Tinta Media: Dirham
Tampilkan postingan dengan label Dirham. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dirham. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 Mei 2024

Sistem Mata Uang Dinar dan Dirham, Solusi Hadapi Melemahnya Rupiah

Tinta Media - Penyebab utama ketidakstabilan nilai mata uang dan inflasi tinggi adalah penggunaan sistem mata uang kertas tanpa kontrol dan tanpa backup yang disebut dengan fiat money. Hal ini menyebabkan terjadinya krisis ekonomi dan inflasi yang tak terkendali. Solusi untuk masalah ini adalah dengan menerapkan sistem mata uang dinar dan dirham, karena sejarah telah membuktikan bahwa bertransaksi menggunakan sistem mata uang dinar dan dirham relatif stabil karena nilainya disandarkan pada emas.

Baru-baru ini, nilai rupiah terhadap dollar melemah dan mencapai Rp 16.200 per dollar AS yang memiliki dampak yang cukup luas bagi masyarakat dengan memperburuk kondisi ekonomi dalam berbagai aspek. Harga produk akan semakin mahal, pengangguran juga makin lama dalam mencari pekerjaan, dan lain-lain.

Menurut Yusuf Rendy Manilet, seorang ekonom dari Center of Reform on Economic (Core), harga barang di pasaran dapat meningkat akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Kenaikan harga barang impor dapat terjadi jika pelemahan nilai tukar rupiah terjadi dalam waktu yang lama. Beberapa industri di Indonesia masih membutuhkan bahan baku impor, sehingga biaya produksi dapat meningkat.
(Kompas.com.19/4/2024)

Meskipun ada banyak faktor yang mempengaruhi lemahnya rupiah terhadap dollar, namun ketergantungan pada dollar sebagai mata uang dunia dan penggunaan mata uang kertas yang tidak didukung oleh emas menjadi penyebab utama. Spekulan valas dapat dengan mudah memanipulasi nilai mata uang kertas, sehingga menghasilkan ketidakstabilan dan kemelaratan.

Kondisi ini dapat terjadi karena saat ini dunia secara keseluruhan dibawah imperialisme Amerika Serikat. Ekonomi dunia di bawah sistem kapitalisme tidak stabil dan mengalami volatilitas. 

Fakta tersebut menunjukkan bahwa sistem kebijakan moneter saat ini memberikan duka bagi negara-negara berkembang, akibat inflasi yang kapanpun bisa menjadi masalah besar, terutama ketika negara mengimpor banyak bahan mentah untuk industri yang belum bisa diproduksi di dalam negeri seperti Indonesia, karena uang tidak bisa menjadi standar hitungan yang adil. 

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka umat manusia harus berupaya keras untuk keluar dari lingkaran kezaliman sistem moneter tersebut dengan kembali menerapkan mata uang dinar emas dan dirham perak.

Sebab penerapan mata uang dinar emas dan dirham perak dimulai pada zaman Rasulullah dan para sahabatnya. Rasulullah Muhammad SAW telah menetapkan bahwa emas dan perak digunakan sebagai mata uang dan membuatnya sebagai ukuran sistem moneter untuk mengevaluasi barang-barang dan jasa. Ada Banyak keunggulan dari menggunakan dinar dan dirham, seperti mengurangi inflasi dan mewujudkan stabilitas ekonomi makro-mikro, mengurangi tindakan spekulatif, menyulitkan tindakan pemalsuan uang, dan sebagainya.

Sejarah juga telah membuktikan, akan kekuatan dalam kestabilan mata uang dinar dan dirham. Oleh karena itu, jika dinar dirham dijadikan standar mata uang, maka akan ada standar perimbangan terhadap mata uang dollar AS yang saat ini menjadi mata uang dunia. Dinar dan dirham hanya memiliki perannya sendiri karena mata uang dinar dan dirham memiliki nilai instrinsiknya. Selain itu emas dan perak merupakan sistem nilai tukar yang adil bagi seluruh umat manusia, Inilah bagian dari solusi menjaga kestabilan mata uang sehingga memberikan keadilan dalam perdagangan internasional dan memberi ketenangan bagi para investor dan bisnis. sehingga dapat menjadi solusi tepat bagi Indonesia maupun negara lainnya yang mengalami masalah ekonomi.

Namun, agar dapat mengubah sistem mata uang ke dinar dan dirham, dibutuhkan peran Negara dalam membuat regulasi dan kebijakan yang mendukung penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang resmi. Sosialisasi dan edukasi harus diberikan kepada masyarakat tentang penggunaan dinar dan dirham sebagai alat tukar yang adil sekaligus dapat menghindarkan dari krisis moneter.

Kerjasama antara negara-negara muslim juga perlu dilakukan dalam mengadopsi sistem ini untuk mencapai penggunaan dinar dan dirham yang merata dan luas. Oleh karenanya peralihan ke sistem mata uang dinar dan dirham membutuhkan waktu dan kerja sama yang didukung oleh regulasi dan pemerintahan yang kuat seperti negara yang memiliki sistem Islam yang mencakup pedoman hidup yang komprehensif, dan mencakup seluruh aspek kehidupan. 

Dan jika Islam di terapkan niscaya bukan hanya penduduk indonesia namun seluruh umat manusia bisa hidup lebih sejahtera. Hal ini tercermin ketika kejayaan pemerintahan Islam pada masa lampau dan tidak pernah terjadi krisis keuangan yang berkepanjangan seperti saat ini. Sebagai umat Islam yang peduli dengan keadaan negaranya, kita patut menyerukan perlunya kita menerapkan sistem Islam yang menyeluruh sehingga mata uang Dinar dan dirham dapat diterapkan. Wallahu'alam.

Oleh: Indri Wulan Pertiwi
Aktivis Muslimah Semarang 

Minggu, 25 Juni 2023

Ulama Aswaja Pantura: Akhiri Cengkeraman Dollar dengan Dinar dan Dirham

Tinta Media - Ulama Aswaja Pantura Ustadz Imam Abdul Aziz mengungkap cara mengakhiri cengkeraman dollar kepada kaum muslimin adalah dengan mengambil dinar dan dirham sebagai mata uang. 

“Cara mengakhiri cengkeraman dollar kepada kaum muslimin, caranya meninggalkan uang dollar, kemudian mengambil dinar dan dirham,” ungkapnya dalam acara Multaqo Ulama Aswaja Pantura-Bojonegoro : Khilafah Mengakhiri Hegemoni Dolar dengan Dinar dan Dirham, Selasa (20/6/2023) di kanal YouTube Ilmu Langit. 

Menurutnya, kalau tidak ingin terjebak dengan kezaliman AS, utang dengan AS, jangan menjadikan dollar sebagai standar mata uang, tetapi menjadikan dinar dan dirham sebagai standar mata uang. 

“Kemudian AS mencetak dollar sebesar-besarnya. Agar laku membuat Lembaga Keuangan, World Bank, IMF, agar negara-negara di luar AS terjebak dengan uang dollar. Indonesia ini terjebak oleh AS melalui pinjaman Bank Dunia atau IMF,” bebernya. 

Ustadz Imam Abdul Aziz memaparkan, dollar itu sebenarnya cara AS untuk menguasai bangsa lain, cara untuk mengeruk kekuasan bangsa lain.

“Saat ini muncul reaksi tidak percaya pada kekuatan uang dollar. Di Eropa sepakat dengan uang Euro, di Brazil, Rusia, India, Cina, Afrika selatan, juga sepakat membuat uang sendiri. Uang kertas yang ditopang UU. Maunya lepas dari Amerika, tetapi tetap menggunakan fiat money. Tetap saja mengalami inflasi, penurunan nilai mata uang,” jelasnya.

Ia menegaskan, uang dollar punya andil besar terhadap krisis di berbagai belahan dunia. 
“Dollar mengalami kerapuhan, terbukti tahun 1990-2020. Selama 30 tahun ini, dollar terdepresiasi terhadap emas sebesar 787%. Tahun 1990, 1 troy ons emas itu senilai 254 US dollar, saat ini 2020 1 troy ons emas senilai 2.085 US dollar. Ini terbukti ketika uang kertas dijadikan uang rentan inflasi,” tandasnya. 

Ustadz Imam Abdul Aziz menjelaskan, kelebihan uang emas yaitu aman tidak mengalami inflasi. 

“Pada masa Rasulullah 1 dinar bisa untuk beli kambing, saat ini juga sama 1 ekor kambing seharga 1 dinar. Artinya stabil," pungkasnya.[] Edy Suyono

Kamis, 15 September 2022

Walisongo Membawa Dinar dan Dirham ke Nusantara

Tinta Media - Aktivis Muslimah Iffah Ainur Rahmah mengungkapkan bahwa kekhilafahan Utsmani saat mengirimkan Walisongo ke Nusantara, mereka juga membawakan mata uang Dinar dan Dirham.

“Sultan Muhammad al-Fatih, kita tahu sahabat yang dirahmati Allah, bukan hanya kita kenal beliau sebagai penakluk Konstantinopel yang menggantikan posisi adidaya Romawi Timur pada waktu itu dengan kekuasaan Usmani. Tapi beliau juga mengirim banyak utusan atau duta-duta Islam ke negeri kita, ke Nusantara, yang kita kenal dengan Walisongo. Nah, Walisongo itu sahabat, juga membawa mata uang Dinar dan Dirham,” jelasnya dalam sebuah tayangan bertema ‘Mata Uang Turki Merosot Tajam, Harga Barang Jadi Mahal’ Kamis (8/9/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Maka, lanjutnya, tidak heran di sekitar Asia Tenggara, masyarakat mengenal uang itu dengan istilah perak. Indonesia sekarang menggunakan mata uang Rupiah. “Tapi kita juga sering mengatakan berapa rupiah itu kita katakan 500 perak. Nah artinya dulu di negeri ini, di negeri kita, di Indonesia, ataupun di Asia Tenggara itu banyak menggunakan dirham,” bebernya.

Di masa kesultanan-kesultanan yang berikutnya, lanjut Ustazah Iffah, bahkan sepanjang masa Khilafah Utsmani, senantiasa digunakan mata uang Dinar dan dirham dan hasilnya adalah tidak ada devaluasi mata uang ini terhadap mata uang asing, serta tidak menimbulkan inflasi yang luar biasa.

“Bayangkan di masa rasul SAW, rasul pernah menyuruh seorang sahabat Urwah untuk membeli seekor kambing. Rasul berikan satu Dinar kepada Urwah. Kemudian Urwah membelikan kambing itu dan seterusnya, sampai kita bisa membaca di sana rasul SAW, membeli kambing itu seharga satu dinar,” terangnya.

Sayyidah Aisyah ra. juga pernah menceritakan, tambahnya, bagaimana orang-orang mengagumi satu pakaian yang dimiliki di rumah Aisyah yang seharga lima dirham. “Kalau kita kurs kan lima dirham itu ya sekitar 300.000 rupiah dan dikatakan bahwa pada saat itu dengan harga sekian pakaian itu sudah sangat layak dan barangkali sekarang kita juga bisa melihat dengan harga sekian, yakni lima dirham tersebut orang juga bisa membeli pakaian dengan cukup layak,” jelasnya.

Artinya, Ustazah Iffah menuturkan, kalau hari ini barang diukur dengan menggunakan Dinar dan Dirham, maka tidak ada inflasi. Yang berarti tidak ada yang memukul perekonomian bangsa dan tentu saja juga tidak ada kondisi dimana mata uang asing bisa memukul atau menghancurkan ekonomi sebuah bangsa.

“Karena nilai tukar atau kurs yang fluktuatif dan kemudian mata uang kuat yang dimiliki oleh negara-negara kapitalis, negara-negara imperialis seperti Euro, Dolar, dan sejenisnya itu bisa menghancurkan ekonomi karena berkembang,” paparnya.

Dinar dan Dirham Membawa Kemaslahatan 

Ustazah Iffah meyebutkan, Allah SWT. mengatakan bahwa pemberlakuan mata uang Dinar dan Dirham pasti membawa kemaslahatan bagi umat.

“Allah ta’ala memerintahkan mata uang emas dan perak itu syariat kan karena Allah memberikan banyak sekali kemaslahatan kepada kaum muslimin dengan pemberlakuan dirhambmata uang dinar dan firham itu. Apakah memang harus menggunakan Dinar dan? Mari kita lihat bahwa nash-nash syariat memang menetapkan demikian,” ungkapnya.

Ia juga menjelaskan tiga hal yang menjelaskan bahwa nash-nash syariat memang memerintahkan penggunaan mata uang dinar dan dirham.

Pertama, sebutnya, Allah SWT. melarang kaum muslimin untuk menimbun harta atau Kanzul Mal. “Nah di dalam Al-Qur'an yang disebutkan kanzul mal itu dijelaskan mal yang dimaksud atau menimbun harta yang dimaksud hartanya itu adalah perak,” tuturnya.

Kedua, sambungnya, Islam mengaitkan dinar dan Dirham dengan hukum-hukum yang bersifat pasti, misalnya nishab pencurian.

Kemudian Ia mengutip sebuah hadis yang artinya potong tangan yang ditetapkan di dalam Al-Qur'an itu diberlakukan untuk sebuah pencurian minimal atau nishobnya adalah seperempat dinar atau lebih, diriwayatkan oleh Bukhari.

Ketiga, ujarnya, Nabi SAW, menetapkan dinar dan dirham sebagai mata uang standar untuk menakar dan menilai tukar barang dan jasa. “Jadi penggunaannya ini tidak berdasarkan nominal yang tertulis di dalam koin uang itu atau penggantinya. Tapi nilainya tergantung pada beratnya,” pungkasnya.[] Wafi
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab