Tinta Media: Gen-Z
Tampilkan postingan dengan label Gen-Z. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gen-Z. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 April 2024

Menjadi Gen-Z yang Mulia dan Bijaksana

Tinta Media - Pada umumnya kemuliaan kadang orang-orang melihatnya dari kekayaan seseorang, ketika memiliki kekayaan yang berlimpah kadang orang tersebut dimuliakan. Padahal kemuliaan di sisi Allah itu ya karena ketaqwaannya seseorang bukan karena banyaknya hartanya, bukan karena ketampanan wajahnya dan juga bukan karena tinggi jabatannya di dunia ini.

Nah, para sahabat Nabi, para tabi'in dan tabiut-tabi'in serta para ulama' zaman dahulu berlomba-lomba dalam hal ketaqwaan. dan seharusnya kita iri pada orang-orang pada zaman kita itu kalau dia lebih Sholeh, lebih rajin ibadah ketimbang kita, dan ke-iri-an kita diiringi dengan meneladaninya agar kita juga memiliki ketaqwaan yang semisalnya.

Gen-Z juga perlu menengok sejarah para sahabat, para tabi’in dan tabiut-tabi'in serta para ulama' zaman dahulu bagaimana beliau-beliau memiliki ketaqwaan yang luar biasa.
Dalam kitab Nashoihul Ibad karya Syekh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi menjelaskan tentang orang mulia dan orang yang bijaksana adalah,

Dari Yahya bin Mu'adz r.a. :

مَا عَصَى اللّٰهَ كَرِيْمٌ، وَلَا آثَرَ الدُّنْيَا عَلَى الْأٰخِرَةِ حَكِيْمٌ

"Orang mulia tidak berani berbuat maksiat kepada Allah dan orang yang bijaksana tidak akan mementingkan dunia atas akhirat.”

Jadi, apakah kita tergolong orang yang mulia atau tidak? Tinggal kita introspeksi diri apakah kita termasuk orang yang tidak berani bermaksiat kepada Allah atau sebaliknya orang yang suka bermaksiat?

Jawabannya tentu kita masing-masing individu tahu, marilah kita merenungi perbuatan kita selama ini, lalu kita perbaiki dan memantaskan diri kita menjadi orang yang mulia di sisi-Nya.

Mulai belajar malu untuk berbuat maksiat bukan malah diumbar kemaksiatan kita di medsos bahkan live misalnya, na’uzu billah.
Memang tidak mudah mengubah kebiasaan bermaksiat menjadi tidak bermaksiat, tapi kita harus punya komitmen untuk hijrah dan terus berusaha sedikit demi sedikit hingga akhirnya betul-betul sampai pada titik tertentu kita jadi orang yang gak berani bermaksiat.

Begitu juga perlu kita bertanya kepada diri kita, apakah kita tergolong orang yang bijaksana atau tidak? Kita selama ini masih mementingkan urusan dunia daripada akhirat atau tidak?

Setelah kita tahu jawabannya maka musti belajar untuk selalu mementingkan urusan akhirat kita daripada urusan dunia.

Bukan berarti kita tidak mau kepada harta dunia, boleh-boleh saja kita memiliki harta dunia, tapi harta tersebut untuk wasilah menuju akhirat. Dengan harta yang kita miliki kita buat keperluan urusan akhirat, bangun masjid, menyantuni anak yatim, memondokkan anak, menafkahi keluarga dengan harapan kuat ibadah, dll. Jadi orientasinya untuk akhirat bukan hanya sekedar dunia.

Dan kita terus berusaha untuk memantaskan diri menjadi orang yang mulia dan bijaksana. Mulai kapan? Ayo mulai sekarang!

Oleh : Syamsul Arifin
Sahabat Tinta Media 

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab