Generasi Emas Berasal dari Sistem Berkualitas
Tinta Media - Saat ini peran ayah dalam mendidik dan membersamai tumbuh kembang anaknya sebagian besar diambil alih oleh ibu, ini karena kesibukan rutinitas kerja sang ayah di luar rumah yang sangat menyita waktu dan tenaga. Namun tak jarang juga ayah yang memiliki banyak waktu di rumah merasa enggan menemani dan bermain bersama anak-anaknya, mereka lebih memilih bermain gadget atau bertemu dengan temannya. Padahal anak membutuhkan peran ayah dalam keseharian, terutama di masa golden age, anak meniru dan memperhatikan perilaku orang-orang di sekitarnya.
Tugas yang dilimpahkan pada ibu ini tentu menambah berat rentetan kewajiban yang harus dilakukan sang ibu, tak jarang keadaan lelah dan letih membuat ibu memilih jalan pintas agar anak anteng, yakni memberikan gadget. Anak jadi bebas menonton atau bermain game yang biasanya belum sesuai umurnya, apalagi jika dibiarkan bebas tanpa pengawasan, tentu saja sangat membahayakan sebab anak masih suka meniru dan mencontoh apa yang dilihatnya. Maka akhirnya anak menjadi sulit diatur dan berperilaku buruk berlebihan.
Tentu bukan sepenuhnya salah ibu, bukan juga sepenuhnya salah ayah. Tuntutan kehidupan dalam sistem kapitalis saat ini sungguh berat, segala kebutuhan harus dipenuhi sementara harga barang serba mahal, mau tak mau ayah harus bekerja ekstra, bahkan terkadang ibu juga ikut membantu perekonomian keluarga sehingga pendidikan anak sepenuhnya diserahkan kepada pihak sekolah. Padahal pendidikan terbaik pertama yang harus diterima anak adalah di rumah.
Dalam laman CNBC Indonesia (14/03/2024). Pemerintah akan memberikan hari cuti ayah kepada para suami yang istrinya melahirkan atau keguguran. Cuti ini menjadi hak ASN pria yang diatur dan dijamin oleh negara, hal ini disebutkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Abdullah Azwar Anas, setelah rapat kerja DPR RI. Waktu cuti yang diberikan pun bervariasi, mulai dari 15 hari, 30 hari, 40 hari hingga 60 hari. Beliau juga mengharapkan pemberian hak cuti ini , proses kelahiran anak bisa berjalan dengan baik, sebab itulah masa penting untuk menyiapkan SDM terbaik penerus bangsa. Jadi ini adalah upaya mendorong kualitas SDM sejak dini.
Ayah Kehilangan Peran Sebab Rusaknya Sistem
Saat ini masyarakat menyadari penyebab rendahnya kualitas generasi muda sebab mulai hilangnya peran orang tua dalam kehidupan anak, terutama peran sang ayah. Namun solusi yang diberikan dalam rangka pemecahan masalah oleh pemerintah masih belum tuntas. Sebab rendahnya kualitas generasi tidak hanya disebabkan hilangnya peran ayah, namun juga dipengaruhi pendidikan awal dalam lingkungan keluarga, keadaan lingkungan masyarakat yang rusak, dan juga tidak adanya peran negara dalam menjaga generasi.
Masih banyak orang tua yang salah memaknai perannya, berpikir jika tugas ayah hanya mencari nafkah dan ibu hanya mengurusi rumah semata. Anak yang tumbuh dalam lingkungan masyarakat yang serba bebas tentu akan mengikuti setiap perkembangan zaman dan teknologi, tanpa difilter atau pengawasan tentu mereka bisa melakukan apa saja, sebab mereka belum tahu mana yang baik atau buruk. Lingkungan masyarakat yang acuh juga menjadi penyebab berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan anak-anak generasi saat ini.
Lemahnya hukum terhadap anak di bawah umur juga menjadi alasan mereka semakin bebas berbuat sesukanya. Banyak anak-anak yang menjadi pembully, pembunuh, melakukan berbagai kriminalitas, hingga pornografi dan pornoaksi pun mereka bebas lakukan. Bagaimana bisa tercipta generasi yang berkualitas jika orang tuanya belum berkualitas? Tatanan masyarakat dan negara yang juga belum berkualitas juga menjadi alasan minimnya generasi yang berkualitas pula.
Jadi pembuatan hari cuti ayah ini hanyalah solusi pragmatis, sebab selama sistem sekuler kapitalisme yang batil ini diterapkan tidak akan mungkin akan tercipta generasi mulia, karena sistem ini memisahkan agama dari segala aturan kehidupan, serta memaksa manusia sibuk mencari kepuasan materi sebagai tujuan hidupnya. Solusi yang benar hanya dengan mengganti sistem rusak ini menjadi sistem yang lebih baik.
Islam merupakan Sistem yang Sempurna
Kualitas generasi dalam Islam bukan hanya menjadi tanggung jawab orang tua semata, namun juga disupport oleh peran masyarakat dan negara yang juga menerapkan aturan dari sistem yang mulia secara sempurna. Memang dalam Islam pengasuhan anak terutama sebelum usia baligh adalah kewajiban utama sang ibu, tapi ayah juga memiliki peran penting dalam proses membentuk kepribadian anak, dengan memberikan kasih sayang, perhatian dan teladan secara utuh dan sepenuh hati.
Dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan bagaimana peran ayah yang bertanggung jawab penuh terhadap keluarganya. Jika ayah telah menyadari begitu pentingnya peran dalam tumbuh kembang anak, maka ia akan menjadi penjamin dan penjaga proses pembentukan karakter sang anak. Selain keluarga, peran masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Islam telah mewajibkan umat Islam untuk beramar ma'ruf nahi munkar, juga sunnah untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Sehingga anak yang tumbuh dalam lingkungan Islami tentu saja tidak akan meniru kecuali sesuatu yang baik pula.
Islam juga mengharuskan hadirnya peran negara dalam menjaga generasi dengan cara menerapkan sistem Islam secara kaffah. Menerapkan sistem pendidikan Islam yang tentunya akan menghasilkan generasi yang Islami. Pendidikan awal yang paling utama bagi anak adalah tauhid, agar mereka sadar keterikatan dirinya dengan sang pencipta dan hubungan keduanya yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Negara juga menjaga sistem pergaulan masyarakat dengan membatasi interaksi pergaulan laki-laki dan perempuan kecuali untuk hal yang diperbolehkan syariat.
Khatimah
Setelah sadar akan sistem yang benar, generasi berkualitas hanya bisa terwujud dengan adanya sebuah negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah dan segala mekanismenya. Dengan penerapan aturan yang berasal dari sang pencipta manusia yakni Allah Swt, maka akan sangat mungkin tercipta generasi muda yang gemilang dan mulia, berkualitas dari segi akhlak dan juga pemikiran.
Oleh: Audina Putri (Aktivis Muslimah Pekanbaru)