Diabetes Menyerang Anak, Negara Lalai Lindungi Generasi?
Tinta Media - Sungguh mengejutkan pemberitaan tentang kasus anak yang mengidap diabetes mellitus kini semakin meningkat, baik di dunia maupun di Indonesia.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Muhammad Faizi mengatakan bahwa di Indonesia 1.645 anak mengidap diabetes mellitus tipe satu. Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang kronis.
(Voaindonesia.com, Selasa (01/02/2023).
Ironis, anak-anak yang harusnya tumbuh dan berkembang dengan baik, justru malah terserang penyakit diabetes mellitus dan penyakit lainnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa penyakit diabetes ini menjadi salah satu penyebab kematian.
Setidaknya ada beberapa faktor penyebab anak mengalami penyakit ini, mulai dari faktor konsumsi makanan yang salah, pola hidup yang tidak sehat, serta abainya negara dalam memberi jaminan kesehatan bagi masyarakat terutama anak yang masih masa pertumbuhan.
Pola makan yang tidak sehat dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit. Tidak dimungkiri, yang menjadi faktor utama adalah karena mayoritas penduduk negeri ini dilanda kemiskinan, sehingga suplemen makanan yang diberikan kepada anaknya jauh dari kata 'sehat, bergizi, maupun bernutrisi baik.' ini karena bagi sebagian rakyat miskin, yang penting bisa makan kenyang itu sudah cukup, tanpa memperhatikan apakah makanan yang dikonsumsi sehat, baik, dan halal.
Beda halnya dengan yang mempunyai kecukupan materi, budaya junk food menjadi salah satu pilihan. Tujuannya 'yang penting makan enak,' tanpa mempedulikan lagi kandungan gizi dalam makanan yang dikonsumsinya.
Ekonomi Kapitalis Penyebab Hidup Konsumtif
Sebagaimana kita ketahui, dalam sistem yang diterapkan hari ini semuanya serba bebas. Maka, tidak heran jika anak-anak menjadi konsumtif dalam membelanjakan makanan tanpa memperhatikan apa yang terkandung dalam makanan tersebut.
Karena itu, wajar saja diabetes mellitus banyak menyerang anak-anak. Belum lagi para penjual makanan_dengan prinsip ekonomi sekuler kapitalis_ terkadang mereka tidak lagi memperhatikan kandungan gizi ataupun kehalalan produk yang dijual. Yang penting mereka mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya.
Jika menelisik hal ini, kita dapat menyimpulkan bahwa negara telah abai terhadap pengawasan bahan makanan atau produk yang dijual. Karena itu, produk yang beredar di pasaran dan yang dikonsumsi masyarakat, terutama makanan sehat untuk anak-anak tidak terjamin, karena kurangnya pengawasan negara. Padahal, negara bertugas menjaga warganya dalam mengonsumi makanan halal dan sehat.
Mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thoyyib merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Makanan yang dikonsumsi harus dipastikan kehalalan dan kethoyyibannya. Makanan halal dan thoyyib artinya makanan dan minuman yang dibolehkan untuk dikonsumsi menurut Islam, sesuai jenis makanan dan juga cara memperolehnya.
Islam Menjamin Makanan yang Halal lagi Thoyyib
Seorang muslim mestinya memperhatikan apa yang akan dimakan dan diminum, memastikan makanan dan minuman yang masuk ke dalam perut telah jelas halal dan thoyyib. Para fuqaha pun memahami bahwa halal itu bukan hanya dari segi zatnya, tetapi juga prosesnya.
Dikatakan thoyyib, jika makanan tersebut aman, baik, dan tidak menimbulkan masalah apa pun jika dikonsumsi, baik dalam rentang waktu dekat maupun jangka panjang, sehingga dapat memberi manfaat bagi tubuh.
Sebagaimana firman Allah Swt. “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi …”(QS. Al Baqarah, 2:168)
Adapun ketentuan makan dan minum yang cukup juga dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al A’raf ayat 31:
“… makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan .…”
Artinya, makan dan minum yang dikonsumsi cukup dan tidak berlebih-lebihan. Selain pola makan, pola sikap atau gaya hidup anak pun harus diawasi.
Pun, dalam hal ini para orang tua jangan membiarkan anak bermain gadget karena anak jadi malas bergerak. Cukup duduk manis, mereka sudah asyik dengan dunianya sendiri, kurang berolahraga, stres, kurang tidur dan makan-makanan instan. Ini adalah faktor penyebab diabetes mellitus.
Padahal, anak adalah aset negara yang harus diselamatkan. Merekalah pemimpin peradaban masa depan nantinya. Maka dari itu, pemerintah harus serius mencegah terjadinya penyakit diabetes mellitus ini, terutama pada anak-anak. Negara harus segera melakukan tindakan pencegahan guna memutus rantai penyakit ini dengan mengedukasi masyarakat untuk mulai hidup sehat, memperhatikan pola hidup, dan pola makan anak yang benar menurut Islam.
Namun, hal ini hanya dapat terwujud jika negara menerapkan syariat dan kepemimpinan Islam secara totalitas. Ini karena kepemimpinan Islam akan menyejahterakan masyarakat dengan memberikan pekerjaan yang layak kepada warganya sehingga kebutuhan primer maupun sekunder rakyat terjamin. Hal ini telah terbukti pada beberapa abad yang lalu.
Dengan hidup sejahtera, tentunya tidak akan kita jumpai anak-anak yang hanya asal makan. Namun, pastinya para orang tua akan memberikan perhatian yang lebih terhadap tumbuh kembang anak. Negara pun akan lebih ketat mengawasi para produsen makanan, atau penjual makanan.
Terkait bahan makanan yang terkandung di dalam produk yang dipasarkan, apakah halal dan sehat bila dikonsumsi, negara akan melakukan pengawasan yang ketat. Insyaaallah hal itu akan mencegah kecurangan yang merugikan orang lain. Ini karena tugas negara salah satunya adalah memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat, terutama terhadap anak sebagai penerus bangsa.
Wallahu alam bissawab.
Oleh: Emmy Rina Subki
Sahabat Tinta Media