Tinta Media: Gantung Diri
Tampilkan postingan dengan label Gantung Diri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gantung Diri. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Maret 2023

Rela Fatal Asal Viral

Tinta Media - Viralnya remaja berinisial W di Kabupaten Bogor yang tewas di kontrakannya berawal dari niat membuat konten bunuh diri, hingga berakhir tewas sungguhan. Peristiwa seperti ini bukanlah pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, pada pertengahan Januari, seorang remaja di Bogor tewas akibat menyetop truk secara tiba-tiba dan berakhir tertabrak truk hingga tewas. Selain itu, masih banyak rentetan kasus serupa lainnya, dan hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di berbagai negara.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi mengapa banyak orang ingin menunjukkan eksistensi diri, namun semua tidak terlepas dari ideologi yang berkuasa saat ini, yaitu kapitalisme, berorientasi pada materi, dengan sistem demokrasi dan berakidah sekularisme atau kebebasan.

Sistem ekonominya yang didorong oleh konsumerisme, di mana orang dianjurkan untuk terus membeli barang dan jasa yang baru dan lebih baik. Sementara media elektronik dan media sosial memainkan peran yang sangat besar dalam mempromosikan gaya hidup hedonis di masyarakat saat ini, contohnya televisi dan film, yang kerap menampilkan gaya hidup yang glamour dan mewah. Bahkan bukan hanya selebriti, para pemangku jabatan di negeri ini juga tak kalah pamer gaya hidup hedonis seperti pakaian mahal, perhiasan pesta, dan perjalanan mewah untuk menunjukkan status sosialnya sekaligus eksistensi diri.

Sementara rakyat di bawah kelelahan menghadapi kebutuhan ekonomi yang menekan, orientasi materi difasilitasi monetisasi, yang banyak ditawarkan oleh berbagai platform media, seolah menjadi peluang emas, cara instan mendapatkan cuan tanpa harus bersusah payah. Dengan asas kebebasan, menjadikan mereka tidak lagi perduli, meski tanpa keterampilan dan pengetahuan, mereka berlomba membuat konten apa saja, yang tak jarang di luar nalar manusia, sekalipun tidak bermanfaat (konten sampah) atau bahkan dapat merugikan orang lain, asalkan kontroversial, yang penting viral, sekalipun itu fatal, nyawa pun melayang.

Semua fakta ini menunjukkan betapa rendahnya taraf berfikir manusia saat ini. Tatkala terinfeksi ideologi bathil, yang hanya bersandar pada akal tanpa wahyu, mengikuti hawa nafsu tanpa rambu-rambu, alhasil hilanglah kesadaran manusia itu sendiri, mereka tidak lagi mau mengerti halal dan haram, bahkan tidak memiliki tujuan yang lebih besar dalam hidup selain mengejar materi dan finansial.

Padahal, berfikir dengan akal yang disertai bimbingan wahyu merupakan aktivitas manusia yang sangat mendasar. Selain guna menentukan salah dan benar, dengan akal yang benar, manusia akan dapat mengenal Tuhannya dengan benar dan mengetahui hikmah dan tujuan diciptakan. Negara yang sepatutnya hadir pun terkesan abai akan nasib generasi kedepannya. Sebab, fungsi negara dalam sistem ini tidak lebih sebatas sales yang mempromosikan dagangan para kapitalis.

Berbeda halnya dengan Islam, selain agama, Islam juga adalah ideologi yang berasal dari wahyu Allah melalui Al-Qur'an dan Sunnah. Sistem politik yang diusung adalah sistem Islam yang diatur oleh negara Islam atau khilafah. Di dalam negara Islam, peran manusianya diarahkan untuk mencari ridha Allah dan kemaslahatan umat. Sedangkan dalam kepemilikan ekonomi terkait dengan tanggung jawab sosial dan memiliki aspek moral yang tinggi, dengan pengaturan distribusi kekayaan diatur secara apik dan memiliki tujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial. Kebijakan sosial semua diarahkan untuk kemaslahatan umat, hingga mencapai tujuan akhir yaitu mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Dari sini, kita memahami bahwa ideologi itu sangat besar pengaruhnya, karena ideologi menyediakan kerangka atau pandangan dunia yang mengatur cara manusia memahami dan memaknai dunia di sekitarnya. Karena dari ideologi pula, dapat membentuk pandangan manusia tentang nilai-nilai, tujuan, dan tindakan yang dianggap penting, serta memberikan orientasi dalam memandang dan memecahkan masalah sosial dan politik yang kompleks.

Namun fakta hari ini, ideologi yang dianut banyak orang, bahkan negara adalah ideologi bathil yaitu kapitalisme. Tidak mengherankan jika kerusakan di berbagai sisi kian dahsyat. Akan tetapi, hal tersebut kurang disadari sebagian besar umat muslim. Hal ini menjadikan umat muslim tertinggal dibandingkan umat lain. Padahal, berpikir adalah sumber kekuatan untuk meraih peradaban gemilang sebagaimana dulu telah dicontohkan dan dibuktikan oleh Rasulullah Saw berserta para sahabat.

Oleh karenanya, mengapa kita tidak mengambil islam sebagai qiyadah fikriyah kita? Tidakkah kita menginginkan peradaban mulia Islam tegak kembali di muka bumi?


Wallahu'alam bissawab

Oleh: Indri Wulan Pertiwi
Sahabat Tinta Media 

Selasa, 14 Maret 2023

Konten Unfaedah, Generasi Salah Kaprah

Tinta Media - Miris dan tragis, melihat potret generasi zaman now. Berlomba membuat konten, hanya mengejar viral, untuk mendapat banyak cuan maupun sanjungan. Bahkan tidak peduli hujatan dan cibiran, kala konten tidak berakhlak dan menyulut bahaya.

Kasus tewasnya seorang gadis Bogor (W, 21 tahun) karena konten percobaan gantung diri, sungguh memprihatinkan. Demi keinginan viral, konten bahaya pun dilakukan. Bermaksud pura-pura, namun malang, ajal menjemput saat meja yang dibuat pijakan terpeleset. Akibatnya tali ikat yang dikalungin, benar-benar menjerat lehernya. Amat memilukan peristiwa naas ini disaksikan oleh teman-temannya secara langsung.

Sungguh, tidak habis pikir tindakan nekat ini dilakukan hanya demi meraih viral. Menurut mereka, seseorang akan diakui hebat, jika mampu beraksi viral dan terkenal. Memang juga terkenal, namun ajal yang ditemui, melupakan segala kehebatan dan keinginan.

Generasi Salah Kaprah

Potret generasi muda yang tidak mempunyai kejelasan tujuan hidup, membuat mereka terlena dengan masa mudanya. Banyak aktifitas yang dilakukan hanya berdasar keinginan semata. Ambisi dan emosinya tercurahkan untuk meraih kesenangan sesaat. Senang ketika uang berlimpah, atau derasnya pujian dan popularitas yang mengalir bak selebriti. Walhasil, berlombalah mereka memetik kenikmatan duniawi yang berdasar materi.

Hal ini tidak terlepas dari penerapan sistem kapitalisme, yang memiliki standar hidup adanya materi atau manfaat belaka. Adanya pemisahan agama dari kehidupan menjadi asasnya. Sehingga tujuan tertinggi dari hidup, adalah mendapatkan materi/manfaatnya tanpa peduli aturan agama. Keinginan menumpuk sebanyak-banyaknya materi baik berupa harta, jabatan maupun popularitas dianggap akan membawa kebahagiaan hidup dunia.

Mereka menganggap puncak bahagia dengan mendapatkan manfaat dari materi yang diraih. Anggapan uang mampu membeli dunia, saat ini 'uang yang berbicara' menjadi penguat/motivasi tuk mengejarnya. Terlebih adanya pembiusan dengan ragam racun 4 F (Food, Fashion, Fun, Film) yang dikemas dengan cantik. Banyak manusia, baik tua maupun muda, tidak berdaya menghadapi suguhan manis darinya. Hidup untuk makan yang enak dan sepuasnya, pakaian pun harus dengan outfit bermerk. Semakin nilainya mahal, penghargaan atau decak kagum akan tertuju pada pemakainya. Ditambah gaya hidup yang ditampilkan dalam film-film yang mengutamakan kebebasan dalam berbuat, bersuara, meyakini agama, dan kepemilikan seakan menjadi tuntunan kehidupan.

Adanya kesenangan yang bersifat jasmani inilah yang mendorong kaum muda salah arah menentukan tujuan hidup. Bergelimang harta dan kepuasan hati menjadi tujuan utama. 
Berbagai cara dilakukan, tidak peduli berbenturan dengan agama maupun keluhuran akal manusia. Dunia digital yang melesat semenjak pandemi, membuat kaum muda berduyun-duyun meramaikan untuk menunjukkan eksistensi diri. Bermunculanlah konten-konten untuk menarik pengikut dan pemirsa. Hingga banyak diantara mereka terjebak membuat konten yang unfaedah dan receh, seperti mempertontonkan aksi nekat, gantung diri, menghadang truk, pura-pura mencuri, menghina agama dengan dalih bercanda.

Perbaikan Pandangan Kehidupan

Suatu pandangan kehidupan akan menjadi penentu tujuan hidup seorang manusia. Apabila pandangan kehidupan yang dipilih salah, maka perjalanan hidupnya pun menjadi salah. Sebaliknya jika benar pandangan hidup yang dipakai, akan lurus kehidupannya.

Islam adalah agama sekaligus pandangan hidup yang benar bagi manusia. Adanya aturan yang sempurna dan lengkap dari Sang Pencipta, Allah SWT. telah menggariskan bahwa tujuan hidup manusia, adalah untuk mendapat rida-Nya. Standar halal-haram menjadi pedoman perbuatan/amal baik yang sederhana maupun tingkat istimewa. Agar tercapai kebahagiaan hakiki menuju jannah-Nya. Sehingga walaupun usia muda, tetaplah berpijak pada standar Islam dalam menjalani hidup dan meraih bahagia. Seyogianya, generasi muda membuat konten yang berfaedah, mencerahkan pemahaman Islam bagi umat. Hingga terwujud Islam rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu 'alam bishawwab

Oleh: Nita Savitri
Aktivis Muslimah, Pemerhati Generasi
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab