Tinta Media: Gagasan
Tampilkan postingan dengan label Gagasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gagasan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 November 2022

MENDUNIAKAN GAGASAN

Tinta Media - Semua berawal dari sebuah gagasan. Ungkapan singkat ini memiliki makna yang mendalam. Gagasan atau ide adalah konsepsi hasil olah pikir tentang fakta empirik atau inderawi. Gagasan bisa lahir dari sebuah proses dialektika, baik pikiran maupun fakta. Gagasan melahirkan keyakinan, keyakinan melahirkan paradigma, sedangkan paradigma melahirkan sikap dan tindakan.

Paradigma dalam disiplin intelektual memiliki arti cara pandang (worldview) orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual.

Tidak akan mungkin lahir pesawat terbang, jika tidak dimulai dari gagasan pertama seorang Abbas bin Firnas. Ilmuwan muslim ini adalah penemu mesin penerbangan pertama, seribu tahun sebelum pesawat bermotor ditemukan. Temuannya diawali dari gagasannya untuk melakukan suatu penerbangan. Lahirnya pesawat terbang dimulai dari sebuah gagasan.


Dari Abbas bin Firnas inilah lahir Wright Bersaudara (Wright Brother) adalah Orville (lahir 19 Agustus 1871) dan Wilbur Wright (lahir 16 April 1867) yang merupakan dua orang saudara kandung asal Amerika yang dipercaya orang yang mengembangkan sains bidang pesawat terbang. Pada 17 Desember 1903, mereka berhasil membuat pesawat terbang dengan penerbangan pertamanya yang bisa dikendalikan oleh manusia. 


Abbas Ibn Firnas, dengan demikian adalah penggagas pertama mesin penerbangan, 1.000 tahun sebelum Wright bersaudara. Abbas Ibn Firnas telah berhasil menduniakan gagasan, sehingga kini masyarakat dunia bisa menikmati perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang berbagai jenisnya.


Muḥammad bin Mūsā al-Khwārizmī al-majousi al katarbali adalah Ilmuwan Islam Yang Merupakan seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Kufah, Irak. Lahir sekitar tahun 780 di Khwarezmia dan wafat sekitar tahun 850 di Bagdad. Al Khawarizmi dikenal sebagai bapak matematika dunia.


Karya terbesarnya adalah Aljabar dan algoritma. Bukunya yang berjudul Al-kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala (The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing), menjadi pondasi penting dalam aljabar di era modern. Aljabar, juga menjadi materi yang banyak dipelajari di dunia sampai saat ini. Tidak akan ada AlJabar dan pengembangan ilmu matematika, tanpa dimulai dari gagasan pertama Al Khwarizmi. Keterbukaannya dalam mengadopsi ilmu-ilmu pengetahuan dari manapun, membuat Khawarizmi melahirkan banyak gagasan brilian dan karya mendunia.


Konsep angka nol setidaknya sudah digunakan pada abad 400 SM oleh matematikawan Babilonia. Saat itu, angka nol belum ditulis dengan angka '0', tetapi dengan simbol " saja. Lalu, angka nol dikembangkan oleh Al Khawarizmi hingga dikenal di seluruh dunia sampai saat ini.

Dari penelitian pada tablet batu peninggalan Babilonia, rupanya simbol angka nol " semula digunakan di Babilonia untuk membedakan angka yang dimaksud. Contohnya yaitu seperti membedakan angka 216 dan 21"6 (2106), seperti dikutip dari penelitian Marina Toma, "A History of Zero" dalam Journal of Science and Arts.

Al Khawarizmi kelak menyempurnakan kembali beberapa perhitungan yang menggunakan angka nol dari Brahmagupta sekitar tahun 810 M. Di awal penggalian konsep angka nol dari buku-buku dari India, Al Khawarizmi menuliskan upaya dan temuannya dalam buku Al Khawarizmi on the Hindu Art of Reckoning . Kitab karya Al Khawarizmi tersebut mendeskripsikan sistem penempatan bilangan India berdasarkan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 0.

Angka nol dideskripsikan Al Khawarizmi atas peranannya dalam sistem komputasi dan sistem penempatan bilangan dalam buku Al-Khawarizmi, al-Jabr wa al-Muqabalah pada tahun 773 M. Dalam buku tersebut dijelaskan, angka nol merupakan bagian angka Arab yang didasari oleh sistem bilangan di India.

Nah gelaran OPSI atau Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia dengan tema dan spirit menduniakan gagasan ini ditemukan relevansinya. Dewan juri telah kebajiran ratusan karya ilmiah siswa SMP di seluruh penjuru Indonesia dan luar negeri. Sebanyak 120 peserta lolos babak penyisihan Olimpiade Penelitian Siswa Nasional (OPSI) tahun 2022 Jenjang SMP. Mereka berhak mengikuti OPSI Tingkat Nasional yang akan dilaksanakan tanggal 21 sampai 26 November 2022.

OPSI jenjang SMP atau sederajat digelar guna mempersiapkan peserta didik untuk membangun Indonesia melalui gagasan terbaru dan berkelanjutan. OPSI tahun 2022 mengangkat tema Menduniakan Gagasan . Babak penyisihan OPSI 2022 telah dilaksanakan pada tanggal 10 sampai 15 Oktober 2022. Dari penyisikan itu telah didapatkan sebanyak 40 peserta yang lolos untuk mengikuti OPSI Tingkat Nasional Jenjang SMP Tahun 2022 dari tiga bidang lomba, baik IPS, IPA dan Rekayasa.

Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan SMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mampu memotret kompetensi para peneliti muda. Banyak gagasan berkualitas lahir dari budaya literasi para siswa SMP seluruh Indonesia ini.

Dari peningkatan jumlah naskah yang masuk dari tahun ke tahun, membuktikan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki bibit-bibit unggul calon ilmuwan di masa depan. Tinggal mereka disemai dan dirawat dengan baik. Menyemai generasi peneliti bisa dilakukan dengan terus menciptakan kondisi akademik di sekolah dan dukungan pemerintah yang optimal.

Sebagai juri bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, Kemanusiaan dan Seni, siswa banyak menyoroti lebih tajam tentang fenomena kearifan lokal sarat nilai yang tersebar seantero nusantara. Bidang Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkungan banyak memotret lingkungan sekitar sekolah atau masyarakat yang sarat nilai santifik. Sementara bidang Ilmu Pengetahuan Teknik dan rekayasa pun tidak ketinggalan, banyak inovasi kreatif yang muncul.

Berbagai fenomena sosial, agama, lingkungan dan budaya yang bertebar di seluruh bumi nusantara diteropong dengan sangat baik oleh para siswa. Meski bangsa ini memiliki kompleksitas sosial budaya, namun dengan berbagai kajian ilmiah bisa ditemukan solusi berdasarkan analisa yang rasional dan empiris. Dengan pendekatan metode ilmiah yang menggabungkan antara paradigma rasional dan empiris, solusi yang ditawarkan oleh para peneliti, patut menjadi pertimbangnan dan renungan bagi bangsa ini.

Peneliti adalah manusia langka sekaligus istimewa. Karena itu calon-calon ilmuwan yang kini masih duduk di bangku SD atau SMP mestinya mendapatkan perhatian dan penghargaan yang istimewa juga. Sebab seorang ilmuwan selalu fokus kepada kaedah scientific base yang mampu memberikan lentera bagi gelapnya kompleksitas permasalahan yang lahir dari interpretatif base.

Menjaga dan merawat ilmuwan adalah menjaga lentera untuk tetap menyala. Matinya ilmuwan dan ulama adalah kegelapan bagi sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara. Menjaga dan merawat spirit ilmuwan adalah sebuah pertanda akan kemajuan peradaban sebuah bangsa. Sebaliknya, membonsai dan mengebiri peran ilmuwan adalah potret buram bagi sebuah bangsa. Biarkan ilmuwan bekerja dengan dunianya, negara hanya berkewajiban merawat, menjaga dan memberikan penghargaan tinggi bagi peran dan urgensitasnya.

Apalah jadinya kehidupan sebuah bangsa tanpa cahaya ilmu para ilmuwannya. Ilmuwan yang berkualitas ditopang karakter dan kepribadian yang mulia akan membawa sebuah peradaban bangsa maju dan unggul. Maju mundurnya peradaban sebuah bangsa bergantung kepada keunggulan SDM nya. Kerusakan epistemologi bisa membawa sebuah bangsa pada kubangan kegelapan, jika tak ada lentera ilmu pengetahuan dan nilai. Kerancuan epistemologi di dunia Barat tanpa topangan nilai kepribadian, telah menghasilkan fenomena sosial budaya yang destruktif, meski secara teknologi maju.

Ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari perspektif ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagian dan kebaikan diri dan manusia seluruhnya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit. Imam al Ghazali misalnya, pernah menyatakan bahwa dirinya tidak tahu apa-apa. Inilah karakter dan cermin adab seorang ilmuwan yang berbasis nilai.

Seorang ilmuwan juga selalu berfikir mendasar atas segala fenomena alam dan sosial yang terjadi di sekitarnya. Sifat mendasar adalah sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar ?. Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan ?. Apakah kriteria itu sendiri benar ?. Lalu benar sendiri itu apa ?. Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar. Disinilah karakter ilmuwan yang selalu obyektif dan berdiri di atas dasar kebenaran santifik.

Konstruksi berfikir seorang ilmuwan terdiri dari lima pilar. Pertama adalah ontologis yang mengkaji hakekat segala sesuatu. Kedua, epistemologis yang mengkaji definisi segala sesuatu yang dengannya manusia berinteraksi. Ketiga, aksiologis yakni nilai-nilai kebermanfaatan atas segala sesuatu atau temuan penelitian. Keempat, retoris yakni cara memilih bahasa sebagai alat komunikasi untuk mengungkap sebuah kebenaran. Kelima, metodologis yakni cara untuk bisa menganalisa dan membuktikan kebenaran.

Dalam membangun konstruksi keilmuwan, seorang ilmuwan akan menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah pemikiran, baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya. Akhirnya seorang ilmuwan dapat menawarkan dan memisahkan mana yang logis saintifik dan mana yang filosofis spekulatif.


Seorang ilmuwan atau peneliti akan terus berfikir mendasar dan menyeluruh, suatu cara berfikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Tak satu hal yang bagaimanapun kecilnya yang luput dari pemikiran seorang ilmuwan sesuai bidang kajiannya. Tak ada suatu pernyataan (postulat) yang bagaimanapun sederhananya yang diterima begitu saja tanpa pengkajian yang seksama.


Idealnya, seorang ilmuwan tidak hanya berfikir berdasarkan scientific base, tanpa visi spiritual. Bahkan Plato pernah berujar bahwa ada tujuan spiritual atas penciptaan alam semesta. Dengan spirit ilmu dan nilai, maka para ilmuwan telah meletakkan dasar-dasar peradaban mulia bagi sebuah bangsa, bukan malah dengan temuannya mengakibatkan kerusakan. Sebab selain kejujuran, keahlian, ilmuwan juga berorientasi kepada kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.

 

Nah, semoga OPSI tahun 2022 ini menjadi semacam continuum inspiration bagi tumbuh kembang calon-calon ilmuwan hebat yang akan mengantarkan negeri ini menjadi bangsa dan negara yang maju dan berkualitas dunia. Semoga di tahun-tahun ke depan, peserta OPSI semakin membludak dan menggelombang dengan gagasan-gagasan cerdas dan kreatifnya. Semoga bermula dari OPSI ini, generasi bangsa ini mampu menduniakan gagasan.

Ahmad, Bogor, 21 November 2022
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Oleh : Dr. Ahmad, S.Sos.I., M.M.
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

Minggu, 13 November 2022

Ajengan Yuana: Dialog Antaragama Konsep yang Utopis

Tinta Media - Menyikapi gagasan dialog antaragama, Mudir Ma'had Khodimus Sunnah, Ajengan Yuana Riyan Tresna menegaskan bahwa hal tersebut merupakan konsep yang utopis.

"Dialog antaragama adalah konsep yang utopis bisa diwujudkan," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (09/11/2022).

Hal itu dilihat dari dua sisi, kata Ajengan, pertama, tidak ada titik temu antara hak dan batil, kecuali pasti sebuah kebatilan. 

Menurutnya, dialog antaragama dimaksudkan untuk menciptakan agama baru bagi kaum muslimin. "Dialog antaragama yang sebenarnya bermaksud untuk menciptakan 'agama baru' bagi kaum muslimin yang didasarkan pada akidah pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme)," ujarnya.

Padahal, imbuhnya, akidah ini menetapkan bahwa membuat hukum adalah hak manusia, bukan hak Allah Swt yang telah menciptakan manusia. Dialog antaragama dan antarperadaban untuk mencari titik temu di antara agama atau peradaban adalah utopis. 

Ajengan Yuana, sapaan akrabnya menegaskan sisi yang kedua adalah menyatukan agama-agama adalah sesuatu yang batil.

Menurutnya, kesatuan agama-agama adalah gagasan yang batil. Semua argumentasi yang mengarah pada kesatuan agama-agama bertujuan untuk memperkuat legitimasi dialog antara tiga agama, dengan anggapan dasar bahwa agama samawi yang tiga itu bersumber dari Nabi yang sama yaitu Nabi Ibrahim As. 

"Narasi membentuk agama Ibrahimiah adalah usulan yang semestinya tertolak secara keyakinan," pungkasnya.[] Nur Salamah

Sabtu, 12 November 2022

Inilah Motif Sesungguhnya Gagasan Dialog Antaragama

Tinta Media - Mudir Ma'had Khodimus Sunnah Ajengan Yuana Riyan Tresna (YRT) mengungkap motif sesungguhnya dari gagasan dialog antaragama.

"Motif sesungguhnya dari gagasan dialog antaragama adalah melemahkan ajaran Islam," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (9/11/2022).

Menurutnya, gagasan dialog antaragama berusaha untuk membentuk kepribadian muslim dengan format kepribadian yang baru yakni pribadi yang tidak akan merasa bersalah ketika meninggalkan kewajiban dan mengerjakan keharaman. "Mereka juga berusaha merusak perasaan Islami pada seorang muslim dan membunuh semangat (ghirah) Islam yang ada dalam jiwanya," ujarnya.

Sehingga, lanjutnya, muslim tersebut tidak mampu lagi membenci kekufuran, serta tidak mau memerintahkan yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Karena kebencian pada kekufuran dan kemunkaran dianggap bertentangan dengan prinsip dialog antaragama. 

Kemudian ia menambahkan selain melemahkan ajaran Islam tujuan lain dari dialog antaragama adalah melestarikan penjajahan.

"Sesungguhnya target lain yang hendak diwujudkan oleh negara Barat dari dialog antaragama dan antarperadaban itu adalah melestarikan penjajahan dan menghalang kembalinya Islam ke dalam realitas kehidupan sebagai suatu sistem kehidupan yang menyeluruh," terangnya.

Terakhir, ia menjelaskan bahwa gagasan dialog antaragama menganggap Islam mengancam kelestarian ideologi. "Islam dianggap akan mengancam kelestarian ideologi dan peradaban mereka serta akan dapat memusnahkan segala kepentingan dan dominasi mereka," pungkasnya.[] Nur Salamah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab