Tinta Media: Darurat Perzinahan
Tampilkan postingan dengan label Darurat Perzinahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Darurat Perzinahan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Januari 2023

Ratusan Pelajar SMP Hamil di Luar Nikah, Pakar: Negeri Ini Darurat Perzinaan

Tinta Media - Menanggapi ratusan pelajar putri SMP yang meminta dispensasi nikah di Ponorogo sebab hamil di luar nikah, Pakar Parenting dan penulis buku The Model For Smart Parents Nopriadi Hermani, Ph.D. mengatakan, negeri ini darurat perzinaan.

"Negeri ini sudah darurat perzinaan di kalangan remaja," tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (17/1/2023).

Menurutnya, dari 2021 sampai sekarang ada 464 pelajar SMP-SMA yang meminta dispensasi menikah di Ponorogo. "Itu adalah fenomena gunung es dari masalah pergaulan bebas anak remaja di negeri ini. Di Kabupaten Indramayu, menurut berita terbaru malah sepanjang tahun 2022 saja terdapat 572 perkara pengajuan dispensasi nikah. Kalau dilihat data-data di daerah lain saya kira akan banyak lagi," ungkapnya.

Ia nengingatkan ada berita yang judulnya: 37 Pasangan Anak SMP Diduga Pesta Seks di Hotel, Petugas Temukan Kondom, Obat Kuat dan Miras. "Apa tidak miris berita seperti ini?" ujarnya. 

Sistemik

Nopriadi menilai, persoalan ini sudah persoalan yang bersifat sistemik. "Kenapa disebut sistemik karena ada banyak bagian-bagian dalam sistem kehidupan kita yang saling terhubung dan bekerja menghasilkan kerusakan moral ini. Secara hirarki kita bisa melihat kerusakan itu dimulai dari keluarga yang tidak bisa mendidik anak-anaknya menjadi pribadi yang bertakwa. Orangtua tidak mampu menjadi model yang baik bagi anak-anak mereka dalam hal keshalihah. Kemudian sekolah, banyak yang belum mampu mewujudkan anak-anak berakhlak baik dan sholeh sholehah. Sebagian kecil sekolah mungkin bisa, tapi sebagian besarnya tidak. Lalu masyarakat kita semakin ke sini semakin permisif dengan prilaku yang mengarah pada kerusakan moralitas," bebernya. 

"Kemudian negara apalagi. Negara sama sekali tidak berorientasi mencetak warga negara yang bertakwa, tapi masih berjibaku dengan urusan ekonomi dan kekuasaan. Banyak petinggi negeri ini terus menerus mengakumulasi kekuatan kekuasaan dan modal kapital. Kemudian level dunia juga sangat rusak. Teknologi media sosial yang menghubungkan netizen dari seluruh dunia sarat dengan konten-konten merusak moralitas. Jadi, lengkaplah sudah kekuatan yang merusak moralitas generasi muda kita," tambahnya. 

Ia mengibaratkan mesin maka sistem kehidupan saat ini adalah mesin yang terus memproduksi para remaja bermasalah secara seksual. "Sebenarnya tidak hanya remaja bermasalah yang diproduksi. Laki-laki dan wanita dewasa bermasalah terus menerus diproduksi oleh sistem kehidupan kita," ujarnya. 

Solusi

Menurutnya, solusi parsial masalah ini adalah menjaga keluarga kita sendiri, terutama untuk para ayah dan bunda. "Sadari bahwa anak-anak itu tanggung jawab kita, terutama para ayah!" Ajaknya kepada para orang tua.

 Allah SWT berfirman dalam Q.S At-Tahrim:6 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” 

Ia mengingatkan para ayah bahwa mereka diwajibkan menjaga dirinya dan keluarganya (anak dan istri) dari neraka dengan cara menjadikan mereka sebagai pribadi bertakwa. "Jadi bagi para ayah wajib kembali menjalankan kewajibannya di rumah sebagai penjaga ketakwaan keluarganya, tidak hanya urusan nafkah," katanya. 

Ia juga menuturkan bahwa para orang tua, terutama para ayah perlu mengingat perkataan Ibnul Qoyyim, seorang ulama. Ibnu Qoyyim berkata, “Maka barangsiapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari sisi orangtua…” 

"Bagaimana agar orangtua tidak melakukan kejahatan sangat besar ini? Tidak lain menjadi model yang baik untuk anak-anaknya. Menjadi ayah bunda yang salih-salihah. Orangtua yang terus menerus belajar menyempurnakan diri. Belajar Islam, belajar ilmu parenting dan mempraktikkannya di dalam urusan pengasuhan anak. Nah, itu solusi parsial," jelasnya.

Kemudian ia melanjutkan, solusi sistemiknya adalah mengubah mesin produksi, dari memproduksi orang-orang bermasalah menjadi mesin produksi manusia-manusia bertakwa yang memiliki ketinggian akhlak. "Itu artinya menuntut pengelolaan di level negara, masyarakat dan sekolah yang kondusif untuk mencetak manusia-manusia berkualitas tinggi ini," ujarnya.

 Namun, tambahnya, semua itu bisa terjadi bila sistem kehidupan kita yang menjauh dari agama (sekular) menjadi sistem kehidupan Islami. Sistem kehidupan ini lah yang akan mengundang keberkahan dan menghasilkan manusia-manusia terhormat, berakhlak tinggi dan berkualitas tinggi.

Yang terakhir, ia mengutip firman Allah SWT. yang artinya:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (TQS. Al-A’raf:96).[] Wafi

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab