MLF 1444H, Pak Kar: Ada Empat Karakter Pemimpin Transformasional
Tinta Media - Konsultan dan Trainer Muhammad Karebet Widjajakusuma (Pak Kar), menjelaskan empat karakter yang dimiliki oleh seorang pemimpin transformasional.
“Ada empat karakter yang dimiliki oleh seorang pemimpin transformasional,” tuturnya dalam acara Maulid Leadership Forum (MLF) 1444H: Kepemimpinan Islami Meraih Islam Kaffah yang diselenggarakan secara daring, Sabtu(8/10/2022).
Pertama adalah Idealized Influence, pengaruh ideal. “Jadi seorang pemimpin yang punya way of life yang benar, maka dia pasti akan memberikan pengaruh yang benar,” jelasnya.
“Pengaruh yang ideal bukan yang benar tapi ideal,” lanjutnya menegaskan.
Menurut Pak Kar, panggilan akrabnya, pengertian Idealized Influence adalah dengan way of life yang benar, maka pemimpin memiliki perilaku yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya.
“Dengan kata lain, pemimpin adalah teladan, keteladanan,” ujarnya.
Menurutnya, pemimpin mampu menunjukkan keyakinan diri yang kuat, menunjukkan nilai-nilai penting pada bawahannya, mampu menumbuhkan kebanggaan, mampu menggunakan visi misi dan seterusnya. “Bahkan dia menjadi role model bagi karyawannya,” tuturnya.
Ia contohkan kalau ada yang bertanya ‘harus bagaimana saya?’ Maka dia pasti akan mengacu kepada pemimpinnya.
“Pemimpin adalah acuan dari bawahannya. Pemimpin adalah acuan dari pengikutnya,” tegasnya.
Kedua Inspirational motivation, motivasi yang menginspirasi. “Penjelasan yang kedua motivasi yang menginspirasi adalah pemimpin mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan atau pengikutnya,” jelasnya.
Karakter ini mampu mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi dan mampu menggugah spirit tim melalui pertumbuhan antusiasme dan optimisme. “Timnya antusias, optimis,” terangnya.
“Seluruh tujuan organisasi dan mampu menggugah spirit tim melalui penumbuhan antusiasme dan optimisme,” lanjutnya.
Ia membahasakan sebagai mimpi besar. “Bahasa saya pemimpin itu punya mimpi besar, bukan mimpi kecil,” tuturnya.
Pak Kar menambahkan, mimpi yang besar, mimpi yang memberikan energi besar, bahkan sampai yang bersangkutan meninggal dunia, mimpi itu akan terus tumbuh bagi bawahannya. “Ini adalah turunannya,” paparnya.
“Sehingga kemudian optimis, antusias, bisa menginspirasi karyawan, menginspirasi bawahan, mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbayangkan,” paparnya lebih lanjut.
Ia menggambarkan Muhammad Al-Fatih yang mengabadikannya dalam kalimat yang diteriakkan di Museum Panoramic 1453 di Turki ACHIEVING THE IMPOSSIBLE, meraih sesuatu yang tidak mungkin.
“Sudah mulai membayangkan bagaimana kehidupan Rasulullah bisa memberikan ACHIEVING THE IMPOSSIBLE?” tanyanya.
Ketiga, Intellectual stimulation, stimulasi intelektual daya dorong intelektual.
“Individualized consideration, pemimpin mampu menumbuhkan ide baru. Memberi solusi yang kreatif terhadap persoalan yang dihadapi bawahan/pengikut. Memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi. Problem solving,” jelasnya.
Selain itu, menurutnya pemimpin ini mampu mengajak berpikir kritis, mencari akar masalah setiap persoalan yang dihadapi. “Selalu yang dibidik adalah apa akar masalahnya. Sehingga kemudian tuntas persoalannya,” tegasnya.
Keempat, Individualized consideration
“Terakhir, Pemimpin mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan/pengikut serta secara khusus mau memperhatikan kebutuhan bawahan/pengikut akan pengembangan karir,” terangnya.
“Di situ ada apa? Reputasi. Di situ ada catatan rekor dan ada assessment,” tambahnya.
Sehingga kemudian menurutnya semua merasakan, mendapatkan pembelajaran yang luar biasa. “Adalah training by doing bahasa kita sekarang,” ucapnya.
Kemudian Pak Kar memberikan pertanyaan. “Apakah 4 karakter ini ada pada Baginda Nabi Muhammad SAW?” tanyanya.
Ia menjelaskan bahwa Allah yang menegaskan dalam QS. Al-Ahzab ayat 21 yang artinya.
''Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.‘’
Dari ayat tersebut ia menjelaskan bahwa ada uswah hasanah, ada teladan yang baik. “Kalau bicara teladan yang terbaik maka dipastikan kita juga merasakannya, atau sahabat yang lalu, beliau meninggalkan kita sampai hari ini kita masih terus bisa memperhatikan, masih bisa terus meneladani beliau karena ada suri teladan yang baik,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan pendapat yang lain secara ilmiah, dari ulama Indonesia KH Hasyim Asy’ari dalam kitabnya beliau menjelaskan kalimat yang agak panjang, intinya:
“Lalu hilanglah perbedaan-perbedaan kebangsaan, kesukuan, bahasa, mazhab dan nasionalisme yang selama ini menjadi penyebab permusuhan, kebencian dan kezaliman. Masyarakat pun–atas nikmat Allah–berubah menjadi bersaudara. Jadilah orang Arab, orang Persia, orang Romawi, orang India, orang Turki, orang Eropa dan orang Indonesia semuanya berperan saling menopang satu sama lain sebagai saudara yang saling mencintai karena Allah. Tujuan mereka semua hanya satu, yaitu menjadikan kalimat Allah menjadi unggul dan kalimat setan menjadi hina. Mereka mengabdi demi Islam dengan ikhlas dan seterusnya.”
“Ini pengakuan yang luar biasa. Pengakuan yang hadir 14 abad setelah beliau wafat,” ujarnya menegaskan.
Disampaikannya pula pendapat lain, dari seorang yang bernama Jules Masserman, seorang peneliti independen sekaligus seorang professor di Universitas Chicago Amerika, pernah melakukan penelitian dengan meletakkan tiga syarat untuk menentukan pemimpin terbaik dunia yaitu:
Pertama, Di dalam diri pemimpin ada proses pembentukan kepemimpinan yang baik;
Kedua, Pemimpin tersebut bisa menaungi kesatuan masyarakat yang terdiri dari keyakinan yang berbeda-beda;
Ketiga, hendaknya pemimpin tersebut mampu mewujudkan sebuah sistem masyarakat yang manusia dapat hidup di dalamnya dengan aman dan tenteram.
“Di sini kita tahu kepemimpinan tidak bisa dipisahkan dari sistem,” tegasnya.
“Secara jujur lalu ia berkesimpulan: ‘Pemimpin teragung sepanjang sejarah adalah Muhammad yang telah memenuhi tiga syarat tersebut’,” ucapnya.
Way of Life (Jalan Hidup)
Pak Kar menyampaikan rahasia dari kepemimpinan transformasional. “Rahasianya, kalau dipetakan dalam sebuah bagan definitif itu adalah Way of Life,” tuturnya.
“Bagaimana cara mendapatkan way of life?” tanya Pak Kar selanjutnya.
Ia menyampaikan sebuah kisah dari YouTube tentang dua kafir yang mendapatkan hidayah masuk Islam.
“Dua orang yang berbeda, satu pendeta, satu pengangguran yang punya anjing kesayangan, dia hidup hanya dengan anjingnya lalu anjingnya mati. Ternyata pertanyaan yang muncul sama dan di video itu yang durasinya juga tidak terlalu panjang dijelaskan oleh mereka bahwa mereka mendapati bahwa ini fakta, mereka lahir ini fakta ada manusia, ada kehidupan, ini juga fakta bahwa pertanyaan berikutnya Siapa yang menciptakan?” tuturnya.
“Dengan kesadaran penuh, jelas menggunakan akalnya, menggunakan matanya, menggunakan telinganya, dia mendapati jawaban secara aqliyah. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah dan dia akan kembali kepada Allah, bertemulah dia dengan Allah. Kalau dengan kembali kepada Allah, dia akan mempertanggungjawabkan kepada Allah,” paparnya kemudian.
Kalau begitu, menurutnya hidup untuk beribadah kepada Allah. Pertanyaan berikutnya bagaimana cara literasi yang dia lakukan mengantarkan kepada beribadah kepada Allah? “Berarti harus mengikuti apa yang menjadi aturan Allah Subhanahu Wa Ta'ala,” jawabnya.
Inilah menurutnya kurang lebih secara bagan definitif apa yang Rasul berikan kepada kita, yang juga dilakukan di dalam kepemimpinan transformasional. “Tapi dengan kata kunci, worldview-nya adalah Islam,” tandasnya.[] Raras