Tinta Media: Hewan Sakit
Tampilkan postingan dengan label Hewan Sakit. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hewan Sakit. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Agustus 2023

Konsumsi Hewan Sakit, Potret Buram Penguasa Kapitalis

Tinta Media - Penyebaran penyakit antraks yang tengah meroket di Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyingkap tradisi atau kebiasaan yang selama ini turun-temurun dilakukan oleh warga. Tradisi Mbrandu diduga yang menjadi penyebab sebanyak 87 warga terpapar antraks. Menurut Kepala Dukuh (Dusun) Padukuhan Jati, Sugeng, tradisi tersebut memang sudah mengakar sejak nenek moyang mereka.

Pada dasarnya, tujuan dari tradisi ini baik, meringankan kerugian pemilik ternak yang ternaknya mati, entah karena sakit atau sebab lain. Meski bertujuan baik, tradisi ini rupanya mewajibkan seluruh warga Dusun Jati, yang sebanyak 83 KK, untuk membeli daging yang tidak sehat maupun halal tersebut.

Dusun yang memiliki warga mayoritas nonmuslim tersebut juga mewajibkan warga muslim untuk ikut serta membeli daging, meski warga muslim tidak dipaksa untuk mengonsumsi. Ketika tradisi Mbrandu dijalankan dengan menjual sebanyak enam sapi dan enam kambing yang mati karena antraks kepada warga, menurut Sugeng, hampir seluruh warganya mengonsumsi daging tersebut.

Akan tetapi sayang, tradisi Mbrandu justru membawa petaka bagi warga. Sesungguhnya warga sadar akan risiko antraks dan larangan mengonsumsi ternak yang sakit atau mati mendadak. Namun, hal ini sering diabaikan, dikarenakan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang sulit. Faktor kemiskinan telah menjadikan masyarakat jadi lupa akan kesehatannya, bahkan lupa akan perintah dan larangan dari Sang Pencipta, yakni, Allah Swt.

Minimnya edukasi yang diterima oleh masyarakat serta jauhnya umat dari agama Islam adalah bukti dari kelalaian negara dalam mengurus urusan umat, Biaya hidup yang tinggi, ditambah lagi pendidikan yang mahal menjadikan masyarakat harus berjuang sendiri untuk menghidupi diri dan keluarganya. Masyarakat membuat standar sendiri dalam melakukan perbuatan, yaitu dengan menghalalkan segala cara, termasuk menghalalkan bangkai untuk dikonsumsi tanpa menghiraukan akibat bagi kesehatan.

Pemerintahan dalam sistem kapitalisme telah memandulkan peranan dalam mengurusi rakyat. Semboyan yang diusung "Dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat" hanya berlaku bagi rakyat yang memiliki banyak harta, jabatan, tahta, dan juga pengusaha.

Kemiskinan ekstrem yang melanda rakyat di tengah melimpahnya sumber daya alam (SDA) adalah bukti bobroknya sistem kapitalis karena telah memberikan kebebasan kepada individu/korporasi untuk menguasai SDA dan mengelolanya.

Berputarnya kekayaan pada segelintir orang telah menciptakan jurang yang dalam antara si kaya dan si miskin. Hal ini karena tidak ada keadilan dalam sistem ekonomi kapitalis. Negara juga telah abai dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat, baik berupa sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. 

Efek dari sistem ekonomi kapitalis telah menyebabkan kemiskinan yang berkepanjangan, bahkan bisa dikatakan kemiskinan yang ekstrem, sampai untuk makan saja sulit, sehingga harus makan bangkai. Padahal, di dalam Islam sudah sangat jelas dikatakan bahwa Islam mengharamkan umatnya memakan bangkai, sebagaimana Firman Allah Swt, dalam QS Al Maidah ayat 3, yang artinya,

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai."

Syariat Islam datang untuk mengubah atau menghilangkan tradisi yang rusak. Memang ada tradisi yang baik dan ada pula yang buruk. Akan tetapi, tradisi Mbrandu termasuk tradisi yang buruk, sebab tidak didasarkan pada syariat, melainkan akal manusia. Sebagaimana kita tahu, kemampuan akal terbatas. Jadi, ketika akal diberi otoritas untuk menentukan baik dan buruk, maka dapat menyebabkan kekacauan terhadap hukum Allah Swt.

Lalainya penguasa kapitalis telah membuat tradisi Mbrandu tetap berlangsung selama puluhan tahun. Ditambah tidak memadainya edukasi kesehatan pangan oleh pemerintah, membuat rakyat seperti hidup di zaman jahiliah, dengan masih memakan bangkai, bahkan memperjualbelikannya. Padahal, sudah sejak 14 abad yang lalu, Al-Qur'an datang ke muka bumi ini, dibawa oleh Rasulullah saw. sebagai petunjuk bagi manusia.

Islam adalah agama yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam, baik muslim maupun non lmuslim, sebagaimana Firman Allah Swt,

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS Al Anbiya;107).

Maka dari itu, untuk menyelesaikan kasus antraks ini, yang dibutuhkan adalah Islam, yaitu dengan meninggalkan ekonomi kapitalis yang menyuburkan kemiskinan menjadi ekonomi Islam. Juga mengganti sistem yang kufur kepada sistem Islam, karena hanya Khilafah Islamiyyah yang akan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Khilafah akan menjalankan sistem ekonomi Islam yang memberikan keadilan ekonomi kepada setiap lapisan masyarakat. Begitu pula SDA akan dikelola dan digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Negara menjamin segala kebutuhan pokok rakyat, bahkan akan menyelenggarakan pendidikan secara gratis hingga rakyat mendapat pendidikan yang cukup agar bisa memahami tentang kesehatan dan kehalalan yang sesuai dengan syariat Allah. Hanya Khilafah yang akan mampu meriayah rakyat secara sempurna, bukan sistem yang lain. Wallahu a'lam bisshawwab.

Oleh: Ummu Alvin, Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab