Tinta Media: Hakiki
Tampilkan postingan dengan label Hakiki. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hakiki. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 November 2024

Solusi Hakiki bagi Palestina


Tinta Media - Sejak 7 Oktober 2023, Zionis Yahudi tak kunjung henti melakukan penyerangan terhadap Palestina. Sudah lebih dari satu tahun penyerangan atas Palestina berlangsung hingga detik ini. Sudah banyak warga yang syahid dalam penyerangan ini. Korban yang gugur tidak tidak memandang usia, anak-anak kecil sampai lansia pun menjadi mangsa mereka.

Hampir 43.000 orang telah tewas sejak pecah perang. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, aksi rezim Zionis itu juga menyebabkan lebih dari 100.000 lainnya terluka. Hal itu disampaikan oleh otoritas kesehatan setempat (Republika.com, 27/10/2024, Ankara). 

Tak hanya warga Palestina yang menjadi sasaran Zionis Israel, kini mereka memperluas serangan dengan melakukan penyerangan terhadap Libanon, Yaman, dan juga Iran.

Di kondisi seperti saat ini, dunia hanya terdiam, tak berdaya dalam mengatasi permasalahan yang kian memburuk, meskipun berbagai solusi telah ditawarkan, mulai dari genjatan senjata, jalan damai, hingga solusi dua negara. Namun, sangat disayangkan, pada kenyataannya semua solusi yang ditawarkan tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas, melainkan melahirkan permasalahan baru bagi dunia. 

Ketidakberdayaan para pemimpin dunia dan lembaga-lembaga internasional dalam menyelesaikan masalah ini sudah cukup menunjukkan betapa gagalnya sistem kapitalisme dan demokrasi dalam mewujudkan dunia yang aman dan berkeadilan. 

Di sisi lain, Barat masih tetap menyuarakan dan mengaruskannya ke berbagai negeri sebagai bentuk penjajahan. Mereka menggunakan cara yang amat halus dalam menyebarkan paham demokrasi ini. Sehingga, negara-negara yang mereka jajah itu secara perlahan akan ikut menganut paham demokrasi pula, tanpa mereka sadari.

Meskipun demikian, warga Palestina tidak akan pernah melepaskan tanah mereka, yang telah berhasil ditaklukan oleh Khalifah Umar bin Khatab dan Salahuddin Al Ayyubi sampai kapan pun, sebab tanah tersebut adalah milik kaum muslimin. Mereka akan terus memperjuangkan tanah Aqsha sampai titik darah penghabisan, meski mereka hanya berdiri sendiri, tanpa ada bantuan kiriman militer dari negara-negara muslim lainnya. 
Tidak seperti Zionis Yahudi yang dibacking oleh negara-negara besar Barat. 

Keimananlah yang menjadikan para pejuang Aqsha masih tetap mempertahankan wilayah tersebut. Rida Allahlah yang mereka cari. Juga besarnya kenyakinan akan pertolongan dan kemenangan dari Allah untuk mereka. 

Lalu, bagaimana solusi hakiki terhadap masalah Palestina ini? Tentu solusi hakiki satu-satunya adalah dengan mengirimkan batuan militer kepada Palestina. Inilah yang sebenarnya mereka butuhkan, bukan sekadar bantuan kiriman berupa pangan dan obat-obatan. Namun, hal ini sangat tidak mungkin dilakukan dalam sistem kapitalisme-demokrasi saat ini.

Sistem ini melahirkan paham nation state, yang memecah belah umat Islam. Sedangkan dalam negara Islam (khilafah), umat memiliki kekuatan ukhuwah atas dasar akidah yang sama, bukan sekadar atas dasar kebangsaan. Sehingga, umat akan menolong saudara sesama muslim yang sedang dijajah, entah dari negara mana mereka berasal, dengan mengirimkan bala tentara untuk berjihad. 

Hanya dalam khilafahlah hal ini akan terlaksana. Oleh karena itu, umat harus membuang jauh-jauh demokrasi dan menyadari pentingnya menghadirkan solusi hakiki, yaitu khilafah yang akan menyediakan semua kekuatan, termasuk tentara yang akan membebaskan Palestina dari jajahan Zionis Yahudi.

Untuk itu, kita sebagai pemuda pejuang Islam harus membangun kesadarn umat, supaya mereka mau mendukung dan terlibat dalam perjuangan bersama kelompok dakwah yang memiliki misi menegakkan khilafah, dengan mengikuti metode dakwah Rasulullah saw. yaitu berdakwah secara politis dan pemikiran tanpa kekerasan. Wallahu’alam bish shawab.



Oleh: Zidna Ilma
Sahabat Tinta Media

Saatnya Gen-Z Melek Politik untuk Perubahan Hakiki Sesuai Syariat Islam



Tinta Media - Pemerintah Kabupaten Bandung sukses menggelar Talkshow Why Gen-Z: "Kepemimpinan Ala Gen-Z" melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol). Talkshow ini diselenggarakan dalam upaya memberikan pengayaan, pendidikan politik dan wawasan generasi muda dalam menghadapi Indonesia Emas 2045. Tujuan diadakannya acara ini yaitu untuk meningkatkan karakteristik kualitas Gen-Z.

Dikky Achmad Sidik Pjs. Bupati Bandung mengucapkan terima kasih kepada Badan Kesbangpol Kabupaten Bandung yang telah melaksanakan seminar bagi generasi muda dalam upaya mempersiapkan calon-calon pemimpin di masa mendatang, apalagi saat ini yang juga bertepatan dengan akan dilaksanakannya Pilkada Serentak Nasional pada 27 November 2024. Kita tahu, pada momen itu, generasi muda akan memberikan hak suaranya.

Gen-Z menjadi target paling diincar oleh kandidat Bacabup dan Bacawabup Pilkada 2024. Bukan tanpa alasan, Gen-Z menjadi kelompok pemilih terbesar kedua setelah generasi milenial karena dikenal sebagai kaum muda yang tumbuh bersama teknologi dalam pemilihan kepala daerah serentak 2024.

Bicara tentang politik tentu sangat menarik, tetapi tidak bagi Gen-Z . Mereka berpandangan bahwa politik adalah alat untuk meraih tujuan tertentu, sehingga mereka cenderung anti untuk bicara politik.

Padahal Gen-Z dan milenial disebut-sebut sebagai pilar dari generasi emas 2045, sehingga mereka sangat diperhitungkan di segala aspek kehidupan, termasuk suara mereka yang diperebutkan dalam Pemilu/Pilkada 2024, karena mereka terkategori pemilih pemula pada 2024 ini.

Potensi usia muda pada Gen-Z seharusnya disiapkan bukan sekadar keahlian untuk bekerja, tetapi mereka juga perlu disiapkan sebagai calon pemimpin di masa depan. Mereka adalah aset besar untuk perubahan ke arah perbaikan dan kebangkitan, terutama sebagai seorang muslim. Generasi adalah para penerus estafet ketaatan. 

Dalam sistem sekuler, Gen-Z tidak lebih hanya dipandang sebagai aset komoditas untuk meningkatkan kemajuan ekonomi, yang keuntungannya hanyalah untuk para oligarki dan penguasa korporatokrasi. Sehingga, upaya memajukan generasi selalu fokus pada aktivitas ekonomi semata, dengan mengabaikan aspek karakter yang kini kian jauh dari nilai-nilai luhur. Jangankan berbicara pemuda bersyakhsiyah Islam yang mulia, saat ini Gen-Z dalam hal moral saja sangat mengkhawatirkan. Namun, penguasa  justru fokus menawarkan lapangan pekerjaan. Itu pun sangat mungkin untuk diragukan, apalagi janji-janji saat kampanye.
 
Sudah saatnya Gen-Z diarahkan pada kesadaran politik hakiki, karena mereka aset berharga umat. Hanya Islam ideologi yang mampu membangkitkan pemuda menjadi generasi yang mampu dalam segala hal, bukan untuk sekadar menjadi pekerja, tetapi mereka adalah para kreator.

Dalam Islam, politik atau siyasah artinya mengatur, memelihara, mengurusi urusan umat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan syariat Islam.

Bukan hanya itu, Islam juga mengatur hubungan internasional, masalah kewajiban kepada Allah (ubudiah), pakaian, makanan, dan akhlak seorang muslim. Ketika semua hal tersebut diterapkan dengan aturan Islam, itulah yang dinamakan pemberlakuan politik Islam.

Namun, penerapan seluruh syariat Islam tersebut membutuhkan institusi politik berupa negara, yakni Khilafah Islamiah.

Gen-Z dan milenial harus memahami cakupan Islam kaffah, serta mengetahui bahwa berbagai persoalan yang mendera seluruh umat manusia saat ini adalah akibat tidak diterapkan Islam kaffah dan justru melandaskan pengaturan kehidupan berasaskan sekularisme, kapitalisme, dan sistem politik demokrasi.

Sudah saatnya Gen-Z melek dan beraktivitas politik guna mewujudkan institusi politik Islam, yakni Khilafah Islamiah sehingga semua ketentuan syariat Islam bisa terterapkan. Wallahu a'lam bisshawab.



Oleh: Rukmini
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 28 September 2024

Demonstrasi Mahasiswa, Akankah Membawa Perubahan Hakiki?


Tinta Media - Bentrokan massa aksi demonstrasi dengan tim gabungan TNI-POLRI tak bisa dihindarkan di depan gedung DPR RI Jakarta pada hari Kamis (22/8/2024). Massa berhasil menjebol salah satu pagar di komplek DPR RI, di jln Gatot Subroto. Terjadilah lemparan batu dari massa aksi yang dibalas dengan tembakan gas air mata oleh tim gabungan TNI-POLRI. Massa terus merangsek masuk hingga terjadi kericuhan.

Keadaan sebelumnya terpantau tenang sebelum ada yang memantik pergerakan massa yang terus maju ke depan. Massa terus maju dan mendekat sekitar pukul 16.15 WIB dan  memanjat pagar gerbang utama.

Sementara, massa demonstran lain berusaha merusak pagar disertai teriakan komando agar menghancurkan pagar gerbang utama tersebut. Sedangkan di dalam pagar, tim gabungan TNI-POLRI terus berusaha menekan mundur massa dengan tembakan gas air mata. 

Para demonstran hari ini menuntut agar pengesahan RUU Pilkada dibatalkan oleh DPR RI. Massa aksi masih belum berkurang meskipun DPR telah menyatakan tidak akan mengesahkan RUU hari ini. (Bisnis.com, JAKARTA)

Turunnya aksi demonstrasi ke jalan kembali terjadi untuk kesekian kalinya. Kali ini, aksi demonstrasi mahasiswa menggeruduk gedung DPR RI. Itu adalah bentuk kemarahan  yang diluapkan atas ketidakadilan yang dipertontonkan oleh penguasa negeri ini. 

Kemarahan ini menandakan bahwa para demonstran menyadari adanya kecurangan dan ketidakadilan di negeri ini. Namun, akan lebih baik jika mereka menyadari bahwa kezaliman yang terjadi adalah buah dari penerapan sistem batil demokrasi kapitalisme sekuler. 

Itulah akar permasalahan yang sesungguhnya. Dengan kata lain, kekisruhan yang terjadi saat ini juga akibat sistem kapitalisme sekuler yang sudah mencengkeram negeri ini.

Sistem kapitalisme berlandaskan pada materi dan keuntungan semata. Sementara, sekularisme adalah paham pemisahan agama dari kehidupan. Penilaian benar dan salah hanya disandarkan pada akal manusia. Paham ini menganggap bahwa manusia mampu membuat aturan untuk mengatur kehidupan manusia lainnya. Padahal, aturan manusia dengan asas manfaat dan keuntungan sangat rentan terjadi manipulasi kekuasaan kan kebijakan yang hanya menguntungkan penguasa, sekaligus pengusaha beserta kelompoknya saja. Utak-atik peraturan seenaknya hanya untuk melanggengkan kekuasaan sudah menjadi hal biasa dalam sistem batil ini. 

Sudah seharusnya semua elemen masyarakat, terkhusus para mahasiswa bangun dan sadar bahwa tidak akan pernah ada perubahan hakiki ketika masih berada dalam kungkungan sistem demokrasi. Walaupun demikian, adanya perlawanan terhadap penguasa tentu harus diberi apresiasi. Namun, harus diberi pemahaman yang benar tentang visi perubahan yang sahih, yaitu perubahan yang mengarah pada penerapan Islam kaffah di seluruh aspek kehidupan. Jadi, bukan malah menyelamatkan demokrasi yang sejatinya memang sudah batil dan hanya menyebabkan kesengsaraan rakyat.

Walhasil, hanya dengan tunduk pada aturan Allah sajalah manusia bisa selamat dari segala bentuk kezaliman penguasa, kembali pada hakikat sebagai seorang hamba Allah yang tidak ada daya dan upaya, lemah, dan terbatas. 

Tidak mungkin ada yang bisa membuat aturan yang mampu menyelesaikan masalah kehidupan ini kecuali Allah Swt. Di sinilah pentingnya dakwah amar ma'ruf nahi mungkar di lingkungan masyarakat, memahamkan bahwa Islam mempunyai solusi hakiki untuk mengatasi berbagai macam problematika kehidupan. 

Dengan demikian, masyarakat, termasuk para demonstran tidak salah jalan dalam berjuang untuk melakukan perubahan. Perubahan yang hakiki hanya bisa dilakukan dengan penerapan syariat Islam dalam sebuah institusi negara khilafah. Wallahu a'lam bishawab.



Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media

Selasa, 17 September 2024

Popularitas Artis, Mampukah Membawa Perubahan Hakiki?


Sahrul Gunawan-Gun Gun Gunawan dan Dadang Supriatna-Ali Syakieb telah resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) zkabupaten Bandung pada hari Kamis (29/8/2024). Pendaftaran terjadi pada Kamis malam dan merupakan hari terakhir pendaftaran Pilkada Kabupaten Bandung. Pasangan Sahrul-Gun Gun mendaftar pukul 20.00 WIB, sedangkan pasangan Dadang-Ali mendaftar pukul 16.00 WIB. Sahrul dan Dadang merupakan calon petahana. (KOMPAS.com)

Mereka berdua menjabat sebagai bupati dan wakil bupati hasil pilkada Kabupaten Bandung 2020. Bandung Bedas jilid 2 adalah jargon yang digunakan oleh Dadang-Ali.

Ada 13 partai yang memperkuat, dan ada 6 partai parlemen, yaitu PKB, PAN, Nasdem, Demokrat, PDI-PERJUANGAN Dan Gerindra. Sebagian yang lainya adalah partai non-parlemen, seperti Perindo, PKN, PSI, Partai Buruh, Partai Garuda, PBB, Partai Garuda, dan Gelora.

Menggandeng para artis sebagai wakil bupati bukan yang pertama kali dilakukan Dadang. Sedangkan partai yang mengusung Sahrul-Gun Gun dalam pilkada kali ini, yaitu Garuda Golkar, PKS dari partai parlemen. Sedangkan  dari partai non-parlemen antara lain adalah PPP, Hanura, Partai Ummat, dan Partai Garuda. 

Artis terjun ke dunia politik sudah menjadi hal biasa terjadi, bahkan popularitasnya sangat digandrungi oleh berbagai partai politik untuk dijadikan calon wakil rakyat sebagai bupati ataupun walikota. Popularitas digunakan untuk meraih manfaat mengeruk suara rakyat. 

Dalam sistem demokrasi sekuler, hal seperti itu wajar terjadi. Semua orang termasuk para artis berhak mencalonkan diri atau digandeng parpol di pilkada. Kemampuan berpolitik mungkin saja dimiliki oleh para artis yang diusung oleh parpol pendukung. 
Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang memilih calon hanya berdasarkan popularitas calonnya saja. Hal itu terjadi karena masyarakat masih banyak yang belum mengenal satu per satu dari para calon bupati atau wakil bupati. Jadi, ketika memilih calon bupati dan wakil bupati, masyarakat hanya memandang dari segi ketenaran saja. 

Pada dasarnya, demokrasi hanya membutuhkan suara terbanyak untuk meraih kemenangan, bukan dari kapabilitas calon yang diusung. Pertanyaannya, apakah setelah meraih kedudukan di kursi kekuasaan, mereka bisa membawa perubahan dan menjadikan masyarakat hidup sejahtera? 

Setelah di telaah, ternyata perubahan yang signifikan belum bisa dirasakan. Buktinya, masih banyak rakyat yang justru menderita dan terjepit dengan berbagai kebijakan yang menzalimi rakyat. 

Lihat saja kebijakan-kebijakan seperti undang-undang Omnibus law cipta kerja yang sangat tidak pro-rakyat. Inilah kelemahan sistem demokrasi sekuler sesungguhnya. Sistem ini melahirkan para pejabat yang rakus dan korup. Sebab, parpol mendukung para artis hanya untuk kepentingan dan keuntungan semata. Tidak peduli kompeten atau tidak, yang penting bisa meraih suara terbanyak dalam kancah pertarungan politik. Saling sikut antarkelompok demi memenangkan pertarungan politik sudah menjadi hal biasa. Tidak ada kawan dan lawan yang abadi. Semua bisa berubah setiap waktu. 

Ini berbeda dengan politik Islam. Seperti kita ketahui, Islam adalah sebuah ideologi yang tidak hanya mengatur masalah ibadah ritual saja, tetapi mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam memilih pemimpin/ pejabat. 

Politik bukan semata-mata masalah kekuasaan, tetapi lebih ke persoalan urusan rakyat, yaitu mengurusi semua rakyat dengan baik sesuai syariat Islam. Sungguh berat tugas seorang pemimpin dalam Islam karena harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan di hadapan Allah Swt. kelak di yaumil akhir. 

Oleh karena itu, cara memilihnya pun harus berdasarkan kapabilitas dan memang sesuai persyaratan dalam Islam. Parpol harus dibangun dengan ikatan yang sahih, yaitu ikatan akidah Islam. Ikatan itulah yang akan membuat langkah perjuangan semakin kuat, saling memberi peringatan kepada penguasa, dan juga kepada manusia lainya. Ikatan itu juga mampu meluruskan penguasa jika ada kebijakan-kebijakan yang menyimpang dari jalur yang semestinya. 

Jadi, menggaet seseorang bukan hanya untuk memperoleh suara  tanpa visi misi yang jelas, tetapi betul-betul harus sesuai fikrah dan thariqah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Itulah partai politik Islam yang akan memberi perubahan hakiki tanpa harus menggaet figur yang punya ketenaran. Wallahu a'lam bishawab



Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media

Jumat, 19 April 2024

Muslim Gaza Butuh Bantuan Hakiki, Bukan Sekadar Materi



Tinta Media - Kantor koordinasi urusan kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan bahwa lebih dari satu juta orang di Gaza mengalami kelaparan ekstrem, Kamis (28/03/2024). Kelaparan tingkat ekstrem ini terjadi di Gaza lantaran wilayah tersebut terus mengalami gempuran dan pemblokiran sehingga bantuan tidak masuk. 

Melalui laman X, OCHA menegaskan bahwa saat ini bantuan sangat diperlukan untuk dikirimkan melalui darat. Memang, sebelumnya Amerika mengirimkan bantuan makanan melalui jalur udara. Namun mirisnya, puluhan warga Gaza meninggal dunia karena tenggelam atau terinjak-injak ketika berusaha mengumpulkan paket bantuan yang dijatuhkan ke laut pada beberapa pekan terakhir di Gaza Utara. (Tribunnews.com, 30/03/2024).

Pengiriman bantuan melalui jalur udara adalah penghinaan yang luar biasa kepada kaum muslimin. Ada hal yang jauh lebih mudah jika dunia internasional ingin menghentikan penjajahan Zionis terhadap Palestina. Caranya adalah membuka jalur Rafah untuk distribusi logistik via darat sebagaimana yang disarankan oleh OCHA PBB, Arab Saudi menghentikan distribusi minyak ke Zionis, para penguasa muslim menghentikan seluruh hubungan kerja sama yang berkaitan dengan Zionis dan sekutunya, dan terpenting mengirimkan tentara-tentara di negeri muslim untuk menyerang Zionis. Jika cara tersebut dilakukan, warga Palestina tidak akan mengalami penjajahan dan kelaparan ekstrem seperti saat ini.

Sayang, fakta yang ada justru memperlihatkan bahwa jalur Rafah ditutup dan dibangun tembok berkawat besi oleh penguasa Mesir. Penguasa Arab Saudi pun tetap menyalurkan minyak-minyak mereka ke Zionis. Begitu juga penguasa Lebanon, mereka mencukupkan diri dengan mengirim bantuan makanan ke Gaza. 

Tidak hanya itu, para penguasa muslim juga tidak bergeming untuk memutuskan hubungan pada Zionis dan sekutu. Tentara-tentara negeri muslim juga tidak diturunkan untuk membela Palestina. Tentu semua ini terjadi lantaran tatanan dunia global telah dikendalikan oleh ideologi kapitalisme.

Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nizhamul Islam bab Qiyadah Fikriyyah menjelaskan bahwa kapitalisme adalah sistem kehidupan yang melahirkan aturan yang didasari atas keuntungan materi. Kepentingan dan manfaat adalah orientasi ideologi ini. Kapitalisme dibangun dari akidah sekuler yang meniscayakan pemisahan agama dengan kehidupan. Maka, wajar jika semua aturan yang berasal dari kapitalisme nihil dari nilai agama.

Penjajahan yang merupakan dosa besar karena merampas hak orang lain, justru dijadikan jalan untuk berkuasa, seperti yang terjadi antara Zionis Yahudi dan Palestina. Zionis Yahudi telah nyata melakukan penjajahan dan genosida. 

Zionis memang dilahirkan oleh Inggris melalui perjanjian Balfour. Namun, dalam perjalanan politik global, Zionis diasuh dan dibesarkan oleh Amerika. Zionis memang sengaja diarahkan untuk menguasai wilayah Palestina agar konsentrasi kaum muslimin disibukkan dengan permasalahan tersebut. 

Amerika memastikan bahwa penguasa negeri-negeri kaum muslimin adalah penguasa yang loyal kepada Barat. Alhasil, ketika negara kapitalis melakukan penjajahan di negeri-negeri kaum muslimin dengan merampas dan menjarah sumber daya alam, kaum muslimin tidak menyadarinya. 

Karena itulah, sekalipun telah banyak bukti kejahatan Zionis, tidak ada satu pun lembaga internasional yang menghukumnya, bahkan PBB sendiri menyatakan tidak mampu melawan Zionis. 

Dengan fakta yang ada, umat Islam seharusnya sadar bahwa dana, logistik, obat-obatan, dan lainnya yang digalang oleh umat Islam hari ini belum bisa dipastikan sampai ke tangan kaum muslimin di Gaza. 

Ditambah lagi adanya berita pembantaian dan penembakan muslim Gaza oleh tentara Zionis saat mereka mengambil bantuan makanan, ini semakin menunjukkan bahwa bantuan yang paling dibutuhkan oleh muslim Gaza bukanlah makanan.

Sejatinya, bantuan yang dibutuhkan segera oleh muslim Gaza adalah tentara dan persatuan seluruh negeri-negeri muslim untuk menghentikan penjajahan Zionis. Karena itu, tuntutan kepada penguasa-penguasa muslim untuk bersatu dan mengirimkan tentara ke Palestina harus menjadi opini utama di tengah-tengah masyarakat global. 

Lebih dari itu, umat Islam juga harus sadar bahwa keberadaan Zionis yang saat ini bisa eksis dan semena-mena kepada kaum muslimin adalah lantaran mereka didukung oleh negara kapitalisme adidaya. Karena itu, satu-satunya solusi untuk melenyapkan kebiadaban penjajahan Zionis juga harus dilawan dengan negara super power.

Islam memiliki konsep untuk sebuah negara. Dalam fikih, kekuasaan negara disebut sebagai Daulah Khilafah. Khilafah merupakan junnah atau perisai bagi kaum muslimin. Sebagaimana hadis Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, yang artinya:

"Sesungguhnya seorang Imam itu adalah perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang-orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah Taala dan adil, maka dengannya ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa atau azab karenanya." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Ketika Khilafah ada, kaum muslimin Palestina senantiasa dijaga dan dilindungi dari penjajahan. Pada masa Khilafah Abbasiyah, Panglima Salahuddin al-Ayyubi membebaskan al-Quds dari tentara salib. 

Pada masa Khilafah Utsmaniyah, Sultan Abdul Hamid I mengultimatum dengan tegas Theodor Herzl yang merupakan seorang tokoh Zionis yang berambisi menegakkan negara Zionis di Palestina hingga Theodor Herzl harus mengurungkan keinginannya pada waktu itu karena bargaining power Sultan dan Khilafah masih kuat. 

Bahkan, pada masa akhir Khilafah Utsmaniyah, Sultan masih menempatkan tentara muslim di Palestina untuk menjaganya. Dengan demikian, keberadaan Khilafah adalah obat dan solusi tuntas atas masalah Palestina dan seluruh permasalahan di dunia. Kaum muslimin harus mengopinikan dan memperjuangkan Daulah Khilafah agar mampu membebaskan kaum muslimin di seluruh dunia dari penjajahan.


Oleh: Amellia Putri 
(Mahasiswi, Aktivis Muslimah)

Minggu, 17 Maret 2024

Wujud Persaudaraan Hakiki


Tinta Media - Ibnu Umar menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,  “Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya; dia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya kepada musuh. Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya; siapa saja yang membebaskan seorang Muslim dari kesulitan, Allah SWT akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada Hari Kiamat; siapa saja yang menutupi aib sesama Muslim niscaya Allah akan menutup aibnya pada Hari Kiamat (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Nasa’i).

Dalam sebuah hadis yang menerangkan tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah SWT pada hari ketika tiada naungan kecuali naungan Allah, Rasulullah saw. menyebutkan salah satu di antaranya adalah: Dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Di dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, berhak atas kecintaan-Ku (HR Malik dan Ahmad).

Banyak hadis yang menyebut bentuk-bentuk praktis dari manifestasi persaudaraan sejati di antara sesama Muslim secara individual antara lain: berlemah lembut terhadap sesama Muslim, bersahabat, berkasih sayang, saling mengucapkan salam dan berjabatan tangan, saling memberikan hadiah, saling mendoakan, saling mengunjungi, bersama dalam suka dan duka, dll. Sebaliknya, mereka dilarang saling meng-ghîbah, memfitnah, memata-matai (tajassus),  membuka aib dan menipu saudaranya; berdusta dan kikir; menghina, mencela, melanggar kehormatan dan membunuh saudaranya, dll.

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []


Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).

Kamis, 14 Maret 2024

Perubahan Hakiki Hanya dengan Sistem Islam


Tinta Media - Antusiasme dan harapan masyarakat di Indonesia dalam pelaksanaan Pemilu tahun ini sangatlah besar dengan berpartisipasi memberikan hak suaranya di pemilu pada tanggal 14 Februari 2024  lalu. Memilih pemimpin negeri dan wakil-wakil rakyat di DPR menjadi cara yang mereka gunakan untuk membawa perubahan yang lebih baik di negeri ini.

Di satu sisi, hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat mulai menyadari bahwa keadaan negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Terlihat di semua  bidang  kehidupan, berbagai permasalahan kian hari kian mengimpit dan susul-menyusul tanpa henti. Di antara masalah tersebut antara lain:

Pertama, bidang ekonomi. Walaupun negeri ini sangat kaya akan sumber daya alamnya, tetapi justru kemiskinan merajalela. Utang luar negeri semakin menggurita, kasus korupsi menjadi hal biasa, kerawanan pangan pun terus melanda.

Kedua, bidang pendidikan. Belum semua lapisan masyarakat dapat mengenyam fasilitas pendidikan hingga tingkat atas, apalagi hingga perguruan tinggi (PT) akibat mahalnya biaya pendidikan. 

Untuk PT saja biaya yang harus dikeluarkan bisa mencapai ratusan juta. Ini menunjukkan hawa bisnis begitu merebak di ranah pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya anak-anak negeri ini yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, bahkan putus di tengah jalan.

Ketiga, bidang kesehatan. Masyarakat harus membayar mahal ketika ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Jika ingin mendapatkan yang gratis atau murah, pelayanan kesehatannya pun apa adanya. 

Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) pun sejatinya bukan jaminan kesehatan berupa pelayanan kesehatan dari negara, tetapi justru 'gotong royong ' rakyat yang hakikatnya adalah asuransi yang dikelola oleh BPJS. Beban pembiayaannya dikembalikan kepada rakyat, dengan membayar premi per bulan per jiwa.

Keempat, bidang sosial. Berkembangnya masalah sosial dan penyakit sosial, semisal banyaknya tunawisma yang menggelandang di kota-kota besar, maraknya ODGJ akibat tidak mampu memikul beban hidup yang semakin berat dalam berbagai hal, juga stres sosial yang menimpa banyak orang di berbagai lapisan masyarakat.

Kelima, bidang keamanan dan kriminalitas. Kejahatan dalam berbagai bentuk, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, menambah miris kondisi bangsa ini. 

Kejahatan yang meningkat tajam sebagai efek dari masalah kemiskinan, sosial, dan sebagainya, menjadikan rasa aman sebagai sesuatu yang mahal di negeri ini. Bahkan, di lingkungan terdekat sekalipun, yaitu keluarga, kerabat dan tetangga, tidak dapat terjamin rasa aman. Sebagai buktinya, bahwa para pelaku kejahatan saat ini, banyak yang merupakan orang-orang terdekat korban.

Itulah realitas hidup di dalam masyarakat yang menjunjung tinggi HAM dan kebebasan, melalui sistem demokrasinya, yang justru melahirkan masyarakat yang rusak dalam seluruh bidang kehidupan.

Maka, sangat wajar jika rakyat di negeri ini menginginkan perubahan, tentu ke arah yang lebih baik. Namun, apakah perubahan masyarakat itu cukup melalui pemilu? 

Masyarakat menggantungkan harapan yang sangat besar kepada calon pemimpin yang digadang-gadang dapat membawa perubahan. Ada juga yang berharap akan adanya sebagian wakil rakyat yang mau mendengar aspirasi mereka dan memperjuangkannya, sehingga mengubah kondisi menjadi  lebih baik. Namun, tidak sedikit juga masyarakat yang meragukan bahwa pemilu ini akan memberikan perbaikan kondisi mereka. Ini karena masyarakat sudah jengah dengan keadaan yang semakin sulit akibat kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

Di negeri ini, pemilu demokrasi telah dilakukan berulang kali dan menghasilkan pemimpin negara yang berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari militer, sipil intelektual, ulama, perempuan, hingga pengusaha mebel. Namun, kondisi yang dialami bangsa ini tidak menjadi lebih baik dengan para pemimpin tersebut, justru makin jauh dari kata sejahtera.

Jika ditelusuri, masalahnya bukan hanya terletak pada sosok pemimpinnya saja, tetapi juga terletak pada sistem yang diterapkan, yakni demokrasi kapitalisme, yang terbukti telah gagal memberikan kehidupan yang sejahtera, aman, dan sentosa kepada rakyat, berupa kehidupan yang penuh problematika tanpa mampu diselesaikan.

Sebagai seorang muslim, kita harus mengembalikan tolok ukur kehidupan kita kepada pandangan Islam. Jika kita ingin melakukan perubahan kondisi masyarakat menjadi lebih baik, maka harus mengganti sistem demokrasi kapitalisme dengan sistem  Islam yang sempurna.

Allah Swt. berfirman dalam QS. Ar-Ra'd (13)- 11, yang artinya bahwa:

"Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum tersebut mengubah keadaan diri mereka sendiri."

Sistem aturan kehidupan yang diterapkan saat ini, yaitu sistem demokrasi-kapitalisme-sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan, telah menampakkan aturan Allah Swt. dengan menjadikan manusia yang menjadi pembuat hukum (legislasi), karena kedaulatan berada di tangan rakyat.

Walaupun pada kenyataannya, para elite politik duduk di kursi parlemen untuk membuat undang-undang dan kebijakan yang hanya pro kepada para pemilik modal, baik lokal swasta, asing, dan aseng, sedangkan rakyat yang banyak dirugikan.

Oleh karena itu, bagi kumat Islam, hanya hukum Allah Swt. yang haq, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Maidah (5):8 50, yang artinya:

"Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik dari pada hukum Allah bagi kaum yang meyakini?"

Melalui pergantian sistem kufur saat ini dengan sistem Islam, insyaallah akan terjadi perubahan yang mendasar, melalui sebuah institusi pemerintahan yang disebut khilafah.

Perubahan sistem ini harus diperjuangkan melalui sebuah aktivitas dakwah berjamaah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. untuk menancapkan ketakwaan pada setiap individu, dan juga pada masyarakat, sehingga mendorong mereka untuk menerapkan syariah Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Ini dilakukan secara komprehensif dan revolusioner dipimpin oleh seorang khalifah (imam) yang telah memenuhi syarat kelayakan sebagai pemimpin, berdasarkan hukum syara. Inilah perubahan yang hakiki, menuju keridaan Allah Swt. 

Allah Swt. berfirman dalam QS Al -'Araf; 96, yang artinya:

"Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, niscaya Allah akan melimpahkan atas mereka barakah dari langit dan bumi ...."

Wallahu'allam bisawwab.


Oleh: Yuli Ummu Shabira
Sahabat Tinta Media

Jumat, 19 Agustus 2022

KEMERDEKAAN HAKIKI

Tinta Media - Sejarah mencatat keberadaan Imperium Persia yang punya luasan jutaan kilometer persegi, negeri yang dianggap merdeka oleh penguasanya tapi dzalim pada rakyatnya.
.
Di penghujung masanya, berbagai pajak dimunculkan sampai tahap mencekik, sementara pejabatnya hidup mewah, hukum tak ditegakkan dan kejahatan merajalela.
.
Walau menganggap dirinya merdeka, Persia menganggap Arab adalah negeri jajahan mereka, dan merasa terganggu dengan kekuatan baru yang muncul, yaitu Islam.
.
Mereka pun membuat front dengan Madinah yang saat itu dipimpin oleh pengganti Rasulullah Muhammad, Khalifah Umar dan singa-singa Allah disekelilingnya.
.
Dalam peperangan Qadisiyah, salah satu komandan Muslim, Rib'i bin Amir, pernah diundang oleh Rustum panglima Persia, yang ingin mengetahui motif kaum Muslim.
.
*Maka inilah jawaban Rib'i bin Amir yang sangat tersohor,*

Allah telah mengutus kami untuk membebaskan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kedzaliman agama-agama kepada keadilan Islam.
.
Inilah makna kemerdekaan yang sesungguhnya, yang dipegang oleh pasukan Muslim di kala itu, dari panglima tertingginya Saad bin Abi Waqqash hingga Rib'i bin Amir.
.
Sebab selama seseorang masih tunduk pada selain Allah, masih sibuk dengan maksiat pada Allah, sejatinya dia sedang terbelenggu nafsu dan jauh dari merdeka.
.
Sebab nafsu punya banyak wajah, bisa jadi ia terwujud dalam penjajahan fisik, bisa jadi pula dalam bentuk penjajahan pikiran, penjajahan ekonomi atau bahkan budaya.
.
Semua penjajahan apapun bentuknya, pada ujungnya pasti menyebabkan ketundukan pada sesama manusia, bukan pada Allah, ini yang sangat ditentang oleh Islam.
.
Maka inilah kemerdekaan hakiki yang terus kita perjuangkan, sambil mensyukuri kemerdekaan fisik yang Allah beri kepada kita, yaitu mengajak manusia taat Allah.
.
Maka saat kita teriak "Merdeka!", jangan lupa syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, dan segala bentuk ketaatan yang lain. Sebab bila masih maksiat, sejatinya kita masih terjajah.

Oleh: Ustaz Felix Siauw
Dai Muda dan Inspirator Hijrah Nasional



MMC: Isu Pekan Ini dari Kemerdekaan Hingga Kenaikan Mie Instan

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) berhasil merangkum lima isu yang menjadi berita penting dalam akhir pekan ini dari perayaan kemerdekaan hingga kenaikan mie instan.

“Dalam sepekan terakhir Muslimah Media Center berhasil merangkum lima berita penting,” tuturnya dalam Program Isu Pekan Ini: Makna Kemerdekaan Hakiki hingga Isu Mie Instan Naik Harga, Senin (15/8/2022), di kanal Youtube Muslimah Media Center.
Isu pertama adalah tentang perayaan kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Menurutnya negeri ini belum lepas dari berbagai problem walaupun telah lepas dari penjajahan fisik.
“Negeri ini masih diliputi berbagai problem, seperti utang yang menggunung, kemiskinan, kesenjangan, disintegrasi, korupsi, dan sebagainya,” ujarnya.
Selanjutnya ia menilai, problem-problem ini harusnya menjadi evaluasi negeri ini untuk meraih kemerdekaan yang hakiki. Negara merdeka adalah negara yang terbebas dari penjajahan baik fisik, politik, ekonomi, juga budaya.
“Negara bebas menerapkan aturannya dalam melindungi rakyatnya. Tidak lagi ada tekanan dari negara yang pernah menjajahnya atau lainnya. Dan bagi umat Islam tentu saja negara tersebut haruslah sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah Swt. dan dicontohkan Rasulullah Saw., yaitu negara yang menerapkan aturan Allah,” nilainya.
Isu kedua, ia menguraikan perkataan Komjen Gatot Eddy Pramono bahwa dunia pendidikan memasuki tahun ajaran baru khususnya di tingkat perguruan tinggi harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap paham dan gerakan kekerasan. Berdasarkan catatan Global Terrorism Index 2022 menyebutkan bahwa sepanjang 2021 terdapat 5226 aksi terorime di seluruh dunia.
“Terutama yang ditujukan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dengan legitimasi yang didasarkan pada pemahaman agama yang salah paham dan gerakan tersebut adalah intoleransi, radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme,” urainya.
Ia mengkritisi tudingan radikalisme yang diarahkan kepada umat Islam dan kaum muslimin yang menginginkan kembalinya Islam Kafah.
“Tentu saja ini tuduhan yang tidak mendasar dan tuduhan ini malah digunakan untuk mengarahkan pemuda bersikap moderat,” kritiknya.
Isu ketiga, berita harga mie instan yang diproyeksi naik tiga kali lipat. Hal ini imbas dari kenaikan harga tepung akibat dari naiknya harga gandum. Tetapi isu ini telah dibantah oleh pihak Indomie.
“Padahal mie instan merupakan sumbangan bahan pangan kelima terhadap garis kemiskinan yang paling besar. Simpang-siur kenaikan mie instan cukup meresahkan publik karena akan mengganggu kemaslahatan dan pemenuhan pangan rakyat,” tuturnya.
Di saat yang sama, pemerintah mengunggulkan prestasi swasembada beras. Baginya kebijakan tersebut harusnya menjadi pendorong bagi pemerintah untuk menghasilkan swasembada pangan yang hakiki dengan variasi bahan yang dibutuhkan.
“Harusnya swasembada beras menjadi pendorong untuk menghasilkan kebijakan dalam swasembada pangan lainnya, tidak bisa pada makanan pokok saja tetapi bahan pangan lain tergantung pada impor,” ucapnya.
Ia pun menegaskan aturan Islam mampu mewujudkan swasembada pangan.
“Hanya aturan Islam yang memiliki aturan komprehensif yang mampu menyiapkan perangkat sistemik mewujudkan swasembada pangan,” tegasnya.
Isu keempat, berita tentang prediksi habisnya kuota BBM bersubsidi sebelum akhir tahun 2022. Ia memaparkan perkiraan dari pengamat Energy Watch, Mamit Setiawan bahwa stok pertalite habis di bulan Oktober 2022 jika tidak ada penambahan kuota.
“Kuota BBM bersubsidi selalu menjadi alasan penyebab kelangkaan, padahal pemerintah bisa saja menambah kuota yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan kelompok masyarakat yang bersubsidi,” paparnya
Narator mempertanyakan kebijakan pemerintah tidak menambah kuota BBM bersubsidi.
“Tapi mengapa tidak dilakukan (menambah kuota BBM bersubsidi)?” tanyanya.
Ia mengatakan munculnya spekulasi dari sebagian masyarakat tentang kelangkaan BBM bersubsidi sebagai upaya menaikkan harga BBM.
“Tak ayal sebagian masyarakat berspekulasi bahwa hal ini sengaja dibiarkan sebagai prakondisi menaikkan harga BBM,” katanya.
“Umat hari ini membutuhkan sistem aturan kehidupan yang mampu menyediakan kebutuhan energi bagi masyarakat dengan harga murah bahkan gratis,” ungkapnya.
Isu kelima, berita tentang serangan dan penikaman terhadap penulis Salman Rushdie pada acara sastra pada Jum’at (12/8/2022) di negara bagian Amerika Serikat.
“Rushdie merupakan satu penulis yang paling dicari pemerintah Iran. Ini lantaran, novelnya yang terbit tahun 1988 The Satanic Verses (ayat-ayat setan), yang dianggap sebagian kaum muslimin sebagai penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw.,” ujarnya.
Narator mengkritisi dunia barat yang sangat menyokong para pendusta agama Islam dengan memberikan dorongan bagi para penjahat agama sejenis ini untuk mengampanyekan kesesatannya.
“Kasus penikaman Salman Rushdie seharusnya mengingatkan kita bahwa dunia barat sangat menyokong para pendusta agama Islam,” kritiknya.
Ia mengakhirinya dengan mengingatkan semangat umat Islam jangan hanya terbatasi pada menghukum penista agama.
“Tetapi umat Islam harus mengarahkan untuk menghentikan hegemonik sekularisme yang memfasilitasi penistaan agama,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab