Tinta Media: Dihukum
Tampilkan postingan dengan label Dihukum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dihukum. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 Desember 2023

APAKAH DIHUKUM QISHOS MEMBUNUH KARENA MEMBELA DIRI?



Tinta Media - Jika seseorang hendak dirampas kehormatannya, hartanya atau keluarganya maka hendaklah ia mempertahankan dengan cara termudah yang memungkinkan untuk dilakukan. Misalnya dengan meminta bantuan aparat. Namun jika tidak memungkinkan maka ia boleh membela diri secara fisik. Jika ia terbunuh maka statusnya mati syahid. Jika ia membunuh pelaku perampasan/perampokan/perenggut kehormatan maka ia tidak diqishos dan tidak pula membayar diyat (denda atas darah). Rujukan: Kitab al-Ma’usu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah juz. 32 hal. 318

Dalil mengenai hal ini adalah hadis Nabi, beliau bersabda:

مَنْ قُتِل دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِل دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِل دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِل دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

Siapa saja yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka ia syahid. Siapa saja yang terbunuh karena membela agamanya maka ia syahid. Siapa saja yang terbunuh karena membela darah (jiwa)nya maka ia syahid. Dan siapa saja yang terbunuh karena membela keluarga maka ia syahid. (HR. Tirmidzi dengan status hasan shahih). 

Dalil kedua adalah hadis dari Abu Hurairah, beliau berkata:

جَاءَ رَجُلٌ، فَقَال يَا رَسُول اللَّهِ: أَرَأَيْتَ إنْ جَاءَ رَجُلٌ يُرِيدُ أَخْذَ مَالِي؟ قَال: فَلاَ تُعْطِهِ مَالَكَ، قَال: أَرَأَيْتَ إنْ قَاتَلَنِي؟ قَال: قَاتِلْهُ، قَال: أَرَأَيْتَ إنْ قَتَلَنِي؟ قَال: فَأَنْتَ شَهِيدٌ، قَال: أَرَأَيْتَ إنْ قَتَلْتُهُ؟ قَال: هُوَ فِي النَّارِ

Telah datang seseorang, lalu bertanya pada Rasulullah: “Apa pendapat engkau jika ada seseorang hendak mengambil/merampas harta saya”.  Nabi menjawab: “Jangan kau serahkan hartamu”. Laki-laki tersebut bertanya lagi: “ Apa pendapatmu jika ia memerangiku”. Nabi menjawab: ”Lawanlah ia”. Laki-laki tersebut kembali bertanya: ”Apa pendapatmu jika ia membunuhku?”. Nabi menjawab: “Engkau syahid”. Laki-laki tersebut bertanya lagi: “Bagaimana jika aku yang membunuhnya?”. Nabi menjawab: “Ia masuk neraka”. (HR. Muslim)

Kalua, 25 Desember 2023 / 12 Jumadal Akhir 1445 H


Oleh: Al faqiir ilaLlah Wahyudi Ibnu Yusuf
Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ma’arif Banjarmasin

Sabtu, 27 Agustus 2022

Mantan Imam Masjidilharam Divonis 10 Tahun Penjara, Pengamat: Otoritarianisme Semakin Kuat

Tinta Media - Merespon hukuman 10 tahun penjara mantan imam masjid Masjidilharam Syekh al-Thaleb, Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana, M.Si. mengatakan kecenderungan otoritarianisme semakin kuat.
 
“Kecenderungan otoritarianisme semakin kuat. Terlebih ketika digulirkan gagasan gagasan Muhammad bin Salman (MBS) yang cenderung bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Ini yang menjadi sasaran kritik ulama-ulama hanif di Saudi yang kemudian berujung pada pemenjaraan tanpa alasan jelas,” ungkapnya kepada Tinta Media, Jumat (26/8/2022).
 
Menurut Budi, vonis yang diberikan kepada Syekh Saleh bin Muhammad at-Thaleb diindikasikan terkait dengan khotbahnya di Masjid Al-Haram tentang kejahatan dan perlunya mengecam pelaku pada tahun 2018.
 
“Beliau langsung ditahan tanpa proses pengadilan saat itu, dan baru mendapatkan vonis bebas di tahun 2022, namun ternyata dibatalkan, dan divonis menjadi 10 tahun penjara. Dugaan kuat adalah kritik beliau terhadap kasus pembunuhan Jamal Kashoggi yang disinyalir melibatkan MBS,” ungkapnya.
 
Kerajaan Arab Saudi dengan sistem monarkinya, lanjut Budi, memang mengambil  simbol-simbol Islam dalam pemerintahannya, walaupun kekuasaan tunggal raja ala monarki masih sangat kentara dalam menjalankan proses pemerintahannya.
 
“Kecenderungan otoritarianisme semakin nampak pasca berkuasanya Raja Salman, dan penetapan MBS sebagai Putra Mahkota, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Arab Saudi, Dia juga Ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan,”  terangnya.
 
Resiko Besar
 
Budi mengingatkan, umat Islam tentunya mesti menyadari bahwa melakukan amar ma’ruf nahi munkar di zaman penuh kezaliman ini mengundang resiko yang sangat besar.
 
“Perlu pondasi keimanan yang kuat agar amanah dakwah ini tetap bisa terjaga pada diri umat,” tandasnya.
 
Namun Budi berharap, keyakinan bahwa rezim-rezim zalim akan dimusnahkan oleh Allah SWT mesti tetap ditumbuhkan. “Karena perubahan menuju kebaikan akan senantiasa digelorakan, diperjuangkan oleh hamba-hambaNya yang hanif,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab