Ustadz Adi: Kapitalisme Bebankan Biaya Pendidikan Dokter Spesialis pada Individu
Tinta Media - Guru dan Motivator At Tafkir Ustadz Adi S. Soeswadi menegaskan kapitalisme membebankan biaya pendidikan, termasuk pendidikan dokter spesialis kepada kekuatan individu.
“Di dalam sistem kapitalisme yang diterapkan di negara kita, itu memang mau tidak mau tetap bertumpu kepada kekuatan individu untuk sekolah spesialis,” tegasnya dalam Program Talkshow Kembali ke Islam: 70.000 Bayi Mati Tidak Tertolong! Ahad (15/1/2023) di kanal Youtube At Tafkir Channel.
Hal ini terkait dengan pemberitaan meninggalnya bayi yang lahir dengan kelainan bawaan. Dari 70.000 bayi yang meninggal, sebanyak 10 persen (12.500 bayi) terindikasi sakit jantung bawaan yang membutuhkan tindakan operasi. Persoalannya adalah tenaga spesialis di negara ini hanya sekitar 5000-an yang bisa menanganinya.
“Artinya ada sekitar 7.500 bayi per tahun tidak bisa tertangani atau meninggal karena kekurangan tenaga spesialis khususnya spesialis jantung,” tuturnya.
Menurut Ustadz Adi, kondisi ini akibat dari biaya pendidikan dokter spesialis yang membutuhkan dana besar dan waktu yang lama. Dan pembiayaan tersebut sebagian besar dokter umum sekolah lagi ke spesialis itu dengan biaya pribadi. Sebab beasiswa yang ditawarkan terbatas, sesuai dengan kuota yang disediakan.
“Inilah kendala-kendalanya, karena pendidikan itu dibebankan kepada pribadi, jadi berat.” ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa negara tidak mampu untuk menyelesaikan kendala tersebut, yakni membantu pembiayaan pendidikan spesialis.
“Satu sisi negara mengetahui kebutuhan dokter spesialis itu ada dan harus dipenuhi tetapi pembiayaan dari negara tidak mampu, padahal jika tidak terpenuhi, secara tidak langsung menyebabkan bayi-bayi yang tidak tertangani per tahunnya atau meninggal,” ungkapnya.
Ketidakmampuan negara ini akibat dari penerapan sistem kapitalisme. Di mana pemasukan negara sebagian besar berasal dari pajak.
“Padahal kita memiliki sumber daya alam, seperti hutan, mineral, emas, dan seterusnya. Nah itu, dikuasai oleh swasta bahkan asing yang lebih banyak. Akibatnya kemampuan negara sedikit,” kritiknya.
Solusi Islam
Ustadz Adi menyatakan bahwa Islam memandang mulia kehidupan manusia. Dalam pemerintahan Islam pendidikan itu gratis dan diberikan bagi semua jenjang pendidikan dari dasar sampai pendidikan spesialis.
“Orang diberikan kesempatan sampai ia mencapai Spesialis, menjadi dokter spesialis. Dan itu dibiayai oleh negara, menjadi tanggung jawab negara,” tuturnya.
Seorang pemimpin atau khalifah dalam pemerintahan Islam itu harus melihat kebutuhan dari masyarakatnya.
“Seorang pemimpin (khalifah) harus melihat kebutuhannya itu bahwa ada hal yang harus diselamatkan. Berarti harus dihitung, berapa banyak jumlah dokternya, fasilitasnya, semuanya harus memenuhi kebutuhan tersebut,” bebernya.
Islam mewajibkan negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, termasuk kesehatan sehingga bisa berimbang antara yang ditangani (pasien) dan yang menangani (dokter).
“Tidak seperti dalam sistem kapitalisme di mana pendidikan diserahkan kepada kemampuan individu masyarakat sendiri,” ucapnya.
Ia menjelaskan pembiayaan negara dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya paling utama diperoleh dari potensi sumber daya alam, yakni kepemilikan umum Islam dari mineral, emas, dan semua sumber daya alam lainnya.
“Dan semua yang terkait itu adalah kepemilikan umum yang harus dikuasai negara, yang nantinya bisa membiayai kebutuhan masyarakat, salah satunya pendidikan dan kesehatan,” jelasnya.
Berbeda dengan sistem kapitalisme yang mengandalkan pajak sebagai pendapatan negara.
“Pajak ini diambil dari rakyat sementara potensi sumber daya alamnya justru diserahkan kepada swasta dan swasta boleh memiliki,” ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa wajar Islam memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya karena Islam berasal dari Allah SWT.
“Allah mengetahui kebutuhan manusia yang sesuai dengan fitrahnya,” pungkasnya.[] Ageng Kartika