Tinta Media: Egois
Tampilkan postingan dengan label Egois. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Egois. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Desember 2022

Sudahlah, Yang Penting Aku dan Keluargaku Selamat!

Tinta Media - Sering kita mendengar komentar muslim bahkan tokoh Islam seperti di atas. Ketika melihat kondisi umat yang hancur lebur ini maka ujungnya bilang seperti itu. Padahal itulah sikap egois. Sikap yang sangat dibenci Islam. Andai sikap seperti itu ada sedikit saja, maka Rasulullah Saw dan para sahabat tak akan mau berdakwah. Cukup selamat sendiri.

Padahal logika seperti itu jauh dari kenyataan. Jika kita bersikap egois yakni yang penting diri kita selamat maka justru tak akan selamat. Mengapa? 

1. Karena, Allah telah mewajibkan kita untuk amar makruf nahi mungkar alias berdakwah dan itu kewajiban yang agung. Yang menjadi penentu kita ini selamat atau tidak. Bahkan level dakwah yang yang diperintahkan bukan hanya individu tapi seluruh umat Islam

Surat Ali ‘Imran Ayat 104

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."

Bahkan amar makruf nahi mungkar merupakan ciri umat terbaik. Sehingga jika kita egois dan abai terhadap kewajiban agung ini maka kita akan terpuruk ke dalam kondisi yang buruk. Kita berdosa karena tidak melaksanakan perintah Allah sekaligus akan menjadi umat yang diancam Siksa oleh Allah.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ

Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya (agar supaya dihindarkan dari siksa tersebut) akan tetapi Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan do’a kalian. (HR Ahmad dan at-Tirmidzi dan dihasankan oleh al-Albâni dalam Shahîhul Jâmi’)

2. Ketika masyarakat umat Islam rusak maka kita pun akan sangat mudah ikutan rusak. Contoh saat ini betapa kita sangat sulit mendidik anak anak kita ditengah gempuran maksiat dari segala penjuru. Bahkan untuk maksiat tak perlu keluar rumah. Bagaimana hp atau gadget lainnya begitu mudah menjadi media untuk tersebarnya kekafiran dan kemaksiatan. Tinggal buka hp maka semua keburukan itu akan masuk kepada anak anak kita. Akhirnya anak anak kita bisa menjadi musuh bagi kita sendiri. Lalu bagaimana masih ada seorang muslim akan berani berkata, yang penting aku dan keluargaku selamat? Ini hanya bisa dikatakan oleh orang yang kurang akal.

Bahkan jika kita egois tak mau berjuang untuk melakukan amar makruf nahi mungkar ditengah umat maka Allah akan datang kan siksaan kemudian doa orang orang terbaikkpun tak akan dikabulkan.

Hadits Abu Bakar Radhiyallahu anhu. Beliau berkata: “Sungguh, kami pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إنَّ النَّاسَ إذا رأَوُا الظَّالمَ فلم يأخُذوا على يدَيْه أوشك أن يعُمَّهم اللهُ بعقابٍ

 “Sesungguhnya jika manusia melihat seseorang melakukan kezhaliman, kemudian mereka tidak mencegah orang itu, maka Allah akan meratakan adzab kepada mereka semua. [HR Abu Dâwud, at-Tirmidzi dan dishahîhkan oleh al-Albâni].[8]

Jadi, apakah kita mau selamat? Ngaji dan dakwah yuk!

Wallaahu a'lam.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Senin, 28 November 2022

Jangan Jadi Orang Tua Egois

Tinta Media - Sebagai orang tua tentunya kita tidak boleh egois dalam mendidik anak anak. Kok bisa orang tua egois? Ya bisa saja toh. 

Diantara beberapa bentuk keegoisan orang tua dalam mendidik anak sebagai berikut:

1. Memaksa anak dengan satu pilihan, jadi ulama. Sehingga dipaksa harus menempuh pendidikan agama saja hingga perguruan tinggi. Tidak mau mendengar ataupun menerima keinginan anak. Pokoknya harus jadi ulama. 

Padahal untuk bisa berperan dalam peradaban agung Islam ga semua harus jadi ulama. Sebab pada faktanya yang dibutuhkan untuk tegaknya peradaban Islam juga bukan hanya ulama. Banyak keahlian lain yang juga dibutuhkan dari semua cabang ilmu atau saintek. Dalam dakwah juga demikian adanya. Tidak hanya diperlukan ulama yang menyampaikan ilmunya namun juga segala fasilitas teknologi dll bahkan biaya dari para aghniya. Meskipun jika bisa jadi ulama itu merupakan prioritas khsusnya bagi anak anak yang sangat cerdas biar lahir Imam Syafi'i generasi baru.

Yang paling penting kita usahakan mulai pendidikan dasar hingga menengah anak anak kita bisa mondok sehingga memiliki tsaqofah Islam yang mantap. Memiliki pengalaman ketaatan yang memadai. Setelah itu maka untuk pendidikan tinggi kita perlu memperhatikan keinginan dan minat anak. Ada yang ingin fokus jadi ulama, ada yang ingin jadi dokter, arsitek, ahli robot, pebisnis dll. Yang penting mereka akhirnya akan berperan dalam perjuangan tegaknya Islam dari berbagai aspek yang dibutuhkan. Yang paling penting anak tetap ngaji dan berjuang dalam dakwah Islam kaffah 

2. Melarang anak pergi menuntut ilmu keluar tempat tinggalnya karena rasa kuatir yang tidak semestinya. Mungkin kuatir kesepian, kesejahteraan anak dll. Khususnya untuk anak laki laki 

Padahal selama kita percayakan kepada lembaga pendidikan yang benar baik secara aqidah dan syariah juga dari sisi kurikulum pendidikan dll maka insyaallah anak akan berproses menjadi manusia yang matang dan tangguh. Pengalaman berpisah dari orang tua itu penting. Insyaallah akan membuat mereka mandiri dan mampu menghadapi tantangan hidupnya kelak.

3. Memaksa anak mengikuti profesi orang tua. Karenanya orang tua pun sudah menyiapkan segala sesuatunya. Ada yang sudah menyiapkan tempat praktek dokter berikut apotoknya. Ada yang sudah menyiapkan yayasan pendidikan beserta sekolah hingga kampusnya. Dll. Padahal anak tidak mau berkiprah dalam profesi tersebut. Maka sebaiknya meskipun bisa saja anak kyai pun jadi kyai namun lebih bijaksana jika yayasan pendidikan tsb sudah diwakafkan dan pengurus dibentuk bukan hanya dari putra putri kyai saja. Tapi dari ulama lain juga bisa.

4. Dll

Demikianlah beberapa contoh saja. Yang pasti orang tua wajib punya target anak anak selamat dunia akhirat. Namun. Dalam perkara yang bisa dipilih mestinya kita kasih pilihan untuk anak kita. Kalaupun dipaksakan malah biasanya akan membawa dampak negatif yang sudah sering terjadi. Wallaahu a'lam. [].

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab