Tinta Media: Fiksi
Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 29 Oktober 2022

Ayah, Dengarkanlah!

Tinta Media - Winda, begitulah orang memanggilnya. Dia gadis blasteran Jawa-Cina yang kini duduk di kelas 12 SMA. Saat itu, Winda sedang merapikan kerudung, bersiap untuk pergi sekolah. 

Tak lupa sebelum berangkat, Winda selalu mencium tangan ayah dan mama. Sang mama tersenyum sambil mengusap kepalanya. Namun, sang ayah hanya diam dengan pandangan sinis.

"Buat apa susah-susah kamu pakai jilbab. Jilbabi dulu aja hatimu," ungkap ayah.

Winda hanya tersenyum sambil meminta doa pada ayah, semoga ia bisa menjadi yang lebih baik. Winda juga menjelaskan bahwa jilbab dan kerudung yang ia kenakan adalah kewajiban bagi seorang muslimah.

Winda berangkat sekolah dengan hati penuh harap, semoga Allah Swt. berkenan memberikan hidayah kepada sang ayah. Selang beberapa waktu setelah Winda berangkat, ayah juga berangkat ke tempat kerja, sedangkan mama tetap di rumah bersama aktivitas lainnya.

Pulang sekolah, Winda lantas mengerjakan tugas. Tak lupa, ia membantu ibu mencuci piring dan merapikan rumah seperti biasanya. Sore itu, ayah Winda pulang lebih awal. Ia lantas mengajak Winda dan mamanya makan malam di salah satu resto dekat rumah mereka.

Setelah duduk di kursi resto, sambil menunggu makanan tiba, ayah Winda mengamati sekeliling, lantas berkata, "Tuh, kamu liat. Perempuan berkerudung itu tidak menutupi dadanya. Ayah gak suka yang kayak itu," ucap Ayah dengan nada kesal.

"Mending kamu gak usah pakai kerudung dulu deh, yang penting sopan," tambah Ayah.

Winda lantas memegang tangan ayah dan mamanya, sembari berkata, "Ayah, Mama, boleh Winda bilang sesuatu?" tanya Winda. 

Ayah dan Mama mengangguk menandakan siap mendengarkan Winda.

"Ayah kan selalu bilang ke Winda, kalau kita mau ngerjain sesuatu, jangan setengah-setengah, harus optimal dan keseluruhan", ucap Winda membuka pembicaraan.

"Jadi, izinkan Winda menjadi muslimah yang juga tidak setengah-setengah, termasuk dalam berpakaian", tambah Winda.

Winda lalu mengutarakan, mengapa ia lebih banyak diam ketika ayah tak menyukai cara berpakaiannya. Winda hanya tak ingin jika nanti apa yang disampaikan Winda akan menyakiti perasaan ayahnya. Karena itu, Winda harus memikirkan jawaban yang logis bagi mereka.

Malam itu, ayah dan mama mengetahui isi hati Winda yang sudah enam bulan lamanya dipendam. Ayah yang berpikir rasional telah dapat menerima alasan Winda untuk berhijab, begitu pun dengan mama Winda. Meski mama tetap meyakini agama yang sama dengan ayah, tetapi mama sudah tak kecewa jika Winda lebih memilih menjadi seorang mualaf. Sebab, meski kini mereka berbeda agama, Winda tetap berlaku baik kepada ayah dan mamanya.

Oleh: Firda Umayah
Sahabat Tinta Media 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab