Tinta Media: Genosida
Tampilkan postingan dengan label Genosida. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Genosida. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 April 2024

Hentikan Genosida, Lawan Isr4el dan Amerika



Tinta Media - Idulfitri 1445H ternyata belum membawa kedamaian di Timur Tengah. Kobaran api konflik di kawasan itu makin membara dengan serangan balasan Iran terhadap para Isr4el pada 14 April 2024. Ya, serangan Zionis Yahudi terhadap Iran pada tanggal 1 April 2024 telah menyulut api peperangan karena menewaskan  dua jendral Iran dan 14 orang lainnya. Keberanian Iran tersebut perlu didukung agar para Zionis tidak lagi sombong dan angkuh sehingga segera menghentikan kebrutalannya terhadap rakyat Palestina.

Sungguh, tindakan isr4el selama ini tidak manusiawi. Semua itu harus dihentikan. Jika kekejaman Zionis Yahudi tidak bisa dihentikan dengan cara damai, maka jalan satu-satunya adalah dengan memeranginya. Pada dasarnya, mereka tidak mengerti bahasa damai karena memang tak punya hati dan perasaan hingga bisa melakukan berbagai kekejaman tanpa belas kasih.

Tak hanya isr4el, Amerika Serikat yang selama ini mendukung aksi genosida terhadap Gaza juga harus diperangi. Pasalnya, dua negara tersebut sama-sama busuk, baik dilihat dari sisi HAM maupun keadilan. Sebagaimana dilansir Al Jazeera pada 15/4/2024 bahwa Amerika telah menyerang lebih dari 80 drone Iran yang diarahkan ke para Zionis. Sudah saatnya Amerika dijatuhkan dari kedudukannya sebagai negara adi daya. Sesungguhnya tentara kaum muslimin mampu mengalahkan dua negara tersebut dengan mudah jika semua mau bersatu.

Sudah saatnya dunia, terutama negara-negara kaum muslimin memberi pelajaran kepada Isr4el dan Amerika agar menghentikan penjajahan dan penindasan terhadap rakyat Palestina. Para pemimpin negara kaum muslimin hendaknya mendukung penuh tindakan Iran yang berani meluncurkan ratusan drone ke wilayah-wilayah yang dikuasai Isr4el. Bahkan, bukan hanya mendukung, tetapi turut berperan aktif dalam peperangan hingga kedua negara congkak tersebut bertekuk lutut. 

Negara-negara yang berbatasan dengan Palestina seperti Saudi Arabia, Mesir, Lebanon, Suriah, dan Jordania mestinya juga melakukan hal serupa dengan yang dilakukan Iran. Negara-negara tetangga Palestina hendaknya bersatu, bersama-sama melawan Isr4el dan mengusirnya dari tanah Palestina. 

Para pemimpin negara-negara tersebut harusnya berani memerintahkan militernya untuk memerangi Zionis sebagai bentuk perlawanan. Serangan harus dibalas dengan serangan yang serupa dan seimbang sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 194 yang artinya:

“Oleh sebab itu, barang siapa menyerang kamu, maka seranglah ia sesuai dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (TQS. Al-Baqarah: 194)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah membolehkan bahkan memerintahkan untuk melakukan perlawanan terhadap musuh-musuh Islam dengan kekuatan yang seimbang. Tentu saja hal itu dibutuhkan sebuah institusi politik yang mampu membuat umat bersatu dan bangkit dengan ikatan yang benar, yaitu akidah Islam. 

Sementara itu, saat ini negeri-negeri kaum muslimin terkotak-kotak dengan rasa nasionalisme. Para pemimpinnya hanya menyeru, mengutuk secara lisan kekejaman Zionis tanpa perbuatan nyata dalam bentuk perlawanan. Mereka seolah berempati, tetapi hanya menyaksikan penderitaan saudara sesama muslim, padahal sebenarnya mampu berbuat lebih. 

Seharusnya pemimpin negeri kaum muslimin menyeru jihad ketika mengetahui saudara sesama muslim dizalimi tanpa melihat wilayah. Ketika seruan jihad tersebut dilantangkan, tentu rakyat akan tunduk patuh melaksanakannya. 

Namun, semua itu tidak pernah dilakukan ketika rakyat Palestina mengalami genosida oleh Zionis Yahudi. Padahal, Rasulullah pernah bersabda bahwa mereka kelak akan dihinakan ketika tidak menolong mukmin lain yang sedang dihina di hadapannya. 

Berikut hadis Riwayat Ahmad berkaitan dengan hal tersebut.

“Siapa saja yang menyaksikan seorang mukmin dihinakan di hadapannya, tetapi tidak menolong mukmin tersebut, padahal dia mampu, Allah pasti akan menghinakan dirinya di hadapan seluruh makhluk-Nya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

Oleh karena itu, saatnya umat Islam bersatu dan bangkit melawan. Butuh sikap keras dan tegas dunia terutama para pemimpin kaum muslimin terhadap Isr4el dan Amerika. Hal ini penting dilakukan karena dua negara ini sama-sama buruk dan busuk. Namun, semua ini hanya bisa dilakukan jika umat disatukan dalam naungan negara Islam, yaitu khilafah. Di bawah kepemimpinannya, khalifah yang memegang teguh syari’at Islam akan mampu membangkitkan umat, menyeru jihad fii sabbilillah hingga kemenangan diraih atas rida Allah Swt. Semoga semua ini segera terwujud, aamiin. 
Allahu a’lam bish shawab.[]


Oleh: R. Raraswati
(Aktivis Dakwah, Penulis Lepas)

Jumat, 22 Desember 2023

Meluruskan Narasi Terorisme dalam Genosida Palestina oleh Zionis Yahudi



Tinta Media - Pimpinan pondok pesantren Baitul Arqom Al-Islami Lembur Awi Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, KH Athailah Yusuf menganggap wajar atas pernyataan Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo yang menyatakan bahwa perang Palestina dan Entitas Yahudi turut berdampak dalam membangkitkan sel-sel teroris di Indonesia. Beliau mendukung, dan mengucapkan terima kasih kepada Kapolri karena telah waspada demi keamanan dan ketertiban negara Republik Indonesia.

Sejatinya, banyak masyarakat yang tidak paham tentang perang Palestina-Yahudi dan akar permasalahannya, yaitu sebuah penjajahan yang dilakukan oleh Entitas Yahudi sejak tahun 1948 ketika para Zionis mendeklarasikan negara Israel pada tanggal 4 Mei 1948. Sejak saat itu, Palestina tidak diakui secara hukum internasional oleh PBB. 

Pada tahun 1947, diadakan solusi dua negara yang bertikai. Akan tetapi, pada kenyataannya Palestina dijajah hingga detik ini dan tidak diakui. Palestina hanya dijadikan pemerintahan di bawah Zionis. Mereka tidak mempunyai kedaulatan penuh seperti negara lain. Jadi, untuk didengar suaranya, mereka harus menggunakan suara negara lain.  

Orang-orang Palestina tinggal di dua tempat besar, yaitu:

Pertama, Tepi Barat sungai Yordan yang dikuasai oleh Fatah dan merupakan pemerintahan otonom.

Kedua, Gaza yang dikuasai oleh Hamas. Di sana dibangun tembok-tembok besar dan tinggi sekali untuk mengisolasi. Ketika sakit, mereka tidak bisa pergi dari sana. Inilah yang dikatakan penjara terbesar di dunia, karena mereka bisa masuk, tetapi tidak  bisa keluar dari Gaza. 

Akar masalah Palestina adalah pendudukan. Maka, solusinya adalah mengusir pihak yang menjajah. Karena itu, sangat wajar jika masyarakat Palestina mempertahankan wilayahnya demi kemerdekaan, karena mereka sudah dijajah selama puluhan tahun oleh para Zionis. 

Ketika  HAMAS sebagai  pejuang Palestina pada (07/10/2023) menembus perbatasan para Zionis dalam operasi badai Al-Aqsa, lalu ada isu  bahwa mereka dikatakan teroris yang akan membangkitkan sel-sel teroris. Jika Hamas dikatakan sebagai teroris, berarti para pejuang tanah air Indonesia yang dulu  mempertahankan negaranya dan melawan  penjajah juga dikatakan teroris?  Padahal, dalam UUD 1945 dikatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. 

Sebagai orang yang merdeka, mempertahankan kemerdekaan untuk orang lain adalah bagian dari hak dan kewajiban, karena kita mengetahui bagaimana kondisi negeri yang dijajah. Negeri terjajah diperlakukan tidak baik. Rakyatnya dibantai, tidak bisa menentukan nasib sendiri. Maka, kita harus mendukung kemerdekaan itu, bukannya membuat isu negatif. 
Seharusnya, sebagai seorang muslim, ketika melihat muslim lain dizalimi, maka kita ikut membela. 

Zionis Yahudi adalah penjajah Palestina. Mereka mengklaim tanah Palestina sebagai wilayah nenek moyangnya, sehingga berhak mengambil tanah tersebut. Apalagi, PBB memperbolehkan mereka membangun negara di sana, lalu para Zionis mulai mengusir dan  membunuhi orang-orang Palestina.

Sampai sekarang, entah sudah berapa ratus ribu jiwa yang sudah menjadi korban. Ini termasuk dalam genosida yang terus terjadi saat ini, yang sudah menelan korban lebih dari 18.000 jiwa. 

Maka, perlawanan pejuang HAMAS adalah bagian dari perlawanan terhadap penjajahan Yahudi, untuk melindungi, merebut kembali tanah mereka, melawan ketidakadilan dunia yang hanya menyaksikan penjajahan, bahkan pembantaian rakyat Palestina selama lebih dari 75 tahun.

Jadi, yang sebenarnya teroris adalah para Zionis, karena  mereka telah membantai, meneror, menimbulkan rasa takut kepada rakyat Palestina secara terus-menerus, sehingga menimbulkan banyak korban, baik jiwa maupun luka-luka, dari bayi, anak-anak, sampai masyarakat secara umum. 

HAMAS sendiri bukan teroris karena mereka  melakukan jihad fisabilillah demi mempertahankan dan melindungi wilayahnya dari serangan para Zionis Yahudi yang sudah berlangsung selama 75 tahun, mulai dari tahun 1948. Maka, merupakan narasi yang salah ketika Kapolri menyatakan bahwa perang Palestina dan Entitas Yahudi berdampak membangkitkan sel-sel teroris di Indonesia. Secara tidak langsung, mereka menuding bahwa Hamas yang merupakan pejuang Palestina adalah teroris.

Bahkan, seorang kiyai yang beragama Islam malah mendukung pernyataan ngawur tersebut. Teroris selalu dikaitkan dengan agama Islam karena dilakukan oleh orang-orang yang mengaku beragama Islam. Terorisme bukanlah ajaran Islam karena Islam tidak mengajarkan kekerasan. 

Perang yang dilakukan oleh umat Islam didahului dengan ajakan, dan Islam tidak akan menyerang kecuali diserang terlebih dahulu, seperti yang terjadi di Palestina. Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, kasih sayang antarsesama manusia, dan saling memanusiakan.

Maka, sebagai umat Islam yang jauh dari sana, untuk menyikapi perang Palestina dan Entitas Yahudi, seharusnya kita menunjukkan perjuangan dan kepedulian untuk bisa membebaskan tanah Palestina

Kita harus melakukan perjuangan untuk bisa membebaskan pemikiran kaum muslimin dari racun-racun pemikiran yang memperlemah mereka. Ini yang harus diluruskan. karena para kafir penjajah tidak akan  rida sehingga mereka membuat framing negatif di medsos untuk memutar-balikan fakta menggunakan buzer-buzer mereka, lalu kemudian mengerahkan harta yang banyak dan hampir tidak ada batasnya untuk meredam. Setiap orang yang memosting konten pembelaan terhadap Palestina diminta untuk diam. 

Hamas sebagai pejuang Palestina dicap sebagai teroris dan harus berpihak kepada Israel. Maka,  perjuangan kita adalah memahamkan masyarakat dengan cara memosting, menulis, memberi komen, like, share, membalikkan opini yang benar dengan narasi yang betul, berpikir dan memiliki kecenderungan yang benar.

Kita harus sadar bahwa membela Palestina merupakan perkara yang diperintahkan oleh Allah. Agama Islam mengatur segala urusan kaum muslimin. Hanya dengan bersatunya kaum muslimin di seluruh dunia dalam satu kepemimpinan, yaitu daulah khilafah yang akan menerapkan hukum Islam, maka kaum muslimin di seluruh dunia, termasuk di bumi Palestina akan dibebaskan dan di selamatkan, yaitu dengan jihad fisabilillah.


Wallahu alam bis shawab


Oleh: Elah Hayani
Sahabat Tinta Media

Selasa, 14 November 2023

Influencer: Gaza Dibakar, Genosida Terjadi


 
Tinta Media - Menanggapi pembumihangusan Gaza oleh Zionis Yahudi, Influencer Dakwah Aab El Karimi mengungkapkan bahwa saat ini Gaza dibakar dan terjadi genosida.
 
"Saat ini Gaza dibakar, genosida terjadi. Sudah ribuan wanita, anak-anak, dan juga bayi meninggal," pilunya dalam tayangan video : Atas Nama Perdamaian, Sabtu (11/11/2023), melalui kanal Youtube Justice Monitor.
 
Menurutnya, di tengah tragedi kemanusiaan, Benyamin Netanyahu dan Joe Biden -Presiden Amerika Serikat justru berpelukan, sementara  dari telunjuk keduanya, pembantaian besar-besaran itu terjadi.
 
"Di awal Oktober, mereka (Benyamin Netanyahu dan Joe Biden) membuat hoax, soal 40 bayi yang menyihir empati dunia untuk melegalkan penyerangan. Dari hoax itu, kini mereka berhasil membasmi ribuan bayi di Gaza," geramnya.
 
Ia mengungkapkan, sejak awal Joe Biden langsung bereaksi secara nyata, mengirimkan pasukan untuk Netanyahu. "Dan dari titah merekalah rudal-rudal disemburkan yang daya ledaknya sekarang sudah setara bom Hiroshima," terangnya.
 
Saling Mendukung
 
Sang Influencer ini menilai, di hampir semua konflik dunia Islam, Benyamin Netanyahu dan Joe Biden adalah orang yang saling mendukung, saling menguatkan.
 
"Mereka dan negaranya sudah membasmi jutaan manusia atas nama perdamaian dunia. Di Irak, di Afghanistan, di Yaman, di Syam, mereka luncurkan rudal-rudal. Mereka rusak sekolah dan rumah ibadah. Mereka serang perempuan dan anak-anak dengan dalih membela dan perdamaian dunia," kesalnya.
 
Menurutnya, dengan tangan yang penuh darah itu, keduanya, datang ke kaum Muslimin mengajari makna hak asasi, makna kemanusiaan, mendikte kaum Muslimin siapa radikal, siapa musuh, siapa lawan. "Ironi memang," ucapnya.
 
Tersandera
 
Sisi lain Aab menilai, para penguasa di dunia Islam tersandera oleh banyak sekali kepentingan. Sandera politik, sandera ekonomi, sekat nasionalisme, hubungan bilateral, resolusi PBB.

“Itu semua menjadi penjara bagi dunia Islam yang membuat mereka bertindak hanya bisa sampai pada kutukan, kirim makanan, dan juga obat-obatan, yang setelah sampai di Gaza, itu semua hancur dirudal," sesalnya.
 
Aab mengungkapkan, hal ini terus berulang, seolah setiap harinya, memastikan penduduk Gaza itu baik-baik saja, kenyang untuk kemudian dibantai.
 
"Padahal puluhan resolusi PBB yang ditakutkan itu enggak pernah dipenuhi oleh Zionis. Dan Amerika, hingga sekarang tetap mensupport full. Inilah realitas pilu, gambaran akhir umatnya Kanjeng Nabi yang kalau kita ingat di akhir jelang wafatnya, Nabi berkali-kali bilang, ummati! Ummati!  Ummati," pungkasnya. [] 'Aziimatul Azka

Sabtu, 22 April 2023

Dua Tujuan Rezim Komunis Cina Lakukan Genosida Muslim Uighur

Tinta Media - Direktur Eksekutif Center for Uyghur Studies, Dr. Abdulhakim Idris mengungkap dua tujuan rezim Komunis Cina melakukan genosida dan penindasan terhadap Muslim Uighur. 

"Setelah memperhatikan praktik genosida dan penindasan ini, kita patut bertanya 'mengapa?' Ada dua jawaban; pertama, tujuan utama adalah 'sinifikasi' Turkistan Timur dan kedua adalah kepentingan ekonomi dan diplomatik," tuturnya dalam acara Seminar Internasional di Univeritas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan, Rabu (12/4/2023).

Berkaitan dengan tujuan pertama, dilihat dari kebijakan rezim Komunis Cina yang secara sistematis menghancurkan identitas agama dan budaya Muslim Uighur sejak 1949. "Hal ini dilakukan dengan cara menutup seluruh sekolah Islam dan menghapus kurikulum agama di sekolah pemerintah," paparnya.

Meski demikian, menurutnya, penduduk Turkistan Timur menyadari cara terbaik untuk menjaga identitasnya dengan melakukan pendidikan agama di rumah-rumah mereka. "Al-Qur'an dan Hadis dipelajari secara sembunyi-sembunyi di rumah-rumah warga," lanjutnya.

Namun ia melanjutkan, usaha-usaha untuk melestarikan identitas keIslaman ini merupakan ancaman bagi rezim Komunis Cina. Inilah yang menjadi alasan, sejak 2014, rezim Komunis Cina mengirimkan orang Cina Han untuk tinggal bersama keluarga Muslim Uyghur.  "Mereka berdalih bahwa kebijakan ini ditujukan agar Cina Han berbaur dengan Muslim Uighur. Namun, tujuan sebenarnya adalah untuk memata-matai kehidupan warga Uighur, sehingga usaha untuk mengajarkan agama Islam di rumah-rumah sulit untuk dilakukan,"  bebernya.

Adapun tujuan kedua, wilayah Turkistan Timur memang merupakan wilayah yang kaya. "Ada kandungan gas alam, minyak, uranium, emas, dan kandungan mineral lainnya," ungkapnya.

Selain itu, wilayah Turkistan Timur merupakan lokasi transit yang penting dalam program Belt and Road Initiative (BRI). "Wilayah ini akan membuat Cina menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia," tandasnya.

Oleh karena itu, rezim Komunis Cina berambisi menguasai penuh wilayah Turkistan Timur. "Mereka menganggap penduduk Muslim Uighur dan identitas keIslaman di wilayah ini merupakan ancaman karena akan membahayakan kepentingan ekonomi dan diplomatik mereka," pungkasnya. [] Lussy Deshanti Wulandari

Kamis, 20 April 2023

Uighur Menunggu Bantuan Umat atas Genosida Rezim Komunis Cina


Tinta Media – Pada Ramadhan 1444 H ini Muslim Uighur menunggu bantuan kaum muslim agar dapat selamat dari genosida yang dilakukan pemerintahan rezim komunis Cina.

“Saat ini, Muslim Uighur sedang menunggu dukungan Anda agar bisa selamat dari genosida yang dilakukan pemerintahan Cina,” ujar Direktur Eksekutif Center for Uyghur Studies  Dr. Abdulhakim Idris  pada Seminar Internasional di Univeritas Muslim Nusanatara Al Washliyah Medan, Rabu (12/4/2023).

Abdulhalim mengungkapkan harapan Muslim Uigur agar umat Islam melakukan pembelaan atas penindasan yang terjadi, “Sebagai Muslim Uighur, kami berharap Anda melakukan sesuatu untuk menghentikan penindasan ini,” ungkapnya.

Abdulhalim pun berharap pada Ramadhan yang penuh berkah ini agar umat Islam turut menyampaikan doa terbaik pada Allah ta’ala dan menyuarakan nasib Muslim Uigur kepada dunia, “Jika dunia Muslim tidak melakukan sesuatu untuk saudara seagamanya, siapa lagi yang akan melakukannya? Siapa yang akan menyuarakan nasib Muslim Uighur kepada masyarakat internasional?” harapnya.

Puasa Dipaksa Makan Siang 

Abdulhalim menuturkan bahwa ia adalah salah satu Muslim Uigur yang menjadi target genosida. “Saya adalah perwakilan dari warga Muslim Uighur di Turkistan Timur yang menjadi target pembunuhan etnik (genosida) rezim Komunis Cina,” tuturnya.


Abdulhalim mengatakan bahwa rezim Cina emandang Islam sebagai ancaman maka pemerintahan Cina melakukan genosida. “
Pemerintah Beijing menganggap Islam sebagai ancaman. Untuk menghadapi ancaman ini, pemerintah Cina telah menghalalkan segala cara, termasuk penyiksaan dan genosida,” tegasnya.

Muslim Uighur akan mengalami banyak jenis penekanan berupa larangan menyambut Ramadhan dan larangan berpuasa Ramadhan “Bayangkan jika Anda hidup di sebuah tempat di mana merayakan kedatangan Ramadhan saja, adalah tindakan yang dilarang. Bayangkan jika Anda memasuki bulan Ramadhan, pemimpin negeri Anda menempatkan 1 orang aparat negara untuk tinggal di rumah Anda dengan tugas untuk memastikan bahwa Anda tidak berpuasa dengan mewajibkan Anda makan di siang hari selama bulan Ramadhan,” jelasnya.

Pemerintahan Cina dengan  ideologi komunisnya telah memaksa Muslim Uigur agar melepaskan keimanan pada Allah SWT.

“Rezim Komunis Cina secara sistematis melakukan cuci otak terhadap mereka. Muslim Uighur dipaksa untuk lebih tunduk kepada rezim Komunis Cina daripada kepada Allah Swt,” jelas Abdulhalim.

Sangat disayangkan pula, tindakan genosida ini juga diberlakukan pada Muslim Uighur yang berada di luar kamp konsentrasi. “Situasi di luar kamp konsentrasi juga sebenarnya tidak ada bedanya,” tandasnya.

Malah, imbuh Abdulhalim pemerintahan rezim Cina juga telah melakukan sterilisasi paksa pada muslimah Uighur, perbudakan pada warga Uighur, memenjarakan warga Uighur yang mengajarkan Islam, al-Qur’an dan melaksanakan shalat.

Perempuan Uighur dipaksa untuk menjalani sterilisasi,” tegasnya. 

“Beberapa warga Uighur yang pernah mengalami proses indoktrinasi di kamp konsentrasi akan mendapatkan vonis pengadilan lalu dipenjara atau dipaksa menjadi buruh (budak) di pabrik-pabrik,” tuturnya.  

“Warga Uighur dimintai keterangan tentang tindakan mereka yang mengajari anak-anak mereka agama Islam atau al Qur’an. Melaksanakan shalat secara rutin adalah tindakan kriminal dan hukumannya adalah penjara,” jelasnya.


Di akhir penjelasan, ia mengingatkan agar umat Islam turut aktif dalam kegiatan dakwah Islam, ia menyampaikan sebuah hadis Nabi Muhammad Saw. 

“Siapa yang melihat kemunkaran, maka berusahalah untuk mengubahnya dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, maka berusahalah untuk merubahnya dengan mulutnya. Jika dia tidak mampu, maka berusahalah untuk merubahnya dengan hatinya,” pungkasnya. [] Mada Kusumah

 

Kamis, 13 Oktober 2022

Hentikan Genosida Berkedok Kebijakan "Nol Covid"!

Tinta Media - Kelaparan yang melanda penduduk muslim Uighur di Turkistan Timur viral di media sosial. Ratusan video mengunggah bagaimana keluarga di seluruh Turkistan Timur menderita kelaparan akibat dikurung di rumah mereka selama berminggu-minggu. Bahkan, ada beberapa video yang menunjukkan permohonan orang-orang Uighur kepada pemerintah Cina untuk membiarkan mereka keluar dan membawakan makanan bagi anak-anak yang kelaparan. Kondisi ini mengundang banyak pihak melakukan aksi demonstrasi, berharap memberi solusi.  

Dikutip dari Aninews (15/09/2022) atas aksi demonstrasi yang dipimpin Presiden Diaspora Uighur di Austria, Mevlan Dilshat. Aksi ini mengutuk kebijakan genosida kelaparan Cina di Turkistan Timur dengan dalih mengendalikan pandemi Covid di bawah slogan “Nol Covid”. Aksi yang sama juga digelar di Masjid Hajibayram Ankara dan Masjid Fatih Istanbul, Turkiye. Mereka menyuarakan hal yang sama untuk segera membebaskan penduduk muslim yang terpenjarakan.

Sungguh ironis, jika mengatasi pandemi Covid dengan cara yang tragis, mengunci penduduk di rumah-rumah dengan mengelas pintu sehingga tidak bisa keluar. Bahkan, untuk mendapatkan makanan pun tidak bisa mereka lakukan selama berminggu-minggu. Jelas, ini sama artinya melakukan pembunuhan secara perlahan dan sengaja.  

Jika memang ada larangan untuk keluar rumah guna menghentikan Coronavirus, seharusnya pemerintah memenuhi semua kebutuhannya, tidak membiarkan, bahkan meninggalkan begitu saja. Mestinya hal ini termasuk pada pelanggaran HAM berat. Namun, HAM selalu mati rasa jika musibah terjadi pada kaum muslimin.  

Memang, sejak berada di bawah pendudukan Cina pada 1949, Turkistan Timur seolah menjadi seperti neraka di 6 sampai 7 tahun terakhir. Dengan dalih reformasi intelektual dan pemurnian ideologis, banyak muslim Uighur yang dijebloskan ke dalam penjara. Muslim laki-laki di penjara, sedangkan para wanita dan anak perempuannya dinodai kehormatan dan kesuciannya. Lagi-lagi HAM membisu tanpa mau tahu. 

Inilah upaya pemerintah Cina untuk menghancurkan muslim Uighur. Mereka membantai dan mengasimilasi umat Islam melalui genosida, penyiksaan dan kekejaman secara berkesinambungan. Mirisnya, bukan hanya HAM yang diam, para penguasa muslim pun menutup mata dan telinga.

Tangis dan teriakan muslim Uighur di Turkistan Timur diabaikan begitu saja oleh para penguasa negara-negara Islam. Mereka bagaikan tuli dan buta, tetap tenang, bersenang-senang menikmati kursi istana. Walau bisa dipastikan, sebenarnya mereka mendengar dan mengetahuinya lewat media yang semakin mendunia, tetapi justru memilih mengabaikannya. Astagfirullah ....

Mungkin para penguasa negara Islam sengaja mengabaikan muslim Uighur karena tidak mau hubungan dan perdagangan mereka dengan Cina rusak. Ironis, demi materi, mereka mati hati nurani, kemanusiaan dan iman, rela mengorbankan saudara sendiri. Kehormatan, darah, dan nyama muslim Uighur dikorbankan demi kepentingan semata. 

Hal tersebut bisa dilihat ketika para penguasa negara muslim sibuk berjabat tangan dengan para pemimpin Cina, Rusia, dan India pada pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai di Uzbekistan, 16 September lalu. Padahal, penduduk Turkistan Timur sedang meratap kelaparan di balik pintu rumah yang terkunci. Diperparah lagi, sebagian besar cendekiawan muslim yang seharusnya memberikan opini Islam, menentang dan menasihati penguasa, justru berjalan bersama dalam kezaliman. 

Padahal, Rasululullah saw. telah bersabda bahwasannya seorang muslim adalah bersaudara bagi muslim lainnya. Ia tidak menganiayanya, dan tidak menyerahkannya. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa membebaskan seorang muslim dari kesusahan, maka Allah akan membebaskannya dari kesusahan di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi pula aibnya pada hari kiamat.

Untuk itulah, persaudaraan ini perlu diikat dengan ikatan yang kuat. Tidak ada ikatan yang lebih kuat selain ikatan akidah dan dilaksanakan oleh kekuasaan. Bagi umat Islam, satu-satunya kekuasaan yang mampu menjadi solusi hanyalah khilafah rasyidah dengan metode kenabian. Kekuasaan ini akan menakut-nakuti, menghalangi, bahkan memerangi negara-negara kafir yang menganiaya umat Islam, jika perlu. Dengan izin dan pertolongan Allah, umat Islam hidup damai terlindungi di bawah kekuasaan khilafah yang dipimpin oleh khalifah. Sebagaimana sabda Rasulullah bahwa sesungguhnya imam (khalifah) itu perisai. Orang-orang akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Allahu a’lam.

Oleh: R. Raraswati
Aktivis Muslimah Peduli Generasi
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab