Tinta Media: Dakwah
Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 Oktober 2024

Jurnalis: Dakwah Islam Kaffah adalah Dakwah yang Dibenci Kafir Barat

Tinta Media - Berbicara mengenai peluang dakwah Islam diberi ruang atau tidak oleh rezim baru ini, jurnalis senior, Joko Prasetyo, menilai bahwa dakwah Islam kaffah adalah dakwah yang dibenci oleh Kafir Barat.

"Kalau peluang, insyaallah akan selalu ada. Dakwah sebagian ajaran Islam tentu saja diberi karpet merah. Hanya saja, bila dakwahnya untuk penerapan syariat Islam kaffah dalam naungan khilafah adalah dakwah yang dibenci kafir Barat. Jadi, sangat mungkin akan dipersekusi bahkan dikriminalisasi sebagaimana yang terjadi pada rezim sebelumnya," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (24/10/2024).

Menurutnya, bila rezim Prabowo konsisten melanjutkan kebijakan rezim Jokowi, tentu saja sangat mungkin akan mempersekusi dan mengkriminalisasi dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah.

Namun, sambungnya, itu semua tidak dapat menggugurkan kewajiban dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah.

Terakhir ia menegaskan bahwa diberi karpet merah maupun dipersekusi dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah hukumnya wajib

"Jadi, baik digelar karpet merah ataupun dipersekusi/kriminalisasi tetap saja dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah tetap saja hukumnya wajib! Allahu Akbar!" pungkasnya.[] Nur Salamah

Senin, 26 Agustus 2024

Dulu Tomboy, Kini Aktivis Dakwah (Nur Aliyah, Warga Jagakarsa)

Tinta Media - Meski sudah melahirkan tiga orang anak, penampilannya masih tomboy: pakai kaos, celana 𝑗𝑒𝑎𝑛𝑠 dan sepatu sket bila bepergian. Bila sekadar berada di sekitar rumah atau ke warung, celana pendek dan kaos menjadi favoritnya.

“Malu pakai baju perempuan, apalagi pakai kerudung,” ujar Nur Aliyah, warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, kepada 𝐴𝑙-𝑊𝑎’𝑖𝑒, akhir Juni 2011.

Namun, tidak lama sejak mengikuti tabligh akbar dai mantan artis Hari Moekti awal Februari 2009 di Masjid Al-Birru, Jagakarsa, penampilannya berubah 180 derajat: kerudung dan jilbab selalu dia kenakan tiap kali ke luar rumah.

Bahkan perempuan kelahiran Jakarta 46 tahun lalu itu kini menjadi seorang aktivis dakwah. Suami, ketiga anaknya, kedua orang tuanya, saudara-saudaranya, serta tetangganya, semua dia ajak memahami Islam kaffah.

𝐊𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐤𝐮𝐥𝐚𝐫𝐢𝐬𝐦𝐞

Aliyah mulai benar-benar melepaskan kerudung sejak duduk di bangku SMP. Sebelumnya, semasa SD ia rajin mengaji dan mengenakan karebo (sebutan untuk pakaian Muslimah saat itu), namun pulang ngaji karebo-nya kembali dilepas.

“Terus sudah selesai 𝑑𝑖𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑖𝑛. Pakai celana pendek lagi. Kalau keluar, baru pakai celana panjang,” kenangnya.

Aliyah merasa tidak bersalah dengan caranya berpakaian. Ia pun memiliki karakter yang tidak mau diam bila melihat hal-hal yang dia anggap tidak benar. Celakanya, nilai yang dianggap benar olehnya saat itu adalah nilai sekularisme, nilai yang memisahkan kehidupan sehari-hari dengan agama.

Makanya ketika duduk di bangku SMA dan melihat ada temannya mengenakan kerudung dan rok yang lebih panjang dari anak sekolah lainnya, ia langsung angkat bicara.

“Ini sekolahan. Kamu jangan pakai kerudung begitu. Kalau pakai kerudung itu di pengajian!” ketusnya saat itu.

𝐌𝐞𝐧𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐳𝐚𝐥𝐢𝐦𝐚𝐧

Meski demikian, Aliyah pun termasuk orang yang peduli. Ia tidak suka bila melihat ada orang yang dizalimi. Ia langsung melabrak teman-temannya yang mengejek teman sekelasnya yang terkena penyakit kulit eksim.

Ia pun muak dengan pemerintahan yang korup yang dipertontonkan di televisi. Ia senang sekali ketika melihat ada suara-suara lantang di televisi menentang kezaliman pemerintah. Apalagi melihat ormas Islam tersebut di televisi yang mengibarkan bendera hitam dan putih demo menentang kenaikan harga BBM, menentang kezaliman lain yang dilakukan pemerintah.

Makanya, ketika melihat ada pamflet tablig akbar yang diselenggarakan oleh ormas Islam Jagakarsa, ia dan salah satu anak perempuannya datang. Ia mendengar ceramah Kang Hari Moekti dengan saksama dan mengisi angket kesediaan mengenal ormas Islam tersebut lebih lanjut.

Dua pekan setelah ia melingkari opsi bersedia, kemudian datanglah seorang aktivis Muslimah  Jagakarsa yang diutus mengontak dirinya. Usai mendengar aktivis itu menjelaskan visi, misi dan aksinya, Aliyah langsung berkomentar, “Ih, ini mah 𝑛𝑔𝑎𝑗𝑎𝑘𝑖𝑛 mendirikan negara Islam.”

Dengan enteng sang aktivis menjawab, “𝐸𝑚𝑎𝑛𝑔 iya.”

Sejenak Aliyah tertegun memikirkan jawaban aktivis tersebut. “Apa iya, jangan-jangan nanti aku jadi pemberontak? Tapi ya sudah deh, ikutin saja dulu,” ujarnya menceritakan jalan pikirannya saat itu.

Ia pun menyangka nantinya dirinya akan disuruh melakukan bom bunuh diri. Namun, sangkaan itu sirna setelah dijelaskan bahwa metode mendirikan negara Islam itu dengan dakwah bukan dengan bom.

Setelah dijelaskan tentang akidah Islam dan kewajiban terikat terhadap syariah, maka dua bulan setelah pertemuan itu, tanpa membantah ia pun langsung bersedia mengamalkan Al-Qur’an surah an-Nur Ayat 31, yakni mengenakan kerudung (𝑘ℎ𝑖𝑚𝑎𝑟) hingga menutup dada, serta menggunakan baju terusan tanpa terpotong (𝑗𝑖𝑙𝑏𝑎𝑏) hingga di bawah mata kaki (𝑖𝑟𝑘ℎ𝑎), sesuai dengan Al-Qur’an surah al-Ahzab Ayat 59.

Ia selalu mengenakan keduanya setiap kali ke luar rumah atau ketika menemui laki-laki yang bukan mahram di dalam rumah sesuai perintah Nabi Muhammad SAW di dalam berbagai haditsnya.

Ilmu yang dia dapat dari pertemuan rutin sepekan sekali, ia sampaikan kembali kepada teman-teman, tetangga dan keluarganya. Teman dan keluarganya tidak semua tinggal di Jagakarsa. Ada yang di kecamatan lain, bahkan di luar Jakarta.

Karena itu, pada hari ini ia bisa di Lenteng Agung, esoknya ke Pondok Labu, di hari lain ke Bogor. Semua dia ajak untuk mengkaji Islam lebih dalam. Selain itu ia pun memberikan oleh-oleh bacaan buat mereka.

“Waktu aku kontak-kontak itu, ngasih Media Umat, al-Wa’ie dan al-Islam. Pokoknya, itu tas penuh. Biar kata 𝑔𝑎 ada duit, 𝑏𝑖𝑎𝑟𝑖𝑛 saya beli, nanti rezekinya Allah beri lagi,” ujar wanita yang berlangganan lima eksemplar tabloid Media Umat itu.

𝐏𝐞𝐧𝐮𝐡 𝐁𝐞𝐫𝐤𝐚𝐡

“Ibu Aliyah itu orangnya mau berpikir, mau berubah ke arah yang lebih baik, banyak ibu-ibu yang dikontak, meski sudah dijelaskan tentang akidah Islam, keterikatan terhadap syariah dan dibacakan dalil-dalilnya tetap saja tidak berubah,” ujar aktivis yang mengontak Aliyah kepada 𝐴𝑙-𝑊𝑎’𝑖𝑒.

Hari Moekti dalam tablig akbarnya di Al-Birru dua tahun lalu, dengan tegas mengatakan semoga yang hadir dalam majelisnya saat itu mendapatkan berkah dari Allah SWT.

“Berkah artinya 𝑧𝑖𝑦𝑎𝑑𝑎𝑡𝑢𝑙 𝑘ℎ𝑎𝑖𝑟 (bertambahnya kebaikan)!” lantangnya di depan Aliyah dan ratusan warga Jagakarsa lainnya.

Masyaallah, rupanya Aliyah mendapat keberkahan itu. “Yang istiqamah, ya Bu!” 𝐴𝑎𝑚𝑖𝑖𝑛. []

Oleh: 𝐉𝐨𝐤𝐨 𝐏𝐫𝐚𝐬𝐞𝐭𝐲𝐨

𝐷𝑖𝑚𝑢𝑎𝑡 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑗𝑎𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑙-𝑊𝑎’𝑖𝑒 𝐸𝑑𝑖𝑠𝑖 𝐾ℎ𝑢𝑠𝑢𝑠 𝑁𝑜. 131: 𝐺𝑒𝑚𝑝𝑖𝑡𝑎 𝐾𝑜𝑛𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑎𝑗𝑎𝑏 1432 𝐻 (𝐽𝑢𝑙𝑖 2011).


Assalaamu'alakum Wr. Wb.

Telah wafat sdr. Nur Aliyah M.Pd/Alumni Program Studi MPI STAI ALHIKMAH Jakarta Angkatan 2020. Semoga beliau termasuk من اهل الخير و اهل الجنة...🤲🤲, dan marilah sejenah kita membacakan Al-Fatihah kepada Almarhumah...الفاتحة...

Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.

(Suhada)

Sabtu, 24 Februari 2024

Ingin Tim Dakwah yang Solid? Perhatikan Ini!



Tinta Media - Ada yang bilang, kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. 

Meskipun kata-kata ini bukan bersumber dari nas-nas syarak, tapi jika dicermati ada benarnya.  Sudah benar memilih aktivitas dakwah, tapi tidak dikoordinir dengan rapi, maka tidak akan terlihat hasilnya. Apalagi jika kita mempelajari sirah Nabawiyah, meskipun sudah dijanjikan kemenangan,  Rasulullah SAW selalu memperhatikan kaidah sebab akibat dalam melakukan sesuatu. 

Salah satu sebab yang mengantarkan pada kemenangan dakwah adalah adanya tim yang solid. Bagaimana cara membentuk tim yang solid? 

Pertama, tujuan harus sama, yaitu meraih ridho Allah melalui nilai ruhiyah. 

Tim dakwah harus paham bahwa nilai (qimah) yang ingin diraih dalam beraktivitas dakwah adalah nilai ruhiyah. Sehingga akan bermasalah jika saat bergabung, anggota tim ada ingin meraih ketenaran, pujian orang atau mendapat penghasilan. 

Kedua, saling percaya. 

Target-target dakwah tidak akan tercapai dengan baik jika tidak ada rasa saling percaya antar anggota tim, atau anggota dan ketua. Apa yang diputuskan ketua, itulah yang dilaksanakan oleh tim. Ketika ada keberatan terhadap keputusan ketua, jangan sampai anggota tim  membuat gosip dengan anggota lainnya.  Penyampaian pendapat secara makruf tentu akan membuat hal-hal yang menjadi masalah, bisa diselesaikan. 

Ketiga, membangun komunikasi yang baik. 

Dalam tim, adanya interaksi antar anggota pasti terjadi. Komunikasi dengan menggunakan bahasa dan adab yang baik, akan membuat tim menjadi nyaman. Gesekan antar anggota tim sangat mungkin terjadi. Kalaupun terjadi, gesekan harus segera diselesaikan. Saling meminta maaf, tidak memendam amarah, merendahkan ego adalah hal-hal yang dilakukan Rasulullah SAW yang harus kita contoh. 

Keempat, saling menghargai. 

Setiap anggota mungkin memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Saling menghargai, tidak meremehkan hasil kerja antar anggota akan membentuk suasana yang kondusif dalam tim. 

Kelima, saling memahami tanggung jawab masing-masing. 

Anggota tim tidak boleh abai terhadap amanah yang diemban. Karena akan berimbas menambah beban anggota yang lain. Sehingga memunculkan rasa kecewa. 

Keenam, saling memotivasi. 

Adakalanya anggota tim memiliki kendala dalam menjalankan amanah-amanah yang diberikan kepadanya. Kuatkan anggota tersebut dengan bantuan, ingatkan dengan janji Allah terhadap para penolong agama Allah. Bahkan sekedar pelukan atau menjadi pendengar yang baik, bisa jadi akan meringankan bebannya.

Ketujuh, evaluasi. 

Aktivitas dakwah juga mengharuskan adanya target-target yang hendak diraih. Dalam setiap program yang dibuat, harus dievaluasi apakah sesuai dengan target atau ada yang meleset. Evaluasi ini tidak dalam rangka menyalahkan tapi untuk melakukan perbaikan pada program-program yang akan dilakukan selanjutnya. Bagi yang dievaluasi harus  berbesar hati untuk memperbaiki. 

Dengan memahami poin-poin ini, tim dakwah akan menjadi solid. Sehingga target-target dakwah akan lebih cepat tercapai. Insya Allah.


Oleh: Retno Puspitasari, S.Si
Pembina Komunitas Muslimah Batam 

UIY Ungkap Pentingnya Dakwah bagi Perubahan



Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengungkap pentingnya dakwah yang menjadi instrumen utama bagi perubahan. 

"Dakwah adalah bagian penting dari ajaran Islam, yang menjadi instrumen utama bagi perubahan," tuturnya dalam video: Songsong Perubahan, Sabtu (17/2/2024), di kanal Youtube Khilafah News. 

Melalui dakwah, lanjutnya, ajaran Islam dipelajari, dipahami, dihayati kemudian diamalkan hingga membentuk perilaku. 

“Perilaku yang dilakukan secara bersama dalam kurun waktu yang panjang akan menghasilkan budaya. Sehingga menjadi jelas dakwah akan menghasilkan budaya dan budaya yang dibentuk itu adalah budaya yang baik dalam aneka sisi dan aspek. Jadi dakwahlah yang akan membentuk budaya, bukan sebaliknya," tegasnya.


Menurutnya, dakwah bersumber dari nilai-nilai Islami yang bersifat tetap sedang budaya tumbuh sebagai hasil dari relasi nilai dan perilaku manusia yang tentu saja akan terus berubah. 

Ia mencontohkan, dulu perempuan ketika hadir di undangan berkebaya dan menggunakan gelung, tetapi kini hampir tak ada lagi perempuan yang berpakaian berkebaya dan menggunakan gelung, yang tampak sekarang adalah kerudung. 

“Kerudung yang di awal tahun 1980-an dulu itu sempat begitu dimusuhi oleh siswi-siswi Sekolah Menengah Atas di berbagai kota di Bandung, Bogor, Jakarta dan Surabaya, setelah menemukan kesadaran baru dalam berpakaian, lalu mereka melengkapi seragam sekolahnya dengan kerudung,” bebernya. 

Ia melanjutkan, alih-alih mendapatkan apresiasi, para siswi itu justru mendapat pelarangan dan intimidasi sampai dipecat dari sekolah atau dipaksa mengundurkan diri karena keteguhannya berkerudung. 


“Berkat dakwah yang dilakukan secara konsisten suasana itu berubah, kerudung kini tak lagi dimusuhi bahkan setelah bertahun-tahun tak henti diperjuangkan akhirnya kerudung ditetapkan resmi menjadi bagian dari seragam sekolah SMA SMP bahkan juga SD,” urainya. 

Mempengaruhi 

UIY yakin, ketika dakwah terus dilakukan maka perubahan pasti akan terus terjadi karena seruan dakwah akan mempengaruhi orang berpikir. 

“Ketika pemikiran orang berubah pula tanggapan terhadap ajaran Islam dan budaya yang dulu ditolak kini diterima, bahkan dibela. Dulu dianggap buruk kini dianggap baik dan makin banyak orang tertarik. Dulu dibenci kini dicintai begitu sebaliknya dulu dicinta, kini tak lagi," bebernya. 

“Karena itu teruslah berdakwah, agar manusia, keluarga, negara, bahkan dunia berubah ke arah yang lebih baik yang diridhai Allah Yang Maha Mencipta,” pungkasnya. [] Muhammad Nur

IJM: Negara Tak Dapat Melarang Dakwah



Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM)  Agung Wisnuwardana menuturkan, sebagai negara hukum pemerintah tidak dapat melarang warganya untuk berserikat berkumpul dan juga berkegiatan dakwah.

"Sebagai negara hukum pemerintah tidak dapat melarang warganya untuk berserikat berkumpul dan juga berkegiatan dakwah," ujarnya dalam video:  Normalisasi HT1 dan FP1? Di kanal Youtube Justice Monitor, Rabu (31/1/2024).

Menurutnya, fenomena ruang kebebasan bersuara kritis belakangan ini makin menyempit. "Jangan lupa! pemerintah juga punya tanggung jawab melakukan pembinaan pengayoman dan memberikan edukasi kepada seluruh ormas," ulasnya. 

Ia berharap pemerintah memberikan keadilan bagi setiap masyarakat untuk berdakwah dan bersuara kritis. 

"Ini harus menjadi warning bagi pemerintah, agar berhati-hati dan bersikap adil dalam memperlakukan ormas Islam, karena bisa menimbulkan persepsi negatif di kalangan masyarakat, bahwa ini upaya memberangus kelompok Islam yang berbeda dan kritis terhadap pemerintah," pungkasnya.[] Muhammad Nur

Minggu, 11 Februari 2024

Apa Sumbangsihmu untuk Kebangkitan?

Tinta Media - Islam merupakan agama yang paripurna yang mengatur semua hal dalam hidup ini. Islam mengatur hubungan kita dengan sang pencipta, Islam mengatur hubungan kita dengan diri kita sendiri bahkan Islam mengatur hubungan kita dengan orang lain. Oleh karena itu jika kita punya masalah bagaimana cara kita membangun hubungan dengan sang pencipta maka Islam punya jawabannya. 

Bagaimana kita memenuhi kebutuhan kita seperti makan dan minum maka Islam juga punya jawabannya. Begitu pula bagaimana kita berdagang, bergaul, bermasyarakat dan bernegara Islam juga punya solusinya karena Islam adalah agama yang sempurna yang Allah ridhoi. 

Melihat Islam yang begitu sempurna tentu yang terbayang adalah umat Islam adalah umat yang istimewa, penuh dengan keteraturan dan bahkan menjadi umat terbaik. Tapi jika kita melihat fakta justru umat Islam hari ini jauh dari kata umat yang teratur, umat Islam hari ini hidup di bawah tekanan bahkan tidak jarang hidup dalam penjajahan. 

Lantas apa yang mengakibatkan itu semua terjadi? Apakah Islam agama yang salah? Atau Islam tidak cocok lagi digunakan hari ini? Jawabannya adalah tidak mungkin Islam ini agama yang salah. Dilihat dari sisi historis kita bisa lihat dalam catatan sejarah bahwa Islam mampu mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang tinggi, masyarakat yang berpecah belah menjadi masyarakat yang kuat bersatu padu. 

Dari sisi dalil Allah SWT. sendiri yang menyebutkan dalam kitab-Nya bahwa Islam adalah agama yang benar dan bahkan bisa menjadi rahmat untuk semesta alam tidak hanya untuk umat Islam tapi untuk semua umat manusia. Lantas apa yang salah sehingga idealisme Islam begitu jauh ketimpangannya dibandingkan dengan fakta umat Islam sendiri pada hari ini? 

Jawabannya adalah karena Islam tidak digunakan sebagai sebuah tuntunan. Islam tidak digunakan sebagai sebuah patokan dalam kehidupan kaum muslimin hari ini atau bisa juga dikatakan Islam hanya digunakan dalam aspek tertentu saja dalam kehidupan, tidak dalam semua aspeknya. Islam hanya digunakan dalam aspek hubungan dirinya dengan tahannya dan juga bagaimana hubungan umat Islam dengan dirinya sendiri sementara dalam membangun hubungan dengan sesama manusia hari ini Islam tidak digunakan sebagai pedoman. 

Lantas bagaimana kita sebagai kaum muslimin bisa menggunakan Islam sebagai sebuah panduan dalam semua aspek kehidupan? Kuncinya adalah kita harus mengubah pikiran kita bahwa islamlah satu-satunya ideologi, agama yang benar yang akan membawa pada keberkahan dalam kehidupan dan barang tentu kesadaran ini tidak boleh hanya dimiliki oleh kita saja tetapi harus dimiliki oleh kaum muslimin yang lain agar Islam bisa diterapkan dalam semua aspek kehidupan. Menerapkan Islam secara totalitas tidak bisa dilakukan sendiri tapi butuh kebersamaan, butuh persatuan, butuh sebuah masyarakat yang kemudian memiliki pemikiran, perasaan dan aturan yang sama yakni peraturan Islam. 

Dalam upaya mengajak dan memahamkan kaum muslimin tentang pentingnya Islam dijadikan petunjuk dalam semua aspek kehidupan maka media yang bisa kita gunakan salah satunya adalah melalui tulisan. Ya, dengan menulis kita bisa menyampaikan paripurnanya Islam, dengan tulisan kita bisa menjangkau kepada siapa pun dan bahkan tulisan bisa bertahan dan dibaca walaupun yang menulis sudah tiada. 

Coba kita lihat bagaimana kitab Tafsir Ibnu Katsir misalnya, kitab Ahkamu Al shulthaniyyah karya imam Al Mawardi, kitab Fiqih dan banyak lagi buku atau tulisan yang dibuat pada masa lalu tetapi masih ada bahkan menjadi rujukan pada hari ini. Manusia khususnya kaum muslimin tentu ketika pandangannya tentang Islam itu benar pasti akan bergerak dengan sendirinya untuk menjadikan Islam sebagai sebuah tuntunan dalam kehidupan. 

Oleh karena itu, menuliskan bukan hanya sebuah hobi atau aktivitas recehan tetapi adalah aktivitas agung yang akan mampu membangkitkan manusia bahkan sebuah peradaban. Menuliskan bukan hanya menghasilkan sesuatu yang besar di dunia tetapi juga akan menjadi amalan yang tidak akan terputus pahalanya walaupun penulisannya sudah tiada. Jika kita ingin mendapat pahala yang tiada henti-hentinya maka menulis bisa menjadi salah satu pilihannya. Tinggal kita memilih apakah akan berdiam diri saja melihat kondisi umat Islam yang hancur hari ini atau kah kita akan bergerak berusaha mengubahnya menjadi sebenar-benar khairu ummah. Pilihan ada di tangan anda. 

Wallahu a'lam.

Oleh: Ikhsan Hari, Pegiat Pendidikan Agama 

Menulis Itu Uslub Dakwah Memperpanjang List Pahala

Tinta Media - Menulis adalah salah satu uslub untuk memperpanjang list pahala, membuat pahala mengalir walaupun sang penulis telah tiada. Menulis juga merupakan cara agar kita tidak merugi di akhirat sana.

Berdakwah adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap kaum muslimin. Dakwah menyampaikan kebenaran, menyerukan kebaikan, membela Islam, bisa dilakukan dengan lisan maupun tulisan. Aktifitas menulis untuk menyampaikan dakwah merupakan salah satu uslub yang bisa ditempuh agar kewajiban tersebut tertunaikan. Tentu kegiatan menulis ini harus mengacu pada Islam dan dilakukan sepenuhnya untuk menjalankan apa yang telah diwajibkan untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Di samping itu, berdakwah dengan menulis sangat sesuai dengan kondisi saat ini, terutama di bidang pendidikan.

Pada saat ini di bidang pendidikan sangat ditekankan aktifitas literasi, yang antara lain berupa kegiatan membaca, menulis, juga berbicara. Literasi sangat ditekankan, bahkan dimasukkan dalam penilaian di rapor pendidikan masing-masing lembaga negeri maupun swasta di negara ini. Aktifitas membaca dan menulis begitu ditekankan sehingga semua program bahkan anggaran sekolah harus ditujukan untuk meningkatkan kemampuan literasi.

Pengkondisian suasana belajar dengan upaya peningkatan aktifitas literasi ini harus disambut dengan penyediaan bahan bacaan yang memadai. Padahal pada saat ini bahan bacaan atau tulisan yang beredar sebagian besar berupa karya yang dipengaruhi oleh pola pemikiran Barat yang sekuler. Bahkan pemikiran yang didasari ide sosialis pun beredar luas di masyarakat. Oleh karena itu harus ada upaya maksimal dari para penulis yang beridiologi Islam untuk mengisi ruang literasi tersebut sehingga bisa mendominasi karya yang siap dikonsumsi. Inilah medan dakwah yang ada saat ini, menjadi peluang bagi para pejuang idiologi Islam.

Kondisi saat ini menjadi kesempatan bagi para penulis idiologis untuk menyajikan karya terbaik yang bisa membalikkan pola berpikir umat, dari pola pikir yang kapitalis sekuler dan sosialis menuju pala pikir Islami. Dengan tulisan, mereka  harus mengupayakan agar bisa membentuk pola jiwa para pembaca menuju karakter yang dikehendaki oleh Allah SWT dan RasulNya. Sehingga pribadi-pribadi yang berkarakter kuat sebagaimana karakter sahabat bisa segera mencuat dan memenuhi komunitas umat, menjadikan mereka pejuang bukan hanya untuk uang tetapi kemuliaan dunia hingga meraih ridhoNya. Malaikat akan mencatat amal penulis dan efek yang ditimbulkannya. (QS Yasin;12).

Aktifitas menulis yang bisa mengarahkan pembaca memiliki karakter Islami itu akan menjadikan penulis menorehkan tinta amalnya, memperpanjang list pahalanya dan bisa mendudukkannya pada posisi mulia di sisi Allah SWT. Karena amal menyerukan pada Islam yang diikuti oleh orang lain, akan mengalirkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tersebut dan akan mengalir terus walaupun sang penulis sudah tutup usia.

Di sisi lain, berdakwah dengan tulisan juga akan menjadikan penulisnya tidak termasuk orang yang merugi di akhirat nanti. Allah SWT telah menjelaskan masalah ini dalam Al Quran surat Al Ashr bahwa semua manusia akan merugi, disiksa di akhirat nanti, kecuali mereka yang beriman, beramal sholih (menjalankan syariat Islam dengan ikhlas), berdakwah dan mengajak pada kesabaran. Empat syarat ini harus terpenuhi semua agar tidak disiksa di d5 nanti. Oleh karena itu berdakwah dengan menulis, mengarahkan orang agar menjadikan Islam sebagai acuan hidupnya adalah aktifitas penting yang harus selalu dilakukan.

 Oleh: Eko Rahmad P (Staf Pengajar SMP)

Sabtu, 10 Februari 2024

Dakwah dengan Tulisan Memberi Perubahan yang Berkesan



Tinta Media - Kekuatan penulis itu dimulai dari azam yang kuat. Ketika azam belum kuat, maka kita akan mudah menyerah. Sebab, di setiap dakwah, baik melalui tulisan maupun lisan, pasti akan selalu ada rintangan dan tantangan. 

Ketika rintangan dan tantangan tersebut dihadapi tanpa azam yang kuat, pasti kita akan menyerah dan berhenti untuk berdakwah.

Sebagai motivasi, bahwasanya peradaban Islam diukir dengan dua perkara, yaitu hitam tinta para ulama dan merah darah para syuhada. Keduanya bersinergi memecah berbagai kezaliman dan mampu mengguncang dunia dengan bukti bertahan lamanya masa kejayaan Islam. 

Dengan tinta para ulamalah dunia diubah. Semoga kelak dengan tinta pula Islam akan kembali berjaya. Sebagai tambahan semangat, Ali bin Abi Thalib pernah berkata bahwa semua orang akan mati kecuali karyanya. Maka, tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak. 

Oleh karena itu, menulis dakwah ideologis merupakan bekal terbaik untuk kita di akhirat. Karya tulis atau dakwah dengan tulisan akan selalu ada dan hidup walau penulis telah mati dan akan menjadi amal jariyah baginya.

Oleh karena itu,  azamkan pada diri bahwa motivasi tersebut akan selalu dibaca dan diingat sebagai penyemangat untuk selalu menulis ketika dalam keadaan malas ataupun futur. 

Kalimat tersebut sangat penting bagi seorang penulis. Karena rasa malas dan bosan akan datang jika tidak ada motivasi, maka rasa bosan itu tidak akan bisa dilawan tanpa motivasi yang benar.

Sahabat, ingatlah saat ujian dakwah, ujian kehidupan menghampiri kita. Sesungguhnya, di luar sana banyak sekali saudara-saudara kita yang merasakan ujian yang jauh lebih berat daripada kita. Saat dakwah kita ditolak masyarakat karena dianggap tidak sesuai dengan adat kebiasaan, berseberangan dengan pemikiran mereka, maka di luar sana banyak saudara kita yang sampai mendekam di penjara demi bisa menyampaikan dakwah. Mulut mereka dibungkam untuk tetap diam, bahkan tidak sedikit yang harus meregang nyawa.

Maka dari itu, kitalah sebagai pemuda tangguh yang selayaknya menulis terkait apa yang kita ketahui, mengingat kerusakan para remaja yang begitu memilukan, mulai dari masalah percintaan hingga masalah persahabatan. Hal itu selalu ada. 

Pertengkaran dan pembunuhan di kalangan pemuda pun semakin marak terjadi. Lalu, jika remaja saat ini seperti itu, maka siapakah yang akan meneruskan peradaban negeri ini ke depannya? Apakah pantas negeri Wakanda ini diteruskan oleh remaja rusak seperti itu. Tentunya tidak. 

Karena itu, merupakan kewajiban bagi kita untuk mengubah remaja yang rusak. Remaja merupakan aset bangsa yang harus kita jaga karena merekalah yang akan meneruskan peradaban Islam ini nantinya.

Maka dari itu, tugas kita sebagai remaja penulis ideologislah untuk menyadarkan mereka dengan tulisan. Kita harus membuat semua pemuda sadar bahwa merekalah yang akan meneruskan negeri ini sehingga menjadi remaja yang solid dan kuat dalam berdakwah, menjadi tonggak awal berdirinya negara Islam. Insyaallah.


Oleh: Azzaky Ali
(Santri kelas X)

Rabu, 07 Februari 2024

Inilah Alasan Agar Serius dalam Berdakwah



Tinta Media - Jika Anda mengira bahwa dakwah adalah kewajiban syekh, habib, ustaz atau kiai, Anda salah besar. Dakwah sejatinya kewajiban setiap muslim tanpa terkecuali. Bahkan karena hukumnya wajib, dakwah harus dilakukan secara serius. Tidak asal-asalan dan tidak main-main. 

Banyak kaum muslimin yang tidak tahu tentang kewajiban ini. Bahkan yang sudah tahu sekalipun terkadang tidak serius dalam melaksanakan dakwah. Tidak sedikit dari mereka yang mengesampingkan dakwah bahkan menyepelekan kewajiban dakwah ini. Dakwah hanya dilakukan ketika ada waktu luang dan waktu sisa dari kesibukan. Alasan demi alasan disuguhkan untuk melegitimasi ketidakseriusan dalam menjalankan amal dakwah. 

Ada dua alasan yang sebenarnya bisa kita hadirkan ketika kita bertekad serius dalam berdakwah. Pertama, senantiasa ingat bahwa Allah Swt. menciptakan langit dan bumi beserta isinya sangatlah serius. Menciptakan manusia dan makhluk lainnya begitu sempurna. Dari perkara yang kecil sampai perkara yang besar, tidak ada yang Allah ciptakan dengan asal-asalan. Semuanya begitu sempurna. Allah Swt. berfirman: 

 ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ طِبَاقٗاۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُور 

"Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?" [Surat Al-Mulk: 3] 

Ayat di atas menunjukkan betapa Allah dalam menciptakan langit benar-benar rapi, tidak ada cacat sedikit pun. Allah Swt. tidak pernah main-main dalam ciptaan-Nya, maka sungguh mengherankan jika kemudian kita main-main atau asal-asalan dalam beramal. Asal-asalan dalam dakwah. Tidak bersungguh-sungguh dalam menunaikan kewajiban ini. Akal sehat mana yang kita gunakan saat kita menyepelekan kewajiban dari Allah ini? 

Akibat lebih jauh ketika kita asal-asalan dalam melaksanakan kewajiban adalah bisa mengundang murka Allah. Asal-asalan yang dimaksud adalah menjalankan kewajiban tanpa mengikuti aturan Allah. Ini jelas akan mengundang azab Allah. Allah sudah tunjukkan itu kepada kaum terdahulu. Ketika mereka asal-asalan bahkan menyimpang dari apa yang sudah Allah tetapkan. Kita telah mengetahui bagaimana Fir'aun dibinasakan. Kita juga tahu bagaimana Abu Lahab dan Abu Jahal dihinakan karena mereka main-main dengan apa yang sudah Allah tetapkan. Karena itulah tidak ada pilihan bagi kita dalam menjalankan ketaatan kepada Allah kecuali dengan serius dan bersungguh-sungguh. 

Kedua, Allah Swt. menegaskan kepada siapa saja untuk benar-benar memperhatikan bagaimana Allah menciptakan langit. Allah Swt. dalam lanjutan ayat berikutnya dari surat Al-Mulk: 

 ثُمَّ ٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ كَرَّتَيۡنِ يَنقَلِبۡ إِلَيۡكَ ٱلۡبَصَرُ خَاسِئٗا وَهُوَ حَسِيرٞ   

"Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih." [Surat Al-Mulk: 4] 

Dalam ayat ini Allah Swt. menegaskan bahwa manusia tidak pantas membalas kesempurnaan ciptaan Allah dengan asal-asalan. Melaksanakan perintah Allah dengan main-main tanpa kesungguhan. Termasuk salah satunya dalam melaksanakan kewajiban berdakwah. Karena kewajiban dakwah berkaitan erat dengan selamat dan celakanya manusia. Jika dakwah serius mengajak kepada kebenaran, maka banyak orang yang selamat. Namun jika sebaliknya, dakwah dilakukan secara asal-asalan, bisa menyebabkan banyak orang tersesat dan celaka. Dakwah yang dilakukan secara asal-asalan bukan mengantarkan manusia menuju petunjuk tapi malah menjauhkannya. Na'udzubillah. 

Inilah dua alasan yang mesti dihadirkan saat kita bertekad untuk mulai serius dalam berdakwah ataupun dalam melaksanakan ibadah yang lain. Dari sini tampak jelas bahwa membangun keseriusan dalam dakwah adalah perkara yang tidak bisa disepelekan. 

Wallahu a'lam bishshawab.

Oleh: Cicin Suhendi
Aktivis Dakwah Islam

Selasa, 19 Desember 2023

DAKWAH ITU BERGERAK DAN MENGAJAK




Tinta Media - Ada pelajaran menarik dari sahabat _assabiqunal awwalun_ (orang yang paling dahulu masuk Islam), Sayyidina Abu Bakar. Saat Abu Bakar berikrar syahadat masuk Islam, dari situlah lembaran baru kehidupan Beliau di mulai.

Masyarakatnya dalam kondisi masih jahiliyah. Barang siapa yang berbeda agama dengan nenek moyangnya dan mencela berhala-berhalanya maka akan menerima konsekuensi yang cukup berat. Nyawa taruhannya.

Namun kondisi itu tidak menyurutkan langkah Beliau untuk menyebarkan agama yang baru dipeluknya. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, agama baru tersebut perlu disebarkan. Abu Bakar pun akhirnya bergerak dan mengajak rekan-rekannya.

Kondisi sulit dan ancaman tidak dipedulikan lagi. Hanya ridho Allah SWT yang ingin digapai. Tidak yang lain.

Subhanallah... Berkat usaha keras dakwah Abu Bakar membuahkan hasil yang luar biasa. Dalam waktu satu minggu ada 6 orang berhasil di ajak masuk Islam. Dan 6 orang itu termasuk orang-orang yang nantinya di jamin masuk syurga oleh Allah SWT. Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash dan Abu Ubaidillah bin Jarrah (The Great Story of Muhammad SAW).

Apa yang dilakukan Sayyidina Abu Bakar banyak hikmah yang diambil. Dakwah harus bergerak. Jika tidak bergerak maka jelas bukan dakwah. Bergerak mengontak, bergerak menulis, bergerak membuat konten opini, bergerak ngeshare konten dakwah dan lain-lain.

Selanjutnya, tetap bergerak walau kondisi masyarakat dan kebijakan rezim yang tidak berpihak pada dakwah. Tekanan apa pun tidak menyurutkan langkah dakwah. Dakwah jalan terus.

Justru dalam kondisi sulit dan tertekan inilah jika berhasil mendapat orang yang mau ngaji dan aktif dalam barisan dakwah insyaAllah pahalanya lebih besar. Sebab tantangan dan dinamikanya jauh lebih besar. Usaha yang dilakukan lebih besar.

Hikmah yang lain adalah berperan terbaik dalam dakwah sesuai posisi masing-masing. Abu Bakar termasuk Sayyid dan pembesar di kalangan pemimpin Quraisy. Namun Beliau tetap berdakwah. Tidak ada ego. Mencukupkan diri tidak bergerak dalam dakwah tatkala posisinya sebagai pimpinan. Semua bergerak.

Sekecil apa pun posisi kita dalam dakwah. Nikmati dan lakukan prosesnya dengan sebaik-baiknya. Menjadi kontributor dakwah terbaik dalam posisinya. 

Hikmah lainnya adalah terus berpikir dalam membuat target dan rencana aksi dakwah. Tidak mungkin Abu Bakar berhasil menggaet 6 orang jika dilakukan asal-asalan. Semuanya diplanningkan. Siapa yang di target, bagaimana cara pendekatannya, pembicaraan apa yang diperlukan hingga closing, berapa kali pertemuan, kapan waktu yang tepat ngobrol, dll. Semua direncanakan. Dan selanjutnya konsisten mengeksekusi rencana yang telah di buat.

Mari terus bergerak. Tak bergerak sama saja mengubur langkah kaki kita sendiri. Segera rancang target dan rencana aksi. Diskusikan dengan sahabat-sahabat terdekat agar lebih memudahkan pencapaian. Bismillah... insyaAllah dimudahkan oleh Allah SWT. InsyaAllah kita bisa menikmati fajar kemenangan itu.

Oleh: Gus Uwik
Kritikus Peradaban

Senin, 20 November 2023

Dakwah Membutuhkan Strategi Bukan Hanya Keberanian



Tinta Media - Saat hijrah dari Mekah Beliau Saw disertai Abu Bakar Shidiq Ra tidak langsung berjalan menuju Madinah. Namun berdiam lebih dahulu di Gua Tsur selama tiga hari. Untuk keperluan makan minum beliau bersama sahabatnya diatur sedemikian rupa oleh kakak beradik putra dan putri Abu Bakar Shidiq Ra hingga tetap aman dari kejaran pasukan qurays. Sudah begitupun Beliau Saw nyaris ketahuan oleh pasukan Qurays namun Allah menjaga beliau berdua.

Ketika Beliau Saw mulai perjalanan maka tidak menempuh jalan yang biasa dilalui oleh para kafilah. Namun menempuh jalan lain sehingga beliau Saw membutuhkan pemandu jalan untuk perjalanan itu. Sekali lagi ini juga dengan maksud agar bisa aman dari kejaran musuh. 

Dengan mengatur perjalanan hijrah seperti ini, siapakah diantara kita yang berani menuduh bahwa Baginda Nabi Saw penakut? Alias tidak berani menghadapi resiko? Alias bukan pemberani?

Siapapun yang berani menuduh demikian maka bisa jatuh murtad bukan? Tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang lebih berani daripada Baginda Nabi Muhammad Saw. Satu satunya alasan yang harus kita pelajari dari perbuatan Baginda Nabi Saw adalah bahwa dakwah butuh strategi bukan sekedar sikap sok berani.

Jamaah dakwah harus berpikir bagaimana cara menghadapi makar musuh musuh dakwah.  Sudah terbukti mereka, musuh dakwah, melakukan segala cara. Bukan sekedar untuk menghalangi dakwah namun juga untuk melenyapkan para pengemban dakwah andai mereka mampu.

Dalam hal ini hukum sababiyah berlaku. Ada Sebab sebab yang harus diperhatikan agar dakwah ini bisa berjalan dengan baik. Tidak bersikap sembrono dan asal asalan. Dakwah untuk merubah sistem kufur menjadi sistem Islam ada metode dan uslubnya yang sudah dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw. Uslubnya harus dicari yang tepat. Agar target dakwah tercapai dengan sebaik baiknya. 

Dakwah untuk menegakkan khilafah merupakan dakwah yang kompleks dan jangka panjang. Namun demikian tidak setiap saat kita ceramah misalnya harus ngomong Khilafah. Atau setiap membuat tulisan harus ada kata khilafah. Tentu saja semua itu tergantung pada tema yang dibahas atau pertanyaan yang disampaikan. Bukan karena takut namun semua sesuai kebutuhan obyek dakwah dan konteks pembahasan.

Beda halnya jika kita ditanya apa itu khilafah, kemudian kita ga menjawab seharusnya. Atau ditanya apakah negeri ini sudah sistem khilafah kita juga jawab sesuai selera penanya. Atau ditanya apakah si Fulan itu Kholifah kemudian kita jawab ga sesuai hukum syara. Semua itu karena kita takut konsekuensinya maka inilah penakut namanya.

Dalam hal ini kita harus menjauhi sifat nifak. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : أَربعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقاً ، وَإِنْ كَانَتْ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ فِيْهِ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفاقِ حَتَّى يَدَعَهَا : مَنْ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ  خَرَّجَهُ البُخَارِيُّ  وَمُسْلِمٌ


Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada empat tanda seseorang disebut munafik. Jika salah satu perangai itu ada, ia berarti punya watak munafik sampai ia meninggalkannya. Empat hal itu adalah: (1) jika berkata, berdusta; (2) jika berjanji, tidak menepati; (3) jika berdebat, ia berpaling dari kebenaran; (4) jika membuat perjanjian, ia melanggar perjanjian (mengkhianati).” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 2459, 3178 dan Muslim, no. 58].

Beda halnya juga jika pada saatnya kita harus menyampaikan al Haq meskipun dengan resiko besar. Maka kita harus tetap berkata benar apapun resikonya. Sebagaimana contoh Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Moga Allah luruskan hati dan lisan serta amal kita. Aamiin.

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

Kamis, 16 November 2023

Dakwah Itu Bareng Bareng


 Renungan bagi para pengemban dakwah bagian 5-habis

Tinta Media - Dakwah merupakan kewajiban yang sangat jelas dalam Islam. Tak perlu dibahas lagi tentang wajibnya.  Hanya perlu didetilkan untuk bisa dilaksanakan dengan baik.

Dakwah dari segi subyeknya dibagi menjadi 3. Dakwah individu, dakwah jama'ah dan dakwah negara. Masing masing punya metode dan targetnya. Dan semua wajib sesuai subyeknya masing masing. Kalo ini kita tidak membahasnya secara detil.

Yang kita bahas kali ini adalah subyek kedua yakni jamaah alias organisasi. 

Surat Ali ‘Imran Ayat 104

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."

Ayat ini memerintahkan kepada kita agar ada sekelompok orang Islam yang berdakwah secara jamaah. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebut sebagai firqoh alias kelompok. Yang tugasnya menyeru orang kafir agar masuk Islam. Dan menyeru orang Islam agar konsisten dalam Islam. Inilah aktifitas jamaah alias firqoh alias kelompok.

Dakwah secara berjamaah sudah dicontohkan secara riil oleh Baginda Nabi Muhammad Saw selama Beliau dakwah di Mekah hingga hijrah ke Madinah. Target dakwah Beliau bersama para sahabat adalah melakukan perubahan sistem dari sistem jahiliyah menuju sistem Islam dengan mendirikan negara Islam Madinah setelah hijrah. Negara yang menerapkan Islam secara kaffah dipimpin oleh Baginda Nabi Muhammad Saw sebagai kepala negara. Setelah itu barulah dakwah Nabi Muhammad Saw berubah menjadi dakwah oleh negara di dakwah dan jihad.

Dakwah masa kini menghadapi kondisi yang sama dengan dakwah Nabi Muhammad Saw dan para sahabat. Yakni sistem kufur jahiliyah yang menguasai dunia setelah runtuhnya khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924. Oleh karena itulah kita wajib mencontoh metode dakwah Baginda Nabi Muhammad Saw yakni dakwah Berjamaah untuk merubah sistem kufur menjadi sistem Islam.  Mengembalikan sistem pemerintahan Islam yang diajarkan Islam yakni khilafah.

Dakwah semacam ini wajib dilakukan secara berjamaah karena mengikuti contoh Rasulullah Saw sesuai perintah Allah di atas. Disisi lain memang dakwah ini tidak mungkin bisa dipikul oleh individu. Tapi individu individu tersebut mesti bersatu membentuk jamaah dakwah yang memiliki pemimpin dan aturan organisasi agar bisa dan mampu melakukan aktifitas berjamaah tersebut.

Dalam berjamaah inilah kita harus betul-betul memilih jamaah yang tidak hanya benar namun juga tepat. Benar dari sisi sesuai aqidah dan syariah Islam. Juga tepat yakni jamaah yang berdakwah untuk menyelesaikan problem umat yakni tidak adanya khilafah sebagai sebab utama kehancuran umat ini.

Oleh karena itulah tidak cukup adanya kelompok dzikir dan sholawat saja untuk dakwah masa kini. Atau kelompok sosial kemasyarakatan yang fokus pada pelayanan sosial. Atau fokus pada pendirian sekolah dan kampus untuk melayani pendidikan. Semua itu adalah amal Sholih yang sangat dianjurkan oleh Islam. Namun semua itu bukan solusi bagi kehancuran umat ini saat ini. Bahkan para aktifis jamaah tersebut masih tetap berdosa disisi Allah sebab belum melaksanakan kewajiban untuk mendirikan khilafah sesuai tuntutan syariat.

Sebab solusi problem umat saat ini adalah dengan menegakkan khilafah di sehingga seluruh syariat Islam bisa diterapkan secara kaffah hingga semua problem umat bisa diselesaikan dengan tuntas. Nah hukum bergabung dengan jamaah inilah hukumnya wajib.

Setelah kita bergabung dengan jamaah istimewa ini maka kita harus berjuang sungguh sungguh. Tidak hanya sekedar terdaftar sebagai anggota. Memang benar dengan menjadi anggota telah gugur kewajiban berjamaah. Namun berjuang dan bergerak dalam dakwah juga wajib sehingga tetap berdosa jika hanya menjadi anggota namun tidak berjuang optimal.

Dalam berjamaah maka ketaatan merupakan perkara paling penting. Selama tidak diperintahkan maksiat maka harus tetap taat meskipun tidak sesuai pendapat pribadi kita. Disuruh maju ya harus maju. Disuruh berhenti ya harus berhenti. Ga boleh jalan sendiri yang ga sesuai perintah atau keputusan. Dalam ketaatan inilah ada keberkahan.

Naumun tetap harus memberikan nasehat, usulan bahkan muhasabah jika ada perkara yang menurut pendapat kita salah. Meskipun itu belum tentu juga salah. Bisa jadi ada perbedaan dalam melihat fakta. Atau bisa jadi ada hukum berbeda dari para Mujtahid dalam satu kasus.

Oleh karena itu siapapun yang saat ini diberikan oleh Allah nikmat berjamaah yang shohih ini maka pegang eratlah. Tidak banyak manusia di muka bumi ini yang mendapatkan kenikmatan besar itu. Maka harus kita pegang erat-erat bahkan kita gigit dengan gigi geraham terkuat agar tak terlepas hingga kita mati. 

Tetap lurus sobat. Tetap berusaha Istiqomah diatas jamaah yang Haq. Jamaah yang mengikuti Sunnah Rasulullah Saw. Berjuang berjamaah untuk tegaknya sistem kehidupan Islam warisan Baginda Nabi Muhammad Saw.

Jadi, dakwah itu bareng bareng. Ga sendirian. Ngaji yuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

HARTA TERBAIK, HARTA UNTUK MEMBIAYAI DAKWAH


(Renungan Bagi Pengemban Dakwah Bagian 4).

Tinta Media - Tak bisa dipungkiri lagi bahwa dakwah merupakan amal Sholih yang sangat agung dan besar keutamaannya. Dakwah merupakan kunci kemenangan dan kejayaan Islam. Maka segala amal dan aktifitas yang merupakan bagian dari dakwah juga memiliki keutamaan yang sangat besar. Salah satunya adalah membiayai dakwah.

Tidak samar lagi bahwa dakwah butuh biaya
Bahkan biaya yang tak terbatas. Apalagi kalo dakwah berbentuk berbagai kegiatan seperti seminar, diskusi, tabligh Akbar, konferensi, muktamar dll pastilah perlu biaya besar. Oleh karena itulah kita juga harus berperan aktif membiayai dakwah. Disamping harus tetap semangat berdakwah. 

Demikianlah para sahabat Radhiyallahu Anhum pun berdakwah sekaligus membiayai dakwah. Mereka memberikan harta terbaik dalam upaya meraih ridho Allah SWT.

Sangat banyak keutamaan yang Allah dan Rasulullah Saw sebutkan tentang berinfaq dalam kebaikan. 

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39). 

Allah akan mengganti bagi kalian sedekah tersebut segera di dunia. Allah pun akan memberikan balasan dan ganjaran di akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)”.

Dalam berinfaq ini kita tidak usah takut harta akan berkurang. Apalagi takut miskin. Sebab justru dengan infaq untuk dakwah Allah akan berikan barokah atas harta kita. Dan Allah akan berikan kepada kita anugerah dan kemurahanNya untuk kita.

Dalam salah satu riwayat disebutkan sebagai berikut:

أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ

“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.”[HR Bukhori dan Muslim].

Jadi infaq atau sedekah tidaklah mengurangi harta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.”[HR Muslim]

Apalagi Allah juga menegaskan:

مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan." (QS Al-Baqarah Ayat 245).

Nah, diberikan Allah untuk bisa berinfaq membiayai dakwah merupakan ni'mat yang sangat besar. Apalagi kalo kita diberikan kesempatan itu rutin tiap bulan untuk membiayai dakwah tentu harus lebih disyukuri dengan memberikan harta terbaik tanpa nunggu diminta. Kita setor dengan semangat karena sejatinya itulah harta terbaik kita yang akan kita nikmati di akhirat insyaallah. Tentu saja dengan pahala berlipat ganda dari Allah sesuai janji Nya. 

Harta yang kita nafkahkan untuk keluarga belum tentu berakhir baik sebab belum tentu dipakai dengan baik oleh istri anak kita. Apalagi harta yang dipakai untuk sekedar memenuhi hobi semisal binatang piaraan yang harganya hingga bisa jutaan rupiah.

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

Minggu, 05 November 2023

Menjadi Pengemban Dakwah Laksana Para Sahabat Radhiyallahu Anhum



Tinta Media - Sobat yang Allah muliakan, muslim manapun pasti mengakui kemuliaan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Disana ada nama nama besar seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali Radhiyallahu Anhum yang merupakan Khulafaur Rasyidin. Juga nama nama besar lain yang sudah kita maklumi.

Mereka mendapatkan kemuliaan agung dari Allah sebab mereka mengemban dakwah bersama Rasulullah Saw. Kisah perjuangan dan pengorbanan para sahabat begitu banyak menghiasi sejarah dan memberikan gambaran kepada kita betapa iman dan tauhid itu telah mendarah daging di dalam diri mereka. Suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dan menjaga syariat-Nya untuk kemudian diteruskan dengan gamblang kepada generasi-generasi sesudahnya.

Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ

“Sungguh Allah telah rida kepada orang-orang beriman itu (para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah sebuah pohon. Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka.” (QS. Al-Fath: 18)

Allah Ta’ala berfirman,

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ

“Dan orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama (masuk Islam), yaitu kaum Muhajirin dan Anshar dan juga orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya.” (QS. At-Taubah: 100)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasi di masaku (para sahabat Nabi), kemudian yang mengikuti mereka, kemudian yang sesudah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu)

Dari sini kita mengetahui bahwa mencintai para sahabat Nabi dan memuliakan mereka merupakan perkara yang sangat mendasar di dalam agama Islam. Allah telah memuji mereka dan meridhoi mereka dan menjadikan keridhaloan-Nya bagi orang-orang yang mengikuti para sahabat dengan baik. Allah Ta’ala mengetahui apa yang ada di dalam hati para sahabat itu.

Allah telah menyatakan pengakuanNya terhadap kemuliaan para sahabat Radhiyallahu Anhum. Demikian pula Baginda Nabi Muhammad SAW pun mengakuinya. Oleh karenanya kita juga wajib mengakuinya dan menjadikan jalan perjuangan mereka sebagai contoh keberhasilan hidup. Mencintai mereka merupakan bagian dari cabang keimanan kita.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,

آيَةُ الإيمَانِ حُبُّ الأنْصَارِ، وآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأنْصَارِ

“Tanda keimanan adalah mencintai kaum Anshar, dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu)

Dan Allah telah menolong generasi terbaik itu dengan kejayaan dan kemenangan. Bersama Baginda Nabi Muhammad SAW para sahabat meraih kemenangan besar di jazirah Arab. Kemudian setelah wafatnya Baginda Nabi Muhammad SAW kemenangan dan kejayaan itu berlanjut hingga ke tiga benua masih pada masa sahabat Radhiyallahu Anhum.

Oleh karena itulah sobat jika kita ingin mulia dunia akhirat. Kita ingin menang dan jaya sebagaimana janji Allah dan rasul-Nya maka kita harus mengemban dakwah sebagaimana para sahabat Radhiyallahu Anhum telah mengembannya bersama Baginda Rasulullah Muhammad SAW. 

Apalagi kita dijanjikan dengan pahala luar biasa besar. Sampai 50 kali pahala yang diberikan kepada para sahabat raodhiyallahu anhum. 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ القَبْضِ عَلَى الجَمْرِ، لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ

Sesungguhnya di belakang kalian (nanti) ada hari-hari, di mana bersabar pada waktu tersebut seperti halnya memegang bara api. Orang yang beramal di waktu tersebut seperti (mendapat) pahala 50 orang, yang beramal seperti amal kalian.

Terdapat tambahan lain dalam riwayat perawi lain, bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya:

“Wahai Rasûlullâh! (mendapatkan) Pahala 50 orang dari kami atau dari mereka? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bahkan pahala 50 orang dari kalian.”[HR Tirmidzi]

Maksudnya sepadan dengan pahala 50 orang Sahabat.

Selamat berjuang Sobat semoga kita Istiqomah. Aamiin[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

Rabu, 25 Oktober 2023

Aktivis: Dakwah Mengembalikan Kehidupan Islam Harus Mencontoh Rasulullah Saw

Tinta Media - Aktivis Muslimah Noval Tawang menegaskan, dakwah mengembalikan kehidupan Islam harus mencontoh Rasulullah saw.
 
"Dakwah  yang bertujuan untuk mengembalikan kehidupan Islam harus dilakukan dengan mencontoh bagaimana Rasulullah mendakwahkan Islam," tuturnya dalam One Minute Booster Ekstra: Dakwah Merupakan Kebutuhan Mendesak, di kanal Youtube Muslimah Media Center, Selasa (17/10/2023).
 
Dakwah yang dilakukan Rasulullah saw., lanjutnya,  membangun kehidupan Islam dengan cara membentuk kepribadian Islam generasi awal.
 
“Generasi awal ini merupakan generasi terbaik yang dibina Rasulullah saw. Mereka terbaik dalam mengemban risalah Islam. Merekalah yang mendapatkan gelar sahabat,” jelasnya.  
 
Dakwah yang dilakukan para sahabat ini, lanjutnya, terus berlangsung hingga Allah memberikan kemenangan kepada Rasulullah dan para sahabat.
 
“Lalu mereka mendirikan negara Islam dan membangun kehidupan Islam di Madinah. Kemudian dilanjutkan oleh khalifah setelahnya hingga khilafah diruntuhkan dan kehidupan Islam berakhir,” imbuhnya.
 
Dakwah ini, ucapnya, harus dilanjutkan oleh generasi berikutnya hingga saat ini, sampai tujuan dakwah  terwujud yaitu melanjutkan kembali kehidupan Islam.
 
"Dari sini dapat dipahami bahwa dakwah dan Islamitu  seperti air dengan orang yang mengalirkannya. Air sebagaimana kita ketahui dapat mengalir, memberi minum, dan memberi kebajikan bagi umat manusia, akan tetapi ia butuh manusia yang bisa mengalirkannya,” tamsilnya.
 
Demikian pula Islam, terangnya,  sebagai agama yang benar dan merupakan representasi kehidupan yang sahih, ia membutuhkan orang yang mengalirkannya. Mengalir yang dimaksud menurutnya, yaitu mengalirkan segala kebaikannya agar umat manusia seluruhnya yang memang mengharapkan keridhaan Allah bisa teraliri, terasa, dan mendapatkan petunjukNya.
 
"Dari sini kita melihat secara jelas adanya hubungan yang sangat erat antara Islam dan dakwah. Dakwah merupakan pilar yang kokoh dan perkara yang dinamis di dalam Islam," imbuhnya.
 
Keniscayaan dan keberlangsungan dakwah Islam akan menjamin adanya pengaruh dan penyebaran Islam itu sendiri.
 
"Artinya usia dakwah sangat menentukan usia Islam yakni sejak kemunculannya sampai Allah mewariskan bumi ini dan penghuninya untuk Islam," jelasnya.
 
Ia mengutip penjelasan Imam An-Nawawi bahwa dakwah amar makruf nahi mungkar telah banyak dilakukan kaum muslimin dalam kurun waktu yang sangat lama.
 
"Aktivitas semacam ini tidak pernah ditinggalkan di masa-masa tersebut kecuali sangat jarang sekali, karena ia adalah perkara besar yang merupakan penjaga dan pilar dakwah," jelasnya.
 
Noval mengingatkan, bahwa jika kemaksiatan telah banyak dilakukan, niscaya azab Allah akan menimpa secara merata, baik kepada orang yang saleh maupun orang yang banyak berbuat dosa.
 
"Untuk itu kebutuhan umat akan dakwah sangat mendesak dan sangat penting, sebagaimana kebutuhan kita akan kehidupan itu sendiri termasuk rasa aman dan kedamaiannya," tegasnya.
 
Terakhir ia berharap agar dakwah Islam disosialisasikan secara masif di tengah-tengah umat Islam dengan segenap kesungguhan para pengemban dakwah. [] Sri Wahyuni.

Jumat, 20 Oktober 2023

MMC: Hubungan Islam dan Dakwah Seperti Air dan Orang yang Mengalirkannya

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) mengumpamakan, hubungan  dakwah dan Islam seperti air dengan orang yang mengalirkannya.
 
“Hubungan Islam dan dakwah  adalah seperti air dengan orang yang mengalirkannya,” paparnya dalam One Minute Booster Extra: Dakwah Merupakan Kebutuhan Mendesak, di kanal Youtube Muslimah Media Center, Selasa (17/10/2023).
 
Ia menjelaskan kaitan perumpamaan  itu. “Air sebagaimana kita ketahui dapat mengalir memberi minum dan memberi kebajikan bagi umat manusia. Akan tetapi ia butuh manusia yang bisa mengalirkannya. Demikian juga Islam sebagai agama yang benar dan merupakan representasi kehidupan yang shahih, ia membutuhkan orang yang mengalirkannya,” bebernya.
 
Mengalirkan yang dimaksud, ucapnya,  yaitu mengalirkan segala kebaikannya agar manusia seluruhnya yang memang mengharapkan keridhaan Allah bisa teraliri, terasa dan mendapatkan petunjukNya.
 
“Dari sini pula kita melihat secara jelas adanya hubungan yang sangat erat antara Islam dan dakwah. Dakwah merupakan pilar yang kokoh dan perkara yang dinamis di dalam Islam,” imbuhnya.
 
Keniscayaan dan keberlangsungan dakwah Islam, tegasnya,  akan menjamin adanya pengaruh dan penyebaran Islam itu sendiri.
 
“Artinya usia dakwah sangat menentukan usia Islam yakni sejak kemunculannya sampai Allah mewariskan bumi ini dan penghuninya untuk Islam,” terangnya.
 
Kemudian ia mengutip penjelasan Imam An-Nawawi yang menyatakan bahwa dakwah amar ma’ruf nahi mungkar telah banyak dilakukan kaum muslimin dalam kurun waktu yang sangat lama.
 
“Aktifitas semacam ini tidak pernah ditinggalkan di masa-masa tersebut kecuali sangat jarang sekali, karena ia adalah perkara yang besar yang merupakan penjaga dan pilar dakwah,” jelasnya.
 
Ia kemudian mengingatkan, bahwa jika kemaksiatan telah banyak dilakukan, niscaya azab Allah akan menimpa secara merata, baik kepada orang yang saleh  maupun orang yang banyak berbuat dosa.
 
“Untuk itu kebutuhan umat akan amar makruf nahi mungkar sangat mendesak dan sangat penting, sebagaimana kebutuhan kita akan kehidupan itu sendiri termasuk rasa aman dan kedamaiannya,” tegasnya mengingatkan.

Artinya,  kemudian ia menyimpulkan, dakwah itu sebanding dengan semua itu. Sehingga dakwah yang bertujuan untuk mengembalikan kehidupan Islam harus dilakukan sebagaimana dulu Rasulullah saw. mendakwahkannya dalam membentuk kepribadian Islam.
 
“Oleh karena itu dakwah Islam harus disosialisasikan secara masif di tengah-tengah umat Islam dengan segenap kesungguhan para pengemban dakwah,” pungkasnya. [] Langgeng Hidayat
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab