𝐊𝐄𝐑𝐔𝐃𝐔𝐍𝐆, 𝐇𝐄𝐋𝐌, 𝐈𝐒𝐋𝐀𝐌 𝐃𝐀𝐍 𝐏𝐀𝐍𝐂𝐀𝐒𝐈𝐋𝐀
Tinta Media - Mengenakan seragam sekolah yang memadukan warna putih dan abu-abu itu hukumnya mubah. Tapi oleh negara Pancasila ini diwajibkan. Pihak sekolah memaksakan kepada siswa-siswinya untuk mengenakan seragam tersebut. Rezim negara Pancasila dan juga para pendengungnya (𝑏𝑢𝑧𝑧𝑒𝑟) adem karena itu dianggap tidak melanggar Pancasila.
.
Sedangkan Muslimah yang sudah 𝑎𝑞𝑖𝑙 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑔ℎ mengenakan kerudung (kain yang menutup kepala hingga dada kecuali muka) dan wajib mengenakan jilbab (kain yang menutup dari leher hingga telapak kaki kecuali tangan) itu hukumnya wajib.
.
Tapi anehnya rezim negara Pancasila ini mempermasalahkannya sehingga gubernur setempat menonaktifkan kepala sekolah dan tiga guru sebuah SMA yang mengedukasi siswi Muslimahnya untuk mengenakan kerudung. Ingat, kerudung! Baru saja kerudung, belum dengan jilbabnya. (Namun kerudung ini disalahkaprahi oleh pengguna bahasa Indonesia bahkan oleh KBBI dengan nama jilbab, padahal jilbab dengan kerudung itu beda).
.
Rezim negara Pancasila dan juga kelompok islamofobia, maupun media asing mendikte kaum Muslim dengan mengatakan guru tidak boleh memaksa siswi Muslimahnya mengenakan kerudung. Bahkan media asing mengatakan itu pelecehan!
.
Lancang sekali! Benar-benar lancang rezim negara Pancasila, kelompok islamofobia, dan media asing (dan media lokal Indonesia juga sih) ini. Mereka kompak dalam kelancangan dan mengacak-acak pemahaman publik akan ajaran Islam.
.
Opini menyesatkan ini menguat, sehingga ormas-ormas Islam juga menjadi defensif opologetif, dengan latah turut berkata, "Tidak boleh memaksa siswi Muslimah mengenakan kerudung." Hei, kalian itu ormas Islam atau ormas sekuler liberal? Ke mana jati diri kalian? Kalau tidak memaksa namanya bukan wajib dong, tapi sunah atau bahkan mubah.
.
Mengapa dalam mengenakan kerudung semua menjadi pancasilais? Tetapi mengapa kalian semua tidak mempermasalahkan tindakan polisi lalu lintas yang radikal? Mengapa dikatakan radikal? Karena mereka menilang pengendara sepeda motor yang tidak mengenakan helm. "Bukankah itu pemaksaan bagi pengandara sepeda motor untuk menggunakan helm? Radikal sekali! Intoleran! Tidak pancasilais." Boleh enggak dikatakan begitu?
.
Pasti orang-orang pancasilais, orang-orang liberal berkata, "Tidak boleh karena pakai helm kan untuk keselamatan si pengendara, maka wajar kalau pengendara motor diwajibkan pakai helm."
.
Lha, apakah Muslimah ketika keluar rumah dengan menampakkan rambutnya itu tidak membahayakan dirinya dan juga lelaki yang melihatnya? Tentu membahayakan, sangat membahayakan, setidaknya mereka yang menampakkan aurat dan yang melihat aurat ini berdosa, tentu ini berbahaya bagi akhirat mereka.
.
Tapi ah, apa bisa rezim negara Pancasila, kelompok islamofobia, dan sekuler intoleran berpikir sampai akhirat sana? Apa iya, mereka mengimani bahwa itu perbuatan maksiat dan dosa? Orang yang cerdas, yang islami, itu selain berpikir untuk keselamatan di dunia, mestinya berpikir pula untuk keselamatan di akhirat. Di sinilah ormas Islam harusnya berperan menjelaskan kewajiban ini. Bukan malah defensif apologetik!
.
Memaksakan warga negara pakai helm agar selamat di dunia saja tidak mengapa. Bahkan, memaksakan siswa-siswi pakai seragam putih abu-abu (yang bila tidak pakai seragam pun tidak membahayakan siapa pun) tidak apa-apa, apalagi memaksakan warga negara mengenakan kerudung agar selamat dunia akhirat, tentu lebih tidak mengapa lagi seharusnya. Tapi, malah kewajiban negara untuk memastikan semua Muslimah aqil baligh mengenakan kerudung dan jilbab ketika keluar rumah. Negara Islam maksudnya. Kalau negara Pancasila? Ya, seperti yang Anda lihat sendirilah!
.
Beginilah, bila kaum Muslim hidup di negara yang tidak menerapkan syariat Islam secara kaffah. Hal-hal yang membahayakan kaum Muslim diterjang terus, yang mendakwahkan ajaran Islam dipersekusi bahkan dikriminalisasi. Lebih mengerikan lagi, Pancasila dikatakan islami. Bagaimana bangsa ini mau selamat dunia akhirat? Membedakan benar-salah, baik-buruk, halal-haram aja sering kali bias kepentingan. Bahkan yang bertentangan dengan Islam malah dianggap harga mati.
.
Padahal di akhirat, kita semua akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan kita di dunia ini sesuai tidak dengan ajaran Islam, bukan dengan Pancasila. Bila sesuai Islam, masuk surga. Bila tidak sesuai Islam, masuk neraka. Meskipun di dunia ini disebut-sebut sangat pancasilais, tetap saja tidak dapat mencegah seseorang yang bertentangan dengan Islam tersebut untuk masuk neraka!
.
Jadi, mumpung masih hidup di dunia, sesuaikanlah semuanya dengan Islam, termasuk kewajiban mengenakan kerudung dan jilbab bagi Muslimah yang sudah aqil baligh ketika keluar rumah ataupun bertemu lelaki bukan mahram. Bahkan sekolah negeri yang mestinya jadi pelopornya. Pastikan semua siswi Muslimah berkerudung dan berjilbab semua. Tidak masalah dikatakan radikal atau bertentangan dengan Pancasila, yang penting tidak bertentangan dengan aturan dari Allah SWT. Allahu Akbar!
.
.
Depok, 14 Muharram 1444 H | 12 Agustus 2022 M
.
Joko Prasetyo
Jurnalis