Tinta Media: Feature
Tampilkan postingan dengan label Feature. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Feature. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 November 2024

Pembenci Pengajian Akhirnya Allah Hinakan

Tinta Media - "Halo," kata Ummu Ayyas ketika memberanikan diri mengangkat telepon dari nomor tidak dikenal yang diduga dari kantor polisi. Ahad, 28 Juli 2019, cuaca Batam yang cukup panas membuat jiwanya semakin gerah.

"Kok belum ada yang datang ke kantor?"

Benar saja, ungkap Ummu Ayyas dalam hati. Kemudian ia pun menyampaikan alasan sebagaimana yang suamiku sampaikan.

"Maaf Pak. Kami tidak bisa datang tanpa surat panggilan," jawab Ummu Ayyas sebagai penanggung jawab kegiatan Formusda (Forum Muslimah Perindu Surga).

Formusda adalah sebuah komunitas dakwah yang terdiri dari Muslimah yang memiliki tujuan li isti’nafil hayatil Islam (melanjutkan kehidupan Islam). Adapun aktivitasnya adalah melakukan penyadaran di tengah-tengah masyarakat melalui dakwah fikriyah (pemikiran) bahwa Islam bukan sekadar ibadah ritual semata, namun Islam merupakan akidah yang memancarkan segenap aturan dalam seluruh aspek kehidupan.

"Oh, begitu. Jadi nunggu surat panggilan? Oke, akan kami buatkan," kata salah satu polisi via sambungan telepon dengan nada garang.

Lalu Ummu Ayyas pun menceritakannya kepadaku, lantaran kami tidak kunjung datang juga ke kantor polisi maka polisi menelepon untuk menanyakan mengapa kami tidak kunjung datang ke kantor polisi. Polisi pun kini tengah menyiapkan surat panggilan sebagaimana yang diminta Ummu Ayyas.

***

Di panggilnya kami ke kantor polisi terkait kejadian yang berlangsung pada hari itu, tahun 2019, ketika menyelenggarakan kajian bulanan Formusda, yang rutin diselenggarakan setiap Ahad pekan keempat.

Biasanya peserta yang hadir berkisar hanya 25-30 orang. Namun, saat itu benar-benar luar biasa. Sangat berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Peserta yang hadir berasal dari berbagai perumahan yang ada di wilayah Batu Aji, Batam mencapai 90 orang lebih. Aula Rusunawa Fanindo blok C lantai dasar penuh sesak.

Tidak ada firasat apa pun dalam diri panitia maupun peserta. Kegiatan berjalan lancar sejak awal hingga akhir. Ketika acara telah ditutup dengan doa, panitia dan peserta ada kegiatan ramah tamah. Makan nasi liwet bersama yang sengaja disiapkan oleh panitia.

Kebahagiaan dan kebersamaan itu terpancar dalam wajah ceria mereka. Namun, canda dan tawa itu seketika sirna, berganti ketegangan dan ketakutan yang luar biasa.

Satu mobil polisi datang, berhenti tepat di samping aula rusun. Di mana rusun. Rombongan berseragam dinas warna coklat itu langsung menarik atribut (rayah dan Liwa) yang sengaja dipasang panitia di sekeliling dinding.

Aula yang berukuran 12 X 4 M, dengan cat berwarna kuning itu menjadi horor. Tanpa berpikir panjang, peserta berhamburan, segera meninggalkan tempat acara, walaupun mereka belum selesai makan. Beberapa panitia dipanggil oleh salah satu polisi di ruangan sebelah, tepatnya di dekat kantor pengelola rusun.

"Mana ketuanya?" Tanya sosok berbadan gempal, hitam, tinggi besar itu cukup menyeramkan.

"Sebentar Pak, biar kami panggilkan," jawabku dan beberapa orang panitia yang mengenakan seragam batik dengan kerudung merah marun itu bergegas mencari.

Ketika kami mencari Ummu Ayyas, selaku penanggung jawab kegiatan Formusda, polisi masih sibuk mengamankan atribut.

"Simpan, simpan! Untuk tanda bukti," kata salah satu polisi yang masih terlihat sangat muda.

"Apa ini?"  tanya salah satu polisi sambil menunjukkan rayah (bendera hitam bertuliskan kalimat La Illa ha Illa Allah Muhammad Rasulullah).

"Bapak muslim atau bukan?" tanyaku diselimuti rasa kesal dan takut.

"Saya Nasrani," jawabnya singkat.

"Pantesan Bapak tidak paham. Perlu Bapak ketahui, ini adalah bendera kaum muslimin seluruh dunia," sambungku kembali.

"Enggak peduli. Yang kami tahu ini adalah bendera HTI, salah satu organisasi terlarang yang sudah dibubarkan pemerintah. Kalian harus ikut kami ke kantor polisi," katanya sambil menunjukkan atribut itu kepada kami.

Karena panik, aku dan Ummu Ayyas bergegas mencari kunci motor hendak pergi ke kantor polisi. Sementara dari kejauhan, suamiku memanggil.

"Bunda mau ke mana?" tanyanya seolah memberi isyarat larangan.

"Mau ke kantor polisi, Yah," jawabku masih sedikit panik.

"Jangan pergi! Ayah sudah dapat kabar dari bapak-bapak. Informasi ini sudah sampai di LBH Pelita Umat," jelasnya berusaha menenangkan kami.

LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Pelita Umat ini merupakan salah satu lembaga hukum yang siap membantu jika ada aktivis Islam dikriminalisasi oleh rezim anti Islam.

"Jangan kalian pergi kalau tidak ada surat panggilan dari kepolisian! Kalau kalian pergi, sama dengan kalian menyerahkan diri. Seharusnya tadi ditanyakan kepada mereka, ada surat tugas atau tidak," kata suamiku memberikan penjelasan.

"Mereka tidak akan memiliki delik untuk memperkarakan hal ini, yakinlah!" ujar suamiku kembali.

Aku dan Ummu Ayyas masih menyimak penjelasan suamiku dengan sejuta perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kami pun sama sekali tidak terlintas untuk menanyakan surat tugas kepada pihak kepolisian yang datang tersebut.

Suasana rusun benar-benar heboh kala itu. Saat kejadian berlangsung, salah satu Syabab Hidayatullah bernama Aswin Solin, yang merupakan warga rusun, sekaligus pengurus musala, melintasi pos sekuriti, sempat curiga terhadap seseorang terkait kejadian ini. Namun dia tidak tergesa-gesa menyimpulkan.

Kecurigaan itu bukan tanpa dasar. Ketika dirinya pulang dari kampus, ia melihat ada sosok di pos sekuriti dengan senyum sinis. Hal tersebut kemudian diceritakan kepada suamiku selaku pengurus musala rusun. Orang yang tersenyum sinis itu adalah Ke (nama samaran). Entah siapa nama aslinya. Yang jelas warga rusun mengenal dia dengan nama anaknya. Maka Aswin yang melihat gelagat aneh Ke, berpikir bahwa kejadian tersebut ada hubungan dengan Ke

Sebelum kejadian itu, dia memang sudah beberapa kali menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kegiatan pengajian.

Bahkan, dia tidak merasa canggung mendatangi orang-orang yang sedang mengikuti acara Majelis Taklim. Pria yang berambut ikal dan memakai kacamata itu mengatakan bahwa kegiatan pengajian itu mengganggu lingkungan, mengganggu ketenangan dan ketertiban.

Padahal dia juga bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Bukan dari pihak pengelola maupun perangkat RT maupun RW. Dia hanya tim sukses saat pemilihan RT di rusun. Mungkin karena itu dia seolah yang memiliki kendali atas kebijakan rusun.

Di samping itu, dia juga termasuk tim sukses salah satu parpol. Sehingga dia merasa keberadaan aktivis dakwah di rusun itu mengganggu ruang geraknya. Pernah juga beberapa anggota MT mendapatkan teguran dari pihak pengelola, bahwa  tidak boleh lagi mengadakan acara pengajian. Sampai pihak pengelola membuat edaran resmi atas nama Pemko Batam.

Suatu ketika, saat membayar uang sewa rusun, Andi, selaku pihak pengelola rusun menceritakan dengan jujur bahwa adanya peraturan itu karena ada yang keberatan dengan kegiatan pengajian. Hal itu dia ceritakan ke aku karena kita kenal baik dan cukup akrab.

Beberapa hari kemudian, setelah agenda Formusda, di blok sebelah yaitu rusun blok B, ada kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam). Kami juga turut hadir di sana. Sungguh mengejutkan. Pada saat acara sambutan dari pihak kepolisian, ternyata dia mengatakan bahwa kedatangannya ke rusun beberapa waktu lalu itu sebenarnya mereka sendiri tidak paham. Mau apa. Karena mereka mendapatkan laporan dari salah satu warga bahwa ada kegiatan yang meresahkan masyarakat.

"Hach, apa? Gila," teriakku dalam hati saat menyimak sambutan dari pihak kepolisian. Apa karena itu pula sehingga surat panggilan tidak pernah sampai ke tangan kami? Dengan kata lain, tidak pernah ada surat panggilan datang.

Aku dan beberapa temen yang hadir di situ diselimuti rasa kesal dan benci terhadap sosok yang namanya Ke tersebut. Sejak saat itu, aku selalu berdoa. "Ya Allah, hancurkan, luluhlantakkanlah, lumatlah sekali lumat siapa pun mereka yang membenci dan menghalangi dakwah ini, Wahai zat yang maha berkuasa atas segala sesuatu".

Hari berganti hari, kebencian dan tingkah Ke ini semakin menjadi. Sebenarnya di rusun sudah ada musala, namun dia membuat musala tandingan di blok B untuk menarik orang-orang di sekitarnya. Dia ketok dari pintu ke pintu, membuat propaganda untuk memusuhi orang-orang yang tergabung dalam barisan dakwah.

Dia juga melontarkan tuduhan kepada suamiku, ia mengatakan bahwa suamiku banyak menerima dana dari partai. Sayangnya tuduhan itu enggak digubris. Rasa kesal pun menyelimuti diri Ke. Akhirnya dia meminta ini dan itu, seperti kelengkapan dokumen resmi majelis taklim. Termasuk undangan yang disebarkan ke warga harus ada tandatangan RT dan RW.

Menyebalkan bukan? Kami sebagai warga mencoba mengikuti kemauannya. Termasuk mengurus surat izin resmi dari kemenag agar kami memiliki legalitas atas majelis taklim yang ada.

Namun, yang membuat heran. Dia tidak pernah berani menatap wajah kami. Baik aku maupun suamiku. Ketika tidak sengaja bertatap muka, dia langsung menunduk. Jika naik motor, langsung menutup dengan helm.

***

Ke, yang sedari awal bukanlah siapa-siapa, hanya merasa dianggap orang penting karena menjadi tim sukses saat  pemilihan RT. Anehnya beberapa kebijakan rusun banyak disetir olehnya. Seolah-olah dialah yang menjadi RT. Hingga suatu ketika ada bantuan sosial dari pemerintah berupa sembako untuk warga rusun. Ada salah satu teman kami yang tinggal satu blok dengan Pak RT di blok A, sebut saja namanya Fajar.

"Sudah dapat kupon, Pak?" Tanya Pak RT kepada Fajar.

"Kupon apa ya Pak? Kami enggak tahu. Kami juga tidak pernah dapat," jawab Fajar dengan muka datar. 

"Loh?" Muka Pak RT seketika berubah. Satu kata yang diucapkan tadi seolah menyimpan kecewa yang dalam.

Fajar ini adalah suaminya Endang, perempuan yang menjadi ibu susuan Haris (anakku yang keempat). Perempuan yang tutur katanya sangat lembut ini menceritakan kepadaku.

Beberapa hari kemudian beredar kabar di rusun bahwa Pak Z selaku ketua RT sempat adu mulut karena bansos tidak sesuai dengan data yang ada. Ternyata usut demi usut bansos itu hanya untuk gengnya Pak Ke saja.

_Becik ketitik olo ketoro_. Begitulah pepatah jawa. Orang yang baik, kebaikan itu akan kembali kepada diri pelakunya.

***

Beberapa bulan setelah kejadian bansos, warga heboh, uang fardhu kifayah blok A dan blok B hilang entah ke mana. Ke selaku pengurus berdalih sedemikian rupa, memutarbalikkan fakta. Namun warga akhirnya mulai menyadari bahwa kelakuannya tidak baik.

Sikap yang menyebalkan dari Ke ini, lambat laun disadari oleh warga. Karena merasa tidak nyaman lagi tinggal di rusun apalagi satu blok dengan Ke, mereka yang sudah memiliki pemahaman Islam akhirnya pindah dan tersebar di berbagai perumahan.

Bukan hanya warga rusun yang pindah. Pengelola rusun pun ikut keluar karena merasa tertekan. Ia bercerita ke sebagian warga yang aktif ikut Majelis Taklim bahwa merasa serba tidak enak. Kalau dia berbuat baik terhadap kami, merasa tidak enak dengan Ke dan gengnya. Kalau membela Ke, dia melihat dari kami tidak ada yang salah. Selalu menaati peraturan. Akhirnya dia memilih untuk resign dari amanahnya sebagai pengelola rusun.

***

2024.

Meskipun ada saja tantangan dalam dakwah, aku dan suami tidak berhenti untuk terus menyampaikan kebenaran Islam di tengah-tengah umat, termasuk di rusun. Karena sebagian besar anggota MT pindah dari rusun, sehingga MT yang terbentuk di rusun akhirnya bubar dengan sendirinya.

Jiwaku yang sudah terinternalisasi dengan pemikiran Islam, tidak bisa diam. Ketika MT masih berjalan, melalui wadah itu lah pemikiran Islam disampaikan. Namun, ketika  tidak ada MT kegiatan dakwah menjadi vakum.

Akhirnya aku dan dua orang teman membentuk kajian Mutu (Mutiara Umat) mengkaji kitab adab Ta'limu Al Muta'alim dan Kitab Nafsiah sebagai upaya menyampaikan pemikiran Islam. Berawal dari tiga orang yang ikut. Lambat laun kajian semakin ramai. Anggotanya mencapai 30 orang. Bahkan beberapa sudah masuk kajian kitab atau sudah menjadi pelajar yang aku bina secara intensif sepekan sekali.

Dari salah satu pelajar yang aku bina ini bercerita saat momen mutabaah (curhatan masalah apa saja yang ditemui secara santai). Ternyata dahulu pernah tinggal di rusun blok B, satu blok dengan Ke. Benar-benar tidak menyangka. Dia termasuk salah satu korban penipuan yang dilakukan Ke.

Ke ini memang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dia hanya sebagai calo pengurusan dokumen seperti KTP, KK dan lainnya. Pelajarku yang bernama Dian ini menceritakan bahwa dia mengurus KTP lewat Ke, sampai setahun tidak kunjung selesai.

Ternyata, Dian bukan satu-satunya korban. Hanya satu dari sekian banyak korban. Warga yang merasa ditipu, jelas sangat marah dan sakit hati. Akhirnya mereka ramai-ramai mendatangi rumah Ke dan mengusirnya.

Mendengar kabar ini, aku pun langsung sujud syukur. Aku pun menceritakan kabar gembira ini kepada teman-teman yang dahulu pernah menjadi saksi kejahatan Ke. Mereka pun langsung mengucapkan hamdalah dengan senyum lebar. Doa-doa kami diijabah.

Orang yang membenci pengajian itu pun telah Allah SWT hinakan di dunia. Hingga tulisan ini dibuat, polisi juga tidak pernah lagi datang ke rusun. Surat panggilan yang katanya mau dibuat juga tidak pernah sampai di tangan kita. Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimmusshalihat.

SELESAI

Oleh: L. Nur Salamah, Sahabat Feature News

Senin, 04 November 2024

Pemakaman Wali Palsu Itu Akhirnya Dibongkar

Tinta Media - Setelah lebih dari dua tahun eksis, sejak tahun 2022 menjadi tempat wisata religi dan tempat ziarah bagi masyarakat umum, akhirnya pada Rabu, 28 Agustus 2024, sejumlah 78 makam dan nisan yang sebelumnya diduga sebagai pemakaman ulama atau wali palsu itu pun dibongkar oleh warga sekitar.

Dengan menggunakan alat cungkil linggis dan perkakas manual lainnya, makam yang terletak di tepi sungai kawasan perbatasan Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang belakangan dikenal dengan nama Makam Kali Cuthang itu dibongkar warga atas dukungan pemerintah setempat.

Camat Wadaslintang, Ardian Indra Saputra selaku pemerintah setempat memastikan, bahwa pihaknya bersama tim yang terdiri dari tokoh dan warga telah melakukan tindakan pembongkaran pemakaman tersebut lantaran ada banyaknya laporan yang masuk dari warga sekitar, bahwa 78 makam dan nisan yang disebut-sebut sebagai makam ulama dan wali yang berada dalam satu kompleks pemakaman tersebut adalah palsu karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.

Arga Balarama, salah satu anggota tim penelusur sekaligus tim pembongkar yang terlibat dalam pembongkaran menyampaikan, jauh hari sebelum pembongkaran dilakukan, tim telah lebih dahulu melakukan serangkaian penelusuran fakta, tetapi tim tidak menemukan bukti pendukung bahwa di wilayah tersebut pada masa lalunya pernah ditempati atau dijadikan sebagai makam ulama atau wali.

"Awalnya area yang dijadikan pemakaman ulama atau wali palsu itu merupakan sebuah lahan kosong atau endapan sungai yang dimanfaatkan warga sebagai kolam ikan dengan jumlah 24 petak kolam, namun kemudian pada tahun 2022 muncullah 78 makam di area itu yang diklaim beberapa oknum sebagai makam ulama atau wali,” ungkap Arga memberikan kesaksiannya dalam program "Apa Kabar Indonesia Pagi (AKIP)" yang disiarkan tvOne secara langsung melalui YouTube, pada Selasa, 3 September 2024.

Pemakaman seluas 500 meter persegi yang berlokasi tidak jauh dari salah satu wisata andalan Kabupaten Wonosobo, Waduk Wadaslintang itu, sebelumnya juga sempat akan dijadikan cagar budaya yang dianggap bernilai sejarah. Akan tetapi, untuk membuktikan kebenaran bahwa pemakaman itu benar-benar makam ulama atau wali yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka ketika itu harus dilakukan penelusuran ulang. Berawal dari sinilah pemerintah daerah (pemda) setempat kemudian membuat tim penelusur di tingkat desa.

Dalam proses penelusuran, tim ternyata menemukan ketidaksesuaian data antara jumlah makam dengan nama-nama yang tercantum di area pemakaman. Tidak ada sumber silsilah yang jelas terkait nama-nama tersebut. Dan waktu pemakaman ulama atau wali yang dimaksud juga tidak dapat dipastikan.

Tim penelusur juga tidak menemukan artefak, catatan sejarah atau dokumen kuno yang bisa mendukung klaim bahwa makam-makam tersebut merupakan situs cagar budaya.

Sebagai bukti penguat, tim pernah melakukan audiensi dengan masyarakat pada Maret 2023 sampai tingkat kabupaten. Di dalam audiensi tersebut terbukti bahwa makam-makam itu tidak bisa dikatakan sebagai makam ulama atau wali asli.

Tak hanya berhenti sampai di situ, bahkan sebelum melakukan pembongkaran, tim sempat berkonsultasi dengan instansi terkait dan ahli sejarah yang menghasilkan kesimpulan bahwa Makam Kali Cuthang tersebut tidak dapat diakui sebagai penemuan bersejarah yang sah, karena tidak didukung oleh kajian ilmiah.

Pemberian rekomendasi perizinan yang pernah diberikan dari beberapa tokoh yang tinggal di sekitar lokasi hanyalah didasarkan pada informasi yang tidak lengkap. Bahkan setelah keaslian makam itu diragukan, kemudian ada beberapa tokoh yang meminta agar nama mereka dicabut dari daftar pemberi rekomendasi.

Hingga puncaknya, pada Rabu, 28 Agustus 2024, tim yang terdiri dari pihak Komando Rayon Militer (Koramil) Wadaslintang dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), beserta beberapa tokoh warga sekitar pun mendatangi lokasi pemakaman untuk melakukan pembongkaran.

Setelah dilakukan pembongkaran, hasilnya ternyata tim tidak menemukan adanya jasad selayaknya pemakaman. Tidak ada satu jasad pun yang terbukti secara arkeologi. Yang ada di beberapa titik tempat makam dan nisan yang dibongkar adalah hanyalah sisa-sisa peralatan pemancingan.

Kini pemakaman ulama atau wali palsu itu telah dibongkar. Tidak ada lagi orang yang berkunjung untuk berwisata religi dan berziarah ke sana.

Dan dengan dilakukannya pembongkaran makam ulama atau wali palsu itu, warga dan pemerintah setempat berharap, agar tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban komersialisasi atau penipuan bermotif ekonomi melalui embel-embel dan iming-iming pemakaman yang bisa mendatangkan berkah. Karena diketahui pada saat pembongkaran dilakukan, di lokasi pemakaman juga terdapat kotak amal sebagai alat untuk mengumpulkan uang dari para pengunjung atau peziarah.

Warga dan pemerintah juga berharap, pembongkaran makam ulama atau palsu itu dapat mencegah dari pembelokan sejarah dan penyesatan yang membahayakan akidah umat Islam.

Hanya saja pasca terjadinya peristiwa pembongkaran, disinyalir masih ada yang merasa tidak rela atas pembongkaran makam tersebut dengan cara menebar teror.

Isu ancaman pembunuhan dengan cara santet yang akan mengenai para pelaku pembongkaran tersebar di telinga warga sekitar.

Namun sayangnya, sampai saat ini oknum-oknum yang membuat makam ulama dan wali palsu tersebut telah melarikan diri entah ke mana, sehingga tidak dapat dimintai keterangan dan pertanggungjawaban.[]

[Muhar, Sahabat Tinta Media/Peserta Pelatihan Feature News, Jumat, 13/9/2024]

Setelah Mendengar Pemaparan Materi, Tertarik untuk Mengkaji

Tinta Media - "Pengajiannya ini sebulan sekali atau seminggu sekali? Kalau seminggu sekali di mana tempatnya?" Salah satu pertanyaan dari peserta yang duduk di barisan paling depan kepada panitia setelah mendengarkan pemaparan materi yang disampaikan oleh Ustazah Fatimah.

***

Setiap Ahad pekan keempat merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh Formusda (Forum Muslimah Perindu Surga) bekerja sama dengan Majelis Taklim di beberapa perumahan wilayah Batu Aji, Batam.

Formusda adalah sebuah komunitas dakwah yang terdiri dari Muslimah yang memiliki tujuan _li isti’nafil hayatil Islam_ (melanjutkan kehidupan Islam). Adapun aktivitasnya adalah melakukan penyadaran di tengah-tengah masyarakat melalui dakwah _fikriyah_ (pemikiran) bahwa Islam bukan sekadar ibadah ritual semata, namun Islam merupakan akidah yang memancarkan segenap aturan dalam seluruh aspek kehidupan.

Bulan September 2024, Hari Ahad, bertepatan dengan tanggal 22, kegiatan Formusda terselenggara di Masjid Fisabilillah, Perumahan Gesya Eternal Marina.

Masjid yang tidak begitu besar, hanya berukuran 8 X 8 M, dengan cat warna hijau itu dipenuhi peserta yang datang dari berbagai perumahan, seperti: Perumahan Taman Kota Mas Marina, Perumahan Permata Laguna, Marina Green dan lain sebagainya.

Seperti biasa, acara Formusda ini berlangsung selama dua jam. Di mulai tepat pukul 09.00 WIB. Namun, antusiasme peserta baru terlihat ketika materi disampaikan.

"Ibu-ibu cinta gak sama suaminya?" Tanya pemateri yang suka dipanggil Teteh Fatimah ini kepada peserta.

"Cinta...," jawaban peserta disertai gelak tawa peserta.

"Suaminya cinta nggak?" Teteh melanjutkan pertanyaan.

Jawaban dari peserta tidaklah sama, seperti rasa permen yang beraneka macam rasa. Ada yang menjawab 'cinta' ada yang menjawab 'nggak tahu' ada yang hanya tertawa penuh makna.

Pertanyaan itu dilontarkan oleh pemateri bukan untuk melawak atau membuat lelucon. Namun ada hal penting yang ingin disampaikan dengan analogi.

"Oke, kita lanjutkan ibu-ibu. Saya izin sambil berdiri ya," ucap Teteh ketika hendak menjelaskan inti materi.

Karena masih dalam suasana Maulid, Teteh menjelaskan kepada peserta bahwa fenomena peringatan Maulid Nabi tak ubahnya hanya sebatas ritual tahunan yang tidak membawa dampak apa pun terhadap kaum muslimin dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap dan perilaku mereka yang mengaku muslim saat ini jauh, bahkan bertolak belakang dari apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.

"Lantas, di mana bukti cinta itu?" tanya Teteh kepada peserta.

"Cinta kepada Rasulullah sama dengan cinta kepada Allah. Wujud mahabbah (cinta) kepada Allah Swt. itu beralamat yakni taat. Wujud mahabbah (cinta) kepada Allah Swt. itu bersyarat yakni ittiba (mengikuti)," ucap wanita yang kini berusia 38 tahun itu menerangkan dengan gamblang.

Meskipun materi yang disampaikan sangat berbobot, wanita yang cukup menguasai tsaqofah keislaman ini mampu mengemas dengan bahasa yang ringan dan santai. Sehingga peserta yang notabene adalah ibu-ibu rumah tangga dengan mudah memahaminya.

Sebagai selingan sekaligus menguatkan fakta, pemateri menayangkan beberapa video singkat tentang kasus pembunuhan, pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar SMP,  pengangguran dan badai PHK.

Hal itu disampaikan oleh pemateri sebagai bukti bahwa kehidupan kita saat ini sedang tidak baik-baik saja. Diakui atau tidak itu bagian dari akibat tidak taat kepada Allah Swt. dan tidak mengikuti/ meneladani Rasulullah saw. 

Kemudian Teteh mengutip ayat Al-Qur'an surah Taha ayat 124, yang artinya, "Dan barang siapa berpaling dari peringatanku, maka sungguh baginya adalah kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

"Maka, jika mengaku cinta kepada Rasulullah saw. seharusnya mengikuti dan meneladani dalam seluruh aspek kehidupan. Mulai dari yang terkecil sampai yang besar, mulai dari masuk kamar mandi sampai urusan politik dan bernegara. Karena Rasulullah saw. adalah sebaik-baik teladan dan sebaik-baik pemimpin. Namun, kenyataan saat ini, aturan yang dipakai masyarakat dan diterapkan oleh negara bukanlah aturan Islam sebagaimana yang diterapkan Rasulullah. Maka wajar jika kehidupan kita saat  terasa menyesakkan dada," terang Teteh.

Kemudian pemateri memberikan penekanan kepada seluruh peserta, jika ingin kehidupan ini berubah, tidak ada cara lain kecuali dengan mengikuti Rasulullah saw. dalam bernegara, menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan melalui institusi yang bernama Khilafah.

"Mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan, mohon maaf jika ada kekurangan. Saya kembalikan ke MC," ujar Teteh di akhir penyampaian.

Dari aura yang terpancar, 50 lebih peserta hari itu terpuaskan dengan penjelasan yang disampaikan.

Acara belum selesai, masih ada beberapa rangkaian acara seperti: ice breaking, diskusi,  pembagian door prize, dan doa penutup. Tepat pukul 11.00 WIB, acara ditutup oleh MC dan foto bersama antara panitia pelaksana dan peserta.

Setelah foto bersama, sebagian peserta langsung meninggalkan masjid menuju rumah mereka masing-masing, ada juga beberapa yang menemui panitia untuk menanyakan beberapa hal.

"Pengajiannya ini sebulan sekali atau seminggu sekali? Kalau seminggu sekali di mana tempatnya?" Salah satu pertanyaan dari peserta yang duduk di barisan paling depan kepada panitia setelah mendengarkan pemaparan materi yang disampaikan oleh Ustazah Fatimah.

"Ada yang seminggu sekali ada yang sebulan sekali, Bu. Jika Ibu ingin bergabung, boleh Bu. Silakan hubungi panitia," kata salah satu panitia Formusda.

Untuk selanjutnya orang-orang yang tertarik untuk mengikuti kajian rutin akan ditindaklanjuti oleh panitia. Panitia berharap semoga orang-orang yang hadir di acara tersebut tercerahkan dan semangat untuk mengkaji Islam dan berjuang bersama mewujudkan tegaknya Islam Kaffah dalam bingkai khilafah.

Selesai

Oleh: L. Nur Salamah, Sahabat Feature News

Kamis, 10 Oktober 2024

Peringatan Darurat ketika Wakil Rakyat Berkhianat


Tinta Media - Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Senayan, Jakarta, mulai didatangi masyarakat dari berbagai kalangan pada Kamis pagi, 22 Agustus 2024. Massa bergerak setelah ramai unggahan dengan tagar "Kawal Putusan MK" dan "Peringatan Darurat", disertai gambar Garuda Pancasila berlatar biru pada Rabu (21-8-2024) malam. Masyarakat menduga akan ada keputusan wakil rakyat yang menghianatinya sehingga perlu adanya peringatan darurat.

.

“Untuk beberapa hari ke depan sebaiknya masyarakat tetap mengawal baik secara _riil_ di lapangan atau di sosial media karena kita sudah punya pengalaman sebelumnya, banyak Undang-Undang yang disahkan diam-diam,” jelas peserta demo Diva Robiah kepada wartawan yang meliput aksi tersebut.

Setelah memberikan pernyataan tersebut, remaja yang mengenakan jaket dan masker tersebut lantas berbaur dengan teman-temannya sambil membawa poster besar. Beberapa peserta memperlihatkan poster kepada wartawan yang terus mengambil gambar untuk mendapatkan angle terbaiknya.

Suasana semakin panas, tetapi tak menyurutkan semangat peserta aksi yang datang dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, akademisi, aktivis prodemokrasi, artis, seniman, komika, masyarakat umum, bahkan juga beberapa orang yang menggunakan baju atau seragam partai tertentu dan lainnya. Seolah dikomando, mereka mendatangi Gedung DPR-RI dengan wajah geram menahan amarah karena merasa dikhianati orang-orang yang mengaku wakil rakyat tapi akan memberikan keputusan yang menguntungkan pihak tertentu.

.

Sekitar pukul 10:55 peserta aksi semakin memadati bagian samping hingga belakang Gedung DPR-RI. Suara riuh dengan berbagai orasi dan pekikan massa semakin keras. Sesekali terdengar pekik peserta: “Dewan penghianat rakyat!”

Teriakan peserta aksi yang terus menerus itulah mungkin yang membuat Achmad Baidowi alias Awiek dan Habib keluar Gedung DPR-RI. Ketua DPR beserta Anggota DPR dari Fraksi Gerindra tersebut langsung naik ke atas mobil komando disertai Ketua Umum Partai Buruh Said Iqbal. “Tidak ada pengesahan RUU Pilkada!” tegas Awiek beberapa kali di depan para peserta aksi.

Pernyataan Awiek ternyata tidak terlalu dihiraukan pendemo. Peserta aksi khawatir DPR akan mengesahkan revisi Undang-Undang Pilkada secara diam-diam sehingga mereka melempari keduanya dengan botol minuman. Sontak keduanya kembali masuk ke dalam gedung diikuti kejaran beberapa peserta aksi.

Tak hanya orasi dan pekik peserta, seperti menjadi kebiasaan ketika aksi demonstrasi, ada pembakaran ban sebagai bentuk protes. Bahkan sekitar pukul 13:00 WIB, beberapa peserta aksi mulai menaiki gerbang DPR dan merusak besi runcing yang ada di atasnya. Besi-besi pagar pun mulai berusaha dirusak. Begitu kuatnya peserta aksi mendorong dan mengguncang besi-besi yang menjadi banteng gedung DPR hingga akhirnya jebol juga.

Melihat hal itu, polisi semakin berusaha menghadang agar peserta tidak masuk ke dalam pagar. Namun beberapa orang akhirnya tetap memasuki halaman gedung, sedangkan yang lainnya melempar batu ke arah petugas. Tentu saja petugas melakukan perlindungan dengan meletakkan tameng di atas kepala mereka.

.

Pengkhianat Lain

Tidak hanya anggota dewan, aparat yang bertugas menjaga jalannya aksi ternyata juga bertindak keras. Iqbal Ramadhan, Asisten Pengacara Publik LBH Jakarta sekaligus putra penyanyi Machica Mochtar yang menjadi korban kekerasan aparat dalam unjuk rasa tersebut.

.

Iqbal yang masuk ke halaman karena khawatir melihat temannya di dalam. Namun, ternyata dia justru terjebak pada situasi lempar batu dari peserta aksi hingga ia berinisiatif mendekati ĵ untuk minta tolong.

.

“Pak, tolong saya dong! Saya mau keluar, saya takut kena lemparan batu,” pintanya kepada aparat yang ada.

.

Alih-alih ditolong, ia hanya disuruh diam di tempatnya dan tidak lama rambutnya ditarik seorang oknum aparat lainnya sambil menyuruhnya jongkok serta melepas celana. Tak cukup di situ, aparat tersebut menendang kepalanya dengan sepatu. Darah pun terlihat keluar dari hidung Iqbal.

.

“Jangan pakai kekerasan dong!” ronta Iqbal dengan wajah nyengir dan matanya berkedip-kedip menahan rasa sakit.

.

Tanpa memedulikan permintaan Iqbal, aparat justru memintanya berjalan jongkok menuju ruangan di dalam gedung DPR dengan melakukan beberapa kali pemukulan.

.

Iqbal merasa sedikit trauma dengan kejadian tersebut, kendati demikian ia akan terus berjuang mengawal keputusan DPR.

.

Tanggapan Masyarakat

Media massa dan elektronik melaporkan aksi demonstrasi "Peringatan Darurat" secara langsung maupun ulang. Maka wajar hal ini menjadi bahan pembicaraan masyarakat, baik dari kalangan tokoh maupun rakyat biasa. Beberapa kanal YouTube juga membahas hal ini. Sebut saja MMH (Muslimah Media Hub) di rubrik The Topics, narator menyebutkan penyebab demo adalah pemerintah dan DPR dianggap melakukan akrobat politik yang hanya dalam waktu sehari setelah putusan MK, mereka menganulir putusan tersebut melalui revisi Undang-undang Pilkada.

.

Akrobat politik inilah menurut narator tersebut yang memicu aksi masyarakat mengadakan demonstrasi dan itu menunjukkan masyarakat masih hidup, sadar keburukan yang terjadi serta mau mengambil sikap. Namun, menurutnya lebih baik lagi jika masyarakat menyadari bahwa realitas buruk ini sejatinya bukan hanya berbicara mengenai akrobat politik DPR dan pemerintah, lebih dari itu sebenarnya memang satu keniscayaan dalam sistem kapitalisme.

Tidak jauh beda dengan narator di kanal MMH tentang akrobat politik, Bu Yuli, seorang ibu rumah tangga yang menyaksikan berita di televisi juga berkomentar dan diungkapkan kepada anaknya, Ratih yang sedang duduk di sebelahnya.

“Dasar! Cari masalah saja, maunya Indonesia dikuasai sendiri dengan menjadikan anak-anaknya, keluarganya bisa menjabat dan berkuasa dengan berbagai cara! Kapok didemo, berkhianat sih!” ucapnya dengan nada tinggi penuh kejengkelan dengan ulah pemerintah.[]

Oleh: Raras, Reporter Tinta Media

29 Agustus 2024

Selasa, 08 Oktober 2024

Kebiadaban Itu Terorganisir dengan Baik!

Tinta Media -"Kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik, akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dengan baik. Pepatah dari Khalifah Ali bin Abi Thalib itu menemukan kebenarannya pada realitas bagaimana Zionis Yahudi bisa mendirikan negara. Biadab! Tetapi terorganisir dengan baik sehingga negara Yahudi berdiri.

Adalah Theodor Herzl (1860-1904) seorang Yahudi Hongaria berkeinginan membangun negara sendiri yang dianggap menjadi solusi bagi masa depan Yahudi agar memiliki pemerintahan sendiri. Dengan pemerintahan sendiri itu antisemitisme yang sudah bertahun-tahun dirasakan Yahudi bisa dihindari.

Gagasan itu tertuang dalam bukunya yang berjudul _Der Judenstaat_ (Negara Yahudi). Pada awalnya banyak orang Yahudi yang menganggap gagasan Herzl utopia. Mereka juga tidak mendukung gerakan Zionisme yang saat itu sudah diusahakan Herzl dan teman-temannya.

"If you will it, it is not dream, but if you do not will it, a dream it is, and a dream it will stay (Jika Anda mau [mendirikan negara Yahudi], ini bukanlah mimpi, tapi jika Anda tidak mau, ya ini hanyalah mimpi, dan mimpi tinggallah mimpi),” tulis Herzl saat banyak orang menganggap idenya utopia.

Faktanya, hanya setengah abad setelah buku itu ditulis, David Ben-Gurion anak ideologis Herzl berhasil mendeklarasikan negara Yahudi tepatnya pada 14 Mei 1948.

 

Berdirinya negara Yahudi dalam waktu relatif singkat tidak lepas dari cara licik  yang digunakan hingga negara itu berdiri.

Perang Dunia Pertama menjadi gerbang bagi Zionis Yahudi membayangkan cita-cita mendirikan negara akan terwujud ketika Inggris yang saat itu menjadi negara adidaya membantu mengakomodir proses migrasi besar-besaran Yahudi Eropa ke wilayah Palestina, satu tempat yang dicatat Herzl bahwa kelak akan menjadi negara Yahudi yang mengalami masa keemasan.

Hasil Perang Dunia Pertama memungkinkan Yahudi bergerak maju  dalam proyek pembangunan negara di bawah perlindungan negara-negara Eropa. Perlindungan itu tampak dalam deklarasi Balfour saat Menteri Luar Negeri Inggris Lord Balfour mengeluarkan surat yang ditujukan kepada, pemimpin Gerakan Zionis Lord Rothchild.

“Pemerintah Yang Mulia mendukung pendirian rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina, dan akan melakukan upaya terbaiknya untuk memfasilitasi pencapaian tujuan ini….,” demikian bunyi penggalan surat itu.

Maka saat Palestina di bawah mandat Inggris (1922), Inggris terus memberi kesempatan kepada Yahudi di luar Palestina untuk melakukan migrasi ke wilayah Palestina. Dengan migrasi besar-besaran ini, pada 1946 populasi Yahudi di Palestina telah mencapai 31% dari keseluruhan jumlah penduduk.

Secara internal, Yahudi juga melakukan segala upaya, merapikan segala usaha dengan menyiapkan perekonomian, para militer, dan rencana yang tertata rapi agar cita-cita mendirikan negara terwujud.

Diantara  usaha itu adalah melibatkan Organisasi Zionis Dunia. Organisasi ini  banyak membantu pendanaan migrasi ke Palestina, juga membantu mendirikan Jewish Agency yang bertindak sebagai bentuk pemerintahan bagi orang Yahudi di Palestina.

_Jewish Agency_ membantu membangun bank, sistem pelayanan kesehatan, sekolah, dan lembaga lain yang membantu menampung populasi Yahudi yang terus bertambah di wilayah tersebut.

Organisasi lain seperti _Histadrut_ (Federasi Buruh Yahudi) juga berusaha mengembangkan berbagai bisnis Yahudi, mendorong pertumbuhan _kibbutzim_ yaitu pertanian yang dimiliki dan dioperasikan secara kolektif yang menjadi basis pertanian Yahudi.

_Histadrut_ juga mengembangkan kekuatan pertahanan Yahudi yang disebut _Haganah_ (cikal bakal IDF sekarang). Haganah berkembang menjadi kekuatan paramiliter bersenjata yang terlatih dengan baik. Ada juga kekuatan militer lain yang disebut _Irgun Zvai Leumi_ atau disingkat _Irgun_.

Ethnic Cleansing

Selain dukungan internasional, persiapan materi, Yahudi juga menyusun skenario jahat dalam upaya mendirikan negara yaitu skenario pembersihan etnis (_ethnic cleansing_). Pembersihan etnis dilakukan dengan cara menguasai suatu wilayah, membunuh, atau mengusir penduduknya serta mengambil seluruh harta kekayaannya.

Skenario ini tercantum dalam Rencana Dalet (D). Rencana  Dalet (bahasa Ibrani) adalah rencana yang telah disempurnakan dari rencana-rencana sebelumnya yaitu rencana Aleph (A), Beth (B) dan Gimmel (C).

Rencana A, adalah rencana awal untuk menduduki Palestina yang dirumuskan oleh komandan Haganah yang bertugas di Tel Aviv 1937. Rencana A dilakukan, kemudian disempurnakan dengan rencana B pada September 1945, dan pada 1946 disempurnakan lagi dengan rencana C.

Rencana C intinya mengatur strategi penyerangan, cara menyerang, target menyerang, lokasi yang harus diduduki, siapa saja yang harus ditangkap dan dijadikan tawanan, serta strategi _Haganah_   meneror masyarakat Palestina agar mereka takut dengan pasukan _Haganah_ dan _Irgun_.

Ilan Pappe dalam bukunya _The Ethnic Cleansing of Palestine_ (2007) menyebut pembantaian adalah bagian dari strategi pembersihan etnis secara sistematis yang diadopsi oleh para politikus dan komandan Yahudi untuk mengusir penduduk Arab Palestina dari wilayah yang mereka impikan untuk menjadi negara Yahudi.

Siang itu,  (9-4-1948) 120 milisi dari _Irgun_ menyerbu Deir Yassin (salah satu desa di Palestina). Penduduk desa yang terkejut dan ketakutan mencoba melarikan diri, namun milisi Yahudi menghalangi dan menembaki.

“Seorang pria [menembak] peluru ke leher saudara perempuan saya, Salhiyeh, yang sedang hamil sembilan bulan,” kenang Haleem Eid, salah satu warga desa yang selamat dari peristiwa itu.

“Penduduk desa yang tersisa kemudian dikumpulkan di satu tempat dan dibunuh dengan darah dingin. Tubuh mereka dianiaya sementara sejumlah perempuan diperkosa kemudian dibunuh,” tulis Pappe.

Deir Yassin hancur berantakan. Rumah-rumah, masjid, sekolah, dibakar. Penduduk desa yang selamat hanya bisa menyaksikan kehancuran.

Pembantaian Deir Yassin dipimpin oleh Menachem Begin yang kelak menjadi Perdana Menteri Yahudi (1977-1983).

“….Tanpa Der Yassin tidak akan ada Israel,” tutur Begin tanpa rasa bersalah setelah melakukan pembantaian

Demikianlah, sekitar 400 kota dan desa di Palestina mengalami nasib yang tidak jauh berbeda dengan Deir Yassin.

Deklarasi

Yahudi memang selalu memanfaatkan peluang apapun untuk meraih impiannya. Saat PBB mengeluarkan resolusi 181 dan Inggris merencanakan mundur dari Mandat Palestina, Yahudi mengambil peluang emas  (1947) itu.

Sehari sebelum mundurnya Inggris dari wilayah Palestina, di Tel Aviv David Ben-Gurion mengundang Badan Persiapan Kemerdekaan untuk menandatangani kemerdekaan Zionis Yahudi yang akan dibacakan jam 4 sore waktu setempat.

Zionis mampu memperhitungkan momen yang tepat dengan mencuri star mendeklarasikan kemerdekaan pada 14 Mei 1948 tepat sehari sebelum PBB mengumumkan mundurnya Inggris per 15 Mei 1948, sehingga saat Palestina kosong negara Zionis sudah berdiri.

Beberapa menit setelah Ben-Gurion mendeklarasikan kemerdekaan, Presiden Amerika Serikat  Harry S. Truman secara defacto langsung mengakui berdirinya negara Yahudi, sehingga Yahudi menjadi negara berdaulat.

Yahudi terus mengamankan wilayahnya dengan mengaktualisasikan rencana D. Tujuannya lebih spesifik yaitu mengontrol daerah-daerah yang diberikan PBB untuk Yahudi dan daerah-daerah di luar batas Resolusi 181 yang sudah menjadi pemukiman Yahudi serta menyiapkan pasukan untuk mengantisipasi invasi tentara Arab.

Ya.. melalui Resolusi 181 PBB memang telah membagi wilayah Palestina menjadi tiga wilayah. Zionis  Yahudi 56%, Palestina 44% , dan Yerusalem menjadi wilayah internasional. Resolusi ini disetujui oleh 33 negara anggota.

Akhirnya Yahudi menguasai 78% wilayah Palestina yang dirampok dari ratusan kota dan desa, serta mengakibatnya sedikitnya 750.000 penduduk Palestina telah diusir, sekitar 150.000 tetap berada di wilayah Yahudi dan kemudian menjadi warga negara kelas rendah sampai hari ini.

Dengan demikian lebih dari 78% penduduk Palestina kehilangan wilayah dan menjadi wilayah Yahudi. Tanah, bangunan, bisnis, perkebunan, dan rekening bank, yang ditinggalkan oleh para pengungsi tidak bisa diambil lagi tetapi diambil alih Yahudi tanpa kompensasi.

Pembersihan etnis itu terus berlangsung hingga kini. Sejak 7 Oktober 2023  lalu Yahudi kembali melakukan genosida. Hingga September 2024 ini, korban tewas sudah mencapai 41.495 jiwa yang sebagian besar mereka adalah perempuan dan anak-anak. Puluhan  ribu terluka, dan 72% dari seluruh bangunan sekolah, rumah sakit, perdagangan, tempat tinggal, warga Palestina dihancurkan.

Tidak sampai di situ, Yahudi  sangat menyadari bahwa negaranya tegak di atas politik imperialisme yang jahat. Karenanya politik paling utama Zionis Yahudi adalah mengamankan negaranya dari serangan luar, dan bisa menyerang musuhnya di mana pun berada.

Tidak heran, riset militer menjadi prioritas utama. Diantara kecanggihan hasil riset teknologinya adalah robot _artificial intelligence_ yang digunakan untuk menyerang ilmuwan nuklir utama di Iran 2020 lalu hingga tewas.

Terbaru,  pertengahan September 2024 lalu Yahudi telah menyabotase ribuan alat komunikasi nirkabel milik Hizbullah sehingga  ratusan pager dan walkie-talkie meledak, menewaskan 37 orang dan ratusan orang terluka.

Jika  Yahudi sanggup mengerahkan seluruh daya upaya yang dimiliki untuk  mengejar cita-cita batil kemudian berhasil, lalu belum tiba saatnya kah umat Islam bersatu mewujudkan cita-cita agung di bawah bimbingan wahyu untuk menegakkan negara khilafah sebagai junnah agar umat terbebas dari penjajah?

Rancaekek, 01102024/IA


Sumber tulisan:

1. Septian AW. Mengerti Palestina, ILKI

2. Short Course Sejarah Nakba sesi 2, September 2024

3. Dan sumber-sumber lain.


Oleh: Irianti Aminatun, Sahabat Feature News

Sabtu, 05 Oktober 2024

𝐔𝐋𝐀𝐌𝐀 𝐃𝐀𝐍 𝐒𝐀𝐍𝐓𝐑𝐈 𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐒𝐘𝐔𝐇𝐀𝐃𝐀 𝐊𝐄𝐊𝐄𝐉𝐀𝐌𝐀𝐍 𝐏𝐊𝐈

Tinta Media - Wajah buruk cermin dibelah. Tak puas membelah, para ulama dan santri pun diberi tulah. Begitulah pepatah baru untuk menggambarkan betapa nistanya peristiwa pemberontakan PKI di Madiun pada 1948 yang diabadikan dalam sejarah.
.
Pembelahan cermin atau pemberontakan, diawali dengan jatuhnya kabinet RI yang pada waktu itu dipimpin oleh Amir Sjarifuddin Harahap (murtadin yang masuk Kristen pada 1931) karena kabinetnya tidak mendapat dukungan lagi sejak disepakatinya Perjanjian Renville yang difasilitasi⅞ negara kapitalis Amerika Serikat. Lalu dibentuklah kabinet baru dengan Mohammad Hatta sebagai perdana menteri, namun Amir beserta kelompok-kelompok sayap kiri lainnya tidak setuju dengan pergantian kabinet tersebut. Maka, mereka melakukan konsolidasi, salah satunya dengan mengadakan sidang Politbiro PKI. 
.
Dalam sidang Politbiro PKI pada tanggal 13-14 Agustus 1948, Munawar Muso (Paul Musotte/Muso) ---seorang tokoh komunis yang lama tinggal di Uni Soviet (sekarang Rusia)  dan baru kembali ke Indonesia pada 11 Agustus 1948--- ini menjelaskan tentang “pekerjaan dan kesalahan partai dalam dasar organisasi dan politik” dan menawarkan gagasan yang disebutnya “Jalan Baru untuk Republik Indonesia”. 
.
Muso menghendaki satu partai kelas buruh dengan memakai nama yang bersejarah, yakni Partai Komunis Indonesia (PKI). Untuk itu harus dilakukan fusi tiga partai yang beraliran Marxisme-Leninisme: PKI ilegal, Partai Buruh Indonesia (PBI), dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). PKI hasil fusi ini akan memimpin revolusi proletariat untuk mendirikan sebuah pemerintahan yang disebut "Komite Front Nasional".
.
Selanjutnya, Muso menggelar rapat raksasa di Yogya. Di sini dia melontarkan pentingnya kabinet presidensial diganti jadi kabinet front persatuan. Muso juga menyerukan kerja sama internasional, terutama dengan Uni Soviet, untuk mematahkan blokade negara kapitalis Belanda. --- Ia yang jadi pemimpin pergerakan komunis sejak 1920 di Batavia (sekarang Jakarta) pernah memimpin pemberontakan terhadap kapitalis Belanda di Batavia pada November 1926 namun dengan mudah berhasil dipatahkan oleh kapitalis Belanda. Setelah keluar penjara Muso pun pindah ke Rusia---. 
.
Untuk menyebarkan paham sesatnya, PKI berencana untuk menguasai daerah-daerah yang dianggap strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu Solo, Madiun, Magetan, Kediri, Jombang, Bojonegoro, Cepu, Purwodadi, Wonosobo, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Ngawi, Purwantoro, Blora, Pati, dan Kudus.
.
Penguasaan itu dilakukan dengan agitasi, demonstrasi, dan aksi-aksi pengacauan lainnya. Tujuannya untuk mendirikan Republik Soviet Indonesia  dan menjadikan Dungus Madiun sebagai ibu kota, Muso presiden dan Amir Sjarifuddin sebagai perdana menterinya. 
.
Namun tentu saja paham komunis dan sosialis yang terpancar dari akidah ateis mendapat penentangan keras dari para ulama dan santri yang istiqamah dengan akidah tauhid dan syariat Islamnya.
.
𝐔𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐃𝐢𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐓𝐮𝐥𝐚𝐡 
.
Meski ulama dan santri tidak bersalah, justru tindakan mereka untuk menyadarkan umat akan kekufuran ideologi komunis adalah kebenaran yang memang wajib disampaikan, PKI pun berupaya menulahi dengan meneror, menculik dan membunuhi para ulama, santri dan juga para aparat yang dilakukan secara serentak pada September 1948. 
.
Sedikitnya ada sekitar 114 ulama, santri dan juga aparat setempat diculik, disiksa lalu diseret dan jebloskan ke dalam beberapa sumur tua yang ada di tengah perkebunan tebu di Magetan, kabupaten yang berbatasan dengan Madiun. Mereka diantar ke lokasi eksekusi dengan cara diangkut dengan gerbong lori yang biasa digunakan untuk mengangkut tebu.
.
Para ulama yang insyaallah syahid di antaranya adalah KH Imam Shofwan. Pengasuh Pesantren Thoriqussu'ada Rejosari, Madiun. KH Shofwan dikubur hidup-hidup di dalam sumur tersebut setelah disiksa berkali-kali. 
.
Bahkan, ketika dimasukkan ke dalam sumur, KH Imam Shofwan sempat mengumandangkan azan. Dua putra KH Imam Shofwan, yakni Kiai Zubeir dan Kiai Bawani, juga menjadi korban dan dikubur hidup-hidup secara bersama-sama.
.
Selain itu, beberapa syuhada lainnya ---insyaallah-- adalah keluarga Pesantren Sabilil Mutaqin (PSM) Takeran. Mereka adalah guru Hadi Addaba' dan Imam Faham dari Pesantren Sabilil Muttaqin, Takeran. Imam Faham adalah adik dari Muhammad Suhud, paman dari mantan mendiang ketua DPR M Kharis Suhud. Selain perwira militer, pejabat daerah, wartawan, politisi pun ikut menjadi korbannya.
.
Seusai shalat Jumat pada 17 September 1948 PSM didatangi beberapa orang tokoh PKI. Kepala rombongan yang dipimpin aktivis PKI Suhud. Mereka datang didampingi para pengawal bersenjata yang dikenali sebagai kepala keamanan di Takeran.
.
Ketika massa PKI sampai di pesantren Tegalrejo itu, pengasuh pondok, KH Imam Mulyo ditangkap dan dilempari beberapa granat sembari diancam agar mau tunduk kepada ideologi dan partai mereka. Syukurnya granat itu tak meledak. 
.
Karena granat tak meledak, maka kini ganti para santri yang tadinya diam saja berbalik melawan mereka. Para gerombolan itu ternyata pengecut karena malah lebih memilih lari karena ketakutan. Mbah Kiai Pesantren Tegalrejo akhirnya bisa lolos dari penculikan. 
.
Di Takeran PKI juga beraksi. Sebelum meledak, di sekitar Takeran bertebaran aneka pamflet tentang Muso yang baru pulang dari Moskow. Pesantren Takeran dipilih untuk diserbu karena saat itu menjadi tempat atau basis pergerakan Islam. Kiai Mursyid mau diajak berunding karena sudah tahu pesantrennya terancam akan dibakar.   
.             
PKI terus melakukan penangkapan dan penculikan kepada ustadz-ustadz yang lain, seperti Ahmad Baidway, Husein, Hartono, dan Hadi Addaba. Mereka tidak pernah kembali, bahkan sebagian besar ditemukan sudah menjadi mayat di lubang-lubang pembantaian yang tersebar di berbagai tempat di Magetan. 
.
Yang menimbulkan keheranan adalah, sampai sekarang tempat pembantaian Kiai Mursjid belum diketahui karena jenazahnya belum ditemukan. Bahkan, dari daftar korban yang dibuat PKI sendiri tidak tercantum nama Kiai Mursjid.
.
Sedangkan di Ponorogo, PKI pun menyerang Pondok Modern Darussalam Gontor. Putra dari Kiai Pondok Modern Darussalam Gontor, Imam Zakarsyi (alm.), yakni Prof. Dr. Amal Fathullah Zakarsyi menyatakan dua kiai utama, Kiai Sahal dan Kiai Ima Zakarsyi dilarikan ke Kediri bersama santri dan beberapa ustadz. Di Pondok yang berada di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak tersebut hanya lurah pondok, Kiai Syoiman Lukman Nur dan pelindung atau kepala Desa Gontor, Sukarto.
.
PKI langsung menyerbu Gontor. Tapi harus kecewa karena yang ada hanya dua orang saja. Sedangkan santri, ustadz sudah tidak ada. 
.
Beruntung, dua orang yang ada di Pondok tidak dihabisi. Hanya saja, semua buku berbau arab dibakar. Pun beberapa bangunan pondok dibumi hanguskan. Yang tersisa hanya masjid, padepokan pondok. Yang lain habis dibakar. 
.
Malang nasib para ulama dan santri ketika hendak ke Kediri yang berencana mau melewati Kabupaten Trenggalek. Pasalnya, jalan yang mereka tempuh dikuasai PKI. Jadi mau ke Trengalek jalannya keliru, di situ akhirnya ditahan. 
.

Kiai Sahal, Kiai Zakarsi, beberapa ustadz Gontor tersebut dibawa ke Desa Sooko, disekap dan disiksa. Para ulama dan santri ini pun lalu dipindah PKI ke Masjid Muhammadiyah yang sekarang berada di Jalan Soekarno Hatta. Masjid tersebut sudah dikelilingi bom. Ibaratnya tinggal menunggu waktu saja. Tinggal komando bilang serang. Semua akan tewas.
.
Namun, Allah SWT berkata lain. Saat situasi semakin genting, datang pasukan Hizbullah yang dipimpin oleh Kiai Yusuf Hasim yang berasal dari Pesantren Tebu Ireng dan tentara Siliwangi dari Jawa Barat mengelilingi pasukan PKI. Pada saat itu, jumlah tentara tidak begitu banyak, hanya saja mereka menggunakan taktik untuk menggertak pasukan PKI.
.
Di mana-mana tembakan dibunyikan, padahal orangnya tidak terlalu banyak. Akhirnya PKI itu lari dari sekeliling masjid. 
.
Setelah kejadian tersebut, para kiai dan santri Gontor dapat terbebas dari sanderaan PKI yang mengancam membunuh dari luar masjid.
.
Singkat cerita, pada 30 September 1948, laskar Hizbullah dan TNI Divisi Siliwangi berhasil menumpas PKI.  Muso dan Amir Sjarifuddin ditembak mati. Sedangkan salah satu tokoh PKI lainnya yakni Dipa Nusantara Aidit berhasil kabur ke Cina. Kelak dia kembali ke Indonesia dan melakukan pemberontakan dan membunuhi para jenderal pada September 1965.
.
Itulah wajah buruk PKI. Tapi anehnya rezim kapitalis  yang berkuasa saat ini ---yang juga buruk---  malah seolah membiarkan komunis bangkit lagi.[]
.
𝐉𝐨𝐤𝐨 𝐏𝐫𝐚𝐬𝐞𝐭𝐲𝐨 
Referensi: dari berbagai sumber. 
.
𝐷𝑖𝑚𝑢𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑟𝑢𝑏𝑟𝑖𝑘 𝐾𝑖𝑠𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑜𝑖𝑑 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑈𝑚𝑎𝑡 𝑒𝑑𝑖𝑠𝑖 205: 𝑊𝑎𝑠𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑁𝑒𝑜 𝑃𝐾𝐼 (16-29 𝑀𝑢ℎ𝑎𝑟𝑟𝑎𝑚 1439 𝐻/6-19 𝑂𝑘𝑡𝑜𝑏𝑒𝑟 2017).

Sabtu, 21 September 2024

Dulu Bercelana, Kini Berjilbab Sempurna (Nur Salamah, Warga Batam)

Tinta Media - Meskipun statusnya telah menjadi guru SMA Harapan, Batam, penampilannya tidak berubah: Celana kain, kemeja pendek dengan manset panjang, dan kerudung tipis terlilit di leher, saat hendak pergi mengajar atau bepergian ke mall. Bila sekadar ke tetangga hanya mengenakan baju tidur lengan pendek dan celana panjang.

"Beli lah Bun rok! Satu saja gak apa-apa. Bunda lebih anggun lo kalau memakai rok, apalagi sudah menjadi guru," kata lelaki berambut ikal itu, yang tidak lain adalah Ahmad Riyanto, suaminya Nur Salamah.

"Nggak nyaman pakai rok, apalagi rok span," jawab perempuan berkulit kuning langsat itu seadanya.

Namun berbeda, setelah dirinya mengikuti OBSESI (Obrolan Seputar Syariat Islam) secara rutin, di Masjid Baitul Iman, Simpang Basecamp arah Marina, yang diselenggarakan oleh takmir masjid, setiap Malam Ahad dan menjadi staf pengajar di Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah pada tahun 2013, penampilannya berubah. 

Dia tidak akan pernah keluar rumah kecuali dengan mengenakan jilbab dan kerudung lebar serta kaos kaki secara sempurna. Bahkan, perempuan kelahiran Nganjuk, 1 Agustus 1982 kini mengikuti jejak suaminya, bersama meniti jalan perjuangan dan dakwah demi tegaknya Islam Kaffah.

Hingga pada suatu waktu, Ahmad Riyanto memiliki kesempatan silaturahmi ke Jawa. Dia mengajak istrinya berkunjung ke rumah salah satu sahabat sekaligus musrifnya saat masih kuliah di ITATS (Institut Teknologi Aditama Surabaya), yaitu Ustaz Ainun.

_"Loh Kon mbojo maneh ta?"_ Celetuk sosok yang saat itu menjadi staf di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ihsan, Baron, Jawa Timur ini dengan setengah bisik-bisik.

_"Nggak lah. Siji ae ra ngentekno,"_ jawab Ahmad dengan santai. Sayup-sayup terdengar oleh perempuan di belakangnya, mengenakan jilbab biru dongker dan kerudung biru langit, yang tidak lain adalah istri Ahmad.

_"Lo, berarti iki bojomu sing biyen?"_ Masya Allah. _Pangling_ . Berubah drastis. 

Ustaz Ainun, yang memiliki nama lengkap Ainun Najib adalah salah satu orang yang tahu persis lembaran kisah cinta terlarang antara Ahmad Riyanto dan Nur Salamah. 

Masa Lalu

Perempuan yang akrab dipanggil Mamak Naila ini, merasa tidak bersalah dengan caranya berpakaian. Malah merasa bangga dengan _style_ nya. Merasa modis dan terawat. Tak jarang ia bersikap sinis dengan orang-orang yang mengenakan cadar. "Gak modis blas. Jik enom kok nganggo sandangan koyo karung," gumamnya dalam hati.
 
Makanya ketika masih menjadi mahasiswa di jurusan Pendidikan Tata Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya, melihat ada salah satu temannya mengenakan kerudung dan rok panjang, jiwa usilnya keluar. "Ustiz!" Begitu dia memanggil. Padahal nama temannya tersebut adalah Febri Diah Mumpuni.

Masih ada lagi tingkah polah mahasiswi Teknik Industri Kerumahtanggaan ini. Melihat adik kelasnya yang sangat idealis, tetap dengan pendiriannya. Tidak mau dan tidak akan menanggalkan gamisnya saat ada mata kuliah wajib PKL di hotel, merasa geram.

Seketika Nur Salamah berkomentar. "Emang ada ya hotel yang mau menerima mahasiswa pakai jubah kayak sampean ini? Terus kalau ternyata nggak dapat hotel gimana PKL sampean? Bisa gak lulus lah. Ngapain sih gitu banget. Hidup mbok yang realistis saja," ucap Nur Salamah dengan wajah jutek.

"Gak apa-apa Mbak. Andaikan aku harus di DO karena pakaianku ini, aku ikhlas," jawab juniornya dengan tenang tanpa keraguan.

Mendengar jawaban adik kelasnya itu, Nur Salamah muak. "Alah, sok suci banget. Hidup mbok yang realistis. Apa gak kasihan sama orang tuanya. Sudah semester akhir, nanti bisa kena DO, karena gak ada tempat dia PKL gegara memakai gamis. Dasar bocah gak mikir," gumamnya dengan sejuta kekesalan kala itu.

Pemahaman Jilbab dan Tantangannya 

Meskipun lembaran kehidupan masa lalunya cukup kelam, namun ada sisi kehidupan Nur Salamah yang lain seakan mendorong dirinya untuk berubah menjadi lebih baik.

Rasa jenuh dan bosan itu hadir dan terus menggelayut dalam angan-angannya. Tidak tahu apa yang diinginkan. Gairah hidup terasa suram. Padahal, gelar akademik dan pekerjaan suami juga sudah cukup mapan sebagai engineer. Hal ini juga salah satu yang menjadi pendorong dirinya menghadiri acara OBSESI.

Saat acara OBSESI (Obrolan Seputar Syariat Islam) asuhan Ustaz Agus Supriatna berlangsung, secara tidak sadar dia diajak ngobrol bisik-bisik oleh salah satu peserta lain yang bernama Buk Qosim. Diajaknya Nur Salamah ini untuk ikut kajian intensif sepekan sekali. 

Sekali, dua kali hingga beberapa pekan setelah mendapatkan penjelasan secara detail dari musrifahnya yakni Teh Fatimah mengenai akidah Islam dan kewajiban terikat terhadap syariah, maka beberapa bulan setelah pertemuan itu, ia pun langsung bersedia mengamalkan Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59, yakni perintah berjilbab (menggunakan baju terusan, seperti terowongan, tidak berpotongan, tidak ketat dan menutup mata kaki (𝑖𝑟𝑘ℎ𝑎), serta mengenakan kerudung (𝑘ℎ𝑖𝑚𝑎𝑟) penutup kepala sampai ke dada.

Hingga suatu ketika ia mendapatkan seragam PDH dan baju Melayu dari pihak yayasan. Karena bentuknya berpotongan, jelas tidak mungkin ia kenakan. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke penjahit, meminta tolong agar seragamnya disambung menjadi pakaian terusan (jilbab).

Tidak berhenti sampai di situ. Tsaqofah keilmuan yang dia dapat dari pertemuan rutin sepekan sekali, ia sampaikan kembali kepada teman-teman sekantor, tetangga dan sebagian wali murid. 

Hingga suatu hari bertepatan dengan Hari Jumat, jadwal rapat pekanan kepala sekolah dan dewan guru SMP/ SMA Hidayatullah kampus 2. Ruangan berukuran 9X9M yang dingin dengan suasana AC, mendadak gerah. Otak serasa mendidih. Jantung seolah berhenti berdetak. Kepala sekolah yang terkenal santun dan ramah itu marah besar. 

"Tidak beradab. Melawan kebijakan yang telah ditetapkan. Silakan kalau mau berbuat apapun. Seharusnya tidak perlu mengajak atau membuat propaganda kepada yang lain," ucap kepala sekolah dengan wajah merah padam. 

Sontak, seluruh mata yang ada di ruangan itu tertuju pada Nur Salamah. Tatapan sinis dan acuh serta penuh dengan kebencian tercurah padanya. Meski perasaan dan hatinya bergejolak, ia mencoba untuk tetap tenang dan datar. 

Naasnya, kabar kalau dirinya sering mengajak teman-teman sekantor, menyampaikan pemikiran Islam kepada mereka (berhalaqoh) sampai ada dua rekannya yang akhirnya mengikuti jejaknya menyambung baju PDH. Hal ini lah yang membuat kepala sekolah naik darah. Karena pakaian itu sifatnya hak pakai. Kalau sudah tidak menjadi karyawan di situ harus dikembalikan ke sekolah.

Situasi dan kondisi tidak nyaman itu terus Nur rasakan kurang lebih sekitar dua bulan. Kepala sekolah sama sekali enggan melihat dan bertemu dengannya. Begitu juga dengan sebagian besar teman-temannya.

Padahal, sebelumnya dia selalu diamanahi untuk membimbing dan mendampingi anak lomba FLS2N. Bahkan, dengan loyalitas dan kemampuannya dalam mengajar pernah dinobatkan menjadi guru berprestasi. Namun, karena sebuah pemikiran dan sikapnya yang sedikit berbeda membuat sebagian rekan sekantornya jaga jarak. Takut diajak diskusi atau halqoh.

Tidak nyaman adalah keniscayaan. Hari berganti bulan, dia lalui dengan sejuta perasaan tidak nyaman. Namun dia tetap teguh dan konsisten dalam memegang prinsip yang dianutnya. Dia tetap berupaya menjalankan amanah dengan baik. Tidak terlalu dipikirkannya situasi dan kondisi yang serba tidak nyaman. Seiring berjalannya waktu, bahkan dirinya tidak menyadari bahwa semuanya baik-baik saja.

Oleh: L. Nur Salamah
Sahabat Feature News

Jumat, 20 September 2024

Pembacaan Hasil Kajian Ulama, Intelektual dan Tokoh Jatim, Sikapi Rusaknya Sistem Demokrasi Berjalan Khidmat

Tinta Media - Diawali dengan mengucap salam, pujian kepada Allah dan shalawat Nabi, Kiai Zainullah Muslim, ulama kharismatik asal Pasuruan, selaku Perwakilan Forum Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah, Intelektual dan Tokoh Jawa Timur (Jatim).

Dengan rona wajah yang teduh penuh ketenangan membacakan Al-Qur’an, surah Ar-Rum ayat 41.

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Melalui hal itu Allah membuat mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar,” bacanya menggetarkan suasana forum.

Pembacaan hasil kajian Forum Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah, Intelektual dan Tokoh Jawa Timur (Jatim) yang bertema “Demokrasi Rusak Parah, Mengikuti Partai Oportunis ataukah Jamaah Ulama? Saatnya Menuju Islam Kaffah dan Khilafah” itu pun berjalan dengan khidmat, serius tanpa gurauan, namun tetap dalam nuansa semangat perjuangan di jalan Islam.

Pembacaan hasil kajian yang sebelumnya diisi dengan penyampaian materi kajian dari beberapa para alim ulama, intelektual dan tokoh itu berlangsung di kediaman salah seorang ulama sekaligus tokoh Bangkalan Madura, K.H. Thoha Cholili dan juga disiarkan secara langsung (_live_) pada  Minggu, 25 Agustus 2024, melalui kanal YouTube Multaqo Ulama Aswaja, sejak pukul 08.00 hingga 11.30 WIB.

Berhimpun bersama puluhan ulama, tokoh dan intelektual di atas panggung, berdiri di posisi tengah menghadap sorotan kamera di depan panggung, Kiai Zainullah  menyatakan dengan gamblang bahwa telah banyak yang merasakan adanya kezaliman, kecurangan, ketidakadilan, bahkan kesewenang-wenangan yang diakibatkan oleh sistem demokrasi. Akan tetapi, masih belum banyak yang sadar atau menyadari bahwa sumber dari semua kerusakan adalah sistem demokrasi.

Padahal, ia mengungkapkan, telah banyak yang mengetahui bahwa karakter perilaku politik dalam sistem demokrasi adalah pragmatis, oportunis dan machiavellis yang menghalalkan segala cara.

“Prinsip yang dianut adalah tidak ada teman dan lawan yang abadi. Yang abadi adalah kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. Sedangkan rakyat hanya aset, alat, bahkan objek yang dieksploitasi sesuai dengan kepentingan yang menang dan berkuasa tanpa ada nilai. Baik etika, hukum, agama dan tanpa peduli apa pun yang terjadi,” ungkapnya lagi menggambarkan realitas kebobrokan tatanan kehidupan dalam naungan demokrasi.

Di sela-sela permulaan pembacaan hasil kajian itu, Kiai Zainullah blak-blakan menyatakan, itulah yang sedang diperankan oleh politisi dan partai politik peserta pemilu demokrasi, mengikuti skenario sistem demokrasi dengan _ending_ yang bisa menyayat hati.

“Untuk itulah, kami para Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah, Intelektual dan Tokoh Jawa Timur berkumpul menyelenggarakan forum, berikhtiar dengan mengkaji dan berdiskusi, seraya bertawakal dan meminta petunjuk kepada Rabbul Izzati (Allah Swt.) agar ada solusi bagi kebaikan negeri tercinta ini,” ucap Kiai Zainullah menjelaskan dan mengumumkan kepada hadirin dan khalayak terkait latar belakang dan tujuan forum tersebut diselenggarakan.

*Pembacaan Tujuh Kesimpulan*

Meskipun acara yang dibersamainya saat itu sudah tiga jam lebih berjalan, namun tak tampak kelelahan pada rona wajah Kiai Zainullah.

Sembari memegang lembaran kertas bersampul map berwarna hijau yang berisi pernyataan hasil kajian di tangan kiri dan menggenggam mikrofon sebagai alat pengeras suara dengan tangan kanan, Kiai Zainullah yang terlihat tidak berusia muda lagi ditandai warna putih pada janggutnya,

Dengan serius, tegap dan bersemangat kemudian membacakan tujuh kesimpulan hasil kajian.

“Satu,” sebut Kiai Zainullah dengan suara yang lantang.

“Bahwa sistem demokrasi harus dihilangkan dari kehidupan. Sebab, sistem demokrasi adalah sistem kufur, sistem rusak dan merusak, bahaya dan membahayakan. Keji, rakus, serakah, penuh ilusi dan ambisi,” terangnya tanpa ragu.

Ia melanjutkan, diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa Nabi Muhammad Saw. Bersabda,

لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ

“Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh ada yang membahayakan diri sendiri ataupun orang lain. Hadis riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan Ath-Thabrani,” tegasnya sembari sesekali memantapkan tatapan pandangan mata ke depan.

Yang kedua, Kiai Zainullah membeberkan bahwa koalisi apa pun yang dibentuk berdasarkan sistem demokrasi adalah koalisi yang sangat rapuh, tidak solid, gampang pecah dan tidak akan pernah menghantarkan pada kebaikan apapun.

“Sebab, keberadaannya bukan untuk kebaikan, melainkan untuk memusuhi Islam dan menghalang-halangi orang dari jalan Allah Swt.,” terangnya dengan tenang.

Dengan khidmat ia lanjut membacakan firman Allah, surah Al-Hasyr ayat 14,

لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَاۤءِ جُدُرٍۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ ۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَۚ

“Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti,” bacanya menerjemahkan.

Yang ketiga, dengan penuh keberanian Kiai Zainullah mengajak sekaligus mengingatkan bahwa sudah saatnya bagi bangsa Muslim terbesar di dunia ini untuk menginggalkan demokrasi dan mengingat kebenaran dan kebaikan yang datang dari sisi Allah Swt., yakni IsIam dengan syariat yang ada di dalamnya untuk diadopsi dan diterapkan.

Sebagai peringatan, ia pun kembali membacakan firman Allah Swt.,

اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّۙ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ

“Apakah belum tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman, hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan kepada apa yang turun dari kebenaran (Al-Quran). Dan janganlah mereka berlaku seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Banyak di antara mereka adalah orang-orang fasik. Surah Al-Hadid ayat 16,” sebut Kiai Zainullah.

Yang keempat, suara lantangnya kembali mengingatkan hadirin dan khalayak, bahwa melakukan amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya tugas para ulama saja, tetapi tugas seluruh umat Islam, termasuk intelektual, tokoh, pemuda, pelajar, mahasiswa, ormas, parpol dan rakyat.

“Tujuannya agar kebenaran dan keadilan tegak, kebatilan dan kezaliman hilang, serta dihindarkan dari azab Allah Swt.” Pesannya mengajak bangsa Indonesia khususnya umat Islam untuk takut kepada azab Allah Swt.

Diriwayatkan dari Huzaifah bin Yaman r.a, Kiai Zainullah juga menyampaikan bahwa Nabi Muhammad Saw. Telah bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, kalian harus melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar atau Allah akan menurunkan hukumannya, kemudian jika kalian berdoa kepadanya maka Dia tidak akan mengabulkan doa kalian. Hadis riwayat Tirmidzi,” lantangnya mengingatkan.

Yang kelima, dengan keyakinan akan kepastian datangnya pertolongan Allah, dengan mantap ia menyatakan bahwa masa depan Indonesia dan dunia adalah Islam. Kepemimpinan dunia mendatang ada pada umat Islam dengan sistem khilafah islamiahnya sebagai negara utama atau _daulatul ula_ yang akan menghantarkan dunia pada keadaan yang aman dan sentosa.

“Takbir!” pekik Kiai Zainullah diikuti gemuruh pekikan takbir dari para ulama, intelektual, tokoh, baik yang berkumpul di atas panggung maupun di bawah panggung sambil bersemangat mengepalkan dan mengangkat tangan penuh keseriusan.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang diridhainya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik,” ucapnya meyakinkan membacakan terjemah Al-Qur’an surah An-Nur ayat 55 sebagai dalil qath’i kepastian kebangkitan Islam dan umatnya di masa yang akan datang.

Yang keenam, sambungnya, bahwa untuk menyongsong tegaknya khilafah islamiah harus dipersiapkan generasi, baik pemuda, pelajar dan mahasiswa, agar memiliki kesanggupan untuk bersaing dan bertarung memperebutkan kepemimpinan dunia menggantikan Amerika Serikat, Eropa, Rusia dan China.

“Di dalam sebuah maqolah disebutkan, pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan, sesungguhnya di tanganmulah urusan bangsa, dan dalam langkahmu tertanggung masa depan bangsa,” gugahnya.

Yang ketujuh, tetap dalam keadaan tegap dan tak berubah dari posisi sebelumnya, di tengah himpunan ulama, intelektual dan tokoh, Kiai Zainullah menyebutkan bahwa perjuangan menegakkan khilafah islamiah meniscayakan adanya kelompok jama’ah atau _hizbun siyasun_, yaitu partai politik berideologi Islam  yang mampu mewujudkan tujuannya, serta adanya dukungan dari umat kepada kelompok jama’ah  atau _hizbun siyasun_ tersebut.

وَلۡتَكُنۡ مِّنۡكُمۡ اُمَّةٌ يَّدۡعُوۡنَ اِلَى الۡخَيۡرِ وَيَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ‌ؕ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ‏

“Dan hendaklah ada di antara kamu ada segolongan orang-orang yang menyeru kepada kebajikan menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 104. Demikian, assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,” tutupnya mengakhiri.

“Waalaikum salam. Takbir! Allahu Akbar! Takbir! Allahu Akbar! Takbir! Allahu Akbar,” pekik para ulama, intelektual dan tokoh beriringan dengan penuh semangat dan keseriusan, namun tidak mengurangi khidmatnya keberlangsungan acara. []

Muhar, Sahabat Tinta Media

Tangsel, Minggu (1/9/2024)

Senin, 16 September 2024

Gundah Gulana Hilang dan Bahagia pun Datang Saat Bertemu Istri-Istri Happy

Tinta Media - Awal bulan Agustus, aku diingatkan panitia tentang jadwal mengisi agenda Kippy. Sejak awal, agenda Kippy bulan Agustus ini cukup membuat ketar-ketir dari sisi mendatangkan jumlah peserta ibu-ibu anggota komunitas untuk hadir. Di grup panitia, beberapa teman panitia sudah menyampaikan sepertinya akan sulit menghadirkan sejumlah peserta seperti biasanya karena masih banyak agenda bulan Agustus dalam rangka perayaan kemerdekaan.

 

Kippy adalah akronim dari Komunitas Istri Happy, sebuah komunitas  yang aku dan teman-teman Brebes dirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap muslimah khususnya yang sudah menikah agar bisa menjadi istri bahagia sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Kopdar Kippy diadakan tiap hari Ahad pekan terakhir. Tiap pekannya, anggota Kippy juga ada kajian pekanan agar bisa lebih intesif  dalam mempelajari Islam.

******

‘Bagaimana jika yang hadir hanya segelintir ibu-ibu sejumlah hitungan jari tangan? Atau malah kurang dari itu?’  Aku menggumam dalam hati  dengan gundah saat membuka laptop sembari mencari tema yang sekiranya dibutuhkan ibu-ibu saat ini.

Pikiran semakin galau saat bertemu dengan salah satu panitia yaitu bu Hj. Nina yang biasanya mampu membawa massa dari kelurahan di mana suaminya bertugas. Tidak main-main, beliau pernah beberapa kali mampu menghadirkan 40an peserta hanya dari kelurahan tersebut. Jika digabung dengan peserta dari tempat lain bisa mencapai 70 hingga 80 peserta. Jumlah yang menurut kami cukup banyak untuk hadir dalam kajian keislaman.

“Bu, kemungkinan saya enggak bisa hadir di agenda Kippy bulan ini,” ucap bu Nina saat bertemu denganku. 

“Wah, kenapa gak bisa hadir Bu Nina?” tanyaku agak cemas.

“Ada pawai Agustusan pas tanggal 25. Ibu-ibunya banyak yang ikut pawai, kalau pun tidak ikut pawai, mereka mau nonton,” jawab bu Nila sekalian pamit berpisah.

Hati tambah resah saat membuka grup panitia, beberapa panitia juga menyampaikan di desanya masing-masing ada kegiatan mulai dari jalan sehat, senam bersama, pawai, lomba dll.

Deg… Tiba-tiba saya terhenyak dan malu saat tersadar kegundahan hati karena membayangkan jumlah peserta kajian yang hadir jumlahnya sedikit.

‘Kenapa harus galau dan gelisah? Apa sih tujuan kamu mengisi kajian? Mau dilhat orang banyak? Ingin dianggap sukses Ketika banyak yang hadir?’ Tanya ini kulontarkan ke diri sendiri. Ketika ada halangan, justru aku dan teman-teman panitia mencari uslub atau cara lain. Hal ini juga harusnya menjadi peluang untuk menyasar ibu-ibu yang belum mengenal Kippy.

Aku menjadi teringat sebuah foto yang memperlihatkan seorang guru atau syekh sedang mengajar dengan semangat seperti mengajar puluhan bahkan ribuan murid, padahal yang hadir hanya satu orang. ‘Astaghfirullahal adziim… Ampuni hamba, ya Allah!’ seruku dalam batin.

*****

Bismillahi tawakaltu…

Ahad pagi yang cerah di akhir bulan Agustus ini, kulangkahkan kaki keluar rumah untuk menuju ke sebuah masjid di pinggir jalan Pantura Brebes yang menjadi tempat kopdar Kippy, masjid al-Amin namanya. Masjid tersebut berada persis di deretan toko oleh-oleh telur asin khas Brebes. Sengaja aku berangkat agak awal sekitar satu jam sebelum acara untuk antisipasi yang tidak terduga. Dalam kondisi normal, sebenarnya perjalanan hanya memerlukan waktu 10-15 menit saja dengan mengendarai motor.

Sudah kubersihkan dan kuluruskan niat, berapa pun yang hadir tidak akan mengurangi energi dan effort-ku seperti saat akan mengisi puluhan peserta. Pun ketika yang hadir hanya saru orang, tetap gas pol energi yang kucurahkan. 

Tak disangka, tak dinyana… Perjalanan menuju masjid al-Amin agak tersendat. Ada beberapa halangan kecil. Halangan pertama, pasar dadakan tiap Ahad pagi. Pasar dadakan ini rutin diadakan tiap Ahad pagi hingga siang. Orang-orang baik pedagang maupun pembeli berlalu lalang. Belum lagi adanya lapak pedagang dadakan yang berderet di sepanjang jalan, menambah semakin sesak jalanan. Perlu kehati-hatian saat mengendarai motor agar tidak menyenggol orang, apalagi ketika ada mobil dari arah berlawanan membuat harus lebih hati-hati mengendari si kuda besi.

Rasanya lega ketika sudah melewati pasar dadakan. Udara pun terasa lebih segar. Namun baru berlalu sekitar 100 meter untuk belok di sebuah pertigaan, halangan kedua datang. Betapa kagetnya aku ketika melihat ada barisan panjang orang-orang yang sedang jalan sehat.  Peserta yang mayoritas ibu-ibu dan sebagian membawa putra-putrinya membentang sepanjang jalan yang akan kulewati. Yang agak melegakan, peserta tersebut berlawanan arah dengan arah perjalananku.

Walau arah perjalanan berlawanan, namun barisan panjang peserta jalan sehat itu hampir memakan seluruh badan jalan. Mungkin hanya menyisakan selebar motor bisa lewat. Karena peserta juga ada banyak anak-anak, semakin tak menyisakan tempat agar motor bisa lewat. Keseimbangan dalam mengendarai motor sangat diperlukan agar tidak menyenggol atau bahkan menabrak  peserta jalan sehat. 

Motor agak aku pelankan kecepatannya untuk mengimbangi barisan tersebut. Sesekali terucap permisi saat melewati peserta jalan sehat. Untuk  menjaga kesopanan, kaca helm sengaja kubuka sehingga jika mengucap permisi bisa terdengar. Terkadang motor juga harus berhenti ketika ada anak yang tiba-tiba terlepas dari gandengan orangtuanya. Ini yang memuat perlu ekstra hati-hati. Perjalanan menjadi agak lama melewati jalan tersebut. Namun akhirnya bisa terlewati dengan aman.

Setelah terlewati barisan jalan sehat, kupikir sudah agak lancar perjalanan. Namun apa daya, saat berbelok lagi di sebuah perempatan,  halangan ketiga muncul. Di depanku  sudah ada sekumpulan orang yang ternyata sedang mempersiapkan panggung pentas. Panggung tersebut memakan separuh jalan. Motor kupelankan lagi dan menyampaikan permisi. Beberapa laki-laki mempersilakan aku untuk lewat setelah mereka menepi.

Selain itu, sebetulnya aku juga berpapasan dengan orang-orang yang sedang sekadar jalan atau lari pagi. Motor tidak bisa jalan di atas kecepatan 30 km/jam, sesekali malah 10-20 km/jam. Hal-hal yang kuhadapi selama perjalanan ini lumayan membuat was-was ditambah masih memikirkan jumlah peserta. Namun aku tetap husnudzan dengan ketetapan Allah. Aku juga bersyukur semuanya bisa terlewati dengan aman dan selamat selama perjalanan hingga sampai ke tempat acara.

Setelah 40 menit, alhamdulillah akhirnya sampai juga sekitar pukul 08.30. Kulihat di barisan peserta ada empat orang ibu-ibu sembari bergumam:  ‘In syaa Allah ada 40 ibu-ibu lainnya di belakang mereka. Ya, jika tiap orang menyampaikan ke 10 orang lainnya, bisa dipastikan ada 40 orang yang akan mendapat ilmu dari majelis ilmu.  Ini juga sebagai penyemangatku dan juga penyemangat ibu-ibu saat aku sampaikan untuk mengawali pemberian materi.

Pukul 09.00 sesuai akad, kami langsung mulai. Dan berapa jumlah yang hadir? Mungkin ada sekitar 20an. Saat sudah berlangsung pun masih ada yang hadir sekitar empat hingga enam orang. Jika ditotal dengan panitia mungkin sekitar 30an ibu-ibu hadir untuk mengikuti kopdar Kippy yang kali ini mengambil tema ‘Mengatasi Perselingkuhan Ala Islam’. Panitia sendiri menargetkan 40an peserta bisa hadir tiap agenda Kippy. Namun panitia pun sudah siap jika peserta kurang dari jumlah tersebut. Biasanya yang hadir berkurang jika ada kegiatan lain seperti saat bulan Agustus yang banyak agenda perayaan kemerdekaan.

Pada sesi materi utama, aku sampaikan tentang banyaknya fakta-fakta perselingkuhan yang tidak hanya dilakukan oleh satu pihak tertentu, tapi bisa dari dua pihak yaitu istri atau suami. Yang parahnya adalah ketika suami dan istri sama-sama melakukan perselingkuhan. Beberapa kali kudengar suara istighfar dari peserta ketika mendengar banyaknya fakta perselingkuhan yang begitu buruk. Bahkan salah seorang ibu beristighfar cukup keras yang mengagetkan peserta termasuk aku. Si ibu tersebut sampai tersipu malu dan menyampaikan permintaan maafnya. Dia juga menyampaikan sangat marah dengan perselingkuhan.

Setelahnya aku jelaskan ada dua faktor penyebab perselingkuhan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya karena ada emotional divorce (keterpecahan emosi).  Emotional divorce  banyak dialami oleh suami-istri, baik yang baru maupun yang sudah lama menikah, membuat hubungan cinta kasih akhirnya padam dan menjadi dingin. Meskipun secara fisik pasangan suami-istri masih tinggal serumah, secara emosional terdapat jarak yang membentang. Dengan pudarnya cinta dan kasih sayang, semakin longgarlah ikatan dan komunikasi di antara pasangan yang bisa mendorong salah satu atau keduanya mencari seseorang yang dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan emosional maupun kebutuhan fisik, termasuk seks.

Berlanjut ke faktor eksternal, faktor ini didominasi karena kita hidup dalam sistem kapitalisme di mana hubungan pria dan wanita merupakan pandangan yang bersifat seksual semata, bukan pandangan untuk melestarikan keturunan manusia. Oleh karena itu, mereka sengaja menciptakan fakta-fakta yang terindra dan pikiran-pikiran yang mengundang hasrat seksual di hadapan pria dan wanita dalam rangka membangkitkan dorongan seksual untuk dipenuhi.

 

“Ibu-ibu tahu tidak? Masyarakat kapitalisme menganggap bahwa gejolak naluri yang tidak dipenuhi mengakibatkan kerusakan pada diri manusia, baik terhadap fisik, psikis, maupun akalnya. Termasuk naluri seksual akan mereka pastikan wajib dipenuhi,” beberku.

 

Aku melanjutkan tanya ke ibu-ibu Kippy, ”Menurut ibu-ibu, naluri seksual wajib dipenuhi tidak? Kata mereka (kaum kapitalis), kalau tidak dipenuhi, manusia bisa mati.”

“Enggak...,” jawab ibu-ibu dengan kompak.

“ibu-ibu mau tahu caranya menghindari perselingkuhan?” tanyaku lagi

Dan lagi-lagi dengan kompak mereka menjawab,” Mau...”

Lantas aku pun memaparkan kiat-kiat menghindari perselingkuhan secara Islam. Pertama, menjalankan kehidupan rumah tangga secara islami. Sebagai sebuah ibadah, pernikahan memiliki sejumlah tujuan mulia. Memahami tujuan itu sangatlah penting guna menghindarkan pernikahan bergerak tak tentu arah yang akan membuatnya sia-sia tak bermakna.

“Jika tujuan pernikahan yang sebenarnya dipahami dengan benar, insya Allah akan lebih mudah bagi suami-istri meraih keluarga sakinah dan terhindar dari konflik-konflik yang berkepanjangan. Sebab, kesepahaman tentang tujuan pernikahan sesungguhnya akan menjadi perekat kokoh sebuah pernikahan,” ulasku.

Kedua, atasi berbagai persoalan suami-istri dengan cara yang benar (islami) dan tidak melibatkan orang (lelaki atau perempuan) lain. Kesabaran merupakan langkah utama ketika mulai muncul perselisihan. Jika dibutuhkan orang ketiga untuk membantu menyelesaikan persoalan, maka jangan sekali-sekali melibatkan lawan jenis yang bukan mahramnya; seperti teman sekantor, tetangga, kenalan, dan sebagainya.

Ketiga, menjaga pergaulan dengan lawan jenis di tengah-tengah masyarakat. Islam memerintahkan pria dan wanita untuk menutup aurat, menahan pandangannya terhadap lawan jenis, melarang pria dan wanita ber-khalwat, melarang wanita bersolek dan berhias di hadapan laki-laki asing (nonmahram). Islam juga telah membatasi kerja sama yang mungkin dilakukan oleh pria dan wanita dalam kehidupan umum serta menentukan bahwa hubungan seksual antara pria dan wanita hanya boleh dilakukan dalam dua keadaan, yaitu: lembaga pernikahan dan pemilikan hamba sahaya.

Keempat, poligami. Islam telah menjadikan poligami sebagai sesuatu perbuatan mubah (boleh), bukan sunah, bukan pula wajib. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani mengatakan dalam An-Nizhâm al-Ijtimâ’i fî al-Islâm, “Harus menjadi kejelasan, bahwa Islam tidak menjadikan poligami sebagai kewajiban atas kaum Muslim, bukan pula suatu perbuatan yang mandub (sunah) bagi mereka, melainkan sesuatu yang mubah, yang boleh mereka lakukan jika mereka berpandangan demikian.”

 

Dasar kebolehan poligami tersebut karena Allah Swt. telah menjelaskan dengan sangat gamblang tentang hal ini (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 3). Poligami bisa menjadi solusi di tengah kehidupan pergaulan lawan jenis seperti sekarang ini. Anehnya, poligami justru banyak ditentang, sementara perselingkuhan dibiarkan merajalela,

Kelima, memberikan hukuman bagi para pelaku perselingkuhan. Pada hakikatnya perselingkuhan sama dengan perzinaan. Dalam pandangan Islam seorang yang berselingkuh/berzina mendapatkan hukuman yang sangat berat. Jika belum menikah, pelakunya harus dicambuk 100 kali, dan untuk yang sudah menikah harus dirajam sampai mati. Hukuman yang berat ini akan menjadi pelajaran bagi pelakunya hingga menimbulkan jera sekaligus sebagai penebus dosa atas perbuatan yang dilakukan. Jika hukuman ini diterapkan, seseorang akan berpikir panjang sebelum melakukan perselingkuhan.

 

Ibu-ibu sangat antusias menyimak penjelasan tentang menghadapi dan menyelesaikan perselingkuhan ala Islam. Kami sangat mengapresiasi ibu-ibu yang sudah hadir dan mendoakan agar rumah tangganya terjaga dengan tuntunan Islam.

Setelah penyampaian materi, MC membagikan beberapa hadiah kecil bagi peserta yang terlihat paling antusias dan juga untuk peserta yang bisa menjawab pertanyaan seputar tema Kippy kali ini.

Akhirnya acara kopdar Kippy selesai dan diakhiri dengan yel-yel khas KIPPY. “Apa kabarnya istri-istri happy?” Sapaan khas MC Kippy.

Ibu-ibu pun menjawab dengan semangat dan antusias sembari menggerakkan tangan sesuai yel-yel. Senyum bahagia tak lepas dari wajah ibu-ibu ketika menjawab yel-yel. Aku juga tak ketinggalan menjawab sapaan khas MC Kippy dengan antusias dan gembira.

“Alhamdulillah…  Luar biasa, Tetap semangat, Tetap happy, Allahu akbar!, Yes yes yes,”

Lega dan bahagia menyelimuti semua orang yang hadir di acara kopdar Kippy. Hal ini terlihat dari dokumentasi dan foto bersama di akhir acara, senyum cerah menghiasi wajah ceria ibu-ibu baik panitia dan peserta. Alhamdulilah...

------------------------------------

Brebes, 25/08/2024

Oleh: Ummu Enzi, Pengasuh Kippy

Sabtu, 14 September 2024

Ketika Zina Merajalela Berbagai Penyakit Mendera

Tinta Media - Sama seperti diriku, wajah para peserta seminar itu menunjukkan keterkejutan luar biasa. Mereka begitu tercengang dengan penjelasan Bidan Rehni terkait berbagai penyakit akibat zina pada seminar “Selamatkan Generasi dari Perbuatan Zina” di ruang kelas salah satu sekolah Islam di Kabupaten Bandung 25 Agustus 2024 lalu.

Bagaimana tidak! tanpa disadari oleh masyarakat, perbuatan zina telah menyebabkan munculnya lebih dari 20 jenis penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang sebagian besarnya belum ditemukan obatnya.

Suara istighfar dari peserta yang hadir menggema di ruangan berukuran 5 x 20 meter itu saat Bidan Rehni menyebut satu persatu berbagai jenis penyakit infeksi menular seksual akibat zina.

“Ada kondiloma akuminata, penyebab kanker serviks, kanker penis, kanker anus, kanker rongga mulut, ada ulkus mole, herpes simpleks genitalis, hepatitis B dan C, limfogranuloma venereum, vaginitis, trikomoniasis, sarcoma-Kaposi, skabies, pedikulosis pubis, zika, ebola, monkey pox,” ungkap Bidan rehni menyebut berbagai penyakit itu.

Terlebih setelah ditayangkan gambar mengerikan dari tubuh-tubuh yang terserang penyakit itu, semakin membuka mata bahwa akibat zina memang mengerikan.

Peserta seminar juga dibikin tercengang saat dipaparkan data tahun 2010 yang merujuk dari ANTARA bahwa 62,7 % remaja SMP sudah tidak perawan, dan 21,2 persen remaja Indonesia pernah melakukan aborsi. Ditambah lagi data dari BKKBN 2023 bahwa 60 % remaja usia 16-17 tahun di Indonesia melakukan seks pranikah.

Bidan Rehni masih melanjutkan penjelasannya, zina yang dilarang oleh agama tetapi justru banyak dilanggar oleh remaja membuat Indonesia menduduki peringkat teratas jumlah orang terkena HIV/AIDS dibanding negara-negara ASEAN lainnya. "Tak ayal negeri dengan penduduk mayoritas Muslim ini kehilangan produktivitas," sedihnya.

Lebih menyedihkan lagi orang yang terkena HIV/AIDS justru di usia produktif. “Paling banyak kasus HIV/AIDS di kelompok umur 20 – 49 tahun yaitu sebesar 85,7 % yang merupakan usia produktif,” ucap Bidan Rehni dengan nada prihatin melihat kenyataan buruk usia produktif yang justru menjadi beban karena penyakit.

Hari sudah semakin siang, namun peserta tetap fokus menyimak jalannya seminar. Meski ruang memanjang, panitia mendesain posisi duduk peserta berada di sayap kiri dan kanan ruangan, sementara pembicara serta perangkat acara berada di tengah ruangan. Dengan desain seperti itu membuat peserta bisa fokus menyimak. Dibantu dengan dua layar besar yang dipasang di sisi kanan dan kiri pembicara, menambah kondusif pelaksanaan seminar.

Irmawati, SST. moderator di acara itu, menyapa peserta untuk lebih mengondusifkan suasana setelah Bidan Rehni selesai menyampaikan pemaparan. Tidak lupa, ia juga menyapa peserta yang ada di ruang zoom. 

Sekitar 76 tokoh lintas profesi yang ada di ruangan itu, ditambah 32 peserta di zoom masih antusias menyimak paparan materi selanjutnya.

Mengawali penyampaiannya, Ustadzah Qory yang menjadi pembicara kedua di acara itu menyapa peserta dengan pertanyaan, “Ibu-Ibu, fakta yang dibeberkan oleh Bidan Rehni tadi sudah atau belum terjadi?”

“Sudaaah,” jawab peserta kompak.

Qory pun menjelaskan bahwa kondisi memprihatinkan anak-anak remaja yang terserang berbagai penyakit IMS inilah yang mendorong pemerintah memberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023.

Ia melanjutkan penjelasannya, PP no 28/2024 antara lain dimaksudkan untuk memberikan informasi dan pelayanan kepada remaja terkait kesehatan reproduksi remaja melalui pemberian informasi dan pelayanan sehingga remaja mengenal alat reproduksinya.

“Dengan pengetahuan ini diharapkan remaja bisa menjaga diri sehingga terhindar dari penyakit IMS dan terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan,” ucap Qory mengungkap tujuan sebenarnya dari PP 28 itu.

Namun, ia menyesalkan, niat baik melindungi remaja ini tidak dibarengi dengan solusi yang benar sehingga alih-alih menyelesaikan masalah, yang terjadi justru masalah semakin parah.

“Landasan berpikir yang memunculkan aturan ini adalah landasan sekularisme, liberalisme dan HAM. Alih-alih melindungi remaja dari pergaulan bebas, yang ada, dengan aturan ini remaja seolah-olah diajarkan bagaimana pintar seks tetapi tidak berakibat pada kehamilan tidak diinginkan dan terhindar dari penyakit infeksi menular seks,” ujarnya sambil menarik nafas panjang membayangkan kerusakan remaja yang akan semakin parah jika aturan ini benar-benar diterapkan.

“Saat perlindungan negara lemah, masyarakat sekuler-liberal-hedonis, dibombardir rangsangan seksual, dibombardir pemikiran rusak, keluarga broken home, pendidikan agama minim, dakwah dipersekusi, ditambah PP 28/2024, akankah menyelamatkan generasi?” pancing Qory.

“Tidaaaak!” jawab peserta serentak dengan nada tinggi.

Qory lalu menandaskan bahwa pengesahan PP 28/2024 merupakan kebijakan rusak dan merusak, memperparah kerusakan yang ada, serta menunjukkan lemah dan rusaknya kualitas pemimpin dan pengambil kebijakan.

“Ibu-Ibu setuju dengan kesimpulan saya ini?” tanyanya kepada audien.

“Setuju!” jawab mereka.

Qory pun mengamini paparan Bidan Rehni bahwa zina merusak kesehatan dan menimbulkan berbagai macam penyakit dengan mengutip hadis Rasulullah saw. riwayat Ibnu Majah, “Tidaklah tampak perbuatan keji (zina) di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya.”

“Ibu-Ibu! Hadis ini sudah terbukti, bahwa ketika zina merajalela maka muncul berbagai macam penyakit sebagaimana pemaparan bidan Rehni tadi, bahwa ada lebih dari 20 macam infeksi menular seksual akibat perbuatan zina. Betuuul?” tukas Qory.

“Betuul,” jawab peserta.

Qory lalu mengajak peserta untuk merenungi bahwa isu kesehatan reproduksi yang ramai diperbincangkan saat ini bukan semata persoalan kesehatan atau saintifik, tetapi ada paradigma ideologi sekularisme-liberalisme-kapitalisme bahwa seks adalah hak asasi manusia.

Agar peserta mendapat gambaran solusi bagaimana mencegah zina yang sudah merajalela di kalangan remaja, ia meyakinkan kepada peserta bahwa generasi butuh solusi hakiki untuk menyelamatkan dari kehancuran, di mana solusi itu harus berasal dari Allah Swt., bersifat komprehensif dan sistemik, berimplikasi keberkahan dunia akhirat, dan menjaga posisi manusia sebagai hamba Allah Swt.

“Solusi itu adalah sistem Islam, yang jika sistem itu diterapkan, generasi akan terjaga kesucian, kemuliaan, dan kehormatannya,” tegasnya.

Ia menjelaskan lebih lanjut, bahwa Islam memiliki akidah ruhiyah dan akidah siyasiyah, yang dengan kedua akidah itu generasi akan terjaga.

“Akidah ruhiyah, adalah keyakinan bahwa apa pun yang dilakukan manusia ada konsekuensinya di akhirat. Sedangkan akidah siyasiyah adalah keyakinan bahwa Islam memiliki seperangkat aturan hidup yang mengatur semua aspek kehidupan termasuk menjaga kemuliaan remaja,” ucapnya menjelaskan, khawatir peserta belum paham istilah yang kedengaran asing itu.

Peserta semakin mendapat gambaran utuh saat Qory menjelaskan bahwa pelaksanaan akidah siyasiyah ini, dibebankan kepada negara sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam adalah pengurus, dan ia akan diminta pertanggungjawaban terhadap rakyat yang diurusnya.”

Terlebih setelah dijelaskan bahwa tanggung jawab negara dalam melindungi generasi diwujudkan dengan menerapkan sistem ekonomi, sistem informasi, sistem pendidikan, sistem pergaulan, sistem sanksi, proteksi dan rehabilitasi, serta ketakwaan individu.

“Dan yang mampu menjalankan fungsi serta tanggung jawab tersebut hanya negara yang menerapkan sistem Islam secara utuh yaitu daulah khilafah islamiah,” tandasnya mengenalkan kepada peserta tentang nama negara dalam sistem Islam.

 “Agar masyarakat terhindar dari zina kita harus menyadarkan umat bahwa akar segala kerusakan adalah penerapan sekularisme liberalisme. Umat juga harus meyakini bahwa hanya Islam sajalah solusi berbagai masalah kehidupan,” ajak Qory kepada peserta agar tak diam melihat kerusakan ini.

Ia melanjutkan, tegaknya Islam juga harus diperjuangkan, dan perjuangan itu membutuhkan kontribusi semua elemen umat yaitu individu, masyarakat, dan negara.

“Apakah ibu-ibu siap terlibat langsung dalam perjuangan Islam?” tanyanya meninggi.

“Siaaap!” jawab peserta penuh semangat.

Sampai selesai Qory memaparkan materi, peserta tetap antusias mengikuti jalannya seminar. Pertanyaan dan pernyataan pun mereka lontarkan mulai dari menambahkan fakta kerusakan sampai mempertanyakan bagaimana metode perjuangan untuk mengubah sistem yang rusak. Namun karena waktu terbatas tidak semua pertanyaan terbahas.

Kemudian acara ditutup dengan doa oleh Ustadzah Sumiati. Air mata peserta bercucuran terlarut dalam khusyuknya doa yang dipimpin oleh ustadzah di salah satu sekolah tahfidz, Rancaekek, Kab. Bandung.

Sebelum peserta beranjak dari tempat duduknya, Ustadzah Wida Yuniarti. S.E. sebagai MC menegaskan, “Ibu-Ibu para tokoh! Siapkah memperjuangkan tegaknya Islam kafah, agar generasi terselamatkan?”

“Siaaap!” pekik sekitar 76 tokoh lintas profesi yang ada di ruangan itu.

Semangat perjuangan yang masih membara, terbawa pulang oleh peserta saat acara usai dan kembali ke rumah masing-masing.

Rancaekek, 03092024

Oleh: Irianti Aminatun, Sahabat Feature News

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab