Tinta Media: Dukun
Tampilkan postingan dengan label Dukun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dukun. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 Agustus 2022

Membenarkan Perkataan Dukun Berarti Mengkufuri Apa yang Diturunkan Nabi

Tinta Media - Viralnya Pesulap Merah membongkar trik-trik perdukunan ditanggapi  penulis buku Menyingkap Jin dan Dukun, Irfan Abu Naveed.
 
“Siapa yang mendatangi dukun  kemudian membenarkan apa yang diucapkan maka sungguh ia telah mengkufuri apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw,” tuturnya mengutip sebuah hadis dalam acara Kabar Petang: Geger! Trik Perdukunan Dibongkar, Selasa (16/8/2022) melalui kanal YouTube Khilafah News.
 
Di dalam ushul fikih jelas Irfan, kata al-kâhinan (dukun-dukun) cakupannya luas, bentuknya beragam, tapi ciri-cirinya sama yaitu mengabarkan berita gaib, berbicara tentang ramalan, berbicara tentang perjodohan, berbicara tentang kesialan dan pengasihan. “Inilah yang dikatakan oleh Nabi SAW orang yang membenarkan kedustaan mereka, prinsipnya telah mengkufuri apa yang telah Allah turunkan pada Nabi Muhammad saw,” jelasnya.
 
Ini, kata Irfan,  menjadi dalil yang jelas,  tegas dan pasti tidak multi tafsir keharaman kaum muslimin mendatangi, berkonsultasi, serta membenarkan perkataan-perkataan dukun.
 
Demokrasi
 
Irfan menilai, demokrasi  dengan prinsip kebebasannya menyuburkan praktek perdukunan. “Sesuatu yang munkar malah dilegalkan. Ini menunjukkan demokrasi bertentangan dengan Islam,” tandasnya.
 
Dalam Islam, tandas Irfan, tidak ada tempat untuk merusak akidah umat, ini menunjukkan keagungan ajaran Islam, berbeda dengan  demokrasi yang menghinakan.
 
“Di alam demokrasi fenomena tersebarnya praktik perdukunan, hingga majalah khusus perdukunan, dilegalkan. Dunia perdukunan masuk dalam entertaimen seperti ramalan-ramalan. Hal semacam inilah yang mendatangkan murka Allah SWT,” tegas Irfan.  
 
Dalam Islam, tandas Irfan,  praktik-praktik  ritual yang lahir dari tradisi perdukunan, siapa pun pelakunya dan apa pun jenis perbuatannya  yang dibungkus dengan keyakinan khurafat maka termasuk dalam tindakan yang wajib dicegah.
 
“Penguasa harusnya menjadi pihak yang paling aktif menjaga akidah umat sekaligus menjadi pihak yang menegakkan sanksi bagi pelaku keburukan semacam itu,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
 
 

Sabtu, 20 Agustus 2022

Syirik dan Perdukunan Merajalela, Potret Abainya Peran Negara

Tinta Media - Belakangan ini, kita dikejutkan dengan viralnya kasus perseteruan antara Pesulap Merah dan Gus Samsudin. Tidak disangka, kasus ini merembet hingga menuai kontroversi sehingga menyebabkan seorang dukun bersertifikat muncul di medsos. Dukun tersebut berkeinginan melawan Pesulap Merah dengan bantuan kekuatan ghaib. Menurutnya, selama ini yang diunggah Pesulap Merah dianggap menghina para dukun.

Dilansir dari SuaraKaltim.id, Pemilik akun TikTok abahrahman8 melakukan 'ritual' meminta bantuan gaib untuk mengalahkan pesulap merah. Terlihat Sertifikat Majelis Brajamusti yang bertuliskan pengijazah kepada tingkat mahaguru Abah Rahman, lengkap dengan tanda tangan di sisi kanan-kiri ijazah dukun tersebut. 

Inilah potret bobroknya akidah masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi masih melakukan kesyirikan yang jelas dilarang dalam Islam. Islam sudah menjelaskan bahwa Allah tidak mengampuni dosa orang yang melakukan ritual kesyirikan.

Allah berfirman, 

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar." (QS. An-Nisa : 48)

Dari sini jelas, pentingnya peran negara untuk membasmi semua aktivitas kesyirikan, apalagi yang menggunakan label agama. Bahkan, ada sertifikasi yang menunjukkan kesan adanya izin atas legalitasnya. 

Meskipun pembinaan terhadap masyarakat digencarkan untuk mencegah kemusyirikan, tetapi pemegang kekuasaan abai atau terkesan mendukung praktiknya. Aktivitas perdukunan masih terus berjalan karena ketidakpedulian negara yang menganut paham sekuler dan liberal. Negara hanya bertindak jika ada kerisauan masyarakat saja. Selebihnya, masyarakat sendiri secara mandiri yang menangani.

Sistem sekuler selalu abai atas penanganan masalah umat sehingga melahirkan polemik, entah dari segi akidah masyarakat, perekonomian, pendidikan, bahkan kesenjangan sosial. Masyarakat memikul beban dan berjuang sendiri dengan cara mandiri tanpa bantuan dan peran pemerintah. Karena itu, sudah seharusnya masyarakat mencampakkan sistem kufur ini dan beralih ke sistem Islam

Hanya Islam yang mampu mengatasi semua problematika masyarakat saat ini, terutama menjaga akidah umat dari kesyirikan. Hendaknya semua aktivis perdukunan distop praktiknya, dibina lewat pembinaan yang intensif agar mereka mau kembali ke jalan yang benar.

Dengan begitu, umat hanya meyakini bahwa Allah-lah yang mampu memberi semua kebutuhan hambanya, bukan dukun yang selalu berkoar-koar mampu mengatasi semua urusan, tetapi hanya ilusi dan trik muslihat semata agar dipercaya oleh pelanggan dan memanfaatkan keuntungan darinya. Nauzubillahiminzalik.

Rasulullah saw. melarang keras perbuatan syirik kepada umatnya, sesuai sabdanya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, 

“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan (al-muubiqaat).” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa yang membinasakan tersebut?” Beliau bersabda, “(1) Syirik kepada Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali jika lewat jalan yang benar, (4) makan riba, (5) makan harta anak yatim, (6) lari dari medan perang, (7) qadzaf (menuduh wanita mukminah yang baik-baik dengan tuduhan zina).” (HR. Bukhari, no. 2766 dan Muslim, no. 89)

Disebutkan bahwa sabda Nabi tersebut telah memberi peringatan kepada kita agar tidak melakukan perbuatan syirik, yakni menyekutukan Allah. Hal itu merupakan dosa yang membinasakan, dan dosanya tak akan pernah dimaafkan sebelum bertaubat.

Sebagai muslim yang taat kepada Allah dan rasul-Nya, kita hanya mengucapkan lafaz "Sami' na wa Atha' na, kami dengar dan kami taat".

Jika ada perintah atau wahyu yang turun dari Rabb-nya, marilah membuka pikiran dan hati kita bahwa hanya Allah Yang Maha Pemberi segalanya!

Masihkah kita mengkhianati-Nya dengan mengaku sebagai muslim, tetapi meminta kepada zat yang tak akan mampu memberi manfaat atau mudharat kepada kita sedikit pun. Wallahua'lam bissawwab.

Oleh: Roida Erniawati 
Aktivis Muslimah



Senin, 28 Maret 2022

Klenik Solusi Problematika Negara?

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1BArU7vYg9WgamHIJz9vma2kmI_UBJvbO

Tinta Media - Sungguh sesuatu yang membingungkan jika di era teknologi yang semakin canggih, di tengah zaman yang kian berkembang, masih saja ada yang mempercayai hal-hal mistis sejenis klenik. Apalagi jika pejabat yang berperilaku demikian. Namun, banyak fakta yang mengarah dan menunjukkan bukti adanya hal tersebut, diakui atau tidak, suka atau tidak.
Seperti dilansir Liputan6.com Yogjakarta (23/3/2022), Presiden Jokowi acap kali memilih Rabu Pon sebagai hari untuk reshuffle kabinet. Beredar kabar, nampaknya Jokowi akan reshuffle kabinet pada Rabu, 23 Maret 2022. Dalam penanggalan Jawa tertulis Rabu Pon. Tercatat selama masa kepemimpinannya, reshuffle kabinet selalu dilakukan Jokowi pada hari Rabu Pon tersebut.

Tak hanya itu, pada momen peresmian Ibu Kota baru pun kental dengan aroma klenik. Serangkaian kegiatan pun dilakukan, di antaranya berkemah bersama Presiden di titik nol IKN di kecamatan Sepaku Penajam Paser Utara, Kalimantan Utara (Senin, 14/3/2022).

Di sana Presiden melakukan ritual Kendi Nusantara bersama 28 Gubernur dan 6 perwakilan gubernur se-Indonesia. Masing-masing daerah ditugaskan membawa satu liter air dan dua kilogram tanah dari daerahnya yang kemudian disatukan dalam sebuah kendi. Disampaikan oleh Presiden di akun YouTube Biro Pers dan Media Kepresidenan bahwa prosesi tersebut merupakan titik awal mewujudkan cita-cita dan tujuan besar membangun bangsa. Sangat tak masuk di akal, menyatukan bangsa dengan klenik, bukan atas pertimbangan para ahli, bukan pula suara rakyat.

Ini membuktikan bahwa banyak pejabat negara yang masih percaya klenik, sebagaimana disampaikan Ujang Komaruddin, pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia pada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (16/2/2020) lalu.

“Pejabat kita hampir seluruhnya percaya klenik, mau menteri, fewan atau presiden, aktivitas perdukunan itu jalan. Jadi, saya kira hampir sedikit yang tidak datang ke dukun itu, “ ungkap Ujang.

Ketika pejabat meyakini klenik, bukan tidak mungkin banyak rakyat yang akan melakukan praktik serupa, karena pejabat adalah teladan bagi rakyat. Segala tingkah polahnya dilihat dan diikuti rakyat. Jika benar dalam mempertahankan kekuasaan mayoritas pejabat menggunakan klenik, maka inilah alasan mengapa profesi dukun masih digeluti dan laris manis di masyarakat, karena konsumennya ternyata banyak dari kalangan pejabat.

Percaya klenik sama halnya meminta bantuan pada setan. Sedangkan setan adalah musuh nyata bagi manusia, yang selalu mengajak berpaling dari Allah Swt. Allah Swt. beserta Rasul-Nya mengharamkan aktivitas klenik ini. Sebagaimana Allah berfirman:

“Apakah akan Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak berbuat jahat/buruk (para dukun dan tukang sihir). Setan-setan tersebut menyampaikan berita yang mereka dengar(dengan mencuri berita dari langit, kepada dukun dan tukang sihir), dan kebanyakan mereka adalah para pendusta.”(QS. As Syu’araa’: 221-223)

Begitu pula Sabda Rasulullah:

“Barang siapa mendatangi peramal lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima salatnya selama 40 hari.”(HR. Muslim).

Ini adalah penegasan larangan mempercayai para dukun, peramal, penyihir, dan sejenisnya. Harusnya, menjadi kewajiban bagi negara melarang praktik klenik ini, bukan malah meyakini dan memaklumkannya.

Sungguh ironis, saat berbagai kegagalan pemerintah menyelesaikan persoalan negara terpampang jelas, bukannya serius mengupayakan penyelesaian yang efektif malah praktik klenik dilakukan demi mempertahankan kekuasaan yang sebenarnya kian hari kian rapuh. Tak cukupkah beragam masalah yang melanda negeri ini?

Syariat ditolak, tetapi hal-hal klenik malah dilibatkan dalam kehidupan bernegara. Ini jelas mengundang murka Allah. Inilah penyebab bangsa kita tak kunjung maju. Menyelesaikan setiap masalah yang datang tidak dengan akal kecerdasan, tetapi malah pergi ke dukun, menunjukkan bahwa negara ini masih memiliki pola pikir rendah. Padahal, rata-rata pendidikan para pejabat minimal sarjana, tetapi mengapa nalar berpikir kritis yang dibentuknya di kampus justru tak berbekas?

Negara kita masih terjebak pemahaman kuno minus nalar rasional, saat dunia sudah empat kali mengalami revolusi industri. Bagaimana mungkin keberkahan akan tercurah, jika klenik yang diandalkan?

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan,” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)

Di ayat tersebut, Allah Swt. telah mengabarkan kepada kita makhluk-Nya, bahwa keberkahan akan tercurah bagi penduduk negeri yang bertakwa. Sebaliknya, siksa yang pedih akan Allah turunkan jika mendustakan ayat-ayat Allah Swt .

Inilah jawaban mengapa negara kita jauh dari keberkahan saat ini. Hujan yang harusnya menjadi rahmat, justru menjadi bencana banjir, kemarau yang kerap berujung kebakaran hutan, gempa bumi yang nyaris terjadi setiap saat di berbagai daerah. Di samping faktor perbuatan tangan manusia yang melakukan kerusakan, ada faktor ruhiyah yang menjadi penyebabnya, yaitu maraknya kesyirikan serta pengabaian pada hukum Allah.

Padahal jika kita mau berpikir rasional, segala permasalahan pasti ada jalan penyelesain. Tumpulnya kecerdasan dalam mencari solusi masalah, dikarenakan kebiasaan bersandar pada klenik. Mustahil negara ini akan maju, jika penguasa percaya klenik yang memimpin negara.

Di sistem sekarang, banyak manusia yang menafikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang patut disembah dan diibadahi, tidak meyakini ke-Mahakuasaan-Nya sebagai Pencipta.

Secara fitrah, manusia memiliki naluri (gharizah). Salah satunya adalah naluri beragama (gharizah tadayyun). Naluri ini membuat dia merasa lemah, terbatas, dan butuh pada sesuatu yang dianggap lebih berkuasa, lebih kuat.

Disingkirkannya peran agama dalam kehidupan, berpeluang masuknya kesyirikan. Pada akhirnya, penyaluran naluri (gharizah) jadi keliru. Salah satunya adalah pada hal-hal ghaib atau mistis. Si pelaku merasa berbuat kebaikan, tetapi nyatanya tanpa disadari justru terjerumus pada kesesatan.
Negeri yang baik bersama ampunan Allah Yang Maha Pengampun. Bagaimana mau mendapat ampunan Allah, jika syirik diyakini? Bagaimana terselesaikan karut-marut persoalan negara, jika dalam mencari solusi, pikirannya justru ke dukun?

Maka Baldatun thayibatun wa Rabbun Ghafur tak kan mampu dicapai negeri ini, tetapi hanya jadi mimpi belaka. Giliran ditawari syariat sebagai solusi, malah dicap radikal, dianggap musuh. Itu sama halnya menolak berkah, mengundang azab. Na’udzubillahi mindzalik.

Oleh: Sarie Rahman
Komunitas Ibu Bahagia

Sabtu, 26 Maret 2022

Ajengan YRT: Praktik Klenik Selisihi Syariat

https://drive.google.com/uc?export=view&id=16XcIIdGFJnAimV3YEuWmQ3sX7JTcbWlU

Tinta Media - Mudir Ma’had Darul Hadis Khadimus Sunnah Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) menyatakan praktik klenik menyelisihi syariat .
“Praktik klenik yang dilakukan perdukunan itu menyelisihi syariat,” tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (22/3/2022).

Ajengan YRT menuturkan, praktik klenik atau perdukunan yang dilakukan oleh pawang hujan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kepada siapa ditujukan dan tata cara yang dilakukan. “Kalau doa ditujukan kepada Allah SWT dengan tata cara berdoa seperti biasa itu diperbolehkan, kita minta hujan dengan shalat istisqa. Berbeda ketika doa ditujukan selain kepada Allah SWT dan tata cara yang dilakukan menyelisihi atau bertentangan dengan syariat. Tetapi yang dilakukan para dukun ditujukan kepada selain Allah Ta’alla dengan tata cara yang bertentangan dengan syariah,” ujarnya.

Maka, ia mengungkapkan kedua standar itu menjadi patokan, kepada siapa ditujukan dan tata caranya.
“Kalau ditujukan kepada dewa-dewa, kepada jin, dan lain sebagainya maka jelas itu kesyirikan kemudian tata caranya misalnya dengan jampi-jampi, dengan berbagai macam sesajen. Jelas itu sesuatu yang mengarah kepada kesyirikan,” ungkapnya.

Menurutnya, hukum memakai jasa pawang hujan itu harus dikembalikan kepada fakta apa yang dilakukan oleh pawang hujan tersebut. Faktanya menunjukkan dua hal. “Pertama, dia bermunajat, meminta, memohon itu kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’alla, kepada dewa-dewa, dengan bantuan jin misalnya. Kedua faktanya adalah cara/ritual yang dilakukannya, ritual yang menyelisihi syariat,” jelasnya.

Dengan melihat kedua hal fakta tersebut, yaitu kepada siapa ditujukan doa itu dan kemudian bagaimana caranya. Ia menegaskan itu adalah kesyirikan.

“Maka jelas praktik yang terjadi dalam konteks pawang hujan yang terakhir viral itu merupakan bentuk kesyirikan. Hal ini wujud lain dari apa yang dilakukan oleh praktik perdukunan di Indonesia,” tegasnya.

Ia menyayangkan, banyak pembelaan pada praktik perdukunan termasuk jasa pawang hujan di MotoGP Mandalika itu dengan hadis Nabi Muhammad SAW tentang bolehnya berdoa, baik berdoa memohon hujan ataupun berdoa untuk mengendalikan hujan.
“Ini satu hal yang dipaksakan dan salah kaprah. Itu sungguh memalukan dan sama sekali tidak nyambung dengan yang dihukumi dengan dalil yang digunakan,” katanya.

Ulama Diam

Ajengan YRT mengungkap penyebab diamnya ulama di sekitar rezim atas keharaman dari praktik klenik yang terjadi.

“Diamnya ulama sekitar rezim atas praktik klenik disebabkan adanya kekuatan rezim/kekuatan yang mengendalikan pemerintahan ini adalah kekuatan-kekuatan yang anti Islam,” ungkapnya.

Jadi, menurutnya wajar ketika dalam semua hal praktik di pusat itu tak lepas dari praktik klenik. “Misalnya dalam ritual pindah ibu kota juga dengan praktik klenik. Keadaan ini menunjukkan awamnya para penyelenggara pemerintahan, khususnya mereka yang sedang berkuasa, khususnya mereka yang menjadi kendali dalam pemerintahan rezim ini,” bebernya.

Menurutnya, penyelenggara negara ini bukan hanya awam terhadap agama bahkan anti dengan agama. Memakai jasa pawang hujan pada berbagai ajang dari Asean Games 2008 hingga terakhir ajang MotoGP Mandalika.

“Mereka ternyata bukan hanya awam terhadap agama bahkan anti dengan agama, dan itu dapat dibuktikan dalam fakta-fakta yang bisa kita indera di beberapa kesempatan terakhir,” pungkasnya.[] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab