Tinta Media: Hakiki
Tampilkan postingan dengan label Hakiki. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hakiki. Tampilkan semua postingan

Jumat, 19 April 2024

Muslim Gaza Butuh Bantuan Hakiki, Bukan Sekadar Materi



Tinta Media - Kantor koordinasi urusan kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan bahwa lebih dari satu juta orang di Gaza mengalami kelaparan ekstrem, Kamis (28/03/2024). Kelaparan tingkat ekstrem ini terjadi di Gaza lantaran wilayah tersebut terus mengalami gempuran dan pemblokiran sehingga bantuan tidak masuk. 

Melalui laman X, OCHA menegaskan bahwa saat ini bantuan sangat diperlukan untuk dikirimkan melalui darat. Memang, sebelumnya Amerika mengirimkan bantuan makanan melalui jalur udara. Namun mirisnya, puluhan warga Gaza meninggal dunia karena tenggelam atau terinjak-injak ketika berusaha mengumpulkan paket bantuan yang dijatuhkan ke laut pada beberapa pekan terakhir di Gaza Utara. (Tribunnews.com, 30/03/2024).

Pengiriman bantuan melalui jalur udara adalah penghinaan yang luar biasa kepada kaum muslimin. Ada hal yang jauh lebih mudah jika dunia internasional ingin menghentikan penjajahan Zionis terhadap Palestina. Caranya adalah membuka jalur Rafah untuk distribusi logistik via darat sebagaimana yang disarankan oleh OCHA PBB, Arab Saudi menghentikan distribusi minyak ke Zionis, para penguasa muslim menghentikan seluruh hubungan kerja sama yang berkaitan dengan Zionis dan sekutunya, dan terpenting mengirimkan tentara-tentara di negeri muslim untuk menyerang Zionis. Jika cara tersebut dilakukan, warga Palestina tidak akan mengalami penjajahan dan kelaparan ekstrem seperti saat ini.

Sayang, fakta yang ada justru memperlihatkan bahwa jalur Rafah ditutup dan dibangun tembok berkawat besi oleh penguasa Mesir. Penguasa Arab Saudi pun tetap menyalurkan minyak-minyak mereka ke Zionis. Begitu juga penguasa Lebanon, mereka mencukupkan diri dengan mengirim bantuan makanan ke Gaza. 

Tidak hanya itu, para penguasa muslim juga tidak bergeming untuk memutuskan hubungan pada Zionis dan sekutu. Tentara-tentara negeri muslim juga tidak diturunkan untuk membela Palestina. Tentu semua ini terjadi lantaran tatanan dunia global telah dikendalikan oleh ideologi kapitalisme.

Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nizhamul Islam bab Qiyadah Fikriyyah menjelaskan bahwa kapitalisme adalah sistem kehidupan yang melahirkan aturan yang didasari atas keuntungan materi. Kepentingan dan manfaat adalah orientasi ideologi ini. Kapitalisme dibangun dari akidah sekuler yang meniscayakan pemisahan agama dengan kehidupan. Maka, wajar jika semua aturan yang berasal dari kapitalisme nihil dari nilai agama.

Penjajahan yang merupakan dosa besar karena merampas hak orang lain, justru dijadikan jalan untuk berkuasa, seperti yang terjadi antara Zionis Yahudi dan Palestina. Zionis Yahudi telah nyata melakukan penjajahan dan genosida. 

Zionis memang dilahirkan oleh Inggris melalui perjanjian Balfour. Namun, dalam perjalanan politik global, Zionis diasuh dan dibesarkan oleh Amerika. Zionis memang sengaja diarahkan untuk menguasai wilayah Palestina agar konsentrasi kaum muslimin disibukkan dengan permasalahan tersebut. 

Amerika memastikan bahwa penguasa negeri-negeri kaum muslimin adalah penguasa yang loyal kepada Barat. Alhasil, ketika negara kapitalis melakukan penjajahan di negeri-negeri kaum muslimin dengan merampas dan menjarah sumber daya alam, kaum muslimin tidak menyadarinya. 

Karena itulah, sekalipun telah banyak bukti kejahatan Zionis, tidak ada satu pun lembaga internasional yang menghukumnya, bahkan PBB sendiri menyatakan tidak mampu melawan Zionis. 

Dengan fakta yang ada, umat Islam seharusnya sadar bahwa dana, logistik, obat-obatan, dan lainnya yang digalang oleh umat Islam hari ini belum bisa dipastikan sampai ke tangan kaum muslimin di Gaza. 

Ditambah lagi adanya berita pembantaian dan penembakan muslim Gaza oleh tentara Zionis saat mereka mengambil bantuan makanan, ini semakin menunjukkan bahwa bantuan yang paling dibutuhkan oleh muslim Gaza bukanlah makanan.

Sejatinya, bantuan yang dibutuhkan segera oleh muslim Gaza adalah tentara dan persatuan seluruh negeri-negeri muslim untuk menghentikan penjajahan Zionis. Karena itu, tuntutan kepada penguasa-penguasa muslim untuk bersatu dan mengirimkan tentara ke Palestina harus menjadi opini utama di tengah-tengah masyarakat global. 

Lebih dari itu, umat Islam juga harus sadar bahwa keberadaan Zionis yang saat ini bisa eksis dan semena-mena kepada kaum muslimin adalah lantaran mereka didukung oleh negara kapitalisme adidaya. Karena itu, satu-satunya solusi untuk melenyapkan kebiadaban penjajahan Zionis juga harus dilawan dengan negara super power.

Islam memiliki konsep untuk sebuah negara. Dalam fikih, kekuasaan negara disebut sebagai Daulah Khilafah. Khilafah merupakan junnah atau perisai bagi kaum muslimin. Sebagaimana hadis Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, yang artinya:

"Sesungguhnya seorang Imam itu adalah perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang-orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah Taala dan adil, maka dengannya ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa atau azab karenanya." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Ketika Khilafah ada, kaum muslimin Palestina senantiasa dijaga dan dilindungi dari penjajahan. Pada masa Khilafah Abbasiyah, Panglima Salahuddin al-Ayyubi membebaskan al-Quds dari tentara salib. 

Pada masa Khilafah Utsmaniyah, Sultan Abdul Hamid I mengultimatum dengan tegas Theodor Herzl yang merupakan seorang tokoh Zionis yang berambisi menegakkan negara Zionis di Palestina hingga Theodor Herzl harus mengurungkan keinginannya pada waktu itu karena bargaining power Sultan dan Khilafah masih kuat. 

Bahkan, pada masa akhir Khilafah Utsmaniyah, Sultan masih menempatkan tentara muslim di Palestina untuk menjaganya. Dengan demikian, keberadaan Khilafah adalah obat dan solusi tuntas atas masalah Palestina dan seluruh permasalahan di dunia. Kaum muslimin harus mengopinikan dan memperjuangkan Daulah Khilafah agar mampu membebaskan kaum muslimin di seluruh dunia dari penjajahan.


Oleh: Amellia Putri 
(Mahasiswi, Aktivis Muslimah)

Minggu, 17 Maret 2024

Wujud Persaudaraan Hakiki


Tinta Media - Ibnu Umar menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,  “Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya; dia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya kepada musuh. Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya; siapa saja yang membebaskan seorang Muslim dari kesulitan, Allah SWT akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada Hari Kiamat; siapa saja yang menutupi aib sesama Muslim niscaya Allah akan menutup aibnya pada Hari Kiamat (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Nasa’i).

Dalam sebuah hadis yang menerangkan tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah SWT pada hari ketika tiada naungan kecuali naungan Allah, Rasulullah saw. menyebutkan salah satu di antaranya adalah: Dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Di dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, berhak atas kecintaan-Ku (HR Malik dan Ahmad).

Banyak hadis yang menyebut bentuk-bentuk praktis dari manifestasi persaudaraan sejati di antara sesama Muslim secara individual antara lain: berlemah lembut terhadap sesama Muslim, bersahabat, berkasih sayang, saling mengucapkan salam dan berjabatan tangan, saling memberikan hadiah, saling mendoakan, saling mengunjungi, bersama dalam suka dan duka, dll. Sebaliknya, mereka dilarang saling meng-ghîbah, memfitnah, memata-matai (tajassus),  membuka aib dan menipu saudaranya; berdusta dan kikir; menghina, mencela, melanggar kehormatan dan membunuh saudaranya, dll.

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []


Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).

Kamis, 14 Maret 2024

Perubahan Hakiki Hanya dengan Sistem Islam


Tinta Media - Antusiasme dan harapan masyarakat di Indonesia dalam pelaksanaan Pemilu tahun ini sangatlah besar dengan berpartisipasi memberikan hak suaranya di pemilu pada tanggal 14 Februari 2024  lalu. Memilih pemimpin negeri dan wakil-wakil rakyat di DPR menjadi cara yang mereka gunakan untuk membawa perubahan yang lebih baik di negeri ini.

Di satu sisi, hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat mulai menyadari bahwa keadaan negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Terlihat di semua  bidang  kehidupan, berbagai permasalahan kian hari kian mengimpit dan susul-menyusul tanpa henti. Di antara masalah tersebut antara lain:

Pertama, bidang ekonomi. Walaupun negeri ini sangat kaya akan sumber daya alamnya, tetapi justru kemiskinan merajalela. Utang luar negeri semakin menggurita, kasus korupsi menjadi hal biasa, kerawanan pangan pun terus melanda.

Kedua, bidang pendidikan. Belum semua lapisan masyarakat dapat mengenyam fasilitas pendidikan hingga tingkat atas, apalagi hingga perguruan tinggi (PT) akibat mahalnya biaya pendidikan. 

Untuk PT saja biaya yang harus dikeluarkan bisa mencapai ratusan juta. Ini menunjukkan hawa bisnis begitu merebak di ranah pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya anak-anak negeri ini yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, bahkan putus di tengah jalan.

Ketiga, bidang kesehatan. Masyarakat harus membayar mahal ketika ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Jika ingin mendapatkan yang gratis atau murah, pelayanan kesehatannya pun apa adanya. 

Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) pun sejatinya bukan jaminan kesehatan berupa pelayanan kesehatan dari negara, tetapi justru 'gotong royong ' rakyat yang hakikatnya adalah asuransi yang dikelola oleh BPJS. Beban pembiayaannya dikembalikan kepada rakyat, dengan membayar premi per bulan per jiwa.

Keempat, bidang sosial. Berkembangnya masalah sosial dan penyakit sosial, semisal banyaknya tunawisma yang menggelandang di kota-kota besar, maraknya ODGJ akibat tidak mampu memikul beban hidup yang semakin berat dalam berbagai hal, juga stres sosial yang menimpa banyak orang di berbagai lapisan masyarakat.

Kelima, bidang keamanan dan kriminalitas. Kejahatan dalam berbagai bentuk, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, menambah miris kondisi bangsa ini. 

Kejahatan yang meningkat tajam sebagai efek dari masalah kemiskinan, sosial, dan sebagainya, menjadikan rasa aman sebagai sesuatu yang mahal di negeri ini. Bahkan, di lingkungan terdekat sekalipun, yaitu keluarga, kerabat dan tetangga, tidak dapat terjamin rasa aman. Sebagai buktinya, bahwa para pelaku kejahatan saat ini, banyak yang merupakan orang-orang terdekat korban.

Itulah realitas hidup di dalam masyarakat yang menjunjung tinggi HAM dan kebebasan, melalui sistem demokrasinya, yang justru melahirkan masyarakat yang rusak dalam seluruh bidang kehidupan.

Maka, sangat wajar jika rakyat di negeri ini menginginkan perubahan, tentu ke arah yang lebih baik. Namun, apakah perubahan masyarakat itu cukup melalui pemilu? 

Masyarakat menggantungkan harapan yang sangat besar kepada calon pemimpin yang digadang-gadang dapat membawa perubahan. Ada juga yang berharap akan adanya sebagian wakil rakyat yang mau mendengar aspirasi mereka dan memperjuangkannya, sehingga mengubah kondisi menjadi  lebih baik. Namun, tidak sedikit juga masyarakat yang meragukan bahwa pemilu ini akan memberikan perbaikan kondisi mereka. Ini karena masyarakat sudah jengah dengan keadaan yang semakin sulit akibat kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

Di negeri ini, pemilu demokrasi telah dilakukan berulang kali dan menghasilkan pemimpin negara yang berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari militer, sipil intelektual, ulama, perempuan, hingga pengusaha mebel. Namun, kondisi yang dialami bangsa ini tidak menjadi lebih baik dengan para pemimpin tersebut, justru makin jauh dari kata sejahtera.

Jika ditelusuri, masalahnya bukan hanya terletak pada sosok pemimpinnya saja, tetapi juga terletak pada sistem yang diterapkan, yakni demokrasi kapitalisme, yang terbukti telah gagal memberikan kehidupan yang sejahtera, aman, dan sentosa kepada rakyat, berupa kehidupan yang penuh problematika tanpa mampu diselesaikan.

Sebagai seorang muslim, kita harus mengembalikan tolok ukur kehidupan kita kepada pandangan Islam. Jika kita ingin melakukan perubahan kondisi masyarakat menjadi lebih baik, maka harus mengganti sistem demokrasi kapitalisme dengan sistem  Islam yang sempurna.

Allah Swt. berfirman dalam QS. Ar-Ra'd (13)- 11, yang artinya bahwa:

"Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum tersebut mengubah keadaan diri mereka sendiri."

Sistem aturan kehidupan yang diterapkan saat ini, yaitu sistem demokrasi-kapitalisme-sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan, telah menampakkan aturan Allah Swt. dengan menjadikan manusia yang menjadi pembuat hukum (legislasi), karena kedaulatan berada di tangan rakyat.

Walaupun pada kenyataannya, para elite politik duduk di kursi parlemen untuk membuat undang-undang dan kebijakan yang hanya pro kepada para pemilik modal, baik lokal swasta, asing, dan aseng, sedangkan rakyat yang banyak dirugikan.

Oleh karena itu, bagi kumat Islam, hanya hukum Allah Swt. yang haq, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Maidah (5):8 50, yang artinya:

"Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik dari pada hukum Allah bagi kaum yang meyakini?"

Melalui pergantian sistem kufur saat ini dengan sistem Islam, insyaallah akan terjadi perubahan yang mendasar, melalui sebuah institusi pemerintahan yang disebut khilafah.

Perubahan sistem ini harus diperjuangkan melalui sebuah aktivitas dakwah berjamaah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. untuk menancapkan ketakwaan pada setiap individu, dan juga pada masyarakat, sehingga mendorong mereka untuk menerapkan syariah Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Ini dilakukan secara komprehensif dan revolusioner dipimpin oleh seorang khalifah (imam) yang telah memenuhi syarat kelayakan sebagai pemimpin, berdasarkan hukum syara. Inilah perubahan yang hakiki, menuju keridaan Allah Swt. 

Allah Swt. berfirman dalam QS Al -'Araf; 96, yang artinya:

"Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, niscaya Allah akan melimpahkan atas mereka barakah dari langit dan bumi ...."

Wallahu'allam bisawwab.


Oleh: Yuli Ummu Shabira
Sahabat Tinta Media

Jumat, 19 Agustus 2022

KEMERDEKAAN HAKIKI

Tinta Media - Sejarah mencatat keberadaan Imperium Persia yang punya luasan jutaan kilometer persegi, negeri yang dianggap merdeka oleh penguasanya tapi dzalim pada rakyatnya.
.
Di penghujung masanya, berbagai pajak dimunculkan sampai tahap mencekik, sementara pejabatnya hidup mewah, hukum tak ditegakkan dan kejahatan merajalela.
.
Walau menganggap dirinya merdeka, Persia menganggap Arab adalah negeri jajahan mereka, dan merasa terganggu dengan kekuatan baru yang muncul, yaitu Islam.
.
Mereka pun membuat front dengan Madinah yang saat itu dipimpin oleh pengganti Rasulullah Muhammad, Khalifah Umar dan singa-singa Allah disekelilingnya.
.
Dalam peperangan Qadisiyah, salah satu komandan Muslim, Rib'i bin Amir, pernah diundang oleh Rustum panglima Persia, yang ingin mengetahui motif kaum Muslim.
.
*Maka inilah jawaban Rib'i bin Amir yang sangat tersohor,*

Allah telah mengutus kami untuk membebaskan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kedzaliman agama-agama kepada keadilan Islam.
.
Inilah makna kemerdekaan yang sesungguhnya, yang dipegang oleh pasukan Muslim di kala itu, dari panglima tertingginya Saad bin Abi Waqqash hingga Rib'i bin Amir.
.
Sebab selama seseorang masih tunduk pada selain Allah, masih sibuk dengan maksiat pada Allah, sejatinya dia sedang terbelenggu nafsu dan jauh dari merdeka.
.
Sebab nafsu punya banyak wajah, bisa jadi ia terwujud dalam penjajahan fisik, bisa jadi pula dalam bentuk penjajahan pikiran, penjajahan ekonomi atau bahkan budaya.
.
Semua penjajahan apapun bentuknya, pada ujungnya pasti menyebabkan ketundukan pada sesama manusia, bukan pada Allah, ini yang sangat ditentang oleh Islam.
.
Maka inilah kemerdekaan hakiki yang terus kita perjuangkan, sambil mensyukuri kemerdekaan fisik yang Allah beri kepada kita, yaitu mengajak manusia taat Allah.
.
Maka saat kita teriak "Merdeka!", jangan lupa syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, dan segala bentuk ketaatan yang lain. Sebab bila masih maksiat, sejatinya kita masih terjajah.

Oleh: Ustaz Felix Siauw
Dai Muda dan Inspirator Hijrah Nasional



MMC: Isu Pekan Ini dari Kemerdekaan Hingga Kenaikan Mie Instan

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) berhasil merangkum lima isu yang menjadi berita penting dalam akhir pekan ini dari perayaan kemerdekaan hingga kenaikan mie instan.

“Dalam sepekan terakhir Muslimah Media Center berhasil merangkum lima berita penting,” tuturnya dalam Program Isu Pekan Ini: Makna Kemerdekaan Hakiki hingga Isu Mie Instan Naik Harga, Senin (15/8/2022), di kanal Youtube Muslimah Media Center.
Isu pertama adalah tentang perayaan kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Menurutnya negeri ini belum lepas dari berbagai problem walaupun telah lepas dari penjajahan fisik.
“Negeri ini masih diliputi berbagai problem, seperti utang yang menggunung, kemiskinan, kesenjangan, disintegrasi, korupsi, dan sebagainya,” ujarnya.
Selanjutnya ia menilai, problem-problem ini harusnya menjadi evaluasi negeri ini untuk meraih kemerdekaan yang hakiki. Negara merdeka adalah negara yang terbebas dari penjajahan baik fisik, politik, ekonomi, juga budaya.
“Negara bebas menerapkan aturannya dalam melindungi rakyatnya. Tidak lagi ada tekanan dari negara yang pernah menjajahnya atau lainnya. Dan bagi umat Islam tentu saja negara tersebut haruslah sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah Swt. dan dicontohkan Rasulullah Saw., yaitu negara yang menerapkan aturan Allah,” nilainya.
Isu kedua, ia menguraikan perkataan Komjen Gatot Eddy Pramono bahwa dunia pendidikan memasuki tahun ajaran baru khususnya di tingkat perguruan tinggi harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap paham dan gerakan kekerasan. Berdasarkan catatan Global Terrorism Index 2022 menyebutkan bahwa sepanjang 2021 terdapat 5226 aksi terorime di seluruh dunia.
“Terutama yang ditujukan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dengan legitimasi yang didasarkan pada pemahaman agama yang salah paham dan gerakan tersebut adalah intoleransi, radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme,” urainya.
Ia mengkritisi tudingan radikalisme yang diarahkan kepada umat Islam dan kaum muslimin yang menginginkan kembalinya Islam Kafah.
“Tentu saja ini tuduhan yang tidak mendasar dan tuduhan ini malah digunakan untuk mengarahkan pemuda bersikap moderat,” kritiknya.
Isu ketiga, berita harga mie instan yang diproyeksi naik tiga kali lipat. Hal ini imbas dari kenaikan harga tepung akibat dari naiknya harga gandum. Tetapi isu ini telah dibantah oleh pihak Indomie.
“Padahal mie instan merupakan sumbangan bahan pangan kelima terhadap garis kemiskinan yang paling besar. Simpang-siur kenaikan mie instan cukup meresahkan publik karena akan mengganggu kemaslahatan dan pemenuhan pangan rakyat,” tuturnya.
Di saat yang sama, pemerintah mengunggulkan prestasi swasembada beras. Baginya kebijakan tersebut harusnya menjadi pendorong bagi pemerintah untuk menghasilkan swasembada pangan yang hakiki dengan variasi bahan yang dibutuhkan.
“Harusnya swasembada beras menjadi pendorong untuk menghasilkan kebijakan dalam swasembada pangan lainnya, tidak bisa pada makanan pokok saja tetapi bahan pangan lain tergantung pada impor,” ucapnya.
Ia pun menegaskan aturan Islam mampu mewujudkan swasembada pangan.
“Hanya aturan Islam yang memiliki aturan komprehensif yang mampu menyiapkan perangkat sistemik mewujudkan swasembada pangan,” tegasnya.
Isu keempat, berita tentang prediksi habisnya kuota BBM bersubsidi sebelum akhir tahun 2022. Ia memaparkan perkiraan dari pengamat Energy Watch, Mamit Setiawan bahwa stok pertalite habis di bulan Oktober 2022 jika tidak ada penambahan kuota.
“Kuota BBM bersubsidi selalu menjadi alasan penyebab kelangkaan, padahal pemerintah bisa saja menambah kuota yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan kelompok masyarakat yang bersubsidi,” paparnya
Narator mempertanyakan kebijakan pemerintah tidak menambah kuota BBM bersubsidi.
“Tapi mengapa tidak dilakukan (menambah kuota BBM bersubsidi)?” tanyanya.
Ia mengatakan munculnya spekulasi dari sebagian masyarakat tentang kelangkaan BBM bersubsidi sebagai upaya menaikkan harga BBM.
“Tak ayal sebagian masyarakat berspekulasi bahwa hal ini sengaja dibiarkan sebagai prakondisi menaikkan harga BBM,” katanya.
“Umat hari ini membutuhkan sistem aturan kehidupan yang mampu menyediakan kebutuhan energi bagi masyarakat dengan harga murah bahkan gratis,” ungkapnya.
Isu kelima, berita tentang serangan dan penikaman terhadap penulis Salman Rushdie pada acara sastra pada Jum’at (12/8/2022) di negara bagian Amerika Serikat.
“Rushdie merupakan satu penulis yang paling dicari pemerintah Iran. Ini lantaran, novelnya yang terbit tahun 1988 The Satanic Verses (ayat-ayat setan), yang dianggap sebagian kaum muslimin sebagai penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw.,” ujarnya.
Narator mengkritisi dunia barat yang sangat menyokong para pendusta agama Islam dengan memberikan dorongan bagi para penjahat agama sejenis ini untuk mengampanyekan kesesatannya.
“Kasus penikaman Salman Rushdie seharusnya mengingatkan kita bahwa dunia barat sangat menyokong para pendusta agama Islam,” kritiknya.
Ia mengakhirinya dengan mengingatkan semangat umat Islam jangan hanya terbatasi pada menghukum penista agama.
“Tetapi umat Islam harus mengarahkan untuk menghentikan hegemonik sekularisme yang memfasilitasi penistaan agama,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab