Tinta Media: Explore
Tampilkan postingan dengan label Explore. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Explore. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 September 2022

Menara Galata: Saksi Bisu Penaklukan Konstantinopel

Tinta Media - Aktivis Muslimah Iffah Ainur Rochmah menceritakan, Menara Galata adalah salah satu saksi bisu proses akhir penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih.

“Galata tower atau menara galata ini tingginya sekitar 65 m dan ini tentu saja ada di bukit Galata. Nah bukit galata ini adalah bukit yang sangat bersejarah yang menjadi saksi bisu proses akhir penaklukan Konstantinopel,” ucapnya dalam MMC Explore: Bukit Gallata, Fragmen Penting Takluknya Konstantinopel oleh Islam, Kamis (15/9/2022) di dalam kanal YouTube Muslimah Media Center. 

Menurutnya, misi yang dijalankan oleh Sultan Al-Fatih untuk menaklukkan konstantinopel sudah dirancang sedemikian sempurna, melibatkan begitu banyak orang dan yang paling penting tentu saja adalah menghidupkan semangat semua orang yang terlibat dalam proses penaklukan tersebut.

“Nah kita bisa saksikan dalam sejarah digambarkan dua pekan serangan
yang dilakukan oleh pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih ke Konstantinopel, dengan meriam besar yang dibuat oleh Orhan, ternyata tidak bisa menghancurkan atau tidak berhasil membuka benteng Konstantinopel. Karena itu pada waktu itu sudah ada sekian banyak orang-orang dekat di jajaran militer yang menyarankan kepada Sultan Muhammad Al-Fatih Untuk
menghentikan misi penaklukan Konstantinopel,” terangnya.

Bahkan, sambungnya, ada juga pendapat agar kemudian memilih berdamai dengan Konstantinopel. Tetapi Sultan Muhammad Al-Fatih teguh dengan pendiriannya, karena beliau faham betul yang dilakukan ini bukan untuk meluaskan kekuasaan Turki Usmani atau kekuasaan Kesultanan Usmani pada waktu itu. Bukan semata itu. tapi yang dilakukannya adalah membuktikan apa yang dijanjikan oleh Rasul SAW.

Ia menceritakan, beliau (Muhammad Al-Fatih) ingin menjadikan dirinya adalah sebaik-baik sultan, sebaik-baik pemimpin dan beliau ingin menjadikan semua pasukannya adalah pasukan terbaik sebagaimana bisyarah rasul SAW.” 

Semakin Bersemangat

Sultan Muhammad Al-fatih, sebutnya, pernah mendapatkan sebuah surat dari gurunya, yaitu Syekh Aaq Syamsuddin. Surat tersebut berbunyi, 'Dikatakan bahwa dengan situasi yang seperti ini maka anda harus melakukan tindakan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Anda harus membuat sesuatu yang benar-benar baru yang membuat semua orang kaget.”

Barangkali, menurut Ustazah Iffah, yang disampaikan ini adalah sesuatu yang masih belum terdefinisikan apa yang harus dilakukan oleh Muhammad Al-Fatih, tetapi ia mendapatkan sebuah spirit bahwa tidak boleh berhenti. Al-Fatih justru melipatgandakan perhatian, ihtiar, dan permintaan pertolongan kepada Allah SWT.

“Bukankah dulu rasul SAW, juga membuat khondak yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya? Bukankah Rasul SAW, juga
mengambil terobosan untuk melakukan sulfur hudaibiyah adalah sebuah perjanjian damai dengan orang-orang Quraisy? Padahal pada waktu itu kekuasaan atau kekuatan kaum sudah cukup besar. Apa yang dilakukan oleh Rasul SAW, itu tentu saja adalah sebuah poin penting bagaimana Sultan Muhammad Alfatih juga harus melakukan tindakan yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya masa sahabat,” bebernya.

Pada tanggal 28 April1453, ia menuturkan, pada saat subuh hari terdengar azan berkumandang dari arah tanduk emas dan semua orang di wilayah Konstantinopel tercengang. Mereka tidak menduga bahwa pasukan kaum muslimin sudah melewati Bukit Galata.

“Sahabat yang dirahmati Allah, itu adalah sebuah sinyal kematian bagi Konstantinopel, karena begitu kaum muslimin melewati penghalang besar, yaitu rantai besar besar yang dipasang di perairan Tanduk Emas, itu artinya kaum muslimin sudah bisa menembus dinding atau tembok Konstantinopel,” pungkasnya.[] Wafi

Penaklukan Konstantinopel, Buah Keyakinan kepada Janji dan Pertolongan Allah

Tinta Media - Aktivis Muslimah, Iffah Ainur Rahmah menilai penaklukan Konstantinopel yang disaksikan oleh bukit Galata adalah strategi luar biasa yang didasari keyakinan terhadap pertolongan dan janji Allah SWT. 

“Apa yang dilakukan oleh kaum muslimin dan disaksikan oleh bukit Galata ini adalah strategi luar biasa yang berbasis keyakinan kepada janji Allah dan pertolongan Allah yang ditetapkan oleh Sultan Muhammad Alfatih,” tuturnya dalam MMC Explore: Bukit Gallata, Fragmen Penting Takluknya Konstantinopel oleh Islam, Kamis (15/9/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center. 

Sultan Muhammad Al-Fatih mengatakan, tambahnya, kalau tidak ada ide lain untuk bisa menembus dinding Konstantinopel, maka yang harus kita lakukan adalah melewatinya dengan cara lain, tentu saja kalau tidak bisa laut, dengan karena adanya rantai besar tadi, maka pasukan kaum muslimin harus bisa memutar untuk menghindari laut tadi dan masuk ke wilayah Konstantinopel melalui perairan yang ada di sampingnya.

“Bagaimana caranya kita semua selalu terkagum-kagum dengan sejarah ini. Bagaimana 72 kapal yang membawa pasukan kaum muslimin itu bisa melewati daratan, yakni mereka disemangati oleh jihad fisabilillah dan keinginan yang luar biasa untuk menjadi pasukan terbaik sebagaimana bisarah Rasul SAW,” jelasnya

Ustazah Iffah menyebutkan, pasukan kaum muslimin saat itu menembus daratan sebagaimana mereka mendayung kapal mereka di perairan. Ada yang memberikan tenaganya untuk mengangkat kapal-kapal itu. Ada diantara mereka yang bertugas untuk menyemangati pasukan dengan meneriakkan takbir dengan mengangkat bendera dan mengibarkan bendera. Dan kemudian itu dilakukan sepanjang satu malam.

 “Itu tentu saja adalah sebuah kerja yang luar biasa. Bagaimana sapi-sapi jantan membawa kapal-kapal itu didorong oleh pasukan jihad fisabilillah tadi melewati daratan ya. Dengan bermacam-macam cara mereka membuat kapal itu bisa seperti berada air dan di dengan melumuri kapal itu dengan lemak dan membuatnya bisa berjalan di daratan dengan licin dan seterusnya,” bebernya.

Semua itu, menurutnya, tentu saja mustahil dilakukan kecuali oleh mereka
yang punya keimanan yang kokoh. Keyakinan bahwa pertolongan hanya diberikan oleh Allah dan kekuatan yang terbesar yang dimiliki oleh sebuah pasukan perang sesungguhnya adalah kekuatan yang berbasis Aqidah Islam dan kekuatan ruhiyah.

“Sahabat yang dirahmati Allah, dari bukit Galata ini kita menyaksikan satu
fragmen yang sangat penting bagi perubahan sebuah peradaban yang dulunya adalah peradaban dibawah naungan sistem kekufuran Konstantinopel, di bawah Bizantium, kemudian berubah menjadi ke Konstantinopel yang terus ada di bawah naungan Islam dan beralih nama menjadi Istanbul,” paparnya.

Menurutnya, semua itu tidak lain adalah sebuah hasil dari keyakinan Sultan Muhammad Alfatih akan pertolongan Allah SWT. Dan keyakinan yang sama juga ditanamkan pada seluruh pasukan.

Mereka, tandasnya, tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik dan strategi militer yang mampu dibuat manusia. Tapi mereka meyakini bahwa apapun yang ingin dilakukan itu merupakan perintah Allah SWT. atau pasti bisa dilakukan oleh manusia. “Karena manusia akan mendapatkan pertolongan dari Allah Ta'ala,” pungkasnya.[] Wafi
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab