Tinta Media: Ekstrem
Tampilkan postingan dengan label Ekstrem. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ekstrem. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Februari 2024

Kemiskinan Ekstrem Buah Penerapan Sistem Zalim



Tinta Media - Kemiskinan menjadi persoalan dunia yang tidak kunjung usai. Di Indonesia sendiri, berdasarkan standar yang digunakan pemerintah, jumlah penduduk miskin mencapai 5,8 juta jiwa. Ini dicapai menggunakan basis perhitungan masyarakat miskin ekstrem dengan garis kemiskinan sebesar US$ 1,9 purchasing power parity (PPP) per hari. 

Padahal secara global, basis perhitungan orang yang dapat disebut sebagai miskin ekstrem adalah US$ 2,15 PPP per hari, atau setara dengan 6,7 juta orang penduduk miskin. Ini sebagaimana yang disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Bappenas Suharso Monoarfa saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin lalu (5/6/2023).

Baik standar kemiskinan oleh pemerintah atau pun global yang digunakan, jumlah kemiskinan di negeri ini tetap  tinggi. Anak-anak menjadi kalangan yang paling rentan merasakan dampaknya.

Secara global, kata Direktur Global Kebijakan Sosial dan Perlindungan Sosial UNICEF Natalia Winder Rossi, terdapat 333 juta anak yang terjerat dalam kemiskinan ekstrem, hidup dengan pendapatan kurang dari 2,15 dolar AS (Rp33.565) per hari, dan hampir satu miliar anak hidup dalam kemiskinan multidimensi.

Selain itu, sesuai laporan dari lembaga PBB dan badan amal Inggris Save the Children, setidaknya sebanyak 1,4 miliar anak usia di bawah 16 tahun di dunia tidak mendapatkan akses perlindungan sosial apa pun. Hal ini menjadikan anak-anak tidak mendapatkan gizi yang cukup, rentan terkena penyakit, dan terpapar kemiskinan.

Mirisnya melihat generasi saat ini hidup dalam kemiskinan yang menindas. Masa kecil generasi dirampas oleh penderitaan yang tidak seharusnya menimpa mereka. Tak jarang masa belajar dan bermain justru tergadaikan dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Bukan tanpa alasan. Orang tua dengan segala keterbatasannya dengan berat hati tidak dapat memenuhi setiap hak anak. Pekerjaan ala kadarnya dengan hasil apa adanya menjadi satu-satunya jalan yang dapat ditempuh untuk melanjutkan hidup keluarga. Miris sekali melihat masyarakat hari ini jauh dari kesejahteraan.

Lalu mengapa hal demikian dapat terjadi?

Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya alamnya yang luar biasa. Namun sayangnya, kekayaan yang ada tidak menjadikan rakyatnya menikmati kesejahteraan. Hal ini karena negara menerapkan sistem Kapitalis-Sekuler yang menerapkan aturan buatan manusia.

Dalam sistem kapitalis, negara hanya regulator pemenuh nafsu para oligarki. Aturan dibuat sedemikian rupa guna memudahkan mereka menguasai SDA dalam negeri. Mereka menghalalkan berbagai cara demi mencapai kepuasan. Asas manfaat jelas telah membutakan humanisme orang-orang berduit. Rakyat lah yang menjadi korban kebiadaban mereka.

Negara sangat abai terhadap rakyat, terlebih anak-anak. Kemiskinan yang merajalela telah merenggut hak-hak masyarakat. Seharusnya negara mewujudkan kesejahteraan di masyarakat. Kebutuhan berupa pendidikan, kesehatan, dan keamanan sudah semestinya menjadi tanggung jawab negara yang harus dipenuhi.

Berbeda cerita ketika hukum Islam yang diterapkan. Islam dengan seperangkat peraturannya mampu menciptakan kesejahteraan untuk seluruh alam. Bagaimana tidak, hukum Islam diciptakan langsung oleh Sang Khaliq Yang Maha Tahu segalanya, termasuk kehidupan manusia.

Islam memiliki solusi sistematis mengatasi kemiskinan ekstrem yang menjadi problem dunia saat ini. Dalam Islam, kepemilikan harta diatur menjadi kepemilikan pribadi, umum dan negara. Pengaturan seperti ini melarang terjadinya penyelewengan kepemilikan seperti yang terjadi di sistem Kapitalisme.

Selain itu, Islam juga mengatur aktivitas distribusi harta oleh individu, masyarakat dan negara. Negara memastikan terpenuhinya kebutuhan primer seluruh rakyat. Jaminan pendidikan, kesehatan dan keamanan diberikan oleh negara secara cuma-cuma, tanpa dipungut biaya. Tidak akan terjadi komersialisasi dan kapitalisasi dalam hal ini.

Dengan peraturannya yang sedemikian rupa, Islam akan mewujudkan kemakmuran di tengah masyarakat. Kemiskinan ekstrem dapat dicegah dan diatasi, sebab kesejahteraan adalah prioritas yang mesti diutamakan. Seluruh anak-anak akan mendapatkan hak mereka. Terpenuhinya kebutuhan gizi, pendidikan dan keamanan bukan lagi menjadi angan-angan masyarakat. Dalam Islam, generasi sangat diperhatikan sehingga tumbuh menjadi generasi yang kuat dan tangguh. 
Wallahua'lam.


Oleh : Khansa Nadzifah
Sahabat Tinta Media 

Kemiskinan Ekstrem, Badai Belum Berlalu


Tina Media - Seluruh harta kekayaan negara
Hanyalah untuk kemakmuran rakyatnya
Namun hatiku selalu bertanya-tanya
Kenapa kehidupan tidak merata?

Yang kaya makin kaya
Yang miskin makin miskin
Yang kaya makin kaya
Yang miskin makin miskin

Dua bait lagu Bang Haji Rhoma Irama ini tidak asing bagi pecinta musik dangdut di Indonesia. Namun bukan  topik musik yang akan digali di sini. Ada syair yang sangat menggelitik di lagu tersebut. Sebuah fakta yang tak terbantahkan, bahwa negeri ini seperti itu kondisinya. Yang miskin makin miskin, bahkan ekstrem.

Secara global, terdapat 333 juta anak yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, berjuang untuk bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari 2,15 dolar AS (Rp33.565) per hari, dan hampir satu miliar anak hidup dalam kemiskinan multidimensi,” kata Direktur Global Kebijakan Sosial dan Perlindungan Sosial UNICEF, Natalia Winder Rossi, dikutip dari Antara, Kamis (15/2/2024). 

Namun individu berpenghasilan sangat tinggi di kawasan Asia Pasifik justru mengalami pertumbuhan hampir 51% selama periode 2017—2022.  Sebuah fakta kontradiktif yang menunjukkan betapa kesenjangan ekonomi begitu tinggi, senyatanya itu diperlihatkan di negeri tercinta ini. Indonesia yang  tercatat dalam  The Wealth Report (segmen Wealth Sizing Model) dari Knight Frank (Propertynbank.com, 25/5/2023) sebagai salah satu “pabrik crazy rich” terbesar di dunia realitanya dihiasi "crazy poor" yang setiap menitnya harus berjibaku hanya untuk sesuai nasi. 

 Sistem Serakah Biang Masalah

Selidik punya selidik, sebuah sistem yang serakah dan merusak telah beratraksi di dalamnya. Bagai sebuah sirkuit balap, sistem ini terus melaju kencang melampaui pesaing-pesaingnya tanpa peduli lawan di belakangnya. Realita hidup menyampaikan bahwa jawara bermesin turbo karena dimampukan cuan bisa menguasai sirkuit tanpa harus memikirkan peserta lainnya yang berada di sirkuit.

Demikian yang terjadi di sirkuit dunia. Para konglomerat mampu melaju terus penuhi segala kebutuhan bahkan semua keinginan, dan dengan pundi-pundi hartanya  pun mereka kuasai pasar dan perekonomian secara serakah. Nafsu kapitalisme merasuki jiwa mereka. Sementara di sisi lain,  kehidupan ekonomi masyarakat bawah semakin susah.  Sulit bagi mereka untuk penuhi kebutuhan pokok. Jangankan menyisihkan sebagian harta untuk disimpan, untuk makan sehari-hari saja susahnya luar biasa. Bahkan untuk sehat pun harus dibayar dengan harga mahal. 

Sebuah ironi, kehidupan miskin di tengah kekayaan sebagian orang. 
Sistem kapitalisme terlalu serakah untuk memperkaya diri. Atas nama kebebasan kepemilikan dan liberalisasi pasar, satu atau dua individu begitu serakah menguasai,  menjadi kaum oligarki kapitalis radikal yang  bebas mengeksploitasi SDA sampai  merusak ekosistem  bahkan mempengaruhi perubahan iklim secara ekstrem. 

Akibatnya kemiskinan sistemis menjadi badai yang siap menerjang tidak terkecuali menghantam anak-anak. Wacana perlindungan sosial mengemuka. Perluasan jangkauan  perlindungan sosial bagi anak-anak dianggap penting dalam pengentasan kemiskinan. Pemberian  tunjangan anak berupa uang tunai atau kredit pajak untuk mengurangi kemiskinan serta mengakses layanan kesehatan, nutrisi, pendidikan berkualitas, air, hingga sanitasi, diupayakan. Pertanyaannya, apakah parlinsos solusi untuk entaskan kemiskinan ekstrem? 

Jawabannya bisa kita saksikan. Jika di satu sisi pendapatan negara masih rendah bagaimana bisa jangkauan diperluas, sementara hutang negara saja masih setinggi langit. Terlebih lagi sebagai negara berkembang, nir kemandirian ekonomi. Aturan terkait berjalannya perekonomian sangat bergantung pada negara maju yang kapitalis radikal. Kalau pun parlinsos menjadi solusi, sangat jauh dari kesempurnaan dalam atasi kemiskinan, apalagi kemiskinan ekstrem.

Sistem kapitalisme terlalu serakah untuk mengatasi kebutuhan rakyat. Alih-alih menyejahterakan, yang terjadi adalah jeratan demi jeratan hidup yang berakhir pada kemiskinan global. Semua berakhir pada kondisi titik nadir kehidupan yang jauh dari kata terpenuhi. Sistem kapitalisme serakah hanya bisa tangani masalah dengan masalah, hingga pantas diberi gelar "Biang Masalah".

 Solusi Islam Atasi Badai Kemiskinan Ekstrem

Islam sebagai sebuah sistem kehidupan paripurna, telah memiliki perangkat solusi yang jelas dalam menghadapi berbagai permasalahan, termasuk masalah kemiskinan ekstrem. Dalam Islam apa pun yang akan menyeret rakyat ke jurang kemiskinan tak akan dibiarkan, apa pun bentuknya. 

Islam tidak akan membiarkan ada penguasaan pihak yang kuat terhadap yang lemah di mana yang kuat menguasai kepemilikan umum. Tak kan dibiarkan individu atau swasta menguasai barang tambang, gas, minyak bumi, kehutanan, sumber daya air, jalan umum, pelabuhan, bandara, dan sebagainya yang merupakan milik umum dimiliki individu untuk menjadikan ekonomi pribadi mereka kuat serta mendominasi kekayaan yang seharusnya bukan haknya. Dengan ini tak kan terjadi si kaya terus kaya si miskin terus miskin.

Islam tidak akan melakukan pengembangan perekonomian pada sektor nonriil. Dalam Islam pengaturan pengembangan hanya untuk sektor riil yang secara mendasar menjadi fokus utama dalam sistem ekonomi berbasis syarak. Sektor riil mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Semakin banyak kegiatan produksi yang dilakukan, semakin banyak pula lapangan pekerjaan yang tersedia, hingga rakyat terhindar dari ketidakmampuan pemenuhan hajat hidupnya. Alhasil kemiskinan bisa dihindari.

Islam dengan sistem Ekonomi yang dijalankannya  menjamin terpenuhinya kebutuhan asasi seluruh rakyat. Negara memberi kemudahan pada masyarakat untuk memperolehnya.

Tak ketinggalan pula dalam sistem Islam terkait pendidikan, kesehatan, dan keamanan, negara harus memenuhinya tanpa memungut biaya (gratis).

Sungguh, seluruh mekanisme di atas jika diterapkan sesuai aturan Islam, mengikuti perintah Allah Ta'ala dan sabda Nabi-Nya badai kemiskinan ekstrem akan berlalu berganti dengan kesejahteraan yang pasti tanpa basa basi.

Wallaahu a'laam bisshawaab.

Oleh: Sri Rahayu Lesmanawaty 
(Muslimah Peduli Generasi)

Kemiskinan Ekstrem Mengancam Masa Depan Generasi


Tinta Media - Kemiskinan merupakan bencana bagi sebuah peradaban, kemiskinan membuat manusia tidak mendapatkan dan kesusahan memenuhi hak hak hajat kehidupan mereka. Jelas kemiskinan ini akan berefek pada kualitas generasi. Kemiskinan adalah problem dunia, persoalan sistematik yang di hadapi dunia.

Ancaman kemiskinan ekstrem, gizi buruk hingga kelaparan yang di  hadapi anak.  Bukan karena rendah atau tingginya atau cukupnya tunjangan anak  melainkan lebih kepada penerapan sistem kapitalisme secara  global. 

Sebagai mana kita ketahui sistem yang di tetapkan saat ini adalah sistem kapitalisme. Sistem ini memberikan kebebasan dalam kegiatan ekonomi sehingga para kapitalis dapat menguasai hajat hidup rakyat, termasuk menguasai sumber daya alam. Padahal sumber daya alam harta yang seharusnya di gunakan untuk menjamin kebutuhan masyarakat seperti menjamin tersedianya layanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.

Sistem kapitalisme  membuat para kapitalis mengendalikan ketersediaan lapangan kerja, kebutuhan pokok masyarakat dan  sejenisnya. Negara dalam sistem kapitalisme  keberadaannya tidak lebih sebagai regulator
Akibatnya masyarakat  khususnya generasi akan mengalami banyak problem kehidupan. Sistem kapitalis nyata gagal memberikan kesejahteraan kepada rakyat khususnya para generasinya.

Dalam sistem Islam, negara dan para penguasanya mampu mencegah dan mengatasi permasalahan kemiskinan. Islam memiliki mekanisme untuk mewujudkan kesejahteraan. Islam punya mekanisme menjamin masyarakat  termasuk upaya mengangkat generasi dari kemiskinan. 

Tapi bukan berarti di dalam Islam tidak akan ada orang miskin. Hanya saja mereka masih bisa mendapatkan jaminan kehidupan yang layak. Dengan begitu kualitas generasi tetap akan terjaga. Dengan tersedianya lapangan kerja yang luas serta terjaminnya pemenuhan kebutuhan pokok rakyat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Selain itu distribusi hasil pengelolaan sumber daya alam akan dikembalikan kepada seluruh rakyat sebagai pemiliknya. 

Maka masih mungkinkah di dalam sistem Islam terjadi masalah kemiskinan ekstrem yang berlarut-larut? Jawabannya tentu saja tidak akan. Karena tiga pilar negara berjalan semua pada rel yang Allah ridhai. Yaitu individu yang Sholeh, kontrol masyarakat dan penerapan syariah Islam di seluruh aspek kehidupan manusia.

Wallahu a'lam bish shawwab


Oleh: Ummu Nifa
Sahabat Tinta Media 

Selasa, 20 Juni 2023

MMC: Penerapan Sistem Islam Solusi Tuntas Atasi Kemiskinan Ekstrem


Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) mengungkapkan bahwa solusi tuntas kemiskinan ekstrem dalam kehidupan kapitalistik di Indonesia pada kisaran 2,5-3% dari total penduduk adalah dengan menerapkan sistem Islam.

“Perubahan sistem tersebut dengan penerapan sistem Islam yang mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dan terwujud dalam negara yang menjalankan sistem Khilafah Islamiyah,” ungkapnya dalam Program Hitam Putih Kehidupan: Miskin Ekstrem, Seharusnya Berpenghasilan 35ribu untuk Hidupi Anak Cucu, di kanal Youtube Muslimah Media Center (MMC), Rabu (15/6/2023).

Khilafah, menurutnya memiliki solusi untuk menyelesaikan masalah kemiskinan secara tuntas, seperti jaminan pemenuhan kebutuhan pokok dengan negara sebagai penjamin pemenuhan kebutuhan pokok tersebut. “Termasuk memenuhi kebutuhan rakyat miskin dengan perekonomian sesuai Islam, maka distribusi kekayaan akan merata dan negara memenuhi tugasnya untuk meriayah atau mengurusi urusan rakyatnya,” tuturnya.

Negara juga memiliki pengaturan kepemilikan, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. “Haram hukumnya aset milik umum dimonopoli oleh individu atau swasta, karena apa yang menjadi milik umum hasilnya harus diserahkan kepada umat dalam bentuk jaminan pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan,” ucapnya.

Rakyat Miskin Mustahil Sejahtera dalam Sistem Kapitalisme

Narator mengkritisi peran negara dalam sistem kapitalisme yang menjamin dan melindungi kebebasan hak milik individu untuk menguasai apapun termasuk kepemilikan umum.
“Kepemilikan umum itu, seperti sumber daya alam yang seharusnya milik umum justru dikuasai dan dimonopoli oleh para pemilik modal. Kapitalisme jelas mengakibatkan terjadinya akumulasi kekayaan yang melimpah ruah pada segelintir orang,” kritiknya.
Akibatnya menurutnya rakyat tidak dapat menikmati hasil. “Sehingga rakyat akan masuk ke lubang kemiskinan bahkan kemiskinan ekstrem,” ujarnya.
Hal ini disebabkan negara tidak menjalankan perannya sebagai raa’in dan membiarkan rakyatnya terseok-seok sendiri memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia menegaskan negara justru semakin menekan rakyat. “Negara semakin menekan rakyat dengan menarik pajak, mengomersialisasi segala kebutuhan dasar rakyat. Ini membuat rakyat miskin mustahil hidup sejahtera,” pungkasnya. [] Ageng Kartika

Senin, 19 Juni 2023

Ilusi Menghapus Kemiskinan Ekstrem di Tahun 2024


Tinta Media - Definisi mimpi di siang bolong sedang terjadi pada pemimpin tertinggi negeri ini. Berambisi dengan target kemiskinan ekstrem habis di tahun 2024. Tidak salah bila banyak pengamat dan ahli ekonomi menganggap target ini hanya sebagai legacy si Dia berhasil. Selain banyak pihak ragu akan kemampuannya, di atas program-program pengentasan kemiskinan yang sudah dijalankan, dalam pelaksanaannya selalu tidak tepat sasaran.

Untuk angka kemiskinan ekstrem yang masih ada di atas 2% penduduk Indonesia dan bisa menjadi 0% di tahun 2024 sangat tidak realistis. Organisasi Internasional dengan program SDG's nya saja, menargetkan penghapusan kemiskinan ekstrem baru bisa terealisasi di tahun 2030.  Tak habis pikir bagaimana target  ini akan berhasil dalam waktu hanya beberapa bulan dari sekarang.

Kemiskinan Ekstrem Buah Kapitalis

Bukan main tidak manusiawi kapitalis memperlakukan manusia. Untuk standar PBB orang miskin ekstrem adalah orang dengan penghasilan di bawah $1,9, setara dengan Rp 21.000. BPS sendiri lebih kejam lagi dengan memberi standar penghasilan bagi orang miskin ekstrem hanya di angka Rp 11.000. Saya membayangkan mampukah para petinggi negeri  hidup dengan penghasilan sebesar itu? Penghasilan sebesar itu, membeli nasi di warteg adalah mimpi, membeli beras dengan lauknya adalah kemewahan.

Sistem kapitalis bertabiat melahirkan kemiskinan ekstrem karena tertutupnya akses mereka mendapatkan penghasilan. Misalnya orang-orang miskin ini ingin bertani, tanah sudah dikuasai mafia tanah. Pupuk juga sudah dimonopoli kapitalis hingga tak terjangkau, begitupun benih. Dan terlebih masalahnya, yang masuk dalam kategori miskin ekstrim adalah orang-orang yang lemah. Orang tua renta, perempuan, dan penduduk yang tinggal jauh di pelosok. Bantuan yang diberikan dalam bentuk bantuan modal, atau subsidi meskipun pemerintah berkoar-koar telah menghabiskan anggaran yang besar, tetap saja tidak menyelesaikan masalah kemiskinan. Pantas bila lembaga penanggulangan kemiskinan memprediksi angka kemiskinan akan naik di tahun 2024 karena kondisi ekonomi  negeri semakin memprihatinkan.

Kebijakan tambal sulam dan berdiri hanya sebagai regulator bukan sebagai pengurus rakyatnya, negeri dengan sistem kapitalis tak akan pernah mampu menyelesaikan kemiskinan dengan predikat apapun.

Konstruksi Islam Menyelesaikan Kemiskinan

Dalam Islam, kondisi miskin bukan dihitung dari angka-angka, tetapi karena kondisi yang sebenarnya. Seseorang yang tidak terpenuhi kebutuhannya telah dianggap sebagai fakir miskin. Dan Islam menyelesaikan secara integral. Dari aspek penanganan yang bisa diselesaikan oleh individu hingga negara.

Islam memastikan kebutuhan manusia terpenuhi. Baik  kebutuhan primernya sebagai individu seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan. Keamanan, kesehatan, dan pendidikan juga menjadi perhatian Islam.

Politik ekonomi Islam akan menjadikan manusia mudah untuk memenuhi kebutuhan dan sekunder tersier

Dalam Islam, setiap lelaki yang sudah mukallaf dan mampu diwajibkan bekerja. Bagi perempuan dan orang-orang yang lemah, ada jaminan nafkah. Jika dia tidak memiliki suami atau keluarga yang mampu memenuhi nafkahnya, maka negara bertanggung jawab akan nafkahnya. Selain itu negara menyediakan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, dan keamanan.

Negara memastikan semua warga negara mampu mengakses alat produksi dengan pengaturan kepemilikan sesuai syariat Islam. Individu-individu dalam sistem Islam dipersilahkan untuk mengelola faktor produksi yang diijinkan oleh syariat untuk dimiliki individu. Misalnya dengan menghidupkan tanah mati untuk menjadi lahan pertanian.

Solusi Islam untuk mengatasi kemiskinan bersifat integral, bukan abal-abal. Dan siapa yang berani mengatakan ilusi, karena telah terbukti selama 14 abad mampu mensejahterakan bumi.

Oleh: Khamsiyatil Fajriyah 

Sahabat Tinta Media

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab