Tinta Media: Fatherless Country
Tampilkan postingan dengan label Fatherless Country. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fatherless Country. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 Juni 2023

Fenomena Fatherless Country di Antara Gelombang PHK dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Tinta Media - Di tengah banyaknya permasalahan negeri yang tak kunjung usai, rupanya peran ayah di tengah keluarganya kini menjadi sorotan. Berawal dari pernyataan Khofifah Indar Parawansa yang saat itu menjabat sebagai Menteri Sosial RI. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara peringkat ketiga di dunia yang anak-anaknya tidak merasakan kehadiran ayah atau disebut fatherless country (jatim.tribunnews.com/08/17). 

Suatu fenomena besar di mana negara kekurangan sosok ayah untuk berperan aktif dalam perkembangan anak dan pemimpin keluarga. Padahal, bibit unggul peradaban maju berasal dari keluarga. Jika keluarga hancur, maka peradaban baik dan sejahtera tidak akan terbentuk. 

Persoalannya bukan sebatas pada memahamkan peran ayah secara person to person. Permasalahan seperti ini akan terus menjadi fenomena yang terus berulang dan semakin besar, bahkan bisa memunculkan kecenderungan seolah istri bisa hidup mandiri tanpa suami. Apalagi jika istri sudah mampu menghasilkan uang sendiri. Ada akar masalah yang belum teratasi. 

Menimbulkan Efek Domino
 
Fenomena fatherless country ini tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa ditunjang oleh fenomena lain, yakni fenomena perempuan bekerja atas dalih pemberdayaan ekonomi perempuan (PEP). Alih-alih membuka lapangan pekerjaan dan memberikan akses yang mudah dengan gaji yang sesuai bagi laki-laki, justru negeri ini memberikan kesempatan sebesar-besarnya bagi kaum perempuan untuk bekerja. 

Di sisi lain, perempuan sebagai istri juga memiliki tanggung jawab mengurus anak. Makin runyam. Sistem sekular kapitalis saat ini telah memberikan efek domino kerusakan yang berimbas ke semua lini kehidupan. Para ayah terhantui dengan ancaman gelombang PHK. Tidak heran pada akhirnya masalah pengangguran tak kunjung usai hingga saat ini. 

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2023 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,99 juta orang. Di saat yang bersamaan perempuan diberi ruang selebar-lebarnya untuk berdaya secara ekonomi melalui berbagai program pemberdayaan ekonomi perempuan (PEP). Salah satunya melalui program W20 Sispreneur yang diresmikan Juni 2022 lalu. Itupun tak mampu mengentas masalah pengangguran. 

Di sinilah pangkal kehancuran keluarga. Seorang suami kehilangan wibawanya sebagai qawwam (pemimpin rumah tangga) hingga merasa terbebani dengan keberadaan istri dan anak akibat sulitnya mencari penghidupan untuk keluarga kecilnya. 

Efek domino berikutnya istri makin berani dengan suami dan tertuntut mencari kerja akibat impitan ekonomi. Di satu sisi sistem menyediakan ruang pemberdayaan ekonomi perempuan. 

Belum lagi minimnya nilai-nilai ketakwaan di tengah masyarakat yang berujung kepada peremehan terhadap nyawa. Banyak kasus suami bunuh istri, ayah bunuh anak, ibu bunuh anak, atau sebaliknya anak bunuh orang tua. Kasus-kasus itu tak pernah kering dari pemberitaan media massa. 

Faktor utama tidak lepas dari impitan ekonomi. Menghabisi nyawa seolah menjadi satu-satunya jalan pintas untuk keluar dari jerat kemiskinan. Mental individu kacau, kebijakan sistem malah menimbulkan efek domino kerusakan, solusi sesatlah yang didapat. 

Akar Masalah 

Ada 2 penyebab utama hilangnya peran ayah di tengah keluarga.

Pertama, faktor individu akibat kurangnya pemahaman. Kedua, faktor sistem atau negara. Namun, faktor kedualah yang memakan porsi lebih besar ketimbang faktor pertama. Menjadi permasalahan yang sangat serius jika ternyata sistem di negeri ini membuat kebijakan yang tidak mendukung peran ayah sebagai pemimpin di tengah keluarga. 

Berikutnya, sistem kehidupan saat ini jauh dari nilai-nilai ketakwaan. Malah semakin membuka pintu liberalisasi informasi yang bisa memicu terjadinya kemaksiatan, seperti perselingkuhan dan pembunuhan yang kerap membanjiri media masa. Seharusnya keberadaan negara mampu menjadi solusi nyata dan praktis untuk mendukung peran ayah atas keluarganya. 

Sistem Islam Solusi Tuntas 

Sejak dari awal penciptaan manusia, Allah Swt. telah memberikan tanggung jawab besar kepada ayah untuk menjadi qawwam (pemimpin keluarga). Maka, negara wajib hadir untuk mendukung peran ayah dengan kekuatan kebijakannya. 

Fungsi negara dalam Islam adalah riayah suunil ummah, yakni memikirkan dan mengelola semua urusan umat (rakyat). Negara dengan paradigma riayah adalah mutlak adanya. 

Rasulullah saw. bersabda, "Imam (Khalifah) atau negara adalah pengurus (urusan umat/rakyat), dan hanya dia yang bertanggungjawab terhadap rakyatnya." (HR. Al-Bukhori). 

Ada 3 indikator peran ayah sebagai pemimpin di tengah keluarganya. 

Pertama, ayah wajib mencari dan memberikan nafkah. 

Kedua, ayah wajib mendidik istri dan anak dengan baik. 

Ketiga, ayah wajib melindungi istri dan anak dari setiap bahaya atau ancaman dari luar. 

Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir disebutkan penjelasan Quran Surat An-Nisa ayat 34 (الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ) memiliki makna bahwa kaum laki-laki itu adalah pemimpin/pelindung bagi kaum perempuan, yaitu sebagai kepala, petinggi, hakim, dan pendidik baginya, ketika ia menyimpang. 

Begitu pula dalam hal mendidik anak, ayah menjadi partner ibu untuk mendidik anaknya agar tetap berada dalam jalan ketaatan kepada Allah. 

Seharusnya ini semua tidak luput dari perhatian dan tanggung jawab negara. Pendanaan negara juga besar untuk menyedikan lapangan pekerjaan bagi laki-laki dengan gaji besar karena bersumber dari Baitul Mal. Negara secara mandiri mengelola kekayaan alam untuk kepentingan umat. 

Terpenting lagi, negara juga berperan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif untuk menjaga nilai-nilai ketakwaan tersebar di tengah masyarakat. Sehingga ayah akan memahami perannya di tengah keluarga, pun istri beserta anaknya juga paham peran. Islam memberikan pengaturan lengkap bagi seluruh pelaku rumah tangga (ayah, ibu, anak). Aturan Islam mampu mewujudkan rumah tangga utuh dan harmonis yang berjalan sesuai dengan nilai-nilai ketakwaan.

Oleh: Azimatur Rosyida
Aktivis Muslimah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab