Tinta Media: HIV/AIDS
Tampilkan postingan dengan label HIV/AIDS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HIV/AIDS. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 Januari 2024

Tiga Daerah di Kalsel Tertinggi Angka HIV/AIDS, Kok Bisa?




Tinta Media - Tingginya kasus infeksi HIV/AIDS harusnya menjadi alarm betapa berbahayanya keberadaan paham kebebasan yang menyebabkan tumbuh suburnya seks bebas. Dari tahun ke tahun, bukannya jumlah yang terinfeksi berkurang, tetapi justru terus  melonjak. Di berbagai penjuru dunia, HIV/AIDS sudah menjadi momok yang belum bisa teratasi, termasuk di Indonesia. 

Kalimantan Selatan (Kalsel) juga termasuk salah satu provinsi yang masif penyebaran kasus HIV AIDS. Untuk mengeliminasi AIDS pada tahun 2030, dilakukan strategi penanggulangan HIV dan AIDS. Maka, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mengadakan kegiatan Orientasi Test and Treat Proram HIV/AIDS dan PIMS tahun lalu di Banjarmasin. 

Mewakili Kadinkes Kalsel, Kepala Bidang P2P Syahriani Noor mengatakan bahwa epidemi HIV dan AIDS adalah sebuah fakta yang sekarang sedang dihadapi di semua daerah di Indonesia, termasuk Kalsel. Oleh karena itu, Pemerintah Kalsel mempunyai program penanggulangan HIV AIDS sesuai dengan visi, yaitu menghentikan AIDS pada tahun 2030 dengan tujuan menjadikan kasus infeksi baru, kedua meniadakan kematian karena AIDS, ketiga meniadakan diskriminasi. 

Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan menghentikan epidemi HIV, kementerian melakukan respons melalui jalur cepat TOP yang mensyaratkan pada tahun 2027, 90 % ODHA mengetahui status HIV-nya, 90% ODHA yang tahu status HIV-nya mendapatkan ARV, dan 90% ODHA yang mendapat ARV, Virusnya tersupresi.

Adanya peringatan hari HIV/AIDS juga ditujukan untuk meningkatkan kesadaran orang-orang akan HIV/AIDS, sekaligus momentum mengikis stigma tentang HIV, serta mengenang mereka yang telah meninggal. 

Di Kalimantan Selatan (Kalsel), jumlah pengidap AIDS atau ODHA (orang dengan HIV/AIDS) masih tinggi. Dari data yang di dapat, belum setahun Kalsel mencatat ada 705 kasus penderita HIV/AIDS baru. Tiga daerah penyumbang paling banyak berasal dari Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala (Batola), dan Banjarbaru.

Persoalan AIDS adalah persoalan yang serius, bukan hanya sebatas meningkatkan kesadaran bagi masyarakat saja dalam menjauhi hal tersebut. Akan tetapi, sistem kapitalisme adalah sistem yang sangat mendukung tumbuh suburnya penyakit AIDS yang muncul karena pergaulan bebas. 

Fakta ini harusnya membuka mata kita, bahwa betapa sangat berbahayanya kapitalisme-sekularisme bagi kehidupan generasi. Paham kebebasan yang diajarkan oleh kapitalisme inilah yang telah membius generasi kita menjadi lupa dengan dosa dan siksa. Bahkan, mereka lupa dengan efek yang akan didapatkan setelah berhubungan dengan yang bukan pasangan sah mereka, terlebih sesama jenis.

Kapitalisme juga sebagai biang kerok penyebaran HIV/AIDS menjadi ke sebagian negeri, termasuk negeri muslim. Mereka memfasilitasi, mendukung, dan turut mencontohkan bagaimana gaya hidup bebas mereka. Tentunya, generasi yang awam akan dengan mudah menelan apa yang mereka contohkan. 

Ini bukti yang tidak terbantahkan bahwa kapitalisme dan sekularisme merupakan ancaman nyata bagi kesehatan dan kehidupan manusia. Karena apa? Karena dalam sistem ini, para pelaku dibiarkan dan tidak bisa dihukum. Belum ada undang-undang yang sah terkait hukum bagi para pelaku zina, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Miris, bukan?

Dalam sistem sekularisme sekarang ini, aturan yang dibuat hanya berorientasi pada dunia semata. Karena itu, semua keputusan hanya didasarkan pada standar manfaat duniawi, tidak pada standar halal-haram. Contoh, misalnya dengan maraknya kasus HIV/AIDS, pemerintah lebih banyak mengadakan penyuluhan dan sosialisasi yang hanya berfokus hanya pada pemahaman, bukan pada penyelesaian akar masalah.  

Perzinaan dan penggunaan narkoba tidak bisa ditanggulangi karena asas hidup masyarakat dan tata kelola negara yang memisahkan agama dari kehidupan. Negara hanya berfokus pada pembangunan secara fisik, seperti pembangunan jalan, rumah sakit, kereta cepat, mal, dll. 

Kita memang melihat keberhasilan dan semakin tahun semakin modern. Generasi kita juga terlihat pintar dan cerdas dari sisi akademisnya. Namun, mereka kering dari sisi spiritual, tidak tahu batasan-batasan sebagai seorang muslim. 

Hal ini karena kebanyakan para orang tua, bahkan negara pun hanya berfokus pada sesuatu yang bisa menghasilkan materi, tidak kepada akidah mereka.

Berbeda dengan Islam memandang hal ini. Syariat Islam ketika diterapkan akan mampu mencegah perzinaan dan penggunaan narkoba yang merupakan faktor dominan berkembangnya penyakit AIDS. Islam akan memberikan pencegahan preventif dan kuratif agar persoalan ini selesai. Pemutusan segera secara tuntas rantai penyebaran merupakan hal terpenting, yakni dengan pemberantasan seks bebas dan semua aspek yang memfasilitasinya. 

Oleh karena itu, kehadiran Islam sebagai sistem kehidupan akan bekerja secara sistemis dengan cara mengatur seluruh aktivitas manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan naluri dan fisik sesuai dengan pemenuhan yang benar dan sesuai dengan fitrah manusia.

Islam juga akan menerapkan sistem pergaulan sesuai syariah Islam dan menjaga nyawa manusia agar terhindar dari keburukan atau penyakit menular. Di antaranya, menutup celah secara total akses untuk masuk ke dalamnya. 

Tentu Islam juga akan memberikan hukuman yang membuat efek jera bagi pelaku maksiat tersebut, tidak akan dibiarkan seperti sekarang ini, sehingga tidak ada yang berani melakukan maksiat yang sama, juga maksiat-maksiat yang lain.

Namun, hal ini hanya bisa direalisasikan ketika Islam diterapkan dalam semua lini kehidupan. Tentu ini menjadi urgen diterapkannya sistem Islam dalam naungan khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Khalifah harus menjalankan sistem tersebut dengan sebaik-baiknya. Islam mewajibkan khalifah untuk mengurus rakyat dengan benar dan menunaikan amanahnya, serta memutuskan perkara dengan adil. 

Ketika itu dijalankan, Islam memberikan penghargaan yang sangat tinggi. Dalam hadis Nabi saw. disebutkan bahwa salah satu dari tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allah Swt. pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil. Dalam Islam, menjalankan kekuasaan dan mengatur urusan masyarakat harus berorientasi pada akhirat. Artinya, harus menjadikan syariat sebagai standar. Wallahu a’lam bi ash-shawab


Oleh: Rahma Al-Tafunnisa
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 23 Desember 2023

Solusi Islam dalam Menghentikan HIV/AIDS


Tinta Media - Banyak hal yang menarik untuk diulik ketika berbicara tentang remaja. Remaja biasa dikenal dengan sebutan pemuda. Kebanyakan orang menilai pemuda itu energik, kuat, tegap, kekar, penuh semangat, suara lantang, memiliki berbagai potensi dan prestasi. Lalu, apa kabar remaja zaman now? Benarkah remaja saat ini demikian? 

Memang banyak pemuda yang memiliki segudang prestasi dan potensi istimewa untuk masa depan diri, bangsa, dan agama. Namun, ketika membaca dan melihat berita di media cetak maupun elektronik, justru lebih banyak dijumpai kondisi remaja yang memprihatinkan. Mereka semakin berani mengekspresikan diri hingga kelewat batas. 

Hampir setiap waktu, ada berita remaja tawuran, bullying, narkoba, seks bebas, aborsi, hingga terjangkit HIV/AIDS. Maka, butuh perhatian serius dalam menghadapi masalah remaja, khususnya terkait HIV/AIDS ini. Pasalnya, remaja bahkan anak-anak juga terjangkit penyakit mengerikan ini dalam jumlah yang cukup besar.

Data Penderita HIV/AIDS

Dilansir dari data WHO, kasus penderita HIV/AIDS sedunia pada tahun 2022 sebanyak 39 juta orang. 37,5 juta orang usia dewasa, dengan 20 juta perempuan dan 17,5 juta laki-laki. Mirisnya lagi, anak-anak penderita HIV/AIDS mencapai 1,5 juta anak.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mencatat jumlah kasus HIV mencapai 515.455 pada rentan waktu Januari hingga September 2023. Dari data itu, sebesar 3,4% berusia 15-19 tahun ada di urutan ke-4. Sedangkan pengidap HIV terbesar di Indonesia ada pada usia 25-49 tahun yaitu mencapai 69,9%. Urutan kedua terbayak ada pada usia 20-24 tahun sebanyak 16,1%. Disusul penderita usia di atas 50 tahun di urutan ke-3. Posisi ke-5 diderita pada segmentasi balita mencapai 1,9% dan usia 5-14 tahun sebesar 1%. (katadata.co.id, 1/12/2023). 

Peringatan Hari HIV/AIDS

Adanya peningkatan kasus HIV/AIDS setiap tahun, mengharuskan adanya penanganan serius dari semua pihak. Penanganan bagi penderita ini harus disertai pencegahan agar tidak semakin meluas. 

Memahamkan masyarakat umum tentang penyebab HIV, penularannya, serta pencegahan harus dilakukan secara masif. Itulah ide awal tercetusnya hari AIDS sedunia selain untuk mengenang mereka yang telah meninggal dunia akibat penyakit ini.

Hari AIDS sedunia dicetuskan oleh James W. Bunn dan Thomas Netter pada Agustus 1987. Mereka mengajukan ide tersebut kepada Director of the Global Programme on AIDS (searang dikenal UNAIDS) Dr. Jonathan Mann. Ia menyetujui ide tersebut dan merekomendasikan hari AIDS sedunia pertama pada 1 Desember 1988.

Hari HIV/AIDS  sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember. Dilansir dari World AIDS Day, tahun 1988 menjadi awal respons terhadap epidemi HIV/AIDS yang kian memprihatinkan, kemudian berkembang menjadi kampanye global guna meningkatkan pemahaman, dukungan, dan upaya pencegahan.

Mulanya, hari AIDS sedunia dirancang guna memberi kesempatan pada siapa pun di seluruh dunia untuk bersatu menghadapi pandemi HIV/AIDS dan sebagai solidaritas terhadap penderitanya. Namun, sekarang peringatan ini menjadi agenda untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, mengurangi stigma, dan menghormati orang yang telah meninggal akibat AIDS.

Di tahun 2023 ini, hari AIDS sedunia mengambil tema “Let Communities Lead” (biarkan komunitas memimpin). Seiring tema global, Indonesia mengusung tema “Bergerak Bersama Komunitas, Akhiri AIDS 2030”, diharapkan kolaborasi dan koordinasi antarsektor dengan komunitas semakin meningkat.

Di Indonesia sendiri, Tahun 2023, hari AIDS sedunia diperingati sebagai komitmen untuk mengatasi tantangan dalam pencegahan, perawatan, dan dukungan terhadap individu yang hidup dengan HIV/AIDS. Peringatan kali ini mengambil tema "End Inequalities. End AIDS. End Pandemics" yang menekankan pentingnya mengakhiri ketidaksetaraan dalam akses layanan kesehatan dan dukungan bagi semua individu yang terdampak HIV/AIDS.

Dilansir dari kemkes.go.id. peringatan kali ini bukan hanya perayaan, namun juga panggilan untuk memberi akses dan dukungan kepada komunitas dalam peran kepemimpinannya. Kunci untuk mencapai target Ending AIDS 2030 adalah penguatan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan komunitas.

Peringatan hari AIDS diharap membahas tantangan, memberikan dukungan dan merayakan kemajuan dengan menciptakan momentum global yang krusial. Meskipun telah ada kemajuan signifikan dalam pengobatan dan pencegahan HIV/AIDS, peringatan ini mengingatkan masyarakat untuk tidak meremehkan, bahkan menghindari perjuangan yang masih dihadapi oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Akar Masalah dan Penanganan HIV/AIDS

Jika ditelisik, penyebaran kasus HIV/AIDS tidak hanya masalah medis, tetapi juga gaya hidup manusia yang salah. Tentu saja ini merupakan pengaruh dari sistem kapitalis sekuler yang dianut negara. Sistem ini berbuah gaya hidup liberal, bebas kelewat batas, sehingga virus tersebut cepat berkembang. 

Dalam sistem kapitalis sekularis, aturan kehidupan tidak bersandar pada halal dan haram. Sistem ini bersandar pada akal manusia dan hawa nafsu semata. Segala sesuatu akan diakui ketika menghasilkan materi dan menjunjung tinggi kebebasan dengan dalih Hak Asasi Manusia (HAM). 

Solusi Tuntas HIV/AIDS

Selama ini pemerintah sudah berusaha mengatasi masalah HIV/AIDS dengan berbagai cara. Namun, ternyata jumlah penderitanya terus bertambah. Kenapa? Karena belum mampu menyelesaikan akar masalahnya. Bahkan, ada solusi yang justru terkesan memperbolehkan seks bebas, seperti penggunaan kondom. Artinya, negara mengizinkan seks bebas asalkan menggunakan kondom. Harusnya seks bebas yang dilarang, bukan justru disarankan menggunakan pengaman, karena sebenarnya justru aman jika meninggalkan seks bebas.

Sejatinya, masalah HIV/AIDS butuh solusi tuntas yang telah Allah berikan. Dalam Al-Qur’an surah al-Maidah ayat 49 Allah SWT berfirman, yang artinya:

"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu."

Jika di atas disampaikan penyebaran HIV/AIDS karena sistem kapitalis sekuler, maka solusinya adalah menerapkan sistem Islam. Selain itu, seks bebas menjadi penyebabnya juga. Maka, mencegahnya adalah dengan menjauhi zina. 

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 32 yang artinya: 

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.” 

Intinya, dalam negara Islam akan diterapkan sistem pergaulan sesuai syariat. Sejatinya, hukum kehidupan laki-laki dan perempuan adalah terpisah, kecuali ada aturan yang mengikat, yaitu pernikahan.

Jika negara telah menerapkan aturan sistem pergaulan, tetapi masih ada yang tidak taat, maka negara bisa memberikan sanksi tegas dan keras. Sanksi dalam Islam mampu memberikan efek jera bagi pelaku maupun orang lain. Sanksi seperti ini adalah agar masyarakat mau taat aturan Islam.

Namun, yang dapat menerapkan sistem pergaulan seperti ini tidak lain adalah negara dalam naungan khilafah. Khalifah akan memberikan pengobatan berkualitas dan memastikan kesembuhannya. Biaya kesehatannya pun gratis kepada seluruh masyarakat. 

Selanjutnya, negara akan berupaya sungguh-sungguh melakukan riset untuk menemukan obat penawarnya. Negara percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Hal ini mengacu pada sabda Rasulullah, yang artinya:

”Semua penyakit ada obatnya. Bila sesuai antara obat dan penyakitnya, maka (penyakit) akan sembuh dengan izin Allah Swt." (HR Muslim)

Demikian solusi yang ditawarkan Islam untuk menghentikan virus HIV/AIDS. Tentu saja semua butuh dukungan dari berbagai hal lain, seperti sistem ekonomi Islam, politik Islam, dan lainnya. Dengan mekanisme tersebut, diharapkan penyebaran virus AIV/AIDS dapat diminimalisasi, bahkan dihentikan. 
Allahu a’lam bish shawab.

Oleh: R. Raraswati
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Selasa, 14 Februari 2023

HIV/AIDS Meningkat karena Terjadi Normalisasi L68TQ

Tinta Media - Meningkatnya kasus penyakit HIV/AIDS di beberapa kota dan mayoritas penderitanya adalah kaum L68TQ dinilai Aktivis Dakwah dan Youtuber Ideologis Ihsan Tampubolon karena telah terjadi normalisasi L68TQ. 

“Hal ini karena telah terjadi normalisasi L68TQ dan pergaulan bebas melalui berbagai media masa, salah satunya media sosial,” katanya di Tabloid Media Umat edisi 328.

Ia menjelaskan bahwa media sosial seperti tiktok, instagram, facebook dan media sosial besar lainnya akan bertumbuh, sehingga menjadi peluang besar bagi kaum L68TQ untuk memaksakan agar mereka “diterima” dalam masyarakat.

Celakanya, ia menyayangkan, remaja muslim yang kehilangan identitasnya, mereka terpengaruh dan sengaja dipengaruhi oleh barat dan menjadikannya sebagai sesuatu yang normal.

“Orang yang menentangnya akan dicap intoleran, radikal, konservatif, kuno dan tidak modern,” ujarnya.

Ia pun mengingatkan, dari maksiat L68TQ dan pergaulan bebas inilah Allah SWT menurunkan berbagai azab dan penyakit seperti wabah HIV/AIDS. Sudah saatnya deklarasikan untuk menyelamatkan remaja dari L68T dan pergaulan bebas.

“Tentunya dengan memahami islam secara sungguh-sungguh dan menerapkannya dalam bingkai Daulah Al-Khilafah,” pungkasnya.[] Azzaky Ali
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab