Tinta Media: FWB
Tampilkan postingan dengan label FWB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FWB. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 November 2022

Ustazah Reta: FWB, Sleepover Date, Childfree Hingga Netflix Chill Rugikan Perempuan

Tinta Media - Merebaknya fenomena FWB (Friend with Benefits), sleepover date, childfree, hingga netflix chill yang merupakan penyamaran aktivitas seks di antara muda-mudi yakni hubungan yang terjalin tanpa adanya komitmen dan pertanggungjawaban dan bebas berganti-ganti pasangan karena fokusnya pada aktivitas seks tanpa ikatan, menurut Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Reta Fajriah, sangat merugikan perempuan. 

 “Aktivitas semacam FWB atau yang sejenis akan mendatangkan kerugian berlipat khususnya bagi perempuan. Dari aktivitas seks ini akan berpeluang terjadi kehamilan. Karena tidak ada komitmen maka tidak ada permintaan pertanggungjawaban. Apalagi sudah jelas di dalam Islam itu tidak boleh,” paparnya dalam rubrik Kuntum Khaira Ummah: FWB Hingga Childfree, Tren Gaya Hidup Melawan Fitrah, Selasa (8/11/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center. 

Ustadzah Reta menyampaikan keprihatinannya dengan merebaknya aktivitas seks bebas ini. Ia menyampaikan ketika terjadi kehamilan, bagi si perempuan akan dihadapkan dalam dua pilihan. "Pilihan pertama dia akan menggugurkan kandungannya. Jika ini dilakukan, maka si perempuan akan mendapatkan dosa berlipat yaitu dosa berzina dan dosa aborsi. Pilihan kedua, mempertahankan kehamilannya. Konsekuensinya ia harus bersiap untuk menjadi single parent," ungkapnya. 

“Memiliki anak dari hasil hubungan tanpa ikatan mengakibatkan si anak tidak mempunyai kejelasan status. Korelasinya akan panjang seperti si anak tidak mempunyai wali dan nasab. Kasihan sekali jika banyak anak-anak seperti itu,” tambahnya.

Selain ingin aktivitas seks tanpa ikatan, kata Ustazah Reta, kemungkinan orang-orang penganut seks in tidak ingin memiliki anak. "Padahal keengganan memiliki anak bisa menyebabkan penurunan jumlah penduduk. Hal ini sudah nampak di Jepang dan beberapa negara di Eropa. Pemerintahnya bahkan mengalokasikan anggaran khusus untuk memfasilitasi agar warganya mau menikah,” ujarnya.

Ustadzah Reta menyoroti terkait anggapan bahwa sumber daya alam yang ada tidak mampu menopang penduduk dunia yang semakin bertambah. Menurutnya, sumber daya alam ini cukup melimpah. Setiap bayi yang baru lahir pasti sudah ada rezekinya. Yang terjadi saat ini adalah akumulasi penguasaan sumber daya alam pada segelintir kelompok atau orang saja sehingga menyebabkan distribusi tidak merata.

“Jadi tidak perlu dirisaukan dengan bertambahnya manusia atau bertambahnya kelahiran Itu sudah pasti ada jaminan rezekinya dari Allah SWT. Jangan dijadikan alasan adanya impor gaya hidup bebas, tidak mau punya resiko, dan tidak mau punya komitmen menjadi pilihannya untuk menyikapi kelangkaan atau ketidakcukupan sumber daya alam,” tegasnya. 

Ustadzah Reta menyitir QS Ali Imran ayat 14 :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ

Artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”

“Dari ayat ini, terlihat memang fitrah manusia diantaranya punya kecenderungan untuk memiliki anak. Jika berprinsip tidak ingin punya anak berarti menentang fitrahnya sendiri. Ayat al Quran yang menyatakan seperti itu,” bebernya.

Ia juga menyampaikan dalam QS al Furqan ayat 74 ada doa yang selalu dibaca setiap kali selesai salat oleh para orang tua. “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” 

“Jadi keturunan itu sendiri dalam pandangan manusia adalah sebagai qurrota a'yun. Itu sesuatu yang menyenangkan mata dan menyenangkan hati. Ketika kita melihat dan bergaul bersama mereka yaitu anak-anak akan menjadikan hati kita menjadi senang dan tenang. Ada bagian yang hilang ketika orang itu tidak punya anak. Biasanya kan ada bagian dari dirinya yang belum lengkap dalam pernikahan jika belum memiliki anak,” ujarnya.

Karena ingin memiliki anak, ada yang sampai mengadopsi anak. Bahkan menyalurkan itu kepada binatang-binatang peliharaan. “Nah ini sangat merugi kalau emang secara prinsipilnya saja sudah tidak mau punya anak. Itu berarti ia bisa jadi ke dalam kehidupannya ada Fitrah yang tidak terpenuhi,” tambahnya. 

Jadi, penyimpangan fitrah manusia itu sendiri, khususnya sebagai seorang muslim, menurutnya adalah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan pahala besar yaitu mendidik anak. "Ada pahala bagi orang tuanya dengan memiliki anak yang sholeh yang akan mendoakan orang tua ketika orang tua sudah tidak ada. Ini adalah amal jariyah yang terus mengalir seperti itulah dalam pandangan Islam,” pungkasnya.[] Erlina YD
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab