Tinta Media: Hati
Tampilkan postingan dengan label Hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hati. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Desember 2023

Ciptakan Kondisi yang Mendorong Hati untuk Bersyukur



Tinta Media - Sobat. Miliki impian-impian istimewa dalam hidup. Teruslah berjuang mewujudkan impian-impian tersebut. Iringi perjuangan dengan doa dan ketawakalan hanya kepada-Nya. Ikhlaskan hasil akhirnya pada Allah. Insya Allah, ketika impian itu terwujud, dorongan kuat untuk bersyukur akan muncul dengan sendirinya. 

Sobat. Rasakan bahwa sekecil apa pun nikmat Allah pada diri kita sesungguhnya kita tidak mampu menciptakannya sendiri, karenanya semua nikmat itu istimewa, semua kondisi itu istimewa. 

Sobat. Yakini bahwa setiap peristiwa yang hadir dalam hidup kita, baik atau buruk dalam pandangan manusia, sesungguhnya selalu ada nikmat Allah yang pantas disyukuri bersamanya. 

Sobat. Kebahagiaan itu bukan terletak pada sebesar apa yang dimiliki, tetapi sebesar apa yang disyukuri. Rahasia keberkahan hidup terletak pada kemampuan  menjalani kehidupan dengan penuh kesyukuran, karena di sanalah kita akan memperoleh kelimpahan dan keberkahan. Kebahagiaan, kelimpahan, keberuntungan, kesuksesan, dan keberkahan hanya bisa diperoleh dari rasa syukur. 

Sobat. Dari sekian banyak manusia, ada orang yang sehari-harinya senang dengan segala kebaikan sebagai bukti syukur kepada Allah SWT. Mereka terus berusaha mengejarnya sampai kapan pun. Inilah ciri-ciri mereka sebagaimana firman Allah SWT : 

إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ خَشۡيَةِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ وَٱلَّذِينَ هُم بَِٔايَٰتِ رَبِّهِمۡ يُؤۡمِنُونَ وَٱلَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمۡ لَا يُشۡرِكُونَ وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ أُوْلَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَهُمۡ لَهَا سَٰبِقُونَ 

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mukminun (23) : 57-61) 

Sobat. Salah satu di antara sifat-sifat orang yang benar-benar beriman itu pertama ialah takut kepada Tuhan. Karena itu mereka selalu mencari keridaan-Nya dengan bersungguh-sungguh mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Yang menjadi pedoman bagi hidup mereka ialah ajaran agama karena ajaran itulah prinsip mereka. Apa saja yang bertentangan dengan prinsip-prinsip itu tetap mereka tolak bagaimana pun akibatnya. Iman mereka tidak dapat digoyahkan oleh bujuk rayu atau ancaman apa pun. 

Sobat. Sifat yang kedua ialah percaya sepenuhnya kepada bukti-bukti Keesaan dan kekuasaan Allah yang terbentang luas dalam alam semesta sebagaimana difirmankan oleh Allah: 

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Ali 'Imran/3: 190-191) 

Mereka percaya pula sepenuhnya kepada semua ayat yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Apa yang tersebut dalam ayat-ayat itu adalah kebenaran mutlak yang tak dapat ditawar-tawar lagi. 

Sobat. Sifat yang ketiga ialah memelihara kemurnian tauhid dengan benar-benar menyembah Allah semata tanpa mempersekutukan-Nya dengan sembahan-sembahan lain. Orang yang beriman tidak akan mau menyembah berhala-berhala atau minta tolong kepadanya, walaupun berhala-berhala itu dianggap oleh kaum musyrik sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya: 

Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (al-Bayyinah/98: 5) 

Mereka tidak akan meminta tolong kepada kuburan-kuburan karena mereka yakin sepenuhnya bahwa perbuatan itu sama saja dengan meminta tolong kepada berhala-berhala dan itu termasuk perbuatan syirik yang sangat dimurkai Allah. Mereka tidak pula akan meminta tolong kepada arwah-arwah, jin dan setan, karena yang demikian pun termasuk syirik pula. Demikianlah semua perbuatan yang membawa kepada mempersekutukan Allah mereka hindari sejauh-jauhnya, sehingga kepercayaan mereka benar-benar murni, tidak dikotori sedikit pun oleh hal-hal yang berbau syirik. 

Sobat. Sifat yang keempat ialah takut kepada Allah, karena mereka yakin akan kembali kepada-Nya pada hari berhisab, akan diperhitungkan segala amal perbuatan manusia. Meskipun mereka telah mengerjakan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya dan menafkahkan hartanya di jalan Allah, namun mereka merasa takut kalau-kalau amal baik mereka tidak diterima, karena mungkin ada di dalamnya unsur-unsur riya` atau lainnya yang menyebabkan ditolaknya amal itu. Oleh sebab itu mereka selalu terdorong untuk selanjutnya berbuat baik karena kalau amal yang sebelumnya tidak diterima, mungkin amal yang sesudah itu menjadi amal yang makbul yang diberi ganjaran yang berlipat ganda. 

Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari 'Aisyah pernah bertanya kepada Nabi: 

Siti Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai ayat ini (alladzina yu`tuna ma ataw waqulubuhum wajilah), apakah yang dimaksud dengan ayat ini ialah orang berzina dan meminum khamar atau mencuri, dan karena itu ia takut kepada Tuhan dan siksa-Nya? Pertanyaan ini dijawab oleh Rasulullah, "Bukan demikian maksudnya, hai puteri Abu Bakar as-Shiddiq. Yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengerjakan salat, berpuasa dan menafkahkan hartanya, namun dia merasa takut kalau-kalau amalnya itu termasuk amal yang tidak diterima (mardud). (Riwayat Ahmad dan at-Tirmidzi). 

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut, selalu bersegera berbuat kebaikan bila ada kesempatan untuk itu dan selalu berupaya agar amal baiknya selalu bertambah. Baru saja ia selesai melaksanakan amal yang baik ia ingin agar dapat segera berbuat amal yang lain dan demikianlah seterusnya. Orang yang demikian sifatnya akan diberi pahala oleh Allah amalnya yang baik di dunia maupun di akhirat seperti yang pernah diberikan kepada Nabi Ibrahim yang tersebut dalam firman-Nya: 

Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang yang saleh. (an-Nahl/16: 122) 

Dan firman-Nya: 

فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ 

Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Ali 'Imran/3: 148) 

Sobat. Oleh karena kesungguhan, keikhlasan, keteguhan iman dan kesabaran para pengikut nabi-nabi yang terdahulu dalam menghadapi segala macam penderitaan dalam memperjuangkan kebenaran di jalan Allah, maka Allah memberikan kepada mereka balasan dunia dan pahala yang setimpal di akhirat. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Sabtu, 10 Juni 2023

Terangkan Hatimu

Tinta Media - Sobat. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Empat tanda gelapnya hati: perut kenyang tanpa peduli, berteman dengan orang zalim, melupakan dosa-dosa di masa lalu dan panjang angan-angan. Empat tanda terangnya hati: perut lapar karena hati-hati yakni karena takut memakan makanan yang tidak halal, menemani orang sholeh, mengingat dosa-dosa yang lalu dan pendek angan-angan."

Sobat. Ketika diterangi cahaya takwa, barulah ia dapat melihat apa yang berbahaya, dan berguna sekaligus membedakan antara yang hak dan batil. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ  

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” ( QS. Al-Anfal (8) : 29 )

Sobat. Allah menyeru orang-orang yang beriman bahwa apabila mereka bertakwa kepada Allah yaitu memelihara diri mereka dengan melaksanakan apa yang mereka tetapkan berdasar hukum-hukum Allah serta menjauhi segala macam larangan-Nya seperti tidak mau berkhianat, lebih mengutamakan hukum-hukum-Nya, Allah akan memberikan kepada mereka petunjuk yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil, dan petunjuk itu merupakan penolong bagi mereka dikala kesusahan dan sebagai pelita dikala kegelapan.

Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ  

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Hadid (57): 28)

Sobat. Allah menjanjikan kepada mereka itu akan menghapus segala kesalahan mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka lantaran mereka itu bertakwa, dan diberi pula furqan,Al-Furqan adalah cahaya yang membedakan antara yang hak dan yang batil, sehingga mereka dapat mengetahui mana perbuatan yang harus dijauhi, karena dilarang Allah, serta dapat pula memelihara dirinya dari hal-hal yang membawa kepada kerusakan. Orang-orang yang mendapat pengampunan Allah berarti ia hidup bahagia. Hal yang demikian ini dapat mereka capai karena karunia Allah semata.
Allah menegaskan bahwa Allah mempunyai karunia yang besar karena Dialah yang dapat memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya, baik keutamaan kepada hamba-Nya di dunia ataupun maghfirah dan surga-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya yang dikasihi di akhirat.

Sobat. Allah SWT berfirman :

أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ 

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” ( QS. Az-Zumar (39) : 22 )

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa tidaklah sama orang yang telah dibukakan Allah hatinya sehingga menerima agama Islam, dengan orang yang sesat hatinya, sehingga ia mengingkari kebenarannya. Hati orang tersebut telah melihat kekuasaan dan kebesaran Allah dalam keindahan dan keajaiban alam ini, lalu terbukalah hatinya menerima pancaran cahaya dari nur Ilahi. 

Sebaliknya orang-orang yang sesat hatinya, tidak melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah dalam kejadian alam ini, mereka menyangka kejadian tersebut tidak lain dari suatu proses kejadian alam itu sendiri, tanpa ada yang mengaturnya. Mereka merasa sanggup mengubah atau memperbaiki proses kejadian tersebut. Hal ini disebabkan karena kebodohan dan pandangan mereka yang picik sehingga hati mereka tetap tertutup, dan tidak memungkinkan masuknya pancaran nur Ilahi ke dalam hatinya. Kedua macam orang itu tentulah tidak sama. Pada ayat yang lain, Allah menegaskan tentang ketidaksamaan kedua macam orang itu. Allah berfirman:
 
Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? (al-An'am/6: 122)

Ibnu 'Abbas meriwayatkan, "Di antara orang yang telah dilapangkan Allah dadanya menerima agama Islam, ialah Abu Bakar r.a. Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud ia berkata: Rasulullah saw membaca ayat ini, lalu kami bertanya, "Ya Nabi Allah, bagaimana hati yang terbuka itu?" Beliau menjawab, "Apabila cahaya menerangi hati, maka ia menjadi terbuka dan lapang." Kami bertanya, "Apakah tanda yang demikian itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Menghadapkan diri kepada kehidupan negeri yang abadi dan menjauhkan diri dari kehidupan negeri yang penuh tipuan dan mempersiapkan diri untuk mati sebelum kematian itu datang." (Riwayat Ibnu Mardawaih)

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu 'Umar, ia berkata: Bahwa seseorang berkata, "Ya Rasulullah, orang mukmin yang manakah yang paling baik?" Rasulullah menjawab, "Mereka yang banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya untuk mati itu, dan bilamana cahaya menyinari hatinya, maka hati itu terbuka dan menjadi lapang." Para sahabat bertanya, "Apa tandanya yang demikian itu ya Nabi Allah?" Nabi menjawab, "Menghadapkan diri kepada negeri yang abadi dan menjauhkan diri dari negeri yang penuh dengan tipuan dan menyiapkan diri untuk mati sebelum kematian itu datang."

Adapun orang-orang yang kasar hatinya dan membatu akan mengalami kecelakaan yang besar disebabkan sikap mereka yang keras kepala tidak mau ingat kepada-Nya. Seharusnya hati mereka menjadi lembut bila nama Tuhan disebut di hadapan mereka, tetapi muka mereka hitam muram bila mendengar nama Allah disebut dan hati mereka bertambah keras membatu.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu 'Umar, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: 

Janganlah kamu memperbanyak pembicaraan tanpa menyebut nama Allah, karena banyak bicara tanpa menyebut nama Allah menyebabkan hati menjadi keras. Dan sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah ialah orang yang keras hatinya." 
Sobat. Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa orang yang hatinya keras itu adalah orang yang buta mata hatinya, mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata. Setiap orang dengan mudah mengetahui keburukan mereka itu.

Sobat. Segala sesuatu yang membuatmu sibuk bersama Allah atau membantumu mendekat kepada-Nya, adalah bagian dari agama. Sebaliknya, semua yang melalaikanmu atau menghijabmu dari Allah merupakan bagian dari dunia.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana UI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Sabtu, 03 Juni 2023

Mewaspadai Hati yang Mati

Tinta Media - Sobat. Hati yang tunduk pada nafsu seperti orang yang bergantung kepada orang yang tenggelam sehingga keduanya sama-sama tenggelam. Amal kebaikan akan melahirkan cahaya dalam hati, kekuatan pada tubuh, sinar pada wajah, kelapangan rezeki, serta kecintaan di hati makhluk.

Sobat. Sebaliknya, amal keburukan melahirkan kegelapan dalam hati, kelam pada wajah, kelemahan badan, merasa kekuarangan dalam urusan rezeki, serta kebencian di hati makhluk.

Sobat. Maksiat dan dosa akan mengotori dan menghitamkan hati. Sebaliknya mengingkari maksiat dan bertaubat darinya akan membersihkan hati dan memutihkan hati. Hati seperti itulah yang dipenuhi keimanan, kecintaan kepada Allah, dan rasa takut kepada-Nya.

أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٞ يَعۡقِلُونَ بِهَآ أَوۡ ءَاذَانٞ يَسۡمَعُونَ بِهَاۖ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ  

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” ( QS. Al-Hajj (22) : 46 )

Sobat. Orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan mengingkari seruan Nabi Muhammad saw sebenarnya mereka sering melakukan perjalanan antara Mekah dan Syiria, serta ke negeri-negeri yang berada di sekitar Jazirah Arab. Mereka membawa barang dagangan dalam perjalanan melihat bekas-bekas reruntuhan negeri umat-umat yang dahulu telah dihancurkan Allah, seperti bekas-bekas negeri kaum 'Ad dan kaum samud, bekas reruntuhan negeri kaum Lut dan kaum Syu'aib dan sebagainya. 

Orang-orang musyrik Mekah telah pula mendengar kisah tragis kaum yang durhaka itu. Apakah semua peristiwa dan kejadian itu tidak mereka pikirkan dan renungkan bahwa tindakan mereka mengingkari seruan Muhammad dan menyiksa para sahabat itu sama dengan tindakan-tindakan umat-umat dahulu terhadap para rasul yang diutus kepada mereka? Jika tindakan itu sama, tentu akibatnya akan sama pula, yaitu mereka akan memperoleh malapetaka dan azab yang keras dari Allah. Allah Mahakuasa melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tidak seorang pun yang sanggup menghalanginya.

Melihat sikap orang-orang musyrik Mekah yang demikian, ternyata mata mereka tidaklah buta, karena mereka dapat melihat bekas-bekas reruntuhan negeri kaum yang durhaka itu, tetapi sebenarnya hati merekalah yang telah buta, telah tertutup untuk menerima kebenaran. 

Yang menutup hati mereka itu ialah pengaruh adat kebiasaan dan kepercayaan mereka dari nenek moyang mereka dahulu. Oleh karena itu mereka merasa dengki kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya, sehingga mereka tidak dapat lagi memikirkan dan merenungkan segala macam peristiwa duka yang telah terjadi dan menimpa umat-umat terdahulu.

Sobat. Hati yang rusak adalah hati yang dipenuhi sifat munafik, amarah, kesat, lalai dan dengki. Semua penyakit hati itu disebabkan oleh rasa cinta kepada dunia. Sementara hati yang bagus adalah yang dipenuhi iman, cemas, tenang, takwa dan kasih sayang, rahmat, lapang, dan takut kepada Allah. Rusak dan bagusnya hati kita bersesuaian dengan kadar keimanan kita. Demikian penjelasan Ibnu Athaillah dalam kitabnya Al-Hikam.

Sobat. Salah satu ciri hati yang sehat adalah hati yang tunduk adalah yang selalu berdzikir kepada Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya :

۞أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” ( QS. Al-Hadid (57) : 16 )

Sobat. Pada ayat ini Allah menegur dan memperingatkan orangorang Mukmin tentang keadaan mereka yang berlalai-lalai. Belum datangkah waktunya bagi orang-orang Mukmin untuk mempunyai hati yang lembut, senantiasa mengingat Allah, suka mendengar dan memahami ajaran-ajaran agama mereka, taat dan patuh mengikuti petunjuk-petunjuk kebenaran yang telah diturunkan, yang terbentang di dalam Al-Qur'an. Selanjutnya orang-orang Mukmin diperingatkan agar jangan sekali-kali meniru-niru orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah diberikan Kitab Taurat dan Injil. Sekalipun telah lama dan memakan waktu agak panjang, mereka belum juga mengikuti dan memahami ajaran mereka dan nabi-nabi mereka, sehingga hati mereka menjadi keras dan susah membantu, tidak lagi dapat menerima nasihat, tidak membekas pada diri mereka ancaman-ancaman yang ditujukan kepada mereka. Mereka mengubah Kitab yang ada di tangan mereka dan ajaran-ajaran Kitab mereka dilempar jauh-jauh. Pendeta dan pastur mereka jadikan tuhan selain Allah, membikin agama tanpa alasan. 

Kebanyakan mereka menjadi fasik, meninggalkan ajaran-ajaran mereka yang asli. Sejalan dengan ayat ini firman Allah: 
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (al-Ma'idah/5: 13).

Sobat. Hati yang sehat itu adalah hati yang tenang, yaitu tidak ragu dan tidak goyah. Ia senantiasa mengembalikan semua urusan kepada Allah. Hati yang sehat adalah hati yang bertakwa, yaitu menyadari pengawasan Allah dalam setiap urusan dan mengagungkan semua syiar-Nya.
ذَٰلِكَۖ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ  
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” ( QS. Al-Hajj (22) : 32 )

Sobat. Siapa yang menghormati syi`ar-syi`ar Allah, memilih binatang kurban yang baik, gemuk dan besar, maka sesungguhnya yang demikian adalah perbuatan orang yang benar-benar takwa kepada Allah dan perbuatan yang berasal dari hati sanubari orang yang mengikhlaskan ketaatannya kepada Allah.
Dalam hadis diterangkan binatang yang biasa disembelih para sahabat.

Dari Abu Umamah bin Sahal, "Kami menggemukkan hewan kurban di Medinah, dan kaum Muslimin mengemukkannya pula." (Riwayat al-Bukhari)

Dan hadis Nabi Muhammad saw:
Dari al-Bara, ia berkata telah bersabda Rasulullah saw, "Empat macam yang tidak boleh ada pada binatang kurban, yaitu yang buta matanya sebelah, yang jelas kebutaannya, yang sakit dan jelas sakitnya, yang pincang dan jelas pincangnya dan yang patah kakinya, dan yang tidak dapat membersihkan diri (yang parah)."(Riwayat al-Bukhari dan Ahmad).

Sobat. Hati yang sehat adalah hati yang suci, yaitu hati yang bersih dari segala keburukan dan noda syahwat. Bahkan hawa nafsunya mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW dari Allah SWT. Hati yang sehat adalah hati yang kembali, yaitu kembali kepada Tuhan seraya menyadari kelalaiannya sekaligus bertaubat darinya. 

Allah SWT berfirman :

هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٖ مَّنۡ خَشِيَ ٱلرَّحۡمَٰنَ بِٱلۡغَيۡبِ وَجَآءَ بِقَلۡبٖ مُّنِيبٍ 

“Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat,” ( QS. Qaf (50) : 32-33 )

Sobat. Ayat ini menerangkan ketika orang-orang bertakwa berada di depan surga, malaikat berkata kepada mereka: bahwa yang di depan mereka adalah kenikmatan yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepada mereka dengan perantaraan para rasul-Nya dan tertulis dalam kitab-kitab-Nya yaitu kepada setiap hamba Allah yang selalu kembali dengan bertobat kepada Allah. Mereka selalu memohon ampun dari dosa-dosanya dan mereka selalu berusaha untuk memelihara semua peraturan-peraturan-Nya.

Sobat. Mereka takut kepada Allah Yang Maha Pemurah, sedangkan Dia tidak kelihatan oleh mereka, dan mereka menghadap ke hadirat Allah dengan hati yang bertobat dan tunduk kepada-Nya. 

Sobat. Waspadalah terhadap hati yang mati , “ Di antara tanda-tanda hati yang mati adalah tidak ada kesedihan atas ketaatan yang terlewatkan dan tidak adanya penyesalan atas adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan.” Kata Ibnu Athaillah.

Sobat. Adapun ciri hati yang mati : Tanda orang yang hatinya mati sering meremehkan urusan sholat. Bahkan berani meninggalkannya tanpa ada rasa penyesalan. Padahal sholat adalah kewajiban dan pembeda seorang muslim dan orang kafir. Dalam satu Hadis disebutkan: "Barang siapa yang memelihara sholat, maka sholat akan menjadi cahaya baginya, bukti dan keselamatan kelak di hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak memeliharanya, sholat itu tidak akan menjadi cahaya, bukti maupun keselamatan baginya sedangkan di hari kiamat ia akan dikumpulkan bersama Fir'aun, Qarun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.

Adapun ciri-ciri hati yang mati lainnya ; merasa tenang walaupun setiap hari melakukan dosa dan maksiat.Jauh dari Al-Quran,condong kepada urusan dunia,suka berprasangka buruk dan mencari kesalahan orang lain,enggan belajar agama dan tidak suka nasehat. Tidak mau memikirkan mati dan azab kubur.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN

Kamis, 13 Oktober 2022

Jika Hati Didominasi Kepentingan Dunia, Akhirat Akan Digadaikan

Tinta Media - Khadim Ma'had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor, Ustaz Arief B. Iskandar (ABI) mengatakan jika hati didominasi kepentingan dunia, akhirat akan digadaikan.
 
“Jika kalbu/hati seorang hamba didominasi oleh  kepentingan dunia berupa harta, jabatan, kekuasaan, dan lain-lain,  maka akhirat/surganya akan ia gadaikan untuk meraih apa saja yang menjadi ambisi dunianya itu,” ungkapnya kepada Tinta Media Rabu (12/10/2022).
 
Ia, ucap ABI,  akan ‘menjual’ agamanya. Tak peduli halal-haram. Tak peduli surga atau neraka. Yang penting dunia (harta, jabatan, kekuasaan,dll) selalu ada dalam genggaman. Ia lupa bahwa semua itu pasti akan dia tanggalkan dan tinggalkan. “Saat itulah yang akan ia rasakan adalah penyesalan,” tandas ABI mengingatkan.
 
Sebaliknya, sambungnya, jika  kalbu  atau hati seorang hamba didominasi oleh kepentingan akhirat maka seluruh kepentingan dunianya (harta, jabatan, kekuasaan, dll) akan ia ‘wakaf’kan di jalan Allah Swt.  demi sesuatu yang abadi di akhirat, yakni meraih surga-Nya.
 
ABI lalu mengutip pernyataan Abu Nu’aim al-Asbahani dalam kitabnya Hilyah al-Awliyaa’ rahimahullaah:

الدنيا والآخرة يجتمعات في قلب العبد، فأيهما غلب، كان الآخر تبعاً له.

“Dunia dan akhirat akan selalu berkumpul pada kalbu (hati) seorang hamba.  Mana saja di antara keduanya yang dominan mendominasi kalbu  atau hatinya maka yang lain akan menjadi pengekor (pengikut)nya.”
 
“Semoga kepentingan menyiapkan bekal akhirat selalu mendominasi kalbu kita. Dengan itu seluruh kepentingan  dunia kita (harta, jabatan, kekuasaan dll), kita ‘wakaf’kan untuk dapat meraih surga-Nya di akhirat,” harapnya memungkasi penuturan. [] Irianti Aminatun
 

Kamis, 22 September 2022

Jagalah Hati, Jangan Kau Kotori

Tinta Media - Sobat. Hati selalu dalam keadaan bertarung antara lintasan nafsu dan lintasan takwa. Jika lintasan takwa bisa mengalahkan nafsu, berarti kau telah mendapatkan karunia dan anugerah Allah SWT. Namun jika kecenderungan mengikuti hawa nafsu terdapat dalam hati yang pada gilirannya akan menjerumuskan si pemilik hati ke dalam dosa.

Rasulullah SAW bersabda, “Hati manusia lebih bergolak daripada kuali yang sedang mendidih di atas api.” ( HR. Ahmad dan Al-Hakim).

Sobat. Hati yang rusak adalah hati yang dipenuhi sifat munafik, amarah, kesat, lalai, dengki. Semua penyakit hati itu disebabkan oleh rasa cinta kepada dunia ( Hubbuddunya). Sementara hati yang bagus adalah yang dipenuhi iman,tenang, takwa, kasih sayang, rahmat, lapang, dan takut kepada Allah. Rusak dan bagusnya hati kita bersesuaian dengan kadar keimanan kita. 

Sobat. Hati yang bertakwa yaitu menyadari pengawasan Allah dalam setiap urusan dan mengagungkan semua syiar-Nya. Hati yang suci yaitu hati yang bersih dari segala keburukan dan noda syahwat. Bahkan Hawa nafsunya mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW dari Allah. Hati yang kembali, yaitu kembali kepada Allah seraya menyadari kelalaiannya sekaligus bertaubat darinya.

Oleh Karena itu setiap mukmin dianjurkan berdoa sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya :
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ  
“Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".( QS. Ali Imran (3) : 8 ).

Sobat. Sikap orang yang ilmu pengetahuannya telah mendalam, mereka selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah swt, bila mereka tidak sanggup lagi memikirkan ayat-ayat Allah. Mereka berdoa kepada Allah agar selalu dipelihara, dipimpin, diberi petunjuk, dan jangan sampai mereka tergelincir ke jalan yang sesat setelah mereka mendapat petunjuk. Dari doa mereka dipahami bahwa yang mereka mohonkan itu bukanlah semata-mata keselamatan dan kebahagiaan duniawi, tetapi juga mereka memohon kebahagiaan dan keselamatan di akhirat.

Sobat. Pengabdian kepada Allah menuntut sikap syukur terhadap semua nikmat dan bersabar menghadap ridha-Nya ketika menghadapi musibah. Amal kebaikan akan melahirkan cahaya dalam hati, kekuatan pada tubuh, sinar pada wajah, kelapangan rezeki, serta kecintaan di hati makhluk. Sebaliknya, amal keburukan melahirkan kegelapan dalam hati, kelam pada wajah, kelemahan badan, merasa kekurangan dalam urusan rezeki, serta kebencian di hati makhluk.

Sobat. Ada empat hal yang dapat membantumu membeningkan hati demikian kata Ibnu Athaillah : Pertama. Banyak berdzikir. Kedua. Banyak Diam. Ketiga banyak khalwat ( menyendiri ). Keempat. Mengurangi Makan dan Minum ( Banyak berpuasa ).

Sobat. Hati yang senantiasa berdzikir merasakan keagungan Tuhan serta takut kepada—ya akan mendorong kita untuk berusaha meraih ridha-Nya dengan cara menaati dan mengikuti perintah-Nya. Selain itu, dzikir dapat membersihkan hati dari noda dan maksiat. Hati harus menjadi sumber dzikir untuk lisan dan anggota tubuh lainnya.

Allah SWT berfirman :
ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ  
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” ( QS. Ali Imran (3) : 191 ).

Sobat. Salah satu ciri khas bagi orang berakal yang merupakan sifat khusus manusia dan kelengkapan ini dinilai sebagai makhluk yang memiliki keunggulan dibanding makhluk lain, yaitu apabila ia memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faedah, ia selalu menggambarkan kebesaran Allah, mengingat dan mengenang kebijaksanaan, keutamaan dan banyaknya nikmat Allah kepadanya. Ia selalu mengingat Allah di setiap waktu dan keadaan, baik pada waktu ia berdiri, duduk atau berbaring. Tidak ada satu waktu dan keadaan dibiarkan berlalu begitu saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat di dalamnya, yang menggambarkan kesempurnaan alam dan kekuasaan Allah.

Sobat. Dengan berulang-ulang direnungkan hal-hal tersebut secara mendalam, sesuai dengan sabda Nabi saw, "Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah, dan jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak akan dapat mencapai hakikat Zat-Nya.

Sobat. Akhirnya setiap orang yang berakal akan mengambil kesimpulan dan berkata, "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan tertentu yang akan membahagiakan kami di dunia dan di akhirat. Mahasuci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan-bukan yang ditujukan kepada Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi orang-orang yang tidak beriman.

Penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang, sungguh merupakan fenomena yang sangat kompleks, yang terus menerus menjadi obyek penelitian umat manusia, sejak awal lahirnya peradaban manusia. 

Dalam beberapa surah, antara lain Surah al-Araf/7 ayat 54, disebutkan bahwa penciptaan langit dan bumi berlangsung dalam waktu enam masa (lihat pula Telaah Ilmiah Surah al-Araf/7:54). 

Sobat. Begitu kompleksnya penciptaan langit dan bumi yang berlangsung dalam enam masa telah dijelaskan oleh Dr.Achmad Marconi (lihat: Bagaimana Alam Semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qur'an dan Sains Modern, Pustaka Jaya, 2003) sebagai berikut: Kata ayyam adalah bentuk jamak dari yaum. Kata yaum dalam arti sehari-hari dipakai untuk menunjukkan keadaan terangnya siang, ditafsirkan sebagai 'masa. Sedang bentuk jamaknya: ayyam, dapat berarti 'beberapa hari dan bahkan dapat berarti 'waktu yang lama. Dilihat dari penggunaan kata ayyam pada ayat di atas menunjukkan sifat relatif waktu dengan memperbandingkan waktu manusia dengan waktu yang berlaku bagi gerak energi-materi alam semesta. Oleh Abdullah Yusuf Ali, (The Holy Qur'an, Text, Translation and Commentary,1934), kata yaum (bentuk tunggal dari ayyam) disetarakan dengan kata dalam bahasa Inggris age atau aeon. Oleh Abdus Suud, ahli tafsir abad ke-16, kata yaum disetarakan dengan pengertian "peristiwa" atau naubat. Lebih tepat bila kata yaum diterjemahkan sebagai "tahap" atau periode atau masa. Dengan demikian kalimat fi sittati ayyam dalam ayat-54 Surah al-Araf/7 di atas, tepat untuk diterjemahkan sebagai 'dalam enam masa. 

Marconi (2003) menjelaskan keenam masa tersebut adalah: Masa Pertama, Sejak 'Dentuman Besar (Big Bang) dari Singularity, sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce), ruang-waktu mulai memisah. Namun Kontinuum Ruang-Waktu yang lahir masih berujud samar-samar, di mana energi-materi dan ruang-waktu tidak jelas bedanya. Masa Kedua, massa terbentuknya inflasi Jagad Raya, namun Jagad Raya ini masih belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos). Gaya Nuklir-Kuat memisahkan diri dari Gaya Elektro-Lemah, serta mulai terbentuknya materi-materi fundamental: quarks, antiquarks, dsb. Jagad Raya mulai mengembang. Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini. Gaya Nuklir-Lemah mulai terpisah dari Gaya Elektromagnetik. Inti-inti atom seperti proton, netron, dan meson tersusun dari quark-quark ini. Masa ini dikenal sebagai masa pembentukan inti-inti atom (Nucleosyntheses). Ruang, waktu serta materi dan energi, mulai terlihat terpisah. Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk, namun masih dalam keadaan bebas, belum terikat oleh inti-atom untuk membentuk atom yang stabil. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan Jagad Raya, terus mengembang dan mulai nampak transparan. Masa Keenam, Jagad raya terus mengembang, atom-atom mulai membentuk aggregat menjadi molekul-molekul, makro-molekul, kemudian membentuk proto-galaksi, galaksi-galaksi, bintang-bintang, tata surya-tata surya, dan planet-planet.

Demikian pula silih bergantinya malam dan siang, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena ini melibatkan 'rotasi bumi (yaitu bumi berputar pada sumbunya), seraya 'mengelilingi matahari dengan sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika bumi berkitar (precession) mengelilingi matahari. Jadi silih bergantinya malam dan siang terjadi karena adanya gerakan rotasi bumi yang berkitar mengelilingi sebuah bintang, yaitu matahari. Karena gerakannya miring, gerakan perkitaran bumi mengelilingi matahari juga memberikan dampak musim yang berbeda-beda, tergantung dari posisi tempat di bumi terhadap matahari. Selain itu rotasi bumi dalam berkitar mengelilingi matahari, distabilkan oleh bulan yang berputar mengelilingi bumi, dalam istilah astronomi, bulan memberikan rotational dynamic stability pada rotasi bumi yang berkitar mengelilingi matahari. Planet-planet lain yang juga mengelilingi matahari, memberikan pula rotational dinamic stability kepada perkitaran bumi terhadap matahari, Subhanallah! Terbukti bahwa eksistensi bulan sangat diperlukan agar precession (perkitaran) bumi pada sumbunya stabil. Bulan memberikan kestabilan dalam dimensi waktu 10-100 tahun, sedang Venus dan Mars memberikan kestabilan dalam dimensi waktu 100-500 tahun. 

Sedang planet Jupiter dan Saturnus, juga ikut memberikan rotational dynamic stability terhadap bumi kita ini, selain juga bertindak sebagai shield (perisai) bagi bumi terhadap hamburan meteor yang akan membentur bumi (komunikasi personal dengan Prof. Dr. Ir. Said D. Jenie, pakar Mekanika Benda Langit ITB)(lihat juga Telaah Ilmiah Surah al-Anam, ayat 96).

Jelaslah, begitu kompleksnya fenomena ciptaan Allah swt. tentang 'Penciptaan Langit dan Bumi, serta silih bergantinya malam dan siang ini. Hanya para ilmuwan dan filosof yang sangat ulung dan tekun serta tawadhu, yang akan mampu menyingkap rahasia alam ini. Merekalah yang disebut sebagai Ulil Albab pada ayat di atas. Penciptaan Langit dan Bumi sangat kompleks, dan baru 'sedikit yang diketahui manusia tentang itu. Silih bergantinya malam pun juga sangat kompleks. Dalam era modern ini, ilmu pengetahuan telah mampu menyingkap bahwa bulan, planet Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus, semuanya memberikan pengaruh berupa rotational dynamic stability pada rotasi bumi dalam berkitar mengelilingi matahari itu. Mereka inilah (para ulil albab) yang sampai kepada kesimpulan: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka".

Sobat. Kosongkan hatimu dari segala sesuatu selain Dia, baik itu berupa segala sesuatu yang menggiurkan, syahwat, harta, dan kedudukan. Jika hatimu telah kosong, pasti rahmat, taufik, dan bantuan Allah akan menjaga dan memeliharamu setiap waktu.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Senin, 19 September 2022

Pintu-pintu yang Membuat Iblis Masuk ke dalam Hati Manusia

Tinta Media - Sobat. Sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya. Hati inilah yang bisa mengetahui Allah, pendorong untuk bertindak dan berusaha, yang mengungkap apa yang ada di sisi-Nya. Anggota tubuh hanya sekedar mengikuti dan menjadi pelayannya, sebagaimana raja yang menjadikan hamba sahaya sebagai pelayannya. 

Sobat. Perumpamaan hati itu seperti sebuah benteng. Sedangkan syetan adalah musuh yang hendak masuk ke dalam benteng itu, hendak menguasai dan merebutnya. Benteng tidak akan terlindungi kecuali dengan menjaga pintu-pintunya.

Allah mengajarkan kepada kita untuk selalu menjaga hati dan meminta perlindungan kepada-Nya dari segala godaan syetan yang terkutuk seperti dalam firman-Nya :

قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ مَلِكِ ٱلنَّاسِ إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ  

“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. ( QS. An-nas (114) : 1-6 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad termasuk pula di dalamnya seluruh umatnya agar memohon perlindungan kepada Tuhan yang menciptakan, menjaga, menumbuhkan, mengembangkan, dan menjaga kelangsungan hidup manusia dengan nikmat dan kasih sayang-Nya serta memberi peringatan kepada mereka dengan ancaman-ancaman-Nya.

Sobat. Allah menjelaskan bahwa Tuhan yang mendidik manusia itu adalah yang memiliki dan yang mengatur semua syariat, yang membuat undang-undang, peraturan-peraturan, dan hukum-hukum agama. Barang siapa yang mematuhinya akan berbahagia hidup di dunia dan di akhirat.

Sobat. Allah menambah keterangan tentang Tuhan pendidik manusia ialah yang menguasai jiwa mereka dengan kebesaran-Nya. Mereka tidak mengetahui kekuasaan Allah itu secara keseluruhan, tetapi mereka tunduk kepada-Nya dengan sepenuh hati dan mereka tidak mengetahui bagaimana datangnya dorongan hati kepada mereka itu, sehingga dapat mempengaruhi seluruh jiwa raga mereka.

Ayat-ayat ini mendahulukan kata Rabb (pendidik) dari kata Malik dan Ilah karena pendidikan adalah nikmat Allah yang paling utama dan terbesar bagi manusia. Kemudian yang kedua diikuti dengan kata Malik (Raja) karena manusia harus tunduk kepada kerajaan Allah sesudah mereka dewasa dan berakal. Kemudian diikuti dengan kata Ilah (sembahan), karena manusia sesudah berakal menyadari bahwa hanya kepada Allah mereka harus tunduk dan hanya Dia saja yang berhak untuk disembah.

Allah menyatakan dalam ayat-ayat ini bahwa Dia Raja manusia. Pemilik manusia dan Tuhan manusia, bahkan Dia adalah Tuhan segala sesuatu. Tetapi di lain pihak, manusialah yang membuat kesalahan dan kekeliruan dalam menyifati Allah sehingga mereka tersesat dari jalan lurus. 

Mereka menjadikan tuhan-tuhan lain yang mereka sembah dengan anggapan bahwa tuhan-tuhan itulah yang memberi nikmat dan bahagia serta menolak bahaya dari mereka, yang mengatur hidup mereka, menggariskan batas-batas yang boleh atau tidak boleh mereka lakukan. Mereka memberi nama tuhan-tuhan itu dengan pembantu-pembantunya dan menyangka bahwa tuhan-tuhan itulah yang mengatur segala gerak-gerik mereka. Dalam ayat lain, Allah berfirman:
 
Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31)
 
Dan tidak (mungkin pula baginya) menyuruh kamu menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruh kamu menjadi kafir setelah kamu menjadi Muslim? (Ali 'Imran/3: 80)

Maksudnya, dengan ini Allah memperingatkan manusia bahwa Dia-lah yang mendidik mereka sedang mereka adalah manusia-manusia yang suka berpikir dan Dia Raja mereka dan Dia pula Tuhan mereka menurut pikiran mereka. Maka tidak benarlah apa yang mereka ada-adakan untuk mendewa-dewakan diri mereka padahal mereka manusia biasa.

Sobat. Dalam ayat 4 an-nas ini, Allah memerintahkan manusia agar berlindung kepada Allah Rabbul-'Alamin dari kejahatan bisikan setan yang senantiasa bersembunyi di dalam hati manusia. Bisikan dan was-was yang berasal dari godaan setan itu bila dihadapkan kepada akal yang sehat mesti kalah dan orang yang tergoda menjadi sadar kembali, karena semua bisikan dan was-was setan yang akan menyakiti manusia itu akan menjadi hampa bila jiwa sadar kembali kepada perintah-perintah agama. Begitu pula bila seorang menggoda temannya yang lain untuk melakukan suatu kejahatan, tetapi temannya itu berpegang kuat dengan perintah-perintah agama niscaya akan berhenti menggoda dan merasa kecewa karena godaannya itu tidak berhasil namun ia tetap menunggu kesempatan yang lain.

Sobat. Allah menerangkan dalam ayat 5 an-nas ini tentang godaan tersebut, yaitu bisikan setan yang tersembunyi yang ditiupkan ke dalam dada manusia, yang mungkin datangnya dari jin atau manusia, sebagaimana dalam ayat lain Allah berfirman:
 
Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin. (al-An'am/6: 112)

Setan-setan jin itu seringkali membisikkan suatu keraguan dengan cara yang sangat halus kepada manusia. Seringkali dia menampakkan dirinya sebagai penasihat yang ikhlas, tetapi bila engkau menghardiknya ia mundur dan bila diperhatikan bicaranya ia terus melanjutkan godaannya secara berlebih-lebihan. 

Surah ini dimulai dengan kata pendidik, karena itu Tuhan sebagai pendidik manusia, berkuasa untuk menolak semua godaan setan dan bisikannya dari manusia. Allah memberi petunjuk dalam surah ini agar manusia memohon pertolongan hanya kepada Allah sebagaimana Dia telah memberi petunjuk yang serupa dalam surah al-Fatihah, bahwa dasar yang terpenting dalam agama adalah menghadapkan diri dengan penuh keikhlasan kepada Allah baik dalam ucapan, maupun perbuatan lainnya dan memohon perlindungan kepada-Nya dari segala godaan setan yang ia sendiri tidak mampu menolaknya.

Sobat. Pintu-pintu besar yang menjadi jalan syetan untuk masuk ke dalam hati manusia adalah : 

1. Iri, dengki dan ambisius. Jika itu ada pada diri manusia maka syetan mendapatkan peluang yang besar untuk masuk melalui pintu ini ke dalam hati manusia.
2. Amarah, syahwat dan keras hati. Amarah merupakan bencana bagi akal. Jika pasukan akal sudah melemah, maka saat itu syetan bisa leluasa melancarkan serangan. Lalu mempermainkan diri manusia. Diriwayatkan bahwa iblis pernah berkata, “ Jika manusia keras hati, maka kami bisa membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola.”
3. Kenyang. Karena perut kenyang bisa menguatkan syahwat dan mengabaikan ketaatan.
4. Tamak terhadap orang lain. Jika seseorang tamak terhadap orang lain, maka dia akan memuji-muji tidak secara proporsional, mencari muka dihadapannya, tidak menyuruhnya kepada yang ma’ruf dan tidak mencegahnya dari yang munkar.
5. Terburu-buru, tidak berhati-hati dan tidak memiliki keteguhan hati. Rasulullah SAW bersabda, “ Terburu-buru itu dari syetan dan berhati-hati itu dari Allah.”
6. Cinta harta. Selagi cinta kepada harta ini sudah bersemayam di dalam hati, tentu akan merusaknya, lalu mendorongnya mencari harta dengan cara yang layak, membawanya kepada sifat kikir, takut miskin, dan mencegah mengeluarkan hak yang diwajibkan.
7. Buruk sangka terhadap sesama muslim. Siapa yang membuat keputusan tentang diri seorang muslim berdasarkan buruk sangkanya, tentu dia akan melecehkan orang muslim itu dan mengatakan yang macam-macam tentang dirinya, lalu melihat dirinyalah yang lebih baik. Seharusnya yang disebut orang mukmin itu ialah yang memaafkan orang mukmin lainnya sedangkan orang munafik ialah yang mencari keburukannya.
8. Kesukaan mempercantik rumah, pakaian, dan alat-alat perkakas. Dia selalu merasa tergelitik untuk mempercantik rumahnya, merubah atapnya, temboknya, membaguskan pakaian dan alat-alat perkakas rumah tangga lupa memperbagus akhlak dan ibadahnya, sehingga sepanjang hidupnya dia akan merasa merugi.
9. Membawa orang-orang awam kepada fanatisme madzhab, tanpa melaksanakan amalan yang semestinya.
10. Membawa orang-orang awam kepada pemikiran tentang Dzat Allah, sifat-sifat-Nya dan masalah-masalah yang sebenarnya di luar jangkauan akal mereka, sehingga membuat mereka ragu terhadap dasar agama.

Sobat. Inilah sejumlah pintu masuk bagi syetan ke dalam hati manusia. Maka jalan pemecahannya adalah menutup pintu-pintu tersebut, dengan cara membersihkan hati dari sifat-sifat yang tercela. Jika di dalam hati masih bersemayam benih sifat-sifat ini, syetan pun masih leluasa memasukkan bisikan dan berlalu lalang, sehingga mencegahnya untuk mengingat Allah dan mengisi hati dengan takwa.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas pendidikan Jawa Timur

Selasa, 19 Juli 2022

SUMBER UTAMA MASALAH ADALAH HATI DAN PIKIRAN KITA

Tinta Media - Banyak di antara kita yang tidak menyadari, bahwa sumber utama masalah dalam hidup kita ternyata bukan dari luar, tetapi dari dalam diri kita sendiri. Dari dalam hati dan pikiran kita

Pernahkah Anda merasakan ketakutan luar biasa, sehingga tidak bisa makan, tidur, dan terus gelisah? Padahal di luar sana tidak terjadi apa-apa. Apa yang kita takutkan dan membuat kita gelisah tidak bisa tidur, ternyata baik-baik saja

Jadi, apa sebenarnya yang menyebabkan kita gelisah, takut dan tidak bisa tidur itu? Hati dan pikiran kita

Itulah, mengapa Islam mengajarkan keimanan kepada yang gaib, kepada Allah, pengaturan Allah, ilmu Allah, Qadha dan Qadar Allah, yang harus kita yakini dengan benar, kuat dan jernih. Termasuk soal jodoh, rizki dan ajal

Karena keyakinan itulah yang membuat hati kita bersih, pikiran kita jernih dan tenang. Tidak ada ketakutan, kekhawatiran dan kegelisahan. Tidak mempunyai uang tenang. Mendapat musibah tenang. Begitu juga saat mendapat nikmat, tidak terbang apalagi sombong. Biasa saja.

Begitulah hati jika bersih, dan pikiran jika jernih. Semuanya itu karena kita mempunyai akidah Islam yang benar, jernih dan cemerlang

Maka, bersihkan hatimu. Berpikirlah dengan kekuatan Allah, bukan kekuatan makhluk. Saat itulah, Anda akan menemukan berbagai keajaiban dalam hidup

https://www.instagram.com/p/Cf7vQpXhaF5/?igshid=MDJmNzVkMjY=

KH Hafidz Abdurahman, M.A. 
Khadim Ma'had Syaraful Haramain 

Selasa, 03 Mei 2022

Hati yang Khusyuk dan Ringan Melakukan Ketaatan


Tinta Media  - Sobat. Siapa yang menghadirkan hati  untuk berzikir kepada Allah  dan mendengarkan dari hatinya yang terdalam terhadap kitab Allah, maka hatinya akan khusyuk.

Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya Allah mempunyai wadah. Ingatlah wadah itu adalah hati. Hati yang paling dekat kepada Allah adalah hati yang lembut, bening, dan padat.”  Lalu

Abu Abdillah at-Tirmidzi  berkata, “ Lembutnya hati adalah takut kepada Allah. Beningnya hati adalah persahabatan karena Allah. Padatnya hati adalah dalam agama Allah.

Sobat. Ringan dalam berbuat taat merupakan salah satu tanda cinta  kepada Yang Ditaati dan tanda memuliakan-Nya. Sebab kesejukan mata seorang pecinta ada dalam ketaatan kepada Yang Dicintai. Karena itu Rasulullah SAW bersabda, “ Dan jadikan sejuk mataku ( kenikmatanku) dalam sholat.” Karena di dalamnya ada percakapan (spiritual) dan Mahabbah  serta lezatnya kedekatan dan intimya munajat.

Allah SWT Berfirman :
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ (٤٥)
“ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” ( QS. al-Baqarah (2) : 45 )

Sobat. Pada ayat sebelumnya Setelah menjelaskan betapa jeleknya keadaan dan sifat-sifat Bani Israil, sehingga akal mereka tidak bermanfaat bagi diri mereka dan kitab suci yang ada di tangan mereka pun tidak mendatangkan faedah apa pun bagi mereka, maka Allah memberikan bimbingan kepada mereka menuju jalan yang paling baik, yaitu agar mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan kesabaran dan salat.

Yang dimaksud dengan "sabar" di sini ialah sikap dan perilaku sebagai berikut:
1. Tabah menghadapi kenyataan yang terjadi, tidak panik, tetapi tetap mampu mengendalikan emosi.
2. Dengan tenang menerima kenyataan dan memikirkan mengapa hal itu terjadi, apa sebabnya dan bagaimana cara mengatasinya dengan sebaik-baiknya.
3. Dengan tenang dan penuh perhitungan serta tawakal melakukan perbaikan dengan menghindari sebab-sebab kegagalan dan melakukan antisipasi secara lebih tepat berdasar pengalaman.

Bersikap sabar berarti mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya, dengan cara mengekang syahwat dan hawa nafsu dari semua perbuatan yang terlarang. Melakukan salat dapat mencegah kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan dengan salat itu pula kita selalu ingat kepada Allah, sehingga hal itu akan menghalangi kita dari perbuatan-perbuatan yang jelek, baik diketahui orang lain, maupun tidak.

Sholat adalah ibadah yang sangat utama di mana kita dapat bermunajat kepada Allah lima kali setiap hari.
"Rasulullah saw, apabila menghadapi masalah berat, beliau salat". (Riwayat Ahmad).

Sobat. Melakukan sholat dirasakan berat dan sukar, kecuali oleh orang-orang yang khusyuk, yaitu orang yang benar-benar beriman dan taat kepada Allah, dan melakukan perintah-perintah-Nya dengan ikhlas karena mengharapkan rida-Nya semata, serta memelihara diri dari azab-Nya.

Bagi orang yang khusyuk, melaksanakan sholat tidaklah dirasakan berat, sebab pada saat-saat tersebut mereka tekun dan tenggelam dalam bermunajat kepada Allah sehingga mereka tidak lagi merasakan dan mengingat sesuatu yang lain, baik berupa kesukaran maupun penderitaan yang mereka alami sebelumnya. Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda:
"Dan dijadikan ketenangan hatiku di dalam sholat" (Riwayat Ahmad dan an-Nasa'i)

Ini disebabkan karena ketekunannya dalam melakukan salat merupakan sesuatu yang amat menyenangkan baginya, sedang urusan-urusan duniawi dianggap melelahkan.

Di samping itu mereka penuh pengharapan menanti-nanti pahala dari Allah atas ibadah tersebut sehingga berbagai kesukaran dalam melaksanakannya dapat diatasi dengan mudah. Hal ini tidak mengherankan, sebab orang yang mengetahui hakikat dari apa yang dicarinya niscaya ringan baginya untuk mengorbankan apa saja untuk memperolehnya. Orang yang yakin bahwa Allah akan memberikan ganti yang lebih besar dari apa yang telah diberikannya niscaya ia merasa ringan untuk memberikan kepada orang lain apa saja yang dimilikinya.

Allah SWT Berfirman :
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَخۡبَتُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ (٢٣)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri) merasa tenang dan aman, atau kembali (kepada Rabb mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya” (QS. Hud (11) : 23 )
Ikhbat ( Merendahkan diri ) adalah tawadhu’ kepada Allah. Buahnya adalah patuh pada  perintah  Allah.

Sobat. Berlainan sekali dengan nasib orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Mereka selalu berserah diri kepada Allah dengan patuh dan taat kepada-Nya dan kepada rasul-Nya, mengerjakan berbagai kebajikan di dunia, melaksanakan ketaatan pada Allah dengan tulus ikhlas dan meninggalkan segala yang mungkar. Mereka itu adalah penghuni-penghuni surga yang tidak akan keluar lagi darinya, dan mereka tidak akan mati, bahkan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.

Ibrahim bin Adham  berkata, “ Hati seorang mukmin  jernih seperti cermin. Setiap syetan membawakan sesuatu, dia melihatnya. Jika dia berbuat dosa, maka titik Jika dia kembali berbuat maksiat dan tidak bertaubat. Titik hitam itu menetap hingga hatinya  menghitam, lalu hatinya jarang mengambil manfaat dari nasihat.”

Sobat. Dalam Kitab Thaharatul Qulub Syeikh Abdul Azis Ad-Dirini  menyerupakan hati dengan wadah. Hati orang kafir adalah wadah yang terbalik, yang tidak bisa dimasuki kebaikan sedikit pun. Hati orang munafik adalah wadah yang pecah, apa yang dituangkan dari atas maka akan keluar dari bawah. Hati orang mukmin adalah wadah yang benar dan seimbang, ketika kebaikan dituangkan maka ia sampai.

Sobat. Hati orang-orang yang bersih dari kotoran kelalaian dan ketergelinciran, apa yang dituangkan dalam wadah mereka  akan tetap bersih. Ada hati orang yang berisi sedikit kotoran yang bisa dikalahkan oleh sesuatu yang bersih. Ada pula hati orang yang berisi banyak kotoran, sampai-sampai mengalahkan kebaikan yang dituangkan ke dalam wadah itu. Bisa jadi, wadahnya penuh dengan kotoran sehingga tidak bisa memuat apa-apa lagi.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

Oleh: DR. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. CEO Educoach dan Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab