Sabtu, 18 Maret 2023
Minggu, 12 Maret 2023
Konten demi Eksistensi, Wujud Rendahnya Taraf Pikir Generasi
Tinta Media - Saat ini
eksistensi diri menjadi suatu hal yang diprioritaskan. Dengan semakin
berkembang dan majunya media, membuat hal tersebut menjadi lebih mudah
dilakukan. Maka jadilah unjuk eksistensi dengan berbagai macam konten yang
diperagakan. Dimulai dari berlagak kaya, sampai cara yang membahayakan jiwa.
Perilaku seperti
ini, banyak dilakukan oleh remaja dan generasi muda jaman sekarang. Beberapa
waktu yang lalu, ada seorang remaja yang tewas tertabrak disebabkan nekat
menghadang truk hanya karena demi membuat konten di media sosial. Juga termasuk
yang baru-baru terjadi, seorang perempuan yang meninggal dunia karena terlilit
kain yang digunakannya untuk membuat konten gantung diri. Nahas, nyawanya tidak
dapat tertolong ia terpeleset sampai terjatuh.
Sungguh
miris, hanya demi mengejar eksistensi, sampai adegan berbahaya pun dilakukan. Dengan
berharap kontennya bisa viral, membuat konten untuk mengejar tarif, nyawa pun kini
dipertaruhkan. Apa yang terjadi pada generasi saat ini?
Taraf
Pikir Rendah
Saat ini di
media sosial banyak bermunculan konten-konten “Sampah” yang dinilai sia-sia. Budaya
seperti ini menunjukkan ada yang salah dalam kehidupan. Budaya yang memunculkan
perilaku rendah, dan pastinya datang
dari taraf berpikir yang rendah pula. Dan ini tentulah hasil dari sistem
kehidupan yang diyakini masyarakat dalam seluruh aspeknya.
Kehidupan
dalam sistem kapitalisme sekuler saat ini, mengajarkan supaya manusia hidup
sesuai dengan sekehendak hatinya. Sekulerisme membawa akidah yang telah
mengubah taraf berpikir pada manusia. Dari keterikatan terhadap aturan yang
datangnya dari Allah Swt, menjadi tunduk terhadap hawa nafsu dengan memperturutkan
perilaku atas nama kebebasan.
Ideologi
yang ada dalam kapitalisme mengalihkan tujuan hidup manusia yang mulanya taat aturan,
dan beribadah kepada Allah Swt, kini serba menjadi materialistik. Semata-mata
hanya mencari kebahagiaan materi sebanyak-banyaknya, tanpa mempedulikan aturan
agama sebagai pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pemikiran
sekuler inilah yang banyak menjangkiti para generasi mudanya. Dengan melahirkan
budaya liberal, kesenangan sebagai tujuan dalam kehidupan (hedonis), dan
mencari kemanfaatan hidup sebagai definisi manusia semata.
Negara
Gagal Mencerdaskan Generasi
Sungguh
menjadi kerugian besar, karena generasi itu merupakan aset negara yang paling
berharga. Oleh sebab itu, pemikiran generasi harus bersih, suci dari sistem sekuler
yang merusak. Produktivitas mereka haruslah berisi kebermanfaatan, dan kebaikan
bagi umat manusia. Jiwa muda mereka harus diberdayakan membangun peradaban yang
mulia. Bukan sebaliknya, teperdaya dengan segala sesuatu yang melalaikan dari
tujuan penciptaan manusia, dengan dipengaruhi oleh sistem kebebasan yang diadobsi
negara saat ini.
Negara tidak
hadir dalam melakukan peran strategisnya. Yang justru kini menjadi pengukuh
ideologi kapitalisme sekuler, yang secara terus-menerus menjadikan potensi kaum
muda, serta membiarkan gaya hidup sekuler liberal membudaya dan merusak kehidupan generasi.
Sudah jelas, sistem yang diadopsi negara saat ini gagal menunjukkan kemuliaan manusia melalui ketinggian dari taraf berpikirnya. Negara juga gagal melahirkan sosok individu yang berilmu tinggi. Jika diketahui aturan sistem kufur yang diterapkan di negeri ini gagal, kenapa masih terus dipertahankan. Beralihlah pada sistem yang memuliakan generasi yaitu sistem aturan yang ada dalam Islam. []
Oleh: Mariyam Sundari
Praktisi Komunikasi Penyiaran