Tinta Media: Elon Musk
Tampilkan postingan dengan label Elon Musk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Elon Musk. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Maret 2023

ELON MUSK DAN OPTIMISME MASA DEPAN KHILAFAH

Tinta Media - Memang berita ini cukup mengagetkan masyarakat dunia, sebab disaat dunia masih dilanda gelombang kedunguan islamopobia, CEO Tesla Elon Musk justru dengan sangat berani dan meyakinkan mengatakan kata 'Khilafah' di hadapan ribuan undangan dari berbagai negara tersebut bahkan memuji kemajuan peradaban ketika khilafah tegak pada masa lalu. 
 
Secara detail Elon mengatakan bahwa jika Anda melihat naik turunnya peradaban sepanjang sejarah, peradaban telah bangkit dan jatuh, tetapi itu tidak berarti malapetaka umat manusia secara keseluruhan, karena mereka telah diberikan semua peradaban terpisah yang dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh, Musk juga mencontohkan terkait sejarah jatuhnya Roma sementara umat Islam bangkit dengan ke-Khilafahan-nya sebagai contoh peradaban yang menghasilkan pelestarian pengetahuan dan kemajuan ilmiah.

 

Pernyataan ini tentu saja bukan yang pertama kali diucapkan tokoh-tokoh dunia yang notabene non muslim. Telah banyak sebenarnya ilmuwan Barat yang secara obyektif dan ilmiah menegaskan bahwa kemajuan peradaban Islam adalah fakta sejarah yang telah menjadi inspirasi dan aspirasi bagi kemajuan sains dan teknologi peradaban Barat hingga kini.

 

Beberapa ucapan ilmuwan Barat tentang kemajuan peradaban Islam masa lalu diantaranya adalah : Pertama, Arnold Toynbee, sejarawan dan filsuf Inggris mengatakan bahwa Islam telah menjadi kekuatan yang paling kuat dalam sejarah dunia. Ini telah menghasilkan budaya yang sangat maju dan berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan seni. Kedua, George Sarton, sejarawan sains Belgia-Amerika menegaskan bahwa peradaban Islam pada abad pertengahan adalah era yang sangat penting dalam sejarah manusia. Di sinilah ilmu pengetahuan dan filosofi bertemu dan menjadi subur.

 

Ketiga, Carl Sagan, astronom dan penulis Amerika menyebutkan bahwa Islam telah menjadi pusat intelektual dunia pada abad ke-8 hingga ke-13, dengan ilmuwan Muslim terkemuka melakukan penemuan dan penelitian di bidang matematika, astronomi, kedokteran, dan banyak lagi.

Keempat, Robert Briffault, penulis dan sejarawan sains Inggris mengatakan bahwa peradaban Islam adalah peradaban ilmu pengetahuan dan pemikiran yang sangat maju pada masanya. Mereka memiliki kontribusi besar dalam pengembangan matematika, astronomi, filsafat, dan seni. Kelima, Bill Gates, pendiri Microsoft dan filantropis Amerika menegaskan bahwa Ilmu pengetahuan dan teknologi Islam telah memengaruhi dunia modern kita secara besar-besaran, terutama dalam bidang matematika, astronomi, dan kedokteran.

 

Jadi sebenarnya, jika mau berpikir obyektif, maka siapapun akan mengakui kemajuan peradaban Islam masa lalu dibawah institusi khilafah. Pada waktunya nanti, semua orang akan bicara masalah khilafah ini, baik yang pro maupun kontra. Gagasan khilafah yang memiliki landasan normatif, historis dan empiris yang kuat akan terus menjadi gelombang diskursus intelektual di seluruh dunia, hingga tegaknya nanti. Faktanya, diskusi khilafah terus menggelombang di seluruh dunia. Selain janji Allah, khilafah juga merupakan kewajiban untuk ditegakkan oleh umat Islam sebagaimana disepakati oleh seluruh ulama mazahab.

 

Sebenarnya untuk memahami konsep khilafah ini mudah saja. Kata khalifah yang terdapat dalam QS 2 : 30 sebagai konsep kepemimpinan Islam tentu akan bisa terwujud jika ada institusi khilafah yang mewadahinya.  Sebagaimana halnya dengan kata bupati akan terwujud jika ada institusi kabupaten yang mewadahinya. Begitu pula dengan kata raja akan menjadi kenyatataan jika ada institusi kerajaan yang mewadahinya. Nah, itulah mengapa seluruh ulama mazhab sepakat bahwa menegakkan khilafah adalah fardhu kifayah. Artinya jika belum tegak, maka seluruh umat Islam harus menanggung dosanya, kecuali bagi muslim yang terus mendakwahkannya.

 

Jika secara ilmiah, orang seperti Elon Musk saja bisa memahami, termasuk ilmuwan barat lainnya, padahal mereka tidak terikat kewajiban menegakkannya, maka seharusnya umat Islam yang terikat akan kewajiban menegakkan lebih yakin, optimis dan semangat dalam memperjuangkan. Bukan malah sebaliknya, berusaha untuk menghalangi, menfitnah dan mengkriminalisasinya. Karena janji Allah, maka menghalangi tegaknya khilafah itu seperti menghalangi terbitnya matahari atau datangnya muslim semi, apakah bisa, tentu saja mustahil.


Tapi begitulah manusia, sejak zaman Nabi telah muncul kelompok-kelompok munafik seperti Abdullah bin Ubai yang justru tidak menerima perintah Rasulullah untuk ikut perang Uhud hanya karena penyakit yang ada dalam hatinya dan tentu saja ini akan terus berlangsung. Akan ada orang-orang yang membenci dan mendengki agama ini sampai kapanpun.

 

Normalnya, seorang muslim semestinya malu dan taku kepada Allah, jika seorang Elon Musk  saja mengakui, menghargai dan bahkan  memuji kemajuan peradaban Islam, kenapa malah ada dari segolongan muslim yang  justru berusaha menghadang orang yang memperjuangannya, mempersekusi orang yang mendakwahkannya dengan berbagai apologi dan dalih  yang dikarang-karang sendiri, seperti ancaman akan terjadi peperangan dan pecah belah bangsa. Padahal khilafah sebagai ajaran Islam, atau meminjam bahasa Cak Nun sebagai konsep Allah tentu saja akan membawa kebaikan dan rahmat bagi alam semesta. Sebab bukankah seluruh manusia, kehidupan dan alam semesta ini diciptakan oleh Allah, maka logikanya adalah hukum yang paling tepat adalah hukum yang dibuat oleh Allah.

 

Sebagaimana HP akan beroperasi dengan baik jika sesuai dengan panduannya. Namun jika HP dioperasikan dengan menggunakan panduan mesin cuci, maka akan terjadi kerusakan yang fatal. Bukankah dengan sangat mudah dilihat, bahwa kehancuran dan kegelapan peradaban modern ini disebabkan bukan karena penerapan ideologi buatan manusia yang namanya kapitalisme dan atau komunisme. Bukankah dengan demokrasi kapitalisme ini telah menimbulkan berbagai peperangan di dunia, kemiskinan dan kelaparan yang akut serta kerusakan lingkungan yang luar biasa. Hal ini sangat gampang untuk dilihat, bagi orang-orang yang masih memiliki akal sehat tentunya.

 

Khilafah adalah salah satu ajaran Islam dalam aspek politik, kepemimpinan, kekuasaan dan pemerintahan sebagaimana telah terwujud dalam sejarah peradaban Islam masa lalu. Menyalahkan khilafah berarti menyalahkan ajaran Islam, padahal khilafah sendiri hari ini belum tegak di muka bumi. Gagasan khilafah bahkan masih sebatas diskursus intelektual.

 

Wahbah az-Zuhaili mengemukakan makna khilafah. Beliau menyebutkan, “Khilafah, Imamah Kubra dan Imaratul Mu’minin merupakan istilah-istilah yang sinonim dengan makna yang sama.” (Az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuhu, 9/881). Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum Muslim di dunia untuk melaksanakan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah ke seluruh alam. Sejatinya antara syariah atau ajaran Islam secara kâffah tidak bisa dilepaskan dengan Khilafah. Ini juga yang disampaikan oleh Hujjatul Islam Imam al-Ghazali: “Agama adalah pondasi dan kekuasaan politik adalah penjaganya. Sesuatu yang tidak ada pondasinya akan roboh. Sesuatu yang tidak ada penjaganya akan terlantar.”


Dalam Kitab fikih yang sangat terkenal—dengan judul Fiqih Islam karya Sulaiman Rasyid, dicantum bab tentang kewajiban menegakkan Khilafah. Bab tentang Khilafah juga pernah menjadi salah satu materi di buku-buku madrasah (MA/MTs) di Tanah Air. Terlepas dari berbagai ragam sikap, namun seluruh imam mazhab bersepakat bahwa Khilafah atau imamah adalah bagian dari ajaran Islam, bahkan wajib untuk ditegakkan.

Imam Syamsuddin al-Qurthubi (w. 671 H) seorang ulama yang sangat otoritatif di bidang tafsir. Menjadikan ayat 30 surat al-baqarah sebagai dalil atas kewajiban menegakkan Khilafah. Kata beliau, "Ayat ini merupakan dalil atas kewajiban mengangkat seorang khalifah yang di patuhi serta di taati  agar dengan itu suara umat Islam bisa bersatu dan dengan itu pula keputusan-keputusan khalifah dapat di terapkan. Tidak ada perbedaan pendapat di antara umat dan tidak pula di antara para ulama atas kewajiban ini, kecuali apa yang di riwayatkan dari Al-'Ahsam yang benar-benar telah tuli (ashamm) terhadap syariah. Demikian pula siapa saja yang berpendapat dengan pendapatnya itu serta mengikuti ide dan mazhabnya."

 

Para ulama juga menjadikan as-Sunnah sebagai dalil atas kewajiban menegakkan Khilafah. Misalnya hadist Shahih Muslim nomer 567 tentang tawaran Istikhlaf (menunjuk Khalifah pengganti) kepada Umar bin Khattab ra. Menjelang saat beliau mendekati ajal. Imam al-Qadhi 'Iya di al-makin (w. 544 H) mengatakan dalam syarh -nya Ikmal  al-mu'lim bi-Fawa id Muslim, "ini merupakan hujjah bagi apa yang telah menjadi ijmak kaum Muslim dimasa lampau tentang syariah pengangkatan seorang Khalifah.

 

Imam Syamsuddin At-Taftazani ( w. 791 H) dalam Syarh Al-'Aqa id Al-Nasafiyyah, dengan berdasarkan hadist tersebut, menegaskan bahwa khilafah itu wajib menurut syariah. Dalil yang semakin mengokohkan kewajiban menegakkan Khilafah adalah Ikmal Sahabat pasca Rasulullah saw. Untuk mengangkat seorang khalifah. Dalil ini disepakati oleh seluruh ulama Aswaja. Imam Saifuddin al-Amidi (w. 631 H) mengatakan, "Ahlus Sunnah wal Jamaah (Ahlul Haq) berpendapat: Dalil qath'i atas kewajiban mewujudkan seorang khalifah serta menaatinya secara syar'i adalah riwayat mutawatir tentang adanya ijmak kaum Muslim (Ijmak Sahabat) pada periode awal pasca Rasulullah saw. Wafat atas ketidakbolehan masa dari kekosongan seorang khalifah..."

 

Esensi pertama khilafah dalam Islam adalah untuk menerapkan syariat dan hukum Allah secara sempurna di berbagai bidang kehidupan manusia. Esensi kedua khilafah adalah dakwah rahmatan lil alamin ke seluruh penjuru dunia. Esensi ketiga khilafah adalah mewujudkan persatuan umat seluruh dunia dalam satu kepemimpinan. Ketiga esensi di atas adalah kebaikan, bukan keburukan, apalagi ekstrimisme kekerasan, sama sekali bukan. Sebab syariah, dakwah dan persatuan umat adalah kebaikan yang diperintahkan oleh Allah.

Karena itu, semestinya keyakinan dan optimisme akan tegaknya khilafah menjadi spirit seluruh umat Islam di dunia. Bukan karena ucapan siapapun, tapi karena keimanan dan keislaman yang menuntut kepercayaan dan kepatuhan kepada seluruh perintah Allah dan RasulNya. Jangan sampai, Allah menggantikan dengan generasi yang lebih baik di masa depan, sementara umat Islam hari ini justru menjadi penghalang tegaknya hukum Allah di muka bumi ini. Bumi ini milik Allah, jadi wajiblah hukum Allah yang berlaku, bukan hukum manusia.

 

Umat Islam harus semakin yakin akan janji Allah, membangun optimisme serta terus berjuang menegakkan peradaban Islam masa depan, sampai Islam ini tegak atau kita mati dalam jalan perjuangan ini.

 

Ingat ketika Rasulullah ditawari dunia dan kekayaan oleh kaum Quraisy untuk menghentikan dakwahnya, beliau menjawab dengan ucapan yang terkenal : "Law anzalna hadhal qur'an 'ala jabalin, la ra'aytahu khashi'an mutasaddi'an min khashyatillah" yang artinya "Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini ke atas gunung, tentu kamu lihat gunung itu tunduk dan hancur luluh karena takut kepada Allah." (HR. Bukhari).

 

Ucapan ini menunjukkan bahwa tujuan dakwah Rasulullah adalah untuk menyebarkan agama Islam dan membimbing manusia kepada kebenaran, bukan untuk mencari kekayaan atau kekuasaan di dunia. Beliau tidak akan menghentikan dakwahnya hanya karena ditawari kekayaan dan kekuasaan yang fana di dunia ini. 

 

Dalam berjuang, kita harus menggunakan pandangan akhirat, bukan pandangan dunia. Setidaknya ada beberapa manfaat dan prinsip tentang pandangan akhirat ini, diantaranya adalah : 1) Kesadaran bahwa di dunia sangat singkat, 2) Menjadikan akhirat sebagai pusat orientasi hidup dan kehidupan, 3) Kenikmatan di dunia tak sebanding dengan di akhirat, 4) Sadar bahwa pintu menuju akhirat adalah kematian, 5) Berani menjaga harga diri dan memperjuangkan Islam, 6) Memanfaatkan waktu di dunia untuk meraih ketaqwaan, 7) Tak akan mengalami penyesalan sebagaimana orang kafir  dan 8) Cepat menyadari kesalahan dan cepat bertobat serta 9) Selalu berdoa akan mati dalam keadaan muslim dan bersama orang-orang sholih (QS Yusuf : 101).


Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra,Kota Hujan, 23/02/23 : 21.31 WIB)

Jumat, 24 Februari 2023

Elon Musk Memuji Peradaban Islam, Kaum Muslimin Semestinya Malu

Tinta Media - Melihat Elon Musk mengakui, menghargai dan memuji peranan Islam, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa, Dr. Ahmad Sastra menilai seharusnya seorang muslim malu.

 "Normalnya, muslim semestinya malu dan takut kepada Allah, jika seorang Elon Musk saja mengakui, menghargai dan bahkan memuji kemajuan peradaban Islam, kenapa malah ada dari segolongan muslim yang justru berusaha menghadang orang yang memperjuangannya, mempersekusi orang yang mendakwahkannya dengan berbagai apologi dan dalih yang dikarang-karang sendiri, seperti ancaman akan terjadi peperangan dan pecah belah bangsa," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (23/2/2023)

Padahal sebagai ajaran Islam, ungkapnya, atau meminjam bahasa Cak Nun, Khilafah sebagai konsep Allah tentu saja akan membawa kebaikan dan rahmat bagi alam semesta. Sebab, bukankah seluruh manusia, kehidupan dan alam semesta ini diciptakan oleh Allah, maka logikanya adalah hukum yang paling tepat adalah hukum yang dibuat oleh Allah.

Sebagaimana HP akan beroperasi dengan baik jika sesuai dengan panduannya. Namun jika HP dioperasikan dengan menggunakan panduan mesin cuci, maka akan terjadi kerusakan yang fatal. 

"Bukankah dengan sangat mudah dilihat, bahwa kehancuran, dan kegelapan peradaban modern ini disebabkan karena penerapan ideologi buatan manusia yang namanya kapitalisme dan atau komunisme. Bukankah dengan demokrasi kapitalisme ini telah menimbulkan berbagai peperangan di dunia, kemiskinan dan kelaparan yang akut serta kerusakan lingkungan yang luar biasa. Hal ini sangat gampang untuk dilihat, bagi orang-orang yang masih memiliki akal sehat tentunya," singgungnya.

Jika secara ilmiah, herannya, orang seperti Elon Musk saja bisa memahami, termasuk ilmuwan barat lainnya, padahal mereka tidak terikat kewajiban menegakkannya, maka seharusnya umat Islam yang terikat akan kewajiban menegakkan lebih yakin, optimis dan semangat dalam memperjuangkan.

 "Bukan malah sebaliknya, berusaha untuk menghalangi, menfitnah dan mengkriminalisasinya. Karena janji Allah, maka menghalangi tegaknya khilafah itu seperti menghalangi terbitnya matahari atau datangnya muslim semi, apakah bisa, tentu saja mustahil," tegas Dr. Ahmad 

Tapi begitulah manusia, sebutnya, sejak zaman nabi telah muncul kelompok-kelompok munafik seperti Abdullah bin Ubai yang justru tidak menerima perintah rasulullah untuk ikut Perang Uhud hanya karena penyakit yang ada dalam hatinya. Tentu saja ini akan terus berlangsung, akan ada orang-orang yang membenci dan mendengki agama ini sampai kapanpun. 

Karena itu, ia menganjurkan semestinya keyakinan dan optimisme akan tegaknya khilafah menjadi spirit seluruh umat Islam di dunia. Bukan karena ucapan siapa pun, tapi karena keimanan dan keislaman yang menuntut kepercayaan dan kepatuhan kepada seluruh perintah Allah dan rasulNya. 

"Jangan sampai, Allah menggantikan dengan generasi yang lebih baik di masa depan, sementara umat Islam hari ini justru menjadi penghalang tegaknya hukum Allah di muka bumi ini. Bumi ini milik Allah, jadi wajiblah hukum Allah yang berlaku, bukan hukum manusia," pungkasnya.[] Wafi

Jumat, 20 Mei 2022

Sambut Jokowi Hanya Pakai Kaos, Sastrawan Politik: Elon Musk Lecehkan Wibawa Bangsa dan Negara Indonesia


Sambutan Elon Musk terhadap kedatangan Presiden Joko Widodo ke kantornya, dinilai Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin sebagai pelecehan terhadap kewibawaan bangsa dan negara Indonesia.

“Menurut saya, posisi Pak Presiden yang mendatanginya, bukan dia yang dikunjungi, dengan segala perangkat negara ikut hadir mendampingi beliau, dan juga pakaian beliau resmi, tapi hanya diterima dengan kaos, dengan gaya apa adanya, ini menurut saya, pelecehan terhadap kewibawaan bangsa dan negara kita,” tuturnya pada acara live:Elon Musk, Jokowi & Imperialisme Kapitalis Global, Senin(16/05/2022) di kanal YouTube AK Channel, Ahmad Khozinudin Channel.

Menurutnya, Jokowi mewakili negara dengan penduduk 185 juta dengan luas negara yang luar biasa dari sabang sampai merauke, semestinya membawa entitas negara ini. "Tidak hanya mencari kesejahteraan berinteraksi dengan negara dan bangsa dunia tapi juga mencari wibawa. Justru kebutuhan basic yang lebih tinggi ketimbang sekedar urusan perut adalah harga diri, kewibawaan. Dan saya kira, hari ini Bapak Presiden telah menjatuhkan marwah dan wibawa bangsa Indonesia dalam kunjungannya ke kantor Elon Musk, terlepas kita belum tahu hasilnya apa,” nilainya.

Ia berpendapat bahwa pebisnis tidak butuh diyakinkan dengan simbol negara. “Pebisnis itu diyakinkan dengan prospek daripada bisnis itu sendiri. Nah sekarang apa prospektif yang akan ditawarkan?” tanyanya.

Ia memaparkan memang Indonesia negara terbesar ke-2 di dunia yang menghasikan nikel. "Sekarang nikel menjadi sumber energi yang luar biasa seiring dengan adanya migrasi sumber energi yang sebelumnya minyak, fosil yang menimbulkan polusi. Ada migrasi ke sumber energi listrik yang salah satu alat untuk penyipanannya adalah baterai. Bahan utama baterai untuk energi listrik itu memeang nikel. Elon Musk memang pemilik mobil Tesla. produsen terdepan kalau untuk mobil listrik. Itu mamang sangat membutuhkan bahan baku nikel untuk industri mobil dia," bebernya.

“Persoalannya, apakah kemudian, ketika tesla ditawari bahan baku nikel dari Indonesia lebih prospektif ketimbang pasokan bahan baku mobil tesla hari ini? kita kan belum hitung kebutuhan Tesla berapa. Segede-gedenya tentu dia tidak bisa menyerap seluruh hasil nikel kita yang begitu besar,” paparnya.

Menurutnya, Tesla akan mikir, membeli dari Indonesia itu sebagai penambang atau sebagai bahan baku? “Kalau membeli bahan baku, kan tidak harus dari Indonesia. Kalau menambang, dia kan harus berpikir lebih jauh lagi. Apakah segala hal yang berkaitan dengan proses penambangan, kalau dia mau masuk ke hulu, tidak sekedar beli untuk mobil listriknya, jadi penambang nikelnya,” jelasnya.

“Faktanya tambang sudah dikuasai Cina, mayoritas,” tambahnya.

Ia membaca Indonesia sedang marketing produk nikel dari Cina. “Bukan berarti untuk kepentingan bangsa dan negara kita. Kecuali nikel itu milik Indonesia semua, BUMN yang kuasai, barulah bisa. Ini kan nikelnya bukan milik kita,” tuturnya.

“Saya juga tidak terlalu respektif terhadap Tesla untuk beli nikel Indonesia. Karena dia punya standar yang lumayan, dalam menentukan bahannya benar-benar diambil dengan proses yang tinggi, pengambilan dan ramah terhadap alam,” lanjutnya.

Tapi, menurutnya bisa jadi Tesla tidak peduli dengan prosesnya, tapi harga yang murah. “Namun, jika itu terjadi, siapa yang diuntungkan? Apakah rakyat Indonesia, atau perusahaan-perusahaan Cina, atau kapitalis-kapitalis pribumi, yang juga ikut nyambi dapat selisih-selisih biaya?” ungkapnya.

“Ini yang sebenarnya Indonesia tidak dapat apa-apa. Ini merupakan bagian dari imperialisme global yang justru dikasih karpet merah. Kalau memang itu nanti terjadi, ini memberi karpet merah baik bagi penambang yang mayoritas dikuasai cina, dan juga kapitalisme global yang butuh pasokan bahan baku,” bebernya lebih lanjut.

Ia mengingatkan tentang visi untuk membangun. “Katanya harus memberikan keunggulan bagi bangsa kita, kalau memang punya visi untuk membangun, ya tidak ngundang Tesla, tapi mendorong anak bangsa kita untuk bisa melakukan penelitian untuk memproduksi sendiri baterai bahkan mobil listriknya,” tegasnya.

Ahmad Khozinudin juga mengingatkan peran negara untuk melayani rakyat, mensejahterakan rakyat, memberikan perlindungan dan keamanan bagi rakyat.

“Itu substansi atau inti daripada fungsi negara. Melayani rakyat untuk mensejahterakan dan melindungi. Kalau perlindungan kan berarti keamanan, kalau mensejahterakan berarti memenuhi hajat rakyat, sandang, pangan, papan, itu kan hajat yang kemudian harus dipenuhi oleh negara,” jelasnya.

Menurutnya, sekarang negara sudah ditunggangi kapitalisme. “Maka fungsi negara sudah melenceng dari fungsi awal yang harusnya menjadi pelayan rakyat menjadi pelayan korporasi,” ungkapnya.

“Nah dalam konteks Elon Musk nanti kan berarti negara menjadi sales untuk menghubungkan kepentingan kapitalisme global dengan kapitalisme lokal domestik,” tandasnya.[]Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab