Tinta Media: Green Screen
Tampilkan postingan dengan label Green Screen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Green Screen. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Oktober 2023

Di Balik Green Screen New Delhi

Tinta Media - Dunia dikejutkan dengan terungkapnya kawasan kumuh/miskin di New Delhi yang sengaja disembunyikan pemerintahnya dengan green screen atau layer berwarna hijau seraya menyambut para delegasi yang datang pada gelaran KTT G20. 

Miris, ada ratusan ribu orang miskin di balik ratusan meter green screen yang dipasang pemerintah India. Padahal, tribunnews.com (19/9/2023) mewartakan bahwa India mengeluarkan dana sebesar 100 juta poundsterling atau setara Rp1,9 triliun untuk penyelenggaraan KTT G20 tersebut. 

Sungguh tragis, dana besar yang semestinya bisa mengentaskan rakyat dari kemiskinan, justru digunakan untuk menyukseskan KTT G20 dan memilih menyembunyikan kawasan kumuh tersebut dari publik. Lalu, apakah hanya India yang melakukan hal ini? Apa tujuannya?

Ternyata, bukan hanya India yang menyembunyikan kemiskinan rakyatnya. Amerika sebagai negara yang terkenal adidaya pun melakukan pembiaran terhadap warga miskin, tunawisma, dan orang-orang terlantar. Jumlah mereka cukup banyak, bukan hanya ratusan ribu, tetapi sudah mencapai angka juataan. Sebagaimana dirilis Wikipedia, pada tahun 2020 saja terdapat 37,2 juta orang yang hidup dalam kemiskinan.

Demikian pula dengan Cina, beberapa waktu lalu kedapatan sekitar 2 juta penduduknya dipindahkan dari kawasan kumuh ke tempat lain. Ternyata pemindahan tersebut tidak menjadikan mereka lebih sejahtera. Mereka sengaja menyembunyikan kemiskinan rakyatnya agar tetap dianggap sebagai negara besar dengan ekonomi yang kuat. 

Ini membuktikan bahwa sistem kapitalisme telah menyembunyikan penderitaan rakyat dalam kemiskinan. Ini merupakan hal yang tidak manusiawi. Namun, itulah yang terjadi di sistem kapitalisme. Negara rela menutupi penderitaan rakyat dan berusaha  tampil sebagai negara besar dan kuat. Sesungguhnya negara dengan sistem kapitalisme tidak mampu menghasilkan sistem ekonomi yang adil.

Pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk mengembangkan kekayaan. Namun, jika dikembalikan pada pemikiran manusia, sebaik apa pun sistem yang sanggup dirancang, tetap saja menghasilkan sistem ekonomi buatan yang bersifat eksploitatif. 

Sistem tersebut memiliki kecenderungan untuk berusaha memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. Mereka akan berupaya mengambil keuntungan dari berbagai sumber daya alam maupun sumber daya ekonomi yang ada. Sadisnya lagi, rakyatnya sendiri akan saling menjatuhkan satu dengan lainnya untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Dalam sistem kapitalisme, perekonomian tidak akan bisa stabil. Akan selalu ada konflik, penindasan, kerusuhan, perlawanan, dan sebagainya yang membuat kondisi negara tidak tenang. Hal ini karena masing-masing individu memiliki kebebasan seluas-luasnya. Padahal, setiap kebebasan tidak bisa terealisasi tanpa melanggar kebebasan yang lainnya.

Negara yang menjalankan sistem kapitalisme akan terus mengalami ketidakstabilan ekonomi dan sosial. Pada titik tertentu, negara penganut sistem ini akan mendapat kritik dan kemarahan rakyatnya atau bahkan dari negara lain yang menjadi korban. Pada akhirnya, rakyat sadar dengan perampasan yang dilakukan negara atas dirinya berdasarkan prinsip-prinsip kapitalistik. Saat itulah sistem kapitalisme berakhir, karena rakyat pasti menginginkan penerapan sistem yang lebih baik.
 
Sistem Islam

Sistem Islam artinya seperangkat aturan dalam kehidupan yang berlandaskan pada hukum syara' yang telah ditentukan Sang Pencipta, yaitu Allah Swt. Inilah sistem terbaik yang mampu memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada rakyat, bahkan dunia. Dalam sistem Islam, terdapat sistem ekonomi yang ditetapkan syariat.

Dalam sistem Islam, negara memiliki regulasi untuk memastikan semua pihak, baik secara individu, kelompok, perusahaan untuk tunduk patuh terhadap sistem ekonomi Islam. Sistem ini juga akan menjadi contoh bagi negara-negara lain di dunia. Pasalnya, negara lain akan menyesuaikan aktivitas ekonominya ketika ingin menjalin hubungan atau kerja sama dengan negara Islam.

Penerapan sistem ekonomi Islam oleh negara tidak hanya mampu menyejahterakan rakyat, tetapi juga bisa menambah pemasukan negara. Dengan sistem ekonomi Islam, akan dibangun berbagai usaha sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pada akhirnya, akan terwujud keadilan ekonomi yang bisa dinikmati semua lapisan masyarakat, baik muslim maupun nonmuslim.

kehadiran sistem Islam harus diupayakan dengan melakukan perubahan yang sungguh-sungguh. Kaum muslimin hendaknya memperkenalkan sistem ekonomi Islam dan terus mendorong kesadaran umat untuk mau kembali mewujudkan sistem Islam dalam naungan Khilafah ala minhajin nubuwah.
Allahu a’alam bish shawab.

Oleh: R. Raraswati
Sahabat Tinta Media 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab