis kepercayaan publik kepada Polri,” tuturnya. 

Sebelumnya Presiden Jokowi menyoroti  gaya hidup mewah petinggi Polri. Gaya hidup mewah yang ditunjukkan para anggota Kepolisian Negara RI terus menjadi sorotan. 
“Presiden Jokowi menyebut pejabat Polri harus punya sense of crisis,” pungkasnya. [] Ageng Kartika

Rabu, 19 Oktober 2022

HRC: Pejabat Korupsi, Ditengarai Dipicu Gaya Hidup?

Tinta Media - Kasus korupsi yang menjerat petinggi Polri ditengarai Direktur el-Harokah Research Center (HRC) Achmad Fathoni sebagai akibat gaya hidup.

“Emang ditengarai dan juga kuat korupsi oleh para pejabat ini dipicu oleh gaya hidup,” ujarnya pada acara Kabar Petang: Pejabat Polri Mewah-Mewahan, Darimana Duitnya? Senin (17/10/2022) di kanal YouTube Khilafah News.

Menurutnya, gaya hidup itu bukan sekedar ingin memenuhi kebutuhan dasar,  misal: makan, pakaian dan tempat tinggal. “Tidak hanya itu, tetapi memang karena gaya hidup,” tegasnya. 

Ia menilai, kalau sudah terkait dengan gaya hidup, berapapun uang, berapapun kekayaan, bisa habis untuk sekedar memenuhi gaya hidup. “Tentu kalau kita perhatikan, kita telaah bersama, para pejabat ini kan mempunyai gaji sekian-sekian, tapi kemudian dengan gaya hidup yang hedonisme, gaya hidup gelamor yang akhirnya gaji yang diperoleh dari negara itu tidak cukup untuk memenuhi sekedar kebutuhan pokoknya,” nilainya. 

Ia menambahkan, karena gaya hidup yang hedonis dan gelamor itulah yang menyebabkan harus mempunyai sumber lain untuk memenuhinya. “Akhirnya itulah yang menjadi pemicu untuk kemudian melakukan penyelewengan-penyelewengan yang tentu akibatnya, yang terdampak adalah masyarakat banyak, bangsa dan negara,” tuturnya.

Bisnis narkoba 

Bisnis narkoba yang dijalankan untuk memenuhi gaya hidup yang hedonis dan gelamor dinilai Fathoni sebagai hal berbahaya. Ia menjelaskan bahayanya bisnis narkoba bagi kelangsungan hidup dan eksistensi sebagai bangsa dan negara yang besar. 

“Bisnis legal saja, yang sah yang dilakukan pejabat patut untuk dipertanyakan, apalagi kemudian bisnis yang ilegal, yang tidak sah, yang tentu melanggar aturan, namanya aturan undang-undang yang berlaku,” jelasnya.

Menurutnya, ini sangat memprihatinkan, di Negeri yang konon dengan muslim terbesar di dunia saat ini. Apalagi kemudian Polri sebagai salah satu lembaga penegak hukum yang justru harusnya menegakkan hukum itu sendiri. “Tetapi, pada faktanya banyak pejabat-pejabat  polri itu justru banyak yang melakukan bisnis ilegal, yang tentu itu sangat akan memperparah kondisi negeri kita ini,” paparnya. 

Fathoni mempertanyakan dengan kondisi bisnis yang justru itu melanggar hukum. “Bagaimana mungkin rakyat bisa taat hukum, sementara pejabatnya sendiri yang melanggar hukum?” tanyanya. 
“Penegaknya sendiri melanggar hukum, tentu ini tidak bisa diterima akal sehat masyarakat kita,” jawabnya. 

Fathoni menduga kuat bahwa semua itu karena gagalnya Polri dalam membangun kepribadian para anggotanya. Menurutnya, sebagai aparat penegak hukum harus memberikan teladan yang baik, contoh yang baik kepada masyarakat. 

“Bukan malah justru memberikan contoh yang buruk, apalagi kemudian melanggar hukum,” tutupnya.[] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab