Tinta Media: Hari Ibu
Tampilkan postingan dengan label Hari Ibu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hari Ibu. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Januari 2024

Hari Ibu Diperingati, Peran Ibu Dieksploitasi


Tinta Media - Peran ibu begitu kompleks baik bagi pembangunan negara maupun perannya dalam mengurusi rumah tangga. Maka, tak heran jika peran ibu ini di apresiasi dengan peringatan hari ibu yang diselenggarakan setiap tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Peringatan hari ibu serentak dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, tak terkecuali di kabupaten Bandung Jawa Barat. 

Bertepatan dengan hari Jumat tanggal 22 Desember 2023 lalu, pemerintah Kabupaten Bandung melakukan upacara peringatan hari ibu ke-95 dan digelar di Dome Bale Rame, Soreang. Tema yang diangkat pada upacara tersebut adalah "Perempuan Berdaya, Indonesia Maju". Tema ini sesuai dengan keberhasilan dan kemajuan yang dicapai kaum perempuan saat ini, juga didasari oleh situasi dan kondisi di masyarakat, yaitu masih begitu banyak problem perempuan saat ini, seperti halnya kekerasan terhadap perempuan, eksploitasi, perlakuan diskriminatif, kesenjangan sosial dan terbatasnya peran perempuan dalam mengambil suatu keputusan. 

Upacara saat itu dihadiri oleh mayoritas ibu-ibu dari lingkungan pemerintah Kabupaten Bandung. Turut hadir juga Bunda Bedas sekaligus ketua TP PKK Kabupaten Bandung Hj. Emma Dety Dadang Supriatna, serta jajaran Forkopimda Kabupaten Bandung, para kepala dinas, camat, dan pihak lainnya. 

Dalam upacara tersebut, Bupati Bandung memberikan sambutannya bahwa peringatan hari ibu tersebut sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi terhadap pejuang kaum perempuan dari masa ke masa sejak kongres perempuan pertama pada tanggal 22 Desember 1928 yang menjadi tonggak perjuangan perempuan Indonesia. 

Peran perempuan saat ini sejajar dengan peran kaum laki-laki dalam membangun kesejahteraan dan menjalin hubungan yang erat dengan berbagai bangsa di dunia, baik di tingkat regional maupun internasional. Bupati Bandung pun mengajak kaum perempuan Kabupaten Bandung untuk menjadi sosok yang mandiri, kreatif, inovatif, percaya diri, serta meningkatkan kualitas dan kapabilitas dirinya. Beliau berharap, para perempuan dapat saling mendorong, saling menginspirasi, dan saling membantu demi mendobrak stigma yang tidak memihak perempuan

Tidak ada yang salah dalam memperingati hari ibu. Namun, sejatinya hari ibu tidak terpaku pada tanggal dan bulan, sebab setiap hari adalah sangat istimewa bagi seorang ibu. Hari Ibu saat ini terus diperingati setiap tahunnya, tidak mengubah nasib seorang yang bergelar ibu. Malah, yang terjadi, banyak dari ibu yang di pundaknya harus menanggung beban berat. Jiwanya tertekan dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Jangankan untuk menjadi seorang ibu yang hebat, yang melahirkan generasi muda hebat, untuk jadi perempuan karier pun sangat sulit dan berliku. 

Saat ini, kaum perempuan digadang memiliki pengaruh besar dalam peningkatan perekonomian negara melalui UMKM.  Ini dianggap sebagai bentuk kontribusi perempuan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, baik dalam ketersediaan lapangan pekerjaan, ataupun pertumbuhan ekonomi negara. 

Produk-produk yang dihasilkan perempuan dianggap sebagai sumber kebutuhan masyarakat, terutama yang berada di bawah garis kemiskinan. Namun, peran yang besar ini tidak dibarengi dengan kualitas hidup perempuan itu sendiri. 

Perempuan menjadi korban PHK terbanyak akibat dari krisis global yang melanda negeri. Kekerasan di tempat kerja pun senantiasa terjadi. Belum lagi permasalahan dalam rumah tangga yang tak kunjung usai. 

Adapun para pegiat gender, mereka terus mendorong para perempuan agar mampu berdaya, bersaing dengan laki-laki dalam kemandirian ekonomi, sehingga mampu terlepas dari kungkungan para laki-laki. Dari sini diyakini bahwa hal tersebut akan mampu menaikkan status sosial perempuan. Sehingga selesailah persoalan perempuan. 

Pemberdayaan perempuan dalam bidang ekonomi terus digenjot. Berbagai pelatihan wirausaha semakin masif dilakukan. Suntikan dana untuk UMKM terus digelontorkan. Para ibu dipaksa untuk bekerja, baik di luar ataupun di dalam rumah. Mereka terus digiring untuk berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian sehingga lalai terhadap peran utamanya, yaitu sebagai ibu rumah tangga. 

Berharap kepada pejuang perempuan (feminis) "Bagaikan pungguk merindukan bulan". Secara fakta, bukan hanya perempuan yang menjadi korban PHK, tetapi laki-laki pun menjadi korban PHK terbanyak. Kekerasan pun senantiasa terjadi pada para laki-laki. Upah buruh yang rendah, sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak, semua itu menjadi persoalan yang tak kunjung selesai. 

Maka jelas, akar permasalahan dari semua yang terjadi adalah karena sistem yang diterapkan saat ini, yakni sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini telah nyata terus-menerus menciptakan krisis yang menyebabkan kemiskinan. 

Perlu diketahui, perempuan bisa mulia dan terlindungi hanya dengan sistem Islam. Negara Islam akan memberikan dukungan agar fungsi strategis ibu berjalan dengan baik, mulai dari menerapkan sistem politik ekonomi, sistem pendidikan, dll. 

Dalam Islam, ibu diberdayakan secara optimal dalam seluruh perannya sesuai tuntunan syariat Islam dan mempunyai sudut pandang yang lahir dari akidah Islam. Maka, dari sini peran seorang ibu  akan benar-benar dilaksanakan dengan amanah. 

Ada tiga peran ibu dalam Islam yang jika diterapkan mampu menyelesaikan setiap permasalahan, diantaranya: 

Pertama, perannya sebagai ummun wa robbatul bait, yaitu seorang ibu dan pengurus urusan rumah tangga. Rahim diciptakan Allah Swt. pada seorang perempuan untuk mengandung dan melahirkan. Maka, merupakan kewajiban seorang ibu untuk mengasuh anak-anaknya agar menjadi anak yang taat akan syariat sehingga mencetak generasi hebat untuk umat. 

Adapun  fungsi sebagai robbatul bait, yaitu mengatur urusan rumah tangga agar menjadi tempat ternyaman bagi keluarga dan menciptakan suasana yang kondusif untuk beribadah dengan optimal. Kasih sayang seorang ibu terletak di bahunya. 

Kedua, peran ibu sebagai madrosatul ula. ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Karenanya, akan lahir generasi-generasi emas yang membawa perubahan bagi dunia. 

Ketiga, peran ibu sebagai ibu generasi, yakni ibu yang peduli dengan anak-anak kaum muslim lainnya. Rasulullah saw. bersabda, 

“Barang siapa bangun di pagi hari dan tidak memikirkan urusan kaum muslimin, maka dia bukan golonganku.” (HR Ath-Thabrani) 

Untuk mewujudkan peran ibu secara maksimal, tentu dibutuhkan aturan-aturan yang mampu mengatur peran ibu secara keseluruhan. Untuk itu, dibutuhkan sebuah sistem yang senantiasa memuliakan peran ibu tanpa eksploitasi atas nama pemberdayaan ekonomi. Satu-satunya sistem yang mampu merealisasikannya adalah sistem Islam, sistem yang berasal dari aturan Allah Swt., bukan aturan yang dibuat oleh manusia Wallahu'alam bishawaab.

Oleh: Tiktik Maysaroh
Aktivis Muslimah Bandung 

Senin, 25 Desember 2023

Refleksi Hari Ibu, Benarkah Perempuan Berdaya, Indonesia Maju?



Tinta Media - Setiap tanggal 22 Desember negara kita akan mengadakan peringatan hari ibu, berbagai acara dan kegiatan dilaksanakan dalam rangka merayakannya, mengenang jasa para ibu hebat yang sangat berjasa bagi keberlangsungan kehidupan manusia. 

Seperti yang dilakukan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, dalam rangka memperingati hari ibu yang ke 95 di tahun 2023, PPPA menyerahkan 250 paket bantuan pemenuhan hak anak kepada anak-anak Kampung Pemulung Cinere, Kecamatan Limo, Depok. 

Dalam laman Kemenpppa.go.id (14/12/2023). PPPA juga melaksanakan pengecekan kesehatan gratis di Kecamatan Limo, Depok. Paket bantuan yang diberikan berisi beras, sikat gigi, susu, dan biskuit, sementara di tempat lain PPPA juga memberikan 100 paket bantuan kepada Sekolah kembar dan 95 paket bantuan ke Yayasan Dhuafa binaan Warmadewa. 

Menteri PPPA mengatakan penyerahan bantuan ini dalam rangka tanggung jawab pemenuhan hak dasar anak, Menteri PPPA juga memberi motivasi kepada anak-anak Kampung Cinere untuk terus bersemangat dalam meraih impian mereka. 

Dampak Sistem Sekuler Kapitalis 

Tahun ini Slogan peringatan hari ibu adalah "Perempuan Berdaya, Indonesia Maju", maknanya adalah perempuan yang bekerja akan bisa memajukan ekonomi negara. Jelas sekali di sini bahwa perempuan dianggap sebagai komoditi, penghasil pundi-pundi rupiah. 

Banyak slogan-slogan yang menyesatkan perempuan seperti kesejahteraan gender, kebebasan perempuan, pendidikan setinggi mungkin meningkatkan value dan harga diri perempuan, aktualisasi diri dan sebagainya yang akhirnya membuat perempuan berpikiran bahwa perempuan tak boleh hanya diam di rumah, menjadi ibu rumah tangga itu kuno dan tidak keren, juga pendapat nyeleneh lainnya. 

Pemerintah juga hanya memikirkan bagaimana perempuan mampu bekerja dan menghasilkan uang, bersaing dengan kinerja laki-laki dan tidak peduli apakah pekerjaan itu mengeksploitasi perempuan atau tidak, haram atau halal, seperti fakta di Indonesia masih banyak sisi gelap pekerja perempuan yang memilih cara mudah dan instan dalam mendapatkan uang, yakni dengan menjajakan dirinya dan kecantikannya tanpa memikirkan dosa dan penyakit berbahaya yang mengintai. 

Islam Memuliakan Perempuan 

Dalam Islam kemajuan suatu bangsa bukan dinilai dari majunya perekonomian melainkan dilihat dari kemuliaan peradaban yang bersumber dari ideologi yang benar. Islam sangat memuliakan perempuan, mengatur auratnya, pergaulannya, bahkan meminta untuk tetap berada di rumah, termasuk mengurus keluarganya jika telah menikah. 

Menjadi ibu adalah pekerjaan mulia dan sangat berpahala, dari rahim perempuan mulia akan lahir generasi-generasi tangguh bermental baja dan calon ulama, perempuanlah yang mengasuh, mendidik, serta mengawasi tumbuh kembang fisik maupun pemikiran anak-anaknya. Islam tidak melarang perempuan bekerja, selama bisa menjaga izzah dan iffahnya, pekerjaannya halal dan tidak mengganggu kewajiban, maka diperbolehkan. 

Tapi bukan kewajiban perempuan untuk bekerja, karena fitrahnya mereka adalah dinafkahi. Dan dalam negara Islam, laki-laki diberikan lapangan pekerjaan dan upah yang memadai, sehingga bisa mencukupi segala kebutuhan keluarganya tanpa perlu perempuan ikut andil dalam bekerja, sehingga ia hanya fokus dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya. 

Khatimah 

Beginilah Islam memperlakukan perempuan, bahkan dalam masa pemerintahan Khalifah Harun Ar Rasyid (Al Mu'tasim Billah) pernah ada budak perempuan yang diganggu pemuda romawi sehingga tersingkap gamisnya dan terlihatlah betisnya, beliau lalu berteriak meminta pertolongan Khalifah, dan kabar itu dengan cepat sampai kepada Khalifah, yang langsung bertindak menjawab panggilan sang perempuan hingga berujung pada penaklukkan kota Amuriah turki dari penjajahan kaum romawi. 

Sudah jelas bahwa hanya dengan Islam lah perempuan akan mendapatkan kembali kemuliaannya, hanya dengan Islam perempuan akan dihargai dan dihormati, dan dengan adanya negara Islam yang menerapkan syariat secara menyeluruh maka akan terjaga dan terjamin kehormatan perempuan di seluruh dunia.

Oleh: Audina Putri
Aktivis Muslimah 

Minggu, 24 Desember 2023

Duhai Ibu, Nasibmu Kini



Tinta Media - Sungguh pilu nasib seorang ibu yang meregang nyawa di tangan suaminya sendiri. Sebut saja wanita berinisial MS (19) dan janinnya yang berusia tiga bulan melayang di tangan LN (17) suami sekaligus ayah korban. (Kompas, 16/12/2023). Kejadian serupa juga terjadi di Kompleks Pasar Tua, Desa Marisa Selatan, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Saat itu pukul 00.30 wita warga mendengar teriakan dari pasangan suami istri, Mita (22) dan suaminya, Perdi (27). Tak lama berselang, warga melihat Mita tergeletak berlumuran darah, diduga akibat senjata tajam dari suaminya. 

Disisi lain seorang ibu muda di temukan oleh Satuan Polres Metro Polda Lampung melakukan penyalahgunaan narkoba jenis sabu. Pada hari Senin, 04 Desember 2023 sekitar pukul 21.30 wib. Jalan Lukman Tanjung Kel. Hadimulyo Barat Kec. Metro Pusat Kota Metro. Apa hendak dikata, niat menambah pundi-pundi rupiah malah tertangkap basah. 

Miris, hidup di era kapitalis. Bagaimana tidak, sistem ini menghilangkan peran seorang ibu dalam berkeluarga. Ibu yang seharusnya menjadi teladan, mendidik, mengurusi keluarganya malah tersibukkan dengan urusan pemenuhan kewajiban dalam menafkahi keluarga tersebut. Yang notebene adalah tugas daripada seorang suami. Seorang ibu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Hidup kekurangan tapi tetap di rumah. Atau hidup tak pula tercukupi dengan bekerja di luar rumah tapi anak-anak terabaikan tanpa pengasuhan. Disistem kufur  saat ini seperti jebakan yang melenakan, sehingga seorang ibu dijadikan korban dalam kehidupan. 

Hilangnya peran kepala keluarga yaitu suami juga sangat berpengaruh penting, baik memberikan pendidikan kepada istri dan anak-anaknya. Tapi pada kenyataannya begitu jauhnya keluarga dari nilai- nilai agama. Banyak orang yang awam karena tidak paham akan ajaran Islam, sehingga mudah terjerumus dalam ragam dosa dan kemaksiatan. 

Dalam Islam seorang perempuan sangat dimuliakan, sebaik baiknya perhiasan yang dilindungi dan dimuliakan, bahkan menjadi pilar kemajuan dan kejayaan bangsa. Ibu berperan sebagai Ummu wa rabbatul bait (ibu pengatur rumah tangga), sebagai Ummu ajyal (pendidik generasi). Peran paling utama yang dimiliki seorang ibu menanamkan nilai- nilai  agama dan budi pekerti dalam dirinya terlebih dahulu. 

Keluarga pun harus benar-benar menjalankan hukum syariah, maka keluarga akan menjadi kuat. Hanya dengan khilafah yang menerapkan Islam secara kaffah yang akan mengembalikan peran ibu dengan benar. Islam mampu melahirkan generasi calon pemimpin peradaban. 

ألأُÙ…ُّ Ù…َدرَسَØ©ٌ Ø¥ِذا Ø£َعْدَدْتَها Ø£َعْدَدْتَ Ø´َعباً Ø·َÙŠِّبَ الأَعراقِ 

Ibu itu madrasah (sekolah). Jika Anda mempersiapkan (dengan baik) kaum ibu, berarti Anda mempersiapkan (dengan baik) generasi keturunan yang baik.

Maka  sebagai seorang ibu harus memperkaya diri dengan tsaqafah Islam. Hanya kaum ibu yang memiliki bekal ilmu (khususnya ilmu-ilmu agama) yang memadai yang bisa mempersiapkan dan melahirkan generasi terbaik, dengan bekal ilmu yang cukup, yang mampu mendidik anak-anak mereka hingga mereka memiliki pengaruh besar bagi kemajuan umat manusia, sesuai dengan yang diharapkan oleh Islam. 

Wallahu a’lam bishawab. 

Oleh : Muhelly Mandasari
Aktivis Muslimah

Sabtu, 23 Desember 2023

Anomali Negeri Kapitalis: Hari Ibu Disanjung, Peran Ibu Dikungkung


Tinta Media - Sejak tahun 1928 Setiap tahunnya pada tanggal 22 Desember Indonesia memperingati  Hari Ibu Nasional dengan mengusung tema yang berbeda-beda. 
Untuk tahun 2023 ini Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA) telah merilis tema utama Peringatan Hari Ibu ke-94 tahun ini adalah “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Dengan beberapa sub tema lainnya yaitu: Kewirausahaan Perempuan: Mempercepat Kesetaraan, Mempercepat Pemulihan, Perempuan dan Digital Ekonomi, “Perempuan dan Kepemimpinan, dan sub-tema yang terakhir adalah Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya.

Dari 4 sub-tema yang dipaparkan tersebut, seolah mendefinisikan dari tema utamanya. Bahwa yang dimaksud Perempuan berdaya adalah perempuan yang berwirausaha dan menjunjung kesetaraan dengan kaum lelaki. Perempuan berdaya ialah perempuan yang berperan serta dan mengikuti arus digitalisasi ekonomi baik dalam skala rumahan ataupun industri. Perempuan berdaya ialah perempuan yang bukan hanya mengikuti arus tapi juga berperan penting dalam politik praktis sebagai pemimpin dalam komunitasnya dan mengedepankan kesetaraan gender.

Dari sini terlihat jelas bahwa negara melalui KemenPPPA melihat perempuan hanya sebatas aset ekonomi negara. Apalagi kondisi penduduk Indonesia yang hampir setengahnya adalah perempuan, sehingga posisi perempuan yang dianggap menguntungkan negara  dan bernilai ekonomi jika dijadikan sebagai faktor produksi . Sebaliknya, bagi perempuan yang tidak bekerja, tidak menghasilkan pendapatan dianggap sebagai perempuan tidak produktif dan cenderung dianggap beban ekonomi negara. 

Negara melihat fungsi domestik perempuan di dalam rumah bukanlah sesuatu yang penting. Seperti  contohnya fungsi perempuan sebagai istri yang melayani suami di rumah, atau seorang ibu rumah tangga yang fokus di rumah untuk merawat anak-anaknya dan mengurusi serta memenuhi segala kebutuhan di rumah tanpa melakukan aktivitas ekonomi dianggap sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu karena tidak menghasilkan uang.

Inilah contoh jelas cara pandang negara kapitalis.
Padahal  sejatinya ketika seorang perempuan dijauhkan dari rumahnya mengakibatkan banyak masalah terjadi , renggangnya hubungan suami-istri, masalah hubungan anak dan orang tua. Banyak sekali kenakalan anak remaja dan tindak kriminalitas yang disebabkan rapuhnya pertahanan keluarga. Ibu dan bapak sama-sama bekerja mengakibatkan anak tidak punya figur pendidikan dan keteladanan dari rumah dan hanya mencontoh dari tontonan media yang tidak mendidik.

Hal tersebut sungguh sangat berbeda jika menggunakan kacamata pandang Islam. Sebagai agama yang sempurna dan menjadi petunjuk hidup bagi siapa saja kaum yang meyakini dan mengambilnya. Islam memandang fungsi utama perempuan adalah sebagai ummu warobbatul bait yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Ini adalah tugas yang mulia dan akan mencetak generasi yang melanjutkan perjuangan dan meninggikan kalimat Allah. 

Begitu mulianya peran sebagai ibu bahkan Rasulullah bersabda:  Surga berada di bawah telapak kaki ibu. Maka menjadi seorang ibu rumah tangga yang fokus di rumah merawat dan memenuhi kebutuhan keluarga bukanlah kegiatan yang sia-sia, justru itu adalah perbuatan yang sangat mulia.

Hanya saja, fungsi domestik perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga  ini bukan berati Islam melarang melakukan aktivitas lainnya. Perempuan juga diperbolehkan melakukan kehidupan umum di ruang publik. 

Bahkan Allah SWT mewajibkan perempuan untuk mengemban dakwah dan menuntut ilmu. Juga membolehkan perempuan bekerja membantu suami selama aktivitas tersebut tidak melanggar hukum syara.

Kemuliaan ini hanya akan sempurna ketika Islam diterapkan secara kaffah. Karena Islam yang diterapkan secara parsial hanya akan mengantarkan umat muslim ke dalam keterpurukan di dunia maupun di akhirat. Wallaahua'lam.

Oleh: Citra Dewi Astuti
(Ibu dan Aktivis Muslimah) 

Kamis, 14 Desember 2023

Refleksi Hari Ibu: Nasib Ibu Kian Pilu

Tinta Media - Pilu rasanya mengamati berita yang muncul di media, sering membuat ketakutan maupun kesedihan luar biasa. Terlebih bagi seorang ibu, yang berperan sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga.

Kasus bunuh dirinya seorang anak kelas 5 SD di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, setelah dilarang memakai HP oleh ibunya, menambah deretan kasus bunuh diri yang menimpa anak usia sekolah dasar. (Kompas.com, 24/11/23)

Sungguh menyedihkan peristiwa ini, anak yang belum sempurna proses berpikirnya, menemui ajal dengan cara yang dilaknat dalam Islam. Adanya kejadian tersebut, patut menjadi perhatian bagi orang tua, khususnya ibu terhadap tumbuh kembang anak.

Keberadaan ibu sebagai pendidik utama dan pertama, nampak pudar seiring kita memasuki era digital. Memang, digital ini mempunyai efek positif dan negatif. Di satu sisi, segala informasi bisa diakses secara cepat, di sisi yang lain banyak bertebaran tayangan negatif dari ponsel yang mampu membuat anak seakan tersihir untuk main dan memegang telepon genggamnya. Jika diamati kejadian ini timbul dikarenakan ada 5 kondisi yang menjadi penyebabnya, yaitu :

Pertama, kurangnya pemahaman Islam yang ditanamkan dalam keluarga. Memang usia anak yang masih kecil, belum bisa memahami secara utuh, tugas orang tua terutama ibu untuk memahamkan kepada anak setahap demi setahap.

Kedua, kurangnya kedekatan hubungan antara ibu-anak. Banyak orang tua yang menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada lembaga pendidikan, seperti sekolah maupun TPA, tanpa ikut membersamai anak dalam menjalaninya. Sehingga anak menjalani pendidikan dengan pemahaman semampunya tanpa pendampingan dari orang tua.

Ketiga, kesibukan orang tua dalam menjalani aktivitas rutinnya, membuat mereka tanpa sadar menghilangkan waktu bersama anak, sehingga HP menjadi pengganti dalam menemani kehidupan mereka.

Keempat, karakter anak yang labil, berubah-ubah tidak diketahui oleh orang tua. Sehingga mereka tidak menyangka anaknya mengambil keputusan nekat tersebut.

Kelima, tidak adanya kontrol/pengawasan dari negara dan orang tua, terhadap tontonan yang disuguhkan oleh HP, maupun televisi. Adanya tampilan film, gambar, cerita, bisa menjadi inspirasi perbuatan.

Memang menjadi seorang ibu di era digital akan lebih berat, terlebih dalam lingkungan sistem yang tidak Islam (sekuler). Negara berlepas tangan dalam pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan pokok, diberikan dengan asas pemisahan agama dari kehidupan. Akibatnya kurikulum sering berubah tanpa landasan kuat berupa agama yang dianut oleh anak. Masalah agama dan pemenuhan kebutuhan pokok lainnya diserahkan kepada masing-masing individu rakyat. Harga kebutuhan hidup yang kian tinggi, kadang membuat ibu mengorbankan kebersamaan dengan anak, demi menambah penghasilan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup. Nasib ibu kian pilu ketika bertahan hidup dalam negara sekuler, yang hanya bertindak sebagai pembuat aturan belaka, sementara pelaksananya diserahkan kepada para pengusaha.

Maka dibutuhkan kesadaran bagi semua ibu dan muslim pada umumnya, untuk meninggalkan sistem sekuler yang jelas rusak dan batil. Pemahaman yang sahih akan mendorong setiap muslim termasuk para ibu untuk memperjuangkan tegaknya sistem Islam kafah yang terbukti selama tiga belas abad lebih telah memberi rahmat bagi umat manusia. Negara akan memenuhi kebutuhan rakyatnya secara makruf, baik muslim maupun non-muslim. Sehingga mampu mewujudkan generasi cemerlang dengan kokohnya iman yang tertanam dalam setiap jenjang pendidikan dan terpancar dalam kehidupan. Wallahu'alaam bishawwab

Oleh : Nita Savitri 
Pemerhati Kebijakan Publik dan Generasi

Sabtu, 31 Desember 2022

Ironi Peringatan Hari Ibu: Eksploitasi Ibu Melalui Pemberdayaan Ekonomi

Tinta Media - Setiap tanggal 22 Desember, di Indonesia selalu diperingati sebagai Hari Ibu.  Dalam sejarah, dicetuskannya Hari Ibu di Indonesia merupakan tonggak perjuangan perempuan untuk terlibat dalam upaya kemerdekaan bangsa dan pergerakan perempuan Indonesia dari masa ke masa dalam menyuarakan hak-haknya guna mendapatkan perlindungan dan mencapai kesetaraan. 

Oleh karena itu, tema dan sub tema Peringatan Hari Ibu (PHI) setiap tahun akan berlandaskan catatan penting tersebut. Tahun ini kementrian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (KemenPPPA) telah membuat tema Hari Ibu 2022, tema PHI tahun 2022 adalah Perempuan Berdaya Indonesia Maju (tirto.id).  

Selain KemenPPA, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekhnologi (Kemendikbudristek) menggelar pameran bertema, The Truth Inside You: Alunan Kisah Tentang Perempuan. Tema yang diangkat dalam pameran menampilkan kondisi dan peran perempuan dalam keseharian.  “Pameran ini merupakan sarana edukasi kepada masyarakat bahwa peran perempuan sangat besar bagi Indonesia sejak berabad silam,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, dalam siaran pers (Republika.co.id).

Melihat fakta saat ini, posisi perempuan berada dalam krisis. Perempuan banyak yang bekerja di berbagai sektor guna memenuhi kebutuhan rumah tangga atau pun untuk membantu suami untuk mencari nafkah, karena kebutuhan rumah tangga cukup relatif tinggi. Saat ini, lapangan kerja di berbagai sektor lebih banyak ditempati oleh perempuan. Sebuah penelitan yang dilakukan oleh platform produktivitas Hive dalam The Hive State of The Workplace Report menemukan bahwa perempuan 10% lebih produktif dan lebih giat dibandingkan pria saat bekerja, dan bahkan dipercaya mengerjakan lebih banyak tugas dibandingkan pria. Dalam studi yang dilakukan tahun 2018 itu menunjukkan bahwa sebanyak 55% pekerjaan dipercayakan pada perempuan dan sisanya 45% kepada pria (Female.com).

Dalam sistem kapitalisme yang saat ini sedang berkuasa, perempuan dieksploitasi sedemikian rupa, yang ujung-ujungnya adalah perolehan materi.  Paradigma yang saat ini muncul di masyarakat, perempuan yang bekerja lebih bergengsi dibanding ibu rumah tangga yang hanya berkecimpung dengan urusan dapur, sumur dan kasur.

Berbeda dengan sistem Islam yang sangat memuliakan perempuan. Perempuan diberi keistimewaan oleh Allah SWT dan diberikan peranan penting dalam keluarga. Keluarga merupakan pondasi dasar penyebaran islam.  Dari keluargalah, muncul pemimpin-pemimpin yang berjihad di jalan Allah SWT dan membentuk bibit-bibit yang akan berjuang meninggikan kalimat-kalimat Allah SWT.  Dan peran terbesar dalam hal tersebut adalah kaum perempuan.

Adapun peran perempuan dalam keluarga adalah

1. Wanita sebagai istri
Allah SWT telah menciptakan wanita sebagai pasangan pria. Dimana melalui ikatan pernikahan mereka akan mendapatkan ketentraman, kasih dan sayang.

Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, suapa kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang,  sesungguhnya di dalamnya terdapat tanda-tanda (Kekuasaan Allah SWT) bagi kaum yang mau berpikir.” (Q.S. Arum (30) :21)

2. Wanita sebagai seorang ibu
Tidak ada kemuliaan terbesar yang diberikan Allah SWT bagi seorang perempuan, melainkan perannya menjadi seorang ibu.  Perempuan sebagai ibu adalah pendidik utama bagi anaknya.  Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas.  Anak-anak tidak cukup dijamin kebutuhannya jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.  Bahkan Rasulullah pun bersabda ketika ditanya oleh seseorang : 

“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk ku perlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu,” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. ”Ibumu”. Laki-laki itu bertaya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhori).

Selain berperan dalam keluarga, seorang perempuan mempunyai peranan penting dalam masyarakat dan negara.  Perempuan mempunyai kewajiban untuk berdakwah.

Pada zaman nabi, para shahabiyah biasa menjadi perawat ketika terjadi peperangan, atau sekedar menjadi penyemangat kaum muslimin, walaupun tidak sedikit pula dari mereka yang juga ikut berjuang berperang menggunakan senjata untuk mendapatkan syahadah fii sabilillah, seperti Shahabiya Ummu Imarah yang berjuang melindung Rosululloh dalam peperangan.

Peran perempuan baik dalam keluarga ataupun masyarakat merupakan peran yang sangat spesial, persamaan gender yang didengungkan oleh kaum barat, tidak lain adalah untuk menghancurkan pondasi keislaman seorang Muslimah, sehingga ia meninggalkan kewajibannya sebagai seorang wanita.

Oleh: Ummu BKF
Sahabat Tinta Media 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab