Tinta Media: Fokus
Tampilkan postingan dengan label Fokus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fokus. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 April 2023

UIY: Penting Mengokohkan Keimanan bahwa Al-Qur’an Kalamullah

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menegaskan pentingny mengokohkan keimanan bahwa Al-Qur’an kalamullah.

“Jika ada bagian terpenting yang semestinya harus ada pada setiap muslim, itu adalah keimanan yang kokoh terhadap Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah,” ungkapnya di Fokus to The Point: Al-Qur’an yang Diabaikan, melalui kanal You Tube UIY Official, Kamis (13/4/2023).
 
Pengokohan keimanan ini, lanjutnya, penting karena Al-Qur’an ini baru akan memberikan impact (dampak)  yang sangat besar kepada siapapun yang mempercayai bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah.
 
“Keimanan ini  yang mengubah orang per orang, sebutlah misalnya salah satu ilmuwan Gerry Miller (1973) yang sekaligus seorang pendeta.  Dalam usahanya untuk meyakinkan jamaahnya, dia melakukan riset untuk mencari kelemahan pada Al-Qur’an. Yang dia jumpai bukan kelemahan tapi kekuatan Al-Qur’an,” ucap UIY mencontohkan.
 
UIY menuturkan, saat Gerry melakukan riset ia membaca Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 82 yang menyatakan, kalaulah Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah niscaya akan dijumpai perselisihan yang banyak. Gerry membaca ayat itu seolah mendapat jalan untuk mencari kelemahan Al-Qur’an.
 
“Lima tahun Gerry melakukan riset Al-Qur’an, yang dia jumpai bukan kelemahan tapi kekuatan. Bukan hanya tidak dijumpai perselisihan antara satu ayat dengan ayat lain, tapi tidak dijumpai perselisihan ayat Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan modern,” ucap UIY menceritakan hasil riset Gerry.
 
Akhirnya pada 1978 Gerry memutuskan masuk Islam dan menjadi pendakwah terkemuka di Amerika bagian Utara. “Ini yang saya katakan bahwa Al-Qur’an itu merubah orang,” tandasnya.
 
Rapuh Keimanan
 
Menyoroti banyaknya fakta manusia yang tidak mau menerapkan Al-Qur’an, UIY mengatakan bahwa itu karena rapuhnya keimanan.
 
“Jadi pangkalnya itu memang rapuhnya keimanan kepada Al-Qur’an.  Kalau sudah rapuh keimanan kepada Al-Qur’an maka tidak ada gerak hati atau keinginan untuk membacanya, mempelajarinya, mentadaburinya. Kalaupun bisa membaca, tidak mentadaburi, kalaupun mentadaburinya, tahu isinya, dia tidak mengamalkan, tidak melaksanakan. Kalaupun mengamalkan dia pilih-pilih mana yang menurut dia baik mana yang tidak dan seterusnya,” urainya.
 
Kondisi seperti di atas itu, kata UIY,  yang dikeluhkan Rasulullah yang terekam dalam Al-Quran (surat Al-Furqon ayat 30) bahwa kaumnya telah menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang diabaikan.
 
“Karena itulah maka ada tugas sangat besar yang ada pada kita untuk bagaimana menanamkan keyakinan yang benar kepada Al-Qur’an sehingga dengan keyakinan itu terdorong untuk membaca, mentadaburi, mengamalkan dan memperjuangkan agar diamalkan secara kaffah,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 

Kamis, 17 November 2022

Cukup Fokus Allah Saja

Tinta Media - Hakikatnya yang ada hanya Allah. Dialah Sang Pencipta. Selain Dia adalah mahluk, ciptaan yang diciptakan Allah. Sehingga keberadaan mahluk hanya bergantung kepada Allah. Jika Allah menghendaki ada maka mahluk itu ada. Jika Allah menghendaki tiada maka mahluk itu tiada. Jika Allah menghendaki mahluk itu ada selama lamanya maka mahluk itu akan ada selama lamanya misal surga dan neraka.

Oleh karena itu sebagai mahluk maka kita hanya harus fokus kepada Allah. Sebab keberadaan kita. Hidup mati kita. Seneng susahnya kita. Bahagia celakanya kita. Semua atas kehendak dan ijin Allah SWT. Tidak ada sama sekali sebab dari mahluk. Semua dari Allah.

Fokus kepada Allah maksudnya fokus mengejar ridho Allah. Dengan fokus mentaati Allah SWT saja. Sedangkan mahluk yang ada de hadapan kita baik itu manusia maupun harta benda hanyalah ujian apakah kita memperlakukan mereka sesuai perintah dan larangan Allaglh atau tidak. Apakah anak dan istri sudah kita penuhi hak haknya? Apakah kedua orang tua juga demikian halnya? Apakah adik kakak sudah demikian? Apakah kaum kerabat lain juga demikian? Apakah tetangga dan sahabat serta teman juga demikian? Itu fokus kita, yakni memperlakukan mereka sesuai syariat Islam.

Sementara bagaimana mereka memperlakukan kita adalah hal lain. Kita tidak peduli bagaimana mereka berbuat kepada kita. Apakah baik ataukan buruk. Apakah mereka berlaku benar sesuai hal hal kita ataukah tidak. Mengapa? Karena kita sama sekali berbuat baik tidak karena mereka. Bukan untuk ridho mereka. Tidak sama sekali. Namun hanya karena Allah sehingga jika mereka tidak membalas dengan kebaikan yang sama maka kita tidak ada urusan. Ini prinsipnya.

Namun karena kita juga mempunyai kewajiban untuk mengajari anak istri Islam dan membimbing mereka dengan Islam. Menasehati mereka. Dan lebih luas lagi wajib kita untuk melakukan amar makruf nahi mungkar kepada manusia maka kita melakukannya karena itu adalah hak mereka dan kewajiban kita sesuai perintah Allah. Sebatas itu saja.

Sedangkan terhadap harta benda maka sikap qonaah dan syukur itulah kuncinya. Carilah yang mudah jangan yang sulit asal halal. Sehingga kita masih akan memiliki cukup tenaga dan waktu untuk menjalankan kewajiban lain. Yakni berjuang menegakkan agama Allah SWT.

Kita wajib berbaik sangka terhadap semua qodho Allah kepada kita. Jangan sekali kali kita berburuk sangka kepadaNya. Ketetapan Allah itu pasti semua baik untuk kita. Bahkan yang terbaik bahkan sekalipun itu tidak terasa enak atau menyenangkan. Allah memastikan kepada kita bahwa semua ketetapan Nya adalah baik untuk kita

Surat Al-Baqarah Ayat 216

 كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Jika kita mampu memiliki hati yang dipenuhi oleh Allah saja. Tidak ada mahluk disana. Maka kita akan menjadi hamba yang paling bahagia dan beruntung. Kita tidak peduli dengan sikap, penilaian ataupun balasan manusia. Mengapa? Karena memang kita tak berharap sedikitpun kita hanya fokus dan berharap kepada Allah. Sebab Allah-lah juga yang akan membalas semua amal kita bukan mahluk siapapun dia. 

Dalam berjuang juga begitu. Kita hanya berharap ridho Allah sama sekali ga ada tempat bagi mahluk. Kewajiban kita hanyalah berupaya maksimal sesuai perintah Allah. Sementara apakah kemenangan terasa dekat atau jauh sama sekali ga berpengaruh terhadap kesungguhan dan semangat kita. Apakah perjuangan itu terasa berat atau ringan juga ga ngaruh sam sekali. Bahkan ancaman rejim zholim antek penjajah pun tak ngaruh. Mengapa? Karena kita hanya sedang berurusan dengan Allah bukan dengan mahluk. Maka tanggapan mahluk itu sama sekali tidak penting.

Selamat berjuang Sobat, semoga Allah jadikan hati kita hanya dipenuhi oleh Nya bukan mahluk. ngaji yuk.[]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center  

Rabu, 16 November 2022

FOKUS PADA KHILAFAH, JANGAN TERLENA DENGAN NARASI COPRAS CAPRES

Tinta Media - Coba perhatikan kalimat-kalimat dibawah ini:

Siapapun Presidennya, tidak akan pernah bisa mengharamkan zina, riba, judi, miras, dan aktivitas maksiat lainnya. Karena Presiden disumpah untuk menerapkan sekularisme, bukan untuk menerapkan Al-Qur'an dan as Sunnah.

Siapapun Presidennya, kekayaan alam di negeri ini pasti tetap dikuasai oligarki, asing dan aseng. Sebab, Presiden diminta menjaga asas kebebasan termasuk kebebasan kepemilikan, yang menjamin Freeport bebas menguasai emas Papua, sejumlah korporasi asing dan aseng bebas mengeruk kekayaan alam negeri ini dan batu bara hanya membuat kaya raya segelintir orang di negeri ini.

Siapapun Presidennya, hukum yang diterapkan adalah hukum warisan penjajah belanda. Sehingga, masalah pembunuhan seperti yang dilakukan Sambo, proses hukumnya berbelit-belit.

Presiden tidak akan mampu menegakkan hukum Islam, karena sistem Republik digunakan untuk menerapkan UU rakyat, bukan UU Allah SWT. Karena itu, kita harus memikirkan perjuangan yang tujuannya adalah untuk menegakkan hukum Allah SWT.

Masih banyak contoh lain, tentang kemustahilan Presiden dapat merealisir visi perjuangan Islam. Padahal, kita semua hanya mau berjuang dan rela berkorban untuk Islam.

Nah, saat paham bahwa Presiden tak dapat bertindak apa-apa, siapapun orangnya pasti akan menjadi budak oligarki. Maka sudah saatnya umat berfikir tentang perjuangan hakiki, yakni perjuangan yang tujuannya adalah untuk meraih ridlo Allah SWT, dengan menegakkan hukum-hukumNya.

Itulah, perjuangan menuju Khilafah. Karena itu, fokuslah pada Khilafah bukan copras capres.

Fokus untuk memahamkan umat tentang apa itu Khilafah, bagaimana memperjuangkannya, bagaimana kelak jika Khilafah tegak di negeri ini, dan seterusnya. Menjadi pejuang Khilafah lebih seksi, ketimbang hanya ikut hiruk pikuk menjadi Chearleders Copras Capres.

Belum lagi, nanti akan kecewa lagi. Bisa karena sebab, kecewa karena capresnya dibuang Parpol. Kecewa Capresnya berkhianat. Kecewa karena Capresnya ternyata tidak dapat melakukan apa-apa, selain menjalankan titah oligarki.

Kalau tidak segera mengawali perjuangan Khilafah, selalu disihir dengan perubahan copras capres, berkorban sia-sia untuk copras capres, sampai kapan hukum Islam akan tegak dimuka bumi? 

Sudah terlalu banyak waktu, pikiran, harta, hingga nyawa dikorbankan untuk copras capres. Terlalu banyak air mata bahkan darah tertumpah untuk copras capres. Saatnya, kita fokus pada Khilafah.

Lagipula, memperjuangkan Khilafah itu bukan duduk-duduk menunggu Imam Mahdi. Berjuang itu bergerak, menegakkan Khilafah itu seperti perjuangan Nabi menegakkan daulah Islam di Madinah. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Selasa, 09 Agustus 2022

Fokuslah “Cari Muka” di hadapan Allah


Tinta Media - Sobat. Fokuslah cari muka di hadapan Allah, bukan karena yang lain. Fokuslah mencari ridho dan kasih sayang Allah. Karena kalau Allah sudah ridho dan sayang sama kita, apapun yang kita butuhkan, pasti Allah akan kasih. Bahkan, kita tidak minta pun, Allah bakal kasih. Karena ketaatan kita kepada-Nya. Karena ketakwaan kita kepada-Nya.

Sobat. Jangan jadi hamba Allah yang nyebelin! Hamba yang Cuma datang ke Allah pas lagi sedih dan susah aja. Kalau lagi seneng mah, gak tahu deh ngelayap kemana…

Sobat. Ingatlah selalu bahwa kita adalah hamba Allah. Sesuai namanya hamba artinya orang yang mengabdi (orang yang beribadah). Semua manusia adalah hamba Allah. Harus menghamba, menyembah, mengabdi, beribadah, atau tunduk pada aturan Allah Azza wa jalla.

Sobat. Tidak ada yang lebih mulia antara pengusaha dan karyawan kecuali mereka yang bertaqwa kepada Allah SWT. Ya. Taqwa.Ketaqwaan yang akan membedakan seseorang mulia atau tidak, bukan yang lain. Saking mulianya orang yang bertaqwa, Allah berjanji akan memberikan keistimewaan  di dunia untuk mereka.

Allah SWT Berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَتَّقُواْ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّكُمۡ فُرۡقَانٗا وَيُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَئَِّاتِكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ 
 (٢٩)

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” ( QS. Al-Anfal (8) : 29 )

Sobat. Allah menyeru orang-orang yang beriman bahwa apabila mereka bertakwa kepada Allah yaitu memelihara diri mereka dengan melaksanakan apa yang mereka tetapkan berdasar hukum-hukum Allah serta menjauhi segala macam larangan-Nya seperti tidak mau berkhianat, lebih mengutamakan hukum-hukum-Nya, Allah akan memberikan kepada mereka petunjuk yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil, dan petunjuk itu merupakan penolong bagi mereka dikala kesusahan dan sebagai pelita dikala kegelapan.

Allah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَءَامِنُواْ بِرَسُولِهِۦ يُؤۡتِكُمۡ كِفۡلَيۡنِ مِن رَّحۡمَتِهِۦ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ نُورٗا تَمۡشُونَ بِهِۦ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Hadid/57: 28)

Allah menjanjikan kepada mereka itu akan menghapus segala kesalahan mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka lantaran mereka itu bertakwa, dan diberi pula furqan, sehingga mereka dapat mengetahui mana perbuatan yang harus dijauhi, karena dilarang Allah, serta dapat pula memelihara dirinya dari hal-hal yang membawa kepada kerusakan. Orang-orang yang mendapat pengampunan Allah berarti ia hidup bahagia. Hal yang demikian ini dapat mereka capai karena karunia Allah semata.

Allah menegaskan bahwa Allah mempunyai karunia yang besar karena Dialah yang dapat memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya, baik keutamaan kepada hamba-Nya di dunia ataupun maghfirah dan surga-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya yang dikasihi di akhirat.

Sobat. Dalam QS. Al-Hadid ayat 28. Allah swt memerintahkan kepada Bani Israil yang telah beriman kepada Isa bin Maryam sebagai rasul dan utusan-Nya agar beriman kepada Muhammad saw yang datang sesudah itu, mengikuti perintah-perintah dan menghentikan larangan-larangan-Nya yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan Hadis. Perintah ini pada hakikatnya menguatkan perintah Allah yang terdapat dalam Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa. Jika Bani Israil mengikuti perintah Allah swt, maka Allah menjanjikan kepada mereka pahala dua kali lipat dari pahala yang akan diterima orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad saw saja. Di samping itu akan mengampuni dosa-dosa mereka, karena Dia mengampuni dosa-dosa orang-orang yang dikehendakiNya. 

Jika yang dijanjikan Allah kepada pengikut Nabi Isa dan mereka beriman pula kepada Muhammad ialah: 1. Mereka akan dianugerahi pahala dua kali lipat. 2. Mereka akan diterangi cahaya petunjuk dalam menghadapi kesengsaraan dan malapetaka di hari Kiamat dan dalam menuju surga yang penuh kenikmatan. 3. Allah swt mengampuni dosa-dosa yang telah mereka perbuat. 
Dalam hadis di bawah ini diterangkan orang-orang yang akan memperoleh pahala dua kali lipat, yaitu: Diriwayatkan oleh asy- Sya'biy dari Abu Burdah dari bapaknya Abu Musa al-Asy'ari, ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Tiga macam orang yang diberi pahala dua kali lipat, yaitu ahli kitab yang beriman kepada nabinya dan beriman pula kepadaku, maka baginya dua pahala, dan budak yang menunaikan hak Allah dan hak tuannya maka baginya dua pahala, dan orang yang mendidik budak perempuannya dengan baik kemudian dimerdekakan dan dikawini, maka baginya dua pahala pula." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Sobat. Ingatlah bahwa keberkahan itu pasti berujung pada kebaikan dan keberkahan itu bisa diraih hanya dengan ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Kalau aktivitas harian kita  tidak membuat kita semakin dekat dengan Allah. Bisa jadi itu pertanda tak ada keberkahan di dalamnya. Imam Nawawi menjelaskan bahwa berkah adalah kebaikan yang banyak dan  abadi. Maka harapannya di setiap harinya ada banyak kebaikan yang hadir  dalam diri kita yang sifatnya lebih melekat  dan langgeng.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Jumat, 22 April 2022

Pemerintahan Dipisahkan dari Agama, Prof. Suteki: Itu Jelas Salah


Tinta Media - Pakar Hukum dan Masyarakat, Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum menilai salah jika ada yang mengatakan pemerintahan dipisahkan dari agama.

"Benar-benar salah, jika ada yang mengatakan bahwa politik harus dipisahkan dari agama, agama dipisahkan dari politik, pemerintahan harus dipisahkan dari agama, itu jelas salah," tuturnya pada acara Fokus: Haruskah Ayat Suci di atas Konstitusi? Senin (18/4/2022) di kanal YouTube UIY Official Channel.

Menurutnya, Islam adalah agama yang sempurna, berbeda dengan agama-agama yang lain meskipun sesama agama samawi. "Agama Islam adalah agama yang sempurna. Bisa dibedakan dengan agama-agama lain, meskipun sesama agama samawi, taruhlah Nasrani," ujarnya.

Sebagai agama yang sempurna, kata Suteki, tidak mungkin hanya mengatur kehidupan pribadi misalnya salat, syahadat, zakat, puasa, maupun haji. Akan tetapi mengatur persoalan kehidupan bernegara. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau juga sebagai kepala negara, berhubungan dengan negara-negara lain termasuk juga melakukan peperangan.

Ia berharap umat Islam dan tokoh-tokoh bangsa ini memahami bahwa Islam bukanlah sekedar ibadah ritual semata.

"Persoalan-persoalan ini seharusnya dipahami betul oleh umat Islam dan tokoh-tokoh bangsa ini. Jangan kemudian menganggap bahwa Islam itu hanya sebatas persoalan ibadah mahdhoh (ibadah yang ada sarat dan rukunnya/ ibadah yang sifatnya hanya berhubungan antara manusia dengan Tuhannya)," paparnya.

Akan tetapi, lanjut Suteki, terkait hubungan manusia satu dengan yang lain (hablunminannas) seperti muamalah, ekonomi, tata pergaulan termasuk menjaga jiwa dan agama, semua diatur di dalam Islam melalui sistem pemerintahan.

Terakhir, ia menegaskan bahwa semua persoalan tidak akan bisa di selesaikan atau dilakukan sendiri. Namun membutuhkan peran negara di dalamnya.

"Semua persoalan itu diatur di dalam Islam. Apalagi kalau kita bicara hukum pidana. Bagaimana bisa memidanakan orang sesuai hukum Allah, jelas itu tidak mungkin, kecuali harus ada kekuasaan dan campur tangan negara di dalamnya," pungkasnya. [] Nur Salamah

Rabu, 20 April 2022

UIY: Ayat Suci Harus di Atas Konstitusi Bahkan Jadi Konstitusi


Tinta Media- Cendekiawan Muslim Ustad Ismail Yusanto (UIY) tidak ada pilihan lain bagi seorang Muslim selain menjadikan ayat suci (Al-Qur’an) di atas ayat konstitusi bahkan menjadi konstitusi.

"Sikap seorang Muslim sebenarnya tidak ada pilihan lain, ayat suci itu mestilah di atas ayat konstitusi, atau ayat suci menjadi dasar dalam penyusunan ayat konstitusi atau bahkan menjadi konstitusi,” tuturnya dalam acara Fokus: Haruskah Ayat Suci di Atas Ayat Konstitusi? Senin (18/4/2022) di kanal YouTube UIY Official.

Menurutnya, ketika membicarakan ayat suci dan ayat konstitusi maka ada tiga varian yang muncul. Pertama, menolak sama sekali (memisahkan agama dan negara/ sekularisme). Kedua, menerima tapi sekadar memberikan sumbangan etika (agama hanya memberikan nilai-nilai etis kepada negara). "Ketiga, agama harus menjadi dasar negara,” ujarnya.

Ia menjelaskan, sejatinya seorang Muslim tidak mengambil varian pertama (sekularisme), karena hal ini dipengaruhi sejarah hubungan agama Nasrani dengan negara-negara Eropa, “Di dalamnya mereka memiliki tiga persoalan," ungkapnya.

Pertama, persoalan autentikasi Bible, ada banyak kritik terhadap kandungan Bible yang menyangkut autentitasnya. Salah satu buku yang menarik, The Five Gospel, berisi rangkuman dari seminar yang dihadiri oleh 76 orang ahli teologi Nasrani. Sebanyak 82% ayat dalam Bible tidak sampai kepada Yesus atau tidak autentik sementara Al-Qur’an tidak punya persoalan tentang hal itu karena telah dijamin oleh Allah SWT,” paparnya.

Kedua, persoalan terhadap teologi, “Trinitas baru dicetuskan dalam Konsili Nicea (abad ke-3), jauh setelah nabi Isa meninggal. Orang Nasrani sendiri mengatakan konsep trinitas ini sulit dipahami. Adapun Islam tidak punya masalah teologi karena jelas Allah itu Ahad, satu,” ucapnya.

Ketiga, adanya trauma pada agama hingga muncul peristiwa Bartholomew’s. “Nah, karena itulah khilafah sepanjang sejarah tidak pernah menimbulkan masalah seperti mereka,” bebernya.
Ia menyimpulkan akan sangat aneh kalau Muslim ikut-ikutan menempatkan agama Islam terpisah dari negara, “Islam dengan Al-Qur’an berbicara A-Z,” pungkasnya.[]Khaeriyah Nasruddin
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab