Tinta Media: Fir’aun
Tampilkan postingan dengan label Fir’aun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fir’aun. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 April 2024

Fir’aun Itu Bernama Netanyahu

Tinta Media - Beredar berita viral terkait masuknya perdana menteri Israel, Benjamine Netanyahu ke rumah sakit karena hernia. Dilansir dari www.health.detik.com Netanyahu pernah menjalani operasi pemasangan alat pacu jantung pada bulan Juli 2013, dan sekarang menjalani operasi hernia untuk yang kedua kalinya. Operasinya berjalan lancar, dan sehari setelah itu dia melakukan konferensi pers terkait tewasnya  7 orang dari relawan dapur umum dunia yang mengalami pengeboman saat melakukan tugasnya. Hal ini tidak hanya memicu kemarahan masyarakat dunia, tapi juga hujatan dan doa keburukan untuk sang penjahat dunia. Kenapa makhluk-makhluk jahat yang ada di muka bumi dan berbuat kerusakan itu berumur panjang?

Jika kita berpikir dengan landasan iman, tidaklah semua cerita di atas bumi ini sia-sia. Ada hikmah mengapa manusia-manusia jahat itu berumur panjang, makin berkuasa, memilik harta dunia yang begitu melimpah. Bisa jadi itu istidraj bagi manusia jahat macam Netanyahu, Fir’aun zaman sekarang yang begitu arogan dan tak memiliki perikemanusiaan.

Banyak musuh-musuh Islam dan kaum beriman berumur panjang. Dulu ada Fir’aun yang membunuh para bayi lelaki di Mesir, akan tetapi Allah tetapkan puluhan tahun kemudian, dia ditenggelamkan ke dalam Laut Merah. Kaum Luth juga tak serta merta diazab, tapi diberi penundaan sampai jelas keingkarannya, dan pelanggaran perjanjiannya dengan Luth. Kenapa ditunda? Karena agar ada waktu bagi para pengikut kejahatan untuk bertobat, jika tidak berhenti dari kezalimannya, azabnya akan semakin berat di akhirat kelak.

Kalau saja manusia model Netanyahu, atau Fir’aun segera dimatikan maka takkan ada orang-orang yang akan terbuka matanya. Sadar akan kesalahannya atas kejahatan yang selama ini dilakukan oleh kelompoknya. Takkan ada ayat-ayat indah sebagaimana para penyihir Fir’aun langsung tersungkur bersujud dan menyatakan keimanan. Coba lihat saat ini, semua perhatian manusia mengarah pada satu titik, Palestina. Tak hanya kaum muslimin sendiri, tapi non muslim, bahkan orang Yahudi sendiri yang menentang pergerakan zionisme dan penjajahan ilegal atas bumi para nabi itu.  Baik dengan jalan secara langsung menolong terjun ke lapangan, donasi, seminar-seminar, tulisan-tulisan, bahkan dengan gerakan secara online seperti gerakan Indonesia Julid Force, Tentara Netizen Indonesia, Brigade Hasan Bin Tsabit dan sebagainya. Semuanya muncul karena Allah yang menggerakkan hati-hati manusia untuk bersatu.

Kejahatan mereka dengan membunuh secara membabi buta, doktrin ekstrem yang mereka anut, semakin menampakkan wujud asli Zionis yang dulu selalu bermuka manis dan meminta dukungan dunia. Sampai akhirnya pada saat ini, Amerika dan beberapa negara Eropa mendukung setiap gerakan Zionisme Israel. Bahkan, ada beberapa pihak baik tokoh nasional maupun dunia membuka jalan damai dengan Zionis, atas nama “solusi damai” bilateral, gencatan senjata, resolusi damai oleh PBB, moderasi beragama, dan sebagainya. Setelah perang ini jelas Zionis hanya pembunuh bertopeng yang hanya akan menusuk negara lain dari belakang. Hal itu seharusnya membuat para petinggi negara sadar dan mengambil kebijakan yang pro Palestina, tak hanya secara donasi, makanan, bantuan obat-obatan, tapi juga seharusnya menurunkan tentara-tentara kuat dan gagah mereka ke kancah perang membela kebenaran, bukan malah  bersembunyi di balik topeng pengecut atas nama “nasionalisme” dan kalimat “itu urusan dalam  negara mereka sendiri”.

Kejahatan zionis seharusnya juga membuat para pebisnis, pemilik saham atau pejabat negara, terutama Indonesia dan negeri-negeri kaum muslimin untuk lebih memperhatikan konsep kerja sama mereka, dan penanaman modal mereka. Uang investasi mereka berbau darah, dan bisnis mereka dibangun di atas mayat-mayat kaum muslimin. Sudah puluhan ribu yang dibantai di Palestina, apakah masih mau solusi damai?

Kaum muslimin saat ini seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu’alaiwassalam, seperti makanan yang dikerubuti oleh banyak orang, walau jumlahnya secara kuantitas banyak, tapi hanya seperti buih di lautan, Seharusnya hal ini menjadi sebuah koreksi untuk kaum muslimin dan orang-orang yang masih memiliki iman di hatinya, untuk segera bersatu dalam satu kepemimpinan Islam, dan berlindung di balik perisai Daulah Khilafah Islamiyyah sebagai wadah persatuan kaum muslim seluruh dunia. Tak hanya kaum muslimin tapi juga non muslim akan dilindungi hak dan darahnya selama tidak melanggar perjanjian atau menumpahkan darah kaum muslimin. Apakah masih mau terpecah belah? Pikirkan baik-baik solusi ide Islam sebagai way of life dalam wadah Daulah Khilafah Islamiyyah sebagai obat sakitnya manusia zaman sekarang yang terombang-ambing dan menderita. Wallahu’alam.

Oleh : Hayyin
Sahabat Tinta Media
 


Jumat, 09 Juni 2023

Ulama Aswaja Jatim: Hegemoni Dolar Amerika seperti Masa Fir'aun

Tinta Media - Ulama Aswaja Jawa Timur (Jatim) KH Lukman Harits mengatakan bahwa hegemoni (dominasi kekuasaan) Amerika saat ini seperti peristiwa pada masa Fir’aun.
 
"Hegemoni Amerika dengan basis mata uang dollarnya dapat diserupakan dengan kejadian pada masa rezim Fir’aun dan Nabi Musa As," ujarnya dalam acara Majelis Al-Buhuts Al-Islamiyah: Khilafah Mengakhiri Hegemoni Dollar dengan Dinar dan Dirham, yang diadakan oleh Forum Komunikasi Ulama (FKU) Aswaja Jawa Timur di Madura, Minggu (28 Mei 2023).

Menurutnya, kisah Fir'aun dan Nabi Musa AS selalu diulang-ulang dalam Al-Qur’an.  

"Ini berarti, bahwa peristiwa yang semisal dengan Fir’aun dan Nabi Musa AS akan berulang pula," ucapnya.

Kiai Lukman menjelaskan, Fir’aun selalu ada pada setiap zaman. "Ketika Abu Jahal tewas, Rasulullah SAW menyebutnya sebagai Fir’aun zaman ini," jelasnya.

Ia menegaskan, Fir’aun adalah kekuatan adidaya di masa itu. Memiliki kekuatan militer yang besar. "Siapa Fir’aun pada saat ini? Dia adalah Fir’aun Amerika Serikat," tegasnya.

Ia pun mengemukakan, musuh Fir'aun adalah Nabi Musa AS. "Di zaman Nabi Musa AS, ada Hamman yang selalu memback-up mendampingi Fir’aun. Saat ini bisa Perancis atau Inggris," tuturnya.

Ia menambahkan, ada Qorun yang seagama dengan Nabi Musa AS, tetapi berkhianat dan juga mendukung Fir’aun. "Ada juga Bal’am," lanjutnya.

"Yaitu ulama yang membela kezaliman. Ulama yang mendukung sistem yang zalim. Ulama yang bisa dibeli," imbuhnya.

Tinggal menurutnya, bagaimana saat ini menampilkan sosok-sosok yang seperti Nabi Musa AS dalam melawan kezaliman layaknya Fir’aun masa kini? 

Ia pun memungkasi, bahwa sistem yang hanya bisa melawan kezaliman hegemoni sistem Amerika Serikat hanyalah sistem khilafah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 

"Dan inilah tugas ulama, untuk terus-menerus mendakwahkan sistem khilafah, warisan Rasulullah SAW," pungkasnya.[] Muhar

Kamis, 02 Februari 2023

MESTINYA FIR’AUN MUHASABAH DIRI

Tinta Media - Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (QS Yusuf : 111).


Dokumentasi sejarah berupa kisah-kisah para Nabi dan para musuhnya banyak yang diabadikan oleh Allah dalam Al Qur’an. Salah satu kisah yang sangat terkenal adalah kisah dakwah Nabi Musa kepada penguasa zalim yang bernama fir’aun. Fir’aun adalah sosok pemimpin yang oleh Allah disebut sebagai thaghut yang maknanya melampaun batas.

 

Tentu saja yang dimaksud batas adalah aturan Allah. Maknanya, fir’aun telah terlalu jauh melanggar aturan-aturan Allah sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Musa.  Bahkan Allah mengawetkan jasad fir’aun agar menjadi pelajaran dan petunjuk bagi manusia di masa depan, terutama para pemimpin.

 

Perhatikan firman Allah : Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikuti oleh Fir’aun dan tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas (Bani Israil). Ketika Fir’aun telah hampir tenggelam, ia berkata: saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk orang yang berserah diri (kepada-Nya). (Allah menyambut ucapan Fir'aun ini dengan berfirman) Apakah kamu (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Hari ini Kami selamatkan badanmu, supaya kamu menjadi pelajaran bagi (generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami (QS Yunus : 90-92)

 

Pakar tafsir Indonesia, Prof Quraish Shihab, dalam bukunya berjudul Mukjizat Alquran menjelaskan, kalimat dalam ayat di atas yang perlu digarisbawahi adalah: “Hari ini Kami selamatkan badanmu, agar engkau menjadi pelajaran bagi generasi yang datang sesudahmu,”.

 

Ada yang menarik dari ayat di atas bahwa Fir’aun sempat berucap menjelang kebinasaannya menerima sanksi dari Allah : saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk orang yang berserah diri (kepada-Nya).

 

Perkataan Fir’aun ini mestinya diucapkan sejak menerima dakwah Islam dari Nabi Musa. Sebab Nabi Musa telah sejak awal memberikan peringatan bahwa apa yang dia lakukan telah melampaui batas yang akan mendatangkan murka dari Allah. Alih-alih muhasabah diri, menerima dan mengakui kesalahannya, Fir’aun justru bertambah bringas dan zalim dengan menyerang Nabi Musa dan jamaahnya. Bahkan Fir’aun tidak segan-segan menghina, menista dan merendahkan Nabi Musa.

 

Allah menyambut ucapan Fir'aun ini dengan berfirman : Apakah kamu (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.

 

Temuan-temuan dari para arkeolog modern mengkonfirmasi tentang adanya kisah fir’aun yang diceritakan oleh Al-Qur’an. Maurice Bucaille seorang egyptologis mempublikasikan bukunya yang berjudul “The Bible, The Qur’an and Science”.


Dalam bukunya itu ia mengatakan bahwa tidak ada pernyataan dalam al-Qur’an yang bertentangan dengan fakta ilmiah. Kesimpulan Maurice Bucaille tersebut ia buat setelah ia melakukan kajian terhadap mummy Ramesses II yang diperkirakan hidup pada zaman Nabi Musa. Ia menemukan ada sisa garam pada mummy tersebut.


 


Mummy yang ada di Mesir baru ditemukan sekitar tahun 1898 M. Sementara cerita tentang fir’aun telah diketahui oleh muslim sebagaimana diinformasikan al-Qur’an jauh sebelum itu. Hal inilah yang membuat Maurice Bucaille terheran-heran.


 


Hasil temuan arkeologi tentang peradaban Mesir kuno termasuk Pharaoh memang sangat menarik. Telah banyak publikasi ilmiah dan film fiksi tentang hal itu. Selaku orang yang beriman, kita patut mengambil pelajaran berharga dari kisah fir’aun ini.


 


Penggambaran al-Qur’an terhadap Fir’aun ini adalah “manusia yang paling sombong”. Kesombongan terbesar fir’aun adalah ia mengaku dirinya sebagai tuhan. Lalu akibat kesombongannya tersebut, Allah menghukum fir’aun bersama bala tentaranya. Mereka ditenggelamkan di laut.


 


Kisah Fir’aun ini dapat dilihat pada Surat al-Qashas: 38-42). Dosa besar lain dari fir’aun adalah menindas umat Nabi Musa. Ia melakukan penganiayaan dan termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Selain sombong dengan kekuasaan, fir’aun juga berbuat zolim kepada rakyat kecil. Ada pelajaran penting, bahwa sejarah itu berulang, artinya siapapun dan dimanapun orang atau penguasa yang sombong dan zolim, maka akan terjungkal, cepat atau lambat, sebagaimana fir’aun.


 


“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)


 


Tak butuh lama bagi Allah untuk menegur kesombongan manusia. Meskipun mereka mengatakan, tidak ada kekuatan yang dapat menghentikannya. Namun, Allah telah membuktikan kekuasaan dan kekuataannya melalui sebuah wabah penyakit yang mematikan.


 


Kekuasaan memang sering kali menjerat manusia kepada kesombongan dan kecongkakan. Mestinya kisah terjungkalnya fir’aun dan namrud cukup menjadi pelajaran, bahwa sekuat apapun kekuasaan manusia yang sombong dan zolim, maka hanya akan berakhir kepada kehancuran dan kehinaan.


 


Jika kematian telah mengancam setiap saat, maka apalah arti harta dan tahta yang selama ini dipuja-puja. Untuk para penguasa, kembalilah kepada Allah dan RasulNya. Merunduklah untuk tunduk kepada syariah Allah. Jangan pernah sombong dan congkak menentang hukum dan aturan Allah dan RasulNya, jika tidak ingin bernasib sama seperti fir’aun dan namrud. Maka, semestinya, fir’aun bermuhasabah diri saat didakwahi oleh Nabi Musa, jangan malah tambah sombong.

(Ahmad Sastra, Kota Hujan,19/01/23 : 10.44 WIB)

Dr. Ahmad Sastra 

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

MESTINYA FIR’AUN MUHASABAH DIRI

Tinta Media - Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (QS Yusuf : 111).


Dokumentasi sejarah berupa kisah-kisah para Nabi dan para musuhnya banyak yang diabadikan oleh Allah dalam Al Qur’an. Salah satu kisah yang sangat terkenal adalah kisah dakwah Nabi Musa kepada penguasa zalim yang bernama fir’aun. Fir’aun adalah sosok pemimpin yang oleh Allah disebut sebagai thaghut yang maknanya melampaun batas.

 

Tentu saja yang dimaksud batas adalah aturan Allah. Maknanya, fir’aun telah terlalu jauh melanggar aturan-aturan Allah sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Musa.  Bahkan Allah mengawetkan jasad fir’aun agar menjadi pelajaran dan petunjuk bagi manusia di masa depan, terutama para pemimpin.

 

Perhatikan firman Allah : Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikuti oleh Fir’aun dan tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas (Bani Israil). Ketika Fir’aun telah hampir tenggelam, ia berkata: saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk orang yang berserah diri (kepada-Nya). (Allah menyambut ucapan Fir'aun ini dengan berfirman) Apakah kamu (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Hari ini Kami selamatkan badanmu, supaya kamu menjadi pelajaran bagi (generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami (QS Yunus : 90-92)

 

Pakar tafsir Indonesia, Prof Quraish Shihab, dalam bukunya berjudul Mukjizat Alquran menjelaskan, kalimat dalam ayat di atas yang perlu digarisbawahi adalah: “Hari ini Kami selamatkan badanmu, agar engkau menjadi pelajaran bagi generasi yang datang sesudahmu,”.

 

Ada yang menarik dari ayat di atas bahwa Fir’aun sempat berucap menjelang kebinasaannya menerima sanksi dari Allah : saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk orang yang berserah diri (kepada-Nya).

 

Perkataan Fir’aun ini mestinya diucapkan sejak menerima dakwah Islam dari Nabi Musa. Sebab Nabi Musa telah sejak awal memberikan peringatan bahwa apa yang dia lakukan telah melampaui batas yang akan mendatangkan murka dari Allah. Alih-alih muhasabah diri, menerima dan mengakui kesalahannya, Fir’aun justru bertambah bringas dan zalim dengan menyerang Nabi Musa dan jamaahnya. Bahkan Fir’aun tidak segan-segan menghina, menista dan merendahkan Nabi Musa.

 

Allah menyambut ucapan Fir'aun ini dengan berfirman : Apakah kamu (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.

 

Temuan-temuan dari para arkeolog modern mengkonfirmasi tentang adanya kisah fir’aun yang diceritakan oleh Al-Qur’an. Maurice Bucaille seorang egyptologis mempublikasikan bukunya yang berjudul “The Bible, The Qur’an and Science”.


Dalam bukunya itu ia mengatakan bahwa tidak ada pernyataan dalam al-Qur’an yang bertentangan dengan fakta ilmiah. Kesimpulan Maurice Bucaille tersebut ia buat setelah ia melakukan kajian terhadap mummy Ramesses II yang diperkirakan hidup pada zaman Nabi Musa. Ia menemukan ada sisa garam pada mummy tersebut.


 


Mummy yang ada di Mesir baru ditemukan sekitar tahun 1898 M. Sementara cerita tentang fir’aun telah diketahui oleh muslim sebagaimana diinformasikan al-Qur’an jauh sebelum itu. Hal inilah yang membuat Maurice Bucaille terheran-heran.


 


Hasil temuan arkeologi tentang peradaban Mesir kuno termasuk Pharaoh memang sangat menarik. Telah banyak publikasi ilmiah dan film fiksi tentang hal itu. Selaku orang yang beriman, kita patut mengambil pelajaran berharga dari kisah fir’aun ini.


 


Penggambaran al-Qur’an terhadap Fir’aun ini adalah “manusia yang paling sombong”. Kesombongan terbesar fir’aun adalah ia mengaku dirinya sebagai tuhan. Lalu akibat kesombongannya tersebut, Allah menghukum fir’aun bersama bala tentaranya. Mereka ditenggelamkan di laut.


 


Kisah Fir’aun ini dapat dilihat pada Surat al-Qashas: 38-42). Dosa besar lain dari fir’aun adalah menindas umat Nabi Musa. Ia melakukan penganiayaan dan termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Selain sombong dengan kekuasaan, fir’aun juga berbuat zolim kepada rakyat kecil. Ada pelajaran penting, bahwa sejarah itu berulang, artinya siapapun dan dimanapun orang atau penguasa yang sombong dan zolim, maka akan terjungkal, cepat atau lambat, sebagaimana fir’aun.


 


“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)


 


Tak butuh lama bagi Allah untuk menegur kesombongan manusia. Meskipun mereka mengatakan, tidak ada kekuatan yang dapat menghentikannya. Namun, Allah telah membuktikan kekuasaan dan kekuataannya melalui sebuah wabah penyakit yang mematikan.


 


Kekuasaan memang sering kali menjerat manusia kepada kesombongan dan kecongkakan. Mestinya kisah terjungkalnya fir’aun dan namrud cukup menjadi pelajaran, bahwa sekuat apapun kekuasaan manusia yang sombong dan zolim, maka hanya akan berakhir kepada kehancuran dan kehinaan.


 


Jika kematian telah mengancam setiap saat, maka apalah arti harta dan tahta yang selama ini dipuja-puja. Untuk para penguasa, kembalilah kepada Allah dan RasulNya. Merunduklah untuk tunduk kepada syariah Allah. Jangan pernah sombong dan congkak menentang hukum dan aturan Allah dan RasulNya, jika tidak ingin bernasib sama seperti fir’aun dan namrud. Maka, semestinya, fir’aun bermuhasabah diri saat didakwahi oleh Nabi Musa, jangan malah tambah sombong.

(Ahmad Sastra, Kota Hujan,19/01/23 : 10.44 WIB)

Dr. Ahmad Sastra 

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab