Logis, Generasi Kian Sadis di Bawah Tempaan Sistem Kapitalis
Tinta Media - Dalam sejarah peradaban, Bangsa Arab pernah mengalami masa paling keras dan kotor, yaitu 1.400 tahun yang lalu. Saat itu, kejahilan merebak tak terkendali, mulai dari maraknya perjudian, perbudakan, khamr, hingga pembunuhan para bayi perempuan. Hingga akhirnya, Al-Qur'an turun sebagai pemecah masalah dan jawaban terhadap berbagai kerusakan sosial tersebut.
Di masa kini, sadar atau tidak, hari-hari muram itu kembali. Terbukti dari banyaknya kasus kejahatan dan kriminalitas mengerikan yang terus marak, bahkan bisa dikatakan lebih sadis, pemerkosaan, bullying, pembunuhan, yang seolah menjadi menu harian yang disajikan setiap hari.
Kerusakan sosial ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, bahkan mulai merebak di kalangan generasi yang sejatinya masih berusia dini, berawal dari kekerasan, pembullyan, hingga pembunuhan terhadap teman seusianya atau bahkan usia di bawahnya. Seperti kejadian tragis yang dialami bocah berusia 9 tahun yang tewas dikeroyok kakak kelasnya di Bandung beberapa waktu lalu. Juga banyak lagi kasus serupa lainnya. Mengapa bisa terjadi?
Pada dasarnya, akar masalah dari kasus-kasus tersebut adalah akibat penerapan sistem kapitalisme saat ini. Sebab, sistem yang berasal dari akal manusia ini sangat bertentangan dengan tata nilai dan nurani kemanusiaan. Lebih tepatnya, ini adalah sebuah sistem rusak yang digagas oleh musuh-musuh Islam untuk merusak Islam dan menjauhkan umat dari ajaran yang benar terhadap agama.
Pemisahan agama dari kehidupan (sekularisasi) menyebabkan kekeringan spiritual dan berakhir pada kerusakan menyeluruh di berbagai aspek kehidupan. Ide busuk tersebut menyusup halus melalui berbagai hal termasuk kemajuan teknologi dan dikemas cantik sedemikian rupa, sehingga mampu menipu umat Islam yang tanpa sadar mengusung, bahkan menjadi pembelanya. Musuh-musuh Islam tidak pernah bosan menghancurkan Islam dan umatnya.
Ditambah lagi dengan tidak optimalnya peran keluarga, masyarakat, dan sekolah di tengah sistem yang tidak Islami. Mereka disibukkan oleh berbagai tuntutan ekonomi yang sejatinya juga ulah sistem ini, yang secara massif mengubah orientasi kehidupan, yaitu bersandar hanya pada duniawi. Namun, dalam waktu bersamaan mereka juga terus memiskinkan masyarakat secara terstruktur, sehingga umat merasa selalu tak punya waktu serta enggan mengkaji Islam lebih dalam.
Pendidikan karakter pada tiap generasi hakikatnya harus ditanamkan melalui pendidikan di dalam keluarga, seperti ditanamkan nilai tauhid dan pembiasaan secara terus menerus. Tatkala akidah menjadi pondasi spiritual yang kuat, maka outputnya adalah akhlak dan ilmu-amal yang diaktualkan dalam tatanan bermasyarakat (muamalah).
Hal ini sesuai dengan konsep yang terdapat dalam Al-Qur'an, "akidah-akhlak-muamalah". Hal ini seolah memperjelas bahwa pendidikan Islam mencakup jangkauan yang luas, bahkan seluruh aspek kehidupan.
Namun, dengan minimnya ilmu pengetahuan, banyak orang tua tidak mampu memberikan tuntunan dan pedoman tentang cara mendidik dan memperlakukan anak agar sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah.
Selain itu, faktor paling berpengaruh pada generasi saat ini adalah sekolah yang memberlakukan kurikulum yang tidak berlandaskan Islam. Kurikulum tersebut lebih membentuk generasi yang siap bersaing dalam dunia global alias siap untuk memasuki dunia kerja. Mereka tidak memprioritaskan pembentukan kepribadian Islam.
Mengingat semua itu, rasanya lengkap sudah ancaman yang dihadapi umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh tinggal diam. Umat wajib menyelesaikan semua problematika dengan kembali kepada Al-Quran sebagaimana dahulu Rasulullah saw. memperbaiki keadaan sosial yang begitu rusak parah, dari jahiliyah menjadi masyarakat Islam dengan Al-Quran.
Dakwah merupakan salah satu jalan yang harus ditempuh. Sebab, perbaikan ini tidak bisa hanya dilakukan secara individu, tetapi harus secara menyeluruh, baik keluarga, masyarakat, maupun negara
yang berlandaskan Al-Qur'an dan sunnah. Karena itu, umat harus menerapkan seluruh hukumnya dalam kehidupan secara kaffah, baik itu dari masalah ekonomi, sosial, pendidikan, pergaulan, bahkan politiknya.
Sejarah juga telah membuktikan bagaimana Islam menjadi sistem sebuah negara. Islam mampu menciptakan peradaban agung hingga mencapai kegemilangan. Islam tidak hanya melahirkan generasi muslim yang berideologi Islam, tetapi juga berpotensi menjadi manusia-manusia hebat, sebab memiliki pola pikir yang dilandasi akidah Islam. Islam betul-betul mampu menghasilkan manusia-manusia yang memiliki kepribadian Islam dan berkarakter tangguh.
Wallahu alam bissawab.
Oleh: Indri Wulan Pertiwi
Aktivis Muslimah Semarang