Tinta Media: Gempa Bumi
Tampilkan postingan dengan label Gempa Bumi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gempa Bumi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Januari 2024

Islam Hadirkan Mitigasi Membumi Atasi Gempa Bumi



Tinta Media - Di penghujung tahun 2023, negeri ini dikejutkan dengan bencana gempa bumi yang terjadi di Sumedang. Bencana gempa bumi yang datang tiba-tiba ini menghancurkan apa saja yang tidak mampu menahan getarannya. Bencana ini membuat masyarakat khawatir karena selain merusak bangunan juga menimbulkan korban jiwa.

Terkait hal itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung,  melakukan persiapan kendaraan dan pelatihan pemasangan tenda dalam menghadapi bencana alam. BPBD juga mengedukasi masyarakat mengenai bencana gempa bumi, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

BPBD mengatakan bahwa kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan hal yang penting guna menghadapi bencana dan menanggulangi risiko gempa bumi. Selain itu, BPBD juga mempersiapkan keamanan dari sisi potensi kebencanaan menjelang pesta demokrasi 2024.

Gempa bumi merupakan bencana alam yang sudah menjadi qada Allah Swt. Akan tetapi, bencana gempa bumi ini bisa juga terjadi karena ulah tangan manusia. Bencana ini sebagai pertanda dan alarm, seolah ingin mengatakan bahwa bumi ini sedang tidak baik-baik saja.

Selain itu, negeri ini memang berada di kawasan ring of fire (cincin api) Pasifik, yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Oleh sebab itu Indonesia termasuk negeri rawan bencana.

Disadari atau tidak, banyak juga aktivitas manusia yang menjadi pemicu terjadinya bencana ini, seperti injeksi (penyuntikan) air ke dalam tanah, penyuntikan air limbah ke dalam tanah, aktivitas hidrolik untuk memecah formasi bebatuan, peledakan dinamit, pengerukan material dari dalam tanah, aktivitas pertambangan, dan lain sebagainya.

Aktivitas-aktivitas tersebut tentu bukan dilakukan oleh individu masyarakat, melainkan oleh perusahaan-perusahaan besar yang sudah mengantongi restu pemerintah. Dalam sistem liberal kapitalisme, peran pemerintah hanya sebagai regulator saja. Pemerintah membuka peluang selebar-lebarnya agar para investor besar bisa berinvestasi di negeri ini, sehingga para pengusaha atau investor bebas mengeksploitasi sumber daya alam dan mendulang keuntungan materi sebesar-besarnya tanpa memikirkan dampak buruk yang akan terjadi.

Kalau seperti itu, apakah persiapan kendaraan, pelatihan mendirikan tenda, dan edukasi bencana kepada masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi bencana gempa bumi? Faktanya, pemerintah sepertinya tidak serius mengantisipasi dan menanggulangi bencana. Mitigasi yang pemerintah lakukan hanya mitigasi sesaat yang tidak menyentuh pada akar permasalahan.

Di tengah kekhawatiran masyarakat menghadapi gempa bumi, pemerintah malah sibuk dengan rencana mega proyek dan mengajak para investor besar untuk berbondong-bondong datang ke negeri ini. Kekayaan sumber daya alam yang luar biasa menjadi daya tarik para investor untuk berinvestasi.

Di sisi lain, menjelang pemilu 2024, BPBD juga mempersiapkan keamanan dari sisi potensi kebencanaan menjelang pesta demokrasi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemilu adalah hajatan akbar dalam sistem demokrasi kapitalisme. Menurut kementerian keuangan, biaya yang sudah dipersiapkan sebesar Rp71,3 triliun. Biaya tersebut sudah mulai diberikan 20 bulan sebelum pemilu.

Besar kemungkinan, pemerintah malah lebih khawatir jika bencana gempa bumi datang tiba-tiba dan menggagalkan pesta demokrasi ini. Dengan angka yang luar biasa besar, pastinya akan merugikan pemerintah dan pihak-pihak yang menyokong, termasuk para kapitalis. 

Inilah yang ditakutkan sistem ekonomi kapitalis, karena target pencapaiannya adalah keuntungan materi dan tidak ingin dirugikan. Ini bukti bahwa pemerintah lebih peduli pada para kapitalis dan abai terhadap keselamatan rakyat.

Andaikan negeri ini mau belajar dari sistem Islam. Sistem ini sudah terbukti dan tercatat dalam sejarah mampu memberikan perlindungan dan kesejahteraan pada rakyat hampir 14 abad lamanya dalam naungan Daulah Islamiyah.

Sistem Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah ini mampu meriayah umat dalam semua aspek kehidupan, termasuk antisipasi  dan mitigasi bencana. Khalifah sebagai junnah akan mengupayakan dengan keras untuk memberikan perlindungan dan keselamatan kepada rakyat.

Khalifah merealisasikan bentuk ketakwaan kepada Allah Swt. dengan memelihara alam dan manusia. Salah satunya dengan melakukan upaya antisipasi dan mitigasi bencana gempa bumi yang bisa terjadi kapan saja.

Pertama, khalifah akan mengelola sumber daya alam secara mandiri dan tidak akan pernah memberi peluang kepada pihak asing yang jelas-jelas akan merusak alam dan hanya menguntungkan segelintir orang saja.

Kedua, khalifah akan memberikan edukasi kepada masyarakat, baik secara teknis ataupun ideologis. Edukasi teknis misalnya, ketika gempa terjadi, kita jangan panik, jangan berlindung di bawah pohon besar, jika di dalam rumah berlindung di bawah meja, jika di luar ruangan berlindung ke tempat yang lapang, dan sebagainya. 

Edukasi ideologis yaitu jika segala daya dan upaya sudah dilakukan untuk mengantisipasi bencana, sebagai manusia yang beriman sudah sepantasnya menjadikan musibah ini sebagai peringatan dari Allah Swt. agar kita bermuhasabah, menyadari dan memohon ampun atas dosa-dosa yang kita lakukan.

Allah Swt. berfirman, "Katakanlah (Muhammad) tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." ( TQS.At.taubah 9: 51).

Ketiga, jika bencana terjadi, khalifah akan dengan sigap mengevakuasi rakyatnya yang terdampak ke tempat yang lebih aman. Khalifah akan menjamin segala kebutuhan, seperti makanan, pakaian, kebutuhan medis, dan lain sebagainya bisa tercukupi.

Atas dasar itu, Islam mampu menghadirkan mitigasi yang membumi atasi gempa bumi, bukan mitigasi sesaat yang mudah dilupakan. Hanya Islam yang mampu menjaga keselamatan manusia di dunia dan juga di akhirat.

Apabila kita mau introspeksi diri secara arif, kita harus meyakini bahwa bencana alam yang menimpa manusia sebenarnya karena manusia itu sendiri yang mengundangnya. Oleh sebab itu, marilah kita bermuhasabah dan berdoa kepada-Nya agar kita diberi kemudahan dan kekuatan untuk menghadapi musibah yang datang silih berganti.
Walluhualam.

Oleh: Neng Mae,
Sahabat Tinta Media 

Rabu, 23 November 2022

Ustaz Abu Zaid: Gempa Bumi Bukan Sekedar Bencana

Tinta Media - Menyikapi bencana gempa bumi di Cianjur, Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center  mengingatkan bahwa dalam Islam, gempa bumi bukan sekedar bencana alam.

“Dalam ajaran Islam gempa bumi bukanlah sekedar bencana alam,” tuturnya kepada Tinta Media,  Senin (21/11/2022).

“Bukan sekedar kejadian tektonis ataupun vulkanis. Namun semua itu tak lepas dari kehendak Allah. Bisa sebagai ujian bisa sebagai peringatan atas kesalahan hambaNya,” jelas Ustaz Abu lebih lanjut.

Diungkapkannya dari Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam kitabnya, al-Da'a wa al-Dawa'a, mengutip sebuah hadits mursal yang diriwayatkan Ibn Abi al-Dunya. 
“Bumi pernah berguncang pada masa Rasulullah SAW. Beliau SAW meletakkan tangannya di atas bumi dan bersabda, 'Tenanglah! Belum tiba saatnya bagimu.’ Kemudian menoleh kepada para sahabat seraya memberi tahu, 'Tuhan ingin agar kalian melakukan sesuatu yang membuat-Nya ridha. Karena itu, buatlah agar Dia ridha kepada kalian!’”

Ustaz Abu Zaid mengisahkan kejadian di masa Sahabat Rasulullah. Bencana kembali mengguncang Madinah pada zaman kepemimpinan Umar. Menurut riwayat yang sama, sahabat bergelar al-Faruq itu menyeru kepada penduduk setempat, “Wahai manusia, gempa ini tidak terjadi kecuali karena perbuatan kalian! Demi Zat Yang menggenggam jiwaku, jikalau ini terjadi lagi, aku tidak akan tinggal di sini bersama kalian.” Umar bin Khaththab pada saat itu spontan mengenang kejadian serupa yang terjadi pada masa Rasulullah SAW di Madinah.  

Sang khalifah merasa bahwa Allah SWT sedang mengingatkan kaum Muslimin sepeninggalan Nabi SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq. Maka dari itu, tidak ada yang terucap di lisannya selain peringatan kepada sekalian umat Islam agar segera meninggalkan kebiasaan buruk dan bertaubat dengan sungguh-sungguh demi keridhaan Sang Pencipta. 

Ia juga menambahkan dari Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam kitabnya, al-Jawab al-Kafy, berkomentar, “Di kalangan salaf, jika terjadi gempa bumi, mereka berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian.’”


Diceritakannya bahwa gempa bumi juga menggoyang wilayah kaum Muslimin generasi berikutnya. “Pada saat itu, Umar bin Abdul Aziz tampil selaku khalifah Dinasti Umayyah. Dia mengambil kebijakan yang sejalan dengan apa yang telah dilakukan kakek buyutnya, Umar bin Khaththab,” ceritanya. 

“Diserukannya kepada penduduk agar sama-sama bermunajat kepada Allah SWT dan memohon ampunan-Nya. Selanjutnya, pemimpin yang terkenal akan sifat zuhudnya itu mengirimkan surat kepada seluruh wali negeri,” lanjutnya. 

Menurutnya, dalam hal ini sikap kaum muslim mestinya sudah jelas. “Bahwa gempa yang bertubi tubi menimpa negeri ini adalah peringatan dari Allah. Negeri ini yang mayoritas muslim tidak diatur oleh syariat Allah. Malah tak jarang seruan kepada syariah kaffah malah ditolak bahkan dilecehkan,” tuturnya.

Rejim zalim di negeri ini sembari tetap berpegang pada hukum Jahiliyah warisan penjajah, dianggapnya telah menolak khilafah dengan angkuh. “Inilah maksiat terbesar muslim di negeri ini. Bukan hanya menolak syariah kaffah dalam sistem khilafah. Malah berbangga dengan sistem Jahiliyah seperti demokrasi. Dan melecehkan khilafah dan para pendakwahnya,” tegasnya. 

Jika sikap penguasa negeri ini masih serupa itu maka, meski pastinya tak berharap dan semoga tidak terjadi lagi,  menurutnya kejadian musibah khususnya gempa sebagai peringatan Allah bisa jadi, akan terjadi lagi dan lagi hingga tersadar kembali kepada Allah dengan sebenar benarnya. “Yakni tunduk patuh dalam sistem Islam khilafah yang kita terapkan semua syariat Islam secara kaffah,” ujarnya.

Ustaz Abu Zaid mengenang betapa air mata kesedihan kembali mengalir mengiringi musibah gempa bumi di Cianjur dan sekitarnya. Duka mendalam kembali tertoreh khususnya kepada para korban. Betapa tidak, puluhan orang sudah diberitakan menjadi korban meninggal dunia, ratusan orang terluka. Belum kerugian harta yang tentunya sangat besar. 

“Semoga muslim yang wafat meraih syahid akhirat. Dan yang luka segera Allah sembuhkan. Moga kerugian harta bisa diganti dengan yang lebih baik,” pungkasnya.[] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab