Tinta Media: Dakwah
Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Oktober 2023

Aktivis: Dakwah Mengembalikan Kehidupan Islam Harus Mencontoh Rasulullah Saw

Tinta Media - Aktivis Muslimah Noval Tawang menegaskan, dakwah mengembalikan kehidupan Islam harus mencontoh Rasulullah saw.
 
"Dakwah  yang bertujuan untuk mengembalikan kehidupan Islam harus dilakukan dengan mencontoh bagaimana Rasulullah mendakwahkan Islam," tuturnya dalam One Minute Booster Ekstra: Dakwah Merupakan Kebutuhan Mendesak, di kanal Youtube Muslimah Media Center, Selasa (17/10/2023).
 
Dakwah yang dilakukan Rasulullah saw., lanjutnya,  membangun kehidupan Islam dengan cara membentuk kepribadian Islam generasi awal.
 
“Generasi awal ini merupakan generasi terbaik yang dibina Rasulullah saw. Mereka terbaik dalam mengemban risalah Islam. Merekalah yang mendapatkan gelar sahabat,” jelasnya.  
 
Dakwah yang dilakukan para sahabat ini, lanjutnya, terus berlangsung hingga Allah memberikan kemenangan kepada Rasulullah dan para sahabat.
 
“Lalu mereka mendirikan negara Islam dan membangun kehidupan Islam di Madinah. Kemudian dilanjutkan oleh khalifah setelahnya hingga khilafah diruntuhkan dan kehidupan Islam berakhir,” imbuhnya.
 
Dakwah ini, ucapnya, harus dilanjutkan oleh generasi berikutnya hingga saat ini, sampai tujuan dakwah  terwujud yaitu melanjutkan kembali kehidupan Islam.
 
"Dari sini dapat dipahami bahwa dakwah dan Islamitu  seperti air dengan orang yang mengalirkannya. Air sebagaimana kita ketahui dapat mengalir, memberi minum, dan memberi kebajikan bagi umat manusia, akan tetapi ia butuh manusia yang bisa mengalirkannya,” tamsilnya.
 
Demikian pula Islam, terangnya,  sebagai agama yang benar dan merupakan representasi kehidupan yang sahih, ia membutuhkan orang yang mengalirkannya. Mengalir yang dimaksud menurutnya, yaitu mengalirkan segala kebaikannya agar umat manusia seluruhnya yang memang mengharapkan keridhaan Allah bisa teraliri, terasa, dan mendapatkan petunjukNya.
 
"Dari sini kita melihat secara jelas adanya hubungan yang sangat erat antara Islam dan dakwah. Dakwah merupakan pilar yang kokoh dan perkara yang dinamis di dalam Islam," imbuhnya.
 
Keniscayaan dan keberlangsungan dakwah Islam akan menjamin adanya pengaruh dan penyebaran Islam itu sendiri.
 
"Artinya usia dakwah sangat menentukan usia Islam yakni sejak kemunculannya sampai Allah mewariskan bumi ini dan penghuninya untuk Islam," jelasnya.
 
Ia mengutip penjelasan Imam An-Nawawi bahwa dakwah amar makruf nahi mungkar telah banyak dilakukan kaum muslimin dalam kurun waktu yang sangat lama.
 
"Aktivitas semacam ini tidak pernah ditinggalkan di masa-masa tersebut kecuali sangat jarang sekali, karena ia adalah perkara besar yang merupakan penjaga dan pilar dakwah," jelasnya.
 
Noval mengingatkan, bahwa jika kemaksiatan telah banyak dilakukan, niscaya azab Allah akan menimpa secara merata, baik kepada orang yang saleh maupun orang yang banyak berbuat dosa.
 
"Untuk itu kebutuhan umat akan dakwah sangat mendesak dan sangat penting, sebagaimana kebutuhan kita akan kehidupan itu sendiri termasuk rasa aman dan kedamaiannya," tegasnya.
 
Terakhir ia berharap agar dakwah Islam disosialisasikan secara masif di tengah-tengah umat Islam dengan segenap kesungguhan para pengemban dakwah. [] Sri Wahyuni.

Jumat, 20 Oktober 2023

MMC: Hubungan Islam dan Dakwah Seperti Air dan Orang yang Mengalirkannya

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) mengumpamakan, hubungan  dakwah dan Islam seperti air dengan orang yang mengalirkannya.
 
“Hubungan Islam dan dakwah  adalah seperti air dengan orang yang mengalirkannya,” paparnya dalam One Minute Booster Extra: Dakwah Merupakan Kebutuhan Mendesak, di kanal Youtube Muslimah Media Center, Selasa (17/10/2023).
 
Ia menjelaskan kaitan perumpamaan  itu. “Air sebagaimana kita ketahui dapat mengalir memberi minum dan memberi kebajikan bagi umat manusia. Akan tetapi ia butuh manusia yang bisa mengalirkannya. Demikian juga Islam sebagai agama yang benar dan merupakan representasi kehidupan yang shahih, ia membutuhkan orang yang mengalirkannya,” bebernya.
 
Mengalirkan yang dimaksud, ucapnya,  yaitu mengalirkan segala kebaikannya agar manusia seluruhnya yang memang mengharapkan keridhaan Allah bisa teraliri, terasa dan mendapatkan petunjukNya.
 
“Dari sini pula kita melihat secara jelas adanya hubungan yang sangat erat antara Islam dan dakwah. Dakwah merupakan pilar yang kokoh dan perkara yang dinamis di dalam Islam,” imbuhnya.
 
Keniscayaan dan keberlangsungan dakwah Islam, tegasnya,  akan menjamin adanya pengaruh dan penyebaran Islam itu sendiri.
 
“Artinya usia dakwah sangat menentukan usia Islam yakni sejak kemunculannya sampai Allah mewariskan bumi ini dan penghuninya untuk Islam,” terangnya.
 
Kemudian ia mengutip penjelasan Imam An-Nawawi yang menyatakan bahwa dakwah amar ma’ruf nahi mungkar telah banyak dilakukan kaum muslimin dalam kurun waktu yang sangat lama.
 
“Aktifitas semacam ini tidak pernah ditinggalkan di masa-masa tersebut kecuali sangat jarang sekali, karena ia adalah perkara yang besar yang merupakan penjaga dan pilar dakwah,” jelasnya.
 
Ia kemudian mengingatkan, bahwa jika kemaksiatan telah banyak dilakukan, niscaya azab Allah akan menimpa secara merata, baik kepada orang yang saleh  maupun orang yang banyak berbuat dosa.
 
“Untuk itu kebutuhan umat akan amar makruf nahi mungkar sangat mendesak dan sangat penting, sebagaimana kebutuhan kita akan kehidupan itu sendiri termasuk rasa aman dan kedamaiannya,” tegasnya mengingatkan.

Artinya,  kemudian ia menyimpulkan, dakwah itu sebanding dengan semua itu. Sehingga dakwah yang bertujuan untuk mengembalikan kehidupan Islam harus dilakukan sebagaimana dulu Rasulullah saw. mendakwahkannya dalam membentuk kepribadian Islam.
 
“Oleh karena itu dakwah Islam harus disosialisasikan secara masif di tengah-tengah umat Islam dengan segenap kesungguhan para pengemban dakwah,” pungkasnya. [] Langgeng Hidayat

Kamis, 05 Oktober 2023

Wah, Ngajak Ngaji dan Dakwah Kok Susah ya?



Tinta Media - Islam itu agama dakwah. Dakwah merupakan perintah Allah yang bersifat mutlak untuk siapa saja. Tanpa kecuali. Dakwah kunci kehidupan Islam dan umatnya. Bahkan andai ga ada dakwah maka Islam ga kan pernah sampai di negeri ini. Di sinilah pentingnya dakwah.

Agar kita bisa dakwah pastinya harus ngaji. Sebab yang kita dakwahkan ini Islam. Islam itu diwariskan bukan dibuat. Ga bisa diubah ditambah atau dikurangi. Harus apa adanya sebagaimana diwariskan Baginda Nabi Muhammad Saw. Di sinilah pentingnya ngaji sama guru. Guru yang sudah berguru kepada gurunya terus hingga guru terakhir Rasulullah Saw.

Sebagian kawan mengeluh bahwa ngajak orang lain untuk ngaji dan dakwah kok susah. Ngajak petani susah karena sibuk seharian di sawah ladang hingga sore atau malam sudah capek. Ngajak pedagang juga sibuk di pasar atau toko. Ngajak dosen dan  guru sibuk di sekolah. Ngajak dokter dan perawat sibuk di rumah sakit. Ngajak siswa sibuk belajar. Ngajak mahasiswa sibuk di kampus. Ngajak buruh atau pekerja sibuk di pabrik atau kantor. Ngajak pengusaha sibuk bisnis. Semuanya sibuk hingga malam harinya sudah capek. Kalo hari libur pada healing-healing juga habis waktu. Semua susah kan?

Kalo kita nyari yang ga sibuk pastinya ga ada. Kalo nyari yang ga punya beban hidup juga ga akan ada. Bahkan pengangguran pun pasti sibuk dan penuh beban hidup. Mereka bisa jadi akan sangat sulit untuk diajak ngaji. Semua kita hidup dalam susah payah. Bahkan penjahat pun juga sibuk dan susah payah bukan?

Allah berfirman dalam surat Al-Balad Ayat 4

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِى كَبَدٍ

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah."

Dalam Tafsir Al-Wajiz,  Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah menyatakan:

"Sungguh kami telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang dipenuhi dengan kesengsaraan yang sangat berat, kesusahpayahan dan penderitaan sampai dia meninggal."

Begitulah semua manusia menjalani hidup ini dalam susah payah sampai mati. Jadi kalo kita mencari orang yang ga sibuk dengan kesusahan dunia untuk diajak ngaji ya ga ada. Ga akan ketemu. Justru di tengah kesibukan dan susah payah itulah manusia perlu ngaji dan dakwah. Agar faham Islam dan bisa membangun masyarakat Islam dengan sistem Islam kaffah. Yakni sistem khilafah.

Dengan ngaji dan dakwah manusia akan memahami tujuan hidupnya untuk meraih ridho Allah. Dengan cara menjalankan semua perintah Allah. Membangun peradaban Islam yang bisa mengajak manusia secara sistemik ke surga Allah SWT. Agar susah payahnya manusia menjadi amal Sholih bukan amal salah.

Ngaji dan dakwah itu bagian dari proses hidup pastinya akan susah payah juga. Jadi? Ya sabarlah.

Ngaji yuk!
Dakwah yuk!

Wallaahu a'lam.[]
Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Sabtu, 23 September 2023

Gaspoll Yuk! Capekmu Menghapus Dosa!

Tinta Media - Salah satu sunnatullah bahwa manusia akan merasa capek jika beraktivitas. Baik kerja maupun dakwah. Capek bukan perkara yang bisa kita hindari. Oleh karena itu kita ga usah takut capek. Setiap beramal bahkan amal buruk pun bisa capek.

Nah, asal kita beramal Sholih baik kerja nyari maisyah ataupun dakwah maka semua capek itu menjadi penggugur dosa. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu KELELAHAN, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)

Imam Al-‘Aini rahimahullah Menjelaskan,

قوله ” من نصب ” أي من تعب وزنه ومعناه .

“Makna “Nashab” adalah rasa lelah (capek),(‘Umdatul Qari’ 21/209)

Ayo Sob, ga usah takut capek dalam amal Sholih. Apalagi dalam dakwah. Makin capek malah makin bagus kan?

Makin jauh tempat ngaji asal terjangkau dengan waktu dan tenaga ga masalah. Tiap hari selain kerja juga ada agenda dakwah seharian maka makin bagus. Pokoknya gasspoll yuuuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Berdakwahlah Sebagaimana Mush’ab bin Umair

Tinta Media - Sobat. Modal utama dalam berdakwah adalah teruslah memantaskan diri dan membangun kepribadian Islam. Apa Itu Kepribadian Islam?Kepribadian Islam:
1. Aqliyah Islamiyyah: Setiap pemikiran yang selalu diikat dan distandarisasi dengan Aqidah Islam. 
2. Nafsiyah Islamiyyah: Setiap dorongan nafsu yang selalu diikat dan distandarisasi dengan Aqidah Islam. 

Sobat. Artikel kali ini kita akan ambil contoh bagaimana dengan kepribadian Shahabat Nabi SAW?

Sobat. Beberapa kepribadian Shahabat Nabi Muhammad SAW antara lain ; Selalu mencari kebenaran, Memiliki tujuan hidup yang benar, Berani berkorban, Tidak rakus terhadap dunia, Selalu siap menjadi pemimpin, sekaligus siap menjadi rakyat biasa, Memiliki strategi yang cemerlang dan Siap memenuhi janji Allah SWT.

Allah SWT berfirman :

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ  

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” ( QS. At-Taubah (9) : 100 )

Sobat. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang pertama-tama masuk Islam, baik dari kalangan Muhajirin yang berhijrah dari Mekah ke Medinah, maupun dari kalangan Anshar, yaitu penduduk kota Medinah yang menyambut dengan baik kedatangan Rasulullah dan Muhajirin, dan begitu pula para sahabat yang lain yang mengikuti perintah Rasulullah dengan sebaik-baiknya, ketiga golongan ini merupakan orang-orang mukmin yang paling tinggi martabatnya di sisi Allah, disebabkan keimanan mereka yang teguh, serta amal perbuatan mereka yang baik dan ikhlas, sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw. Allah senang dan rida kepada mereka, sebaliknya mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan pahala yang amat mulia bagi mereka, yaitu surga Jannatun-na'im yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, di sana mereka akan memperoleh kenikmatan yang tidak terhingga. Mereka akan kekal di sana selama-lamanya. Itulah kemenangan terbesar yang akan mereka peroleh.

Sobat. Yang dimaksud dengan as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin ialah mereka yang telah berhijrah dari Mekah ke Medinah sebelum terjadinya "Perjanjian Hudaibiyah, karena sebelum perjanjian tersebut, kaum musyrikin senantiasa mengusir kaum Muslimin dari kampung halaman mereka, dan membunuh sebagian dari mereka, serta menghalang-halangi siapa saja yang ingin berhijrah.Tidak ada cara lain bagi seorang mukmin untuk menyelamatkan diri dari kejahatan kaum musyrikin, kecuali menjauhkan diri dari mereka, atau menyerah kepada kehendak dan kemauan mereka. Orang-orang yang memilih cara yang pertama, yaitu meninggalkan kota Mekah dan hijrah ke Medinah adalah orang-orang yang benar-benar beriman, tidak ada seorang munafikpun di antara mereka. Mereka meninggalkan kampung halaman karena keimanan yang murni, keikhlasan, dan perjuangan untuk menegakkan agama Islam.

Dikenal juga sebagai as-Sabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang pertama masuk Islam dan menyatakan imannya kepada Nabi Muhammad saw, dari kalangan keluarga adalah Siti Khadijah, 'Ali bin Abi thalib, dan Zaid bin Haritsah. Sedang dari kalangan luar ialah Abu Bakar Ash- shiddiq, orang yang menemani Rasulullah saw waktu hijrah ke Medinah. Di samping itu, terdapat pula para sahabat yang dikelompokkan dalam as-Sabiqunal Awwalun yang oleh Rasulullah saw telah dinyatakan sebagai orang-orang yang pasti masuk surga. Di antara mereka adalah Utsman bin Affan, Hamzah, dan lainnya.

Sobat. Yang dimaksud dengan golongan pertama, as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Anshar ialah penduduk kota Medinah yang telah menyatakan ikrar kesetiaan mereka kepada kerasulan Muhammad saw di Aqabah, suatu tempat di Mina, pada tahun ke-11 dari kerasulan Muhammad saw. Ketika itu mereka berjumlah tujuh orang. Kemudian pada periode berikutnya, yaitu pada tahun ke-12, terjadi pula ikrar kesetiaan di tempat yang sama, yaitu Aqabah, kali ini diikuti tujuh puluh orang lelaki dan dua orang perempuan. Jejak mereka diikuti oleh yang lainnya setelah mereka didatangi oleh utusan Rasulullah yang bernama Abu Zurarah Mush'ab bin 'Umar bin Hasyim yang membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan mengajarkan pengetahuan agama kepada mereka. 

Demikian pula, termasuk kelompok as-Sabiqunal Awwalun ialah mereka yang telah beriman pada saat tibanya Rasulullah di Medinah. 

Kekuatan dan persatuan Islam tumbuh dan berkembang sesudah Rasulullah hijrah ke Medinah. Pada saat itulah muncul kaum munafik yang berpura-pura menyokong agama Islam. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah yang turun mengenai hal ikhwal Perang Badar yang terjadi pada tahun kedua Hijri. Firman Allah:

 (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu agamanya." (al-Anfal/8: 49)

Dalam kelompok orang-orang munafik yang disebutkan dalam ayat ini, tidak terdapat seorangpun dari kalangan kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang mendapat gelar as-Sabiqun al-Awwalun seperti yang tersebut di atas, walaupun kaum Anshar itu semuanya berasal dari Bani 'Aus dan Khazraj.

Yang dimaksud dengan golongan kedua, "allazinat tabuuhum bi ihsan" (orang-orang yang telah mengikuti kaum as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshar dengan baik) ialah mereka yang ikut berhijrah ke Medinah dan berjuang menegakkan agama Islam; atau mereka yang membuktikan satunya perbuatan dan perkataan setelah mendapatkan bimbingan dan pelajaran dari kaum as-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshar, yang merupakan pemimpin-pemimpin yang layak diikuti, dan dijadikan suri teladan dalam tingkah laku, perbuatan, ucapan, dan perjuangan menegakkan agama Allah. Singkatnya mereka adalah orang-orang yang mengikuti as-Sabiqunal Awwalun dalam ketaatan dan ketakwaan sampai Hari Kiamat. 

Adapun golongan ketiga, yaitu orang-orang yang munafik hanya mengikuti jejak as-Sabiqunal Awwalun secara lahiriyah semata, tidak dengan niat yang tulus atau hanya mengikutinya dalam beberapa hal saja, sedang dalam hal-hal lainnya mereka mengingkarinya.

Sobat. Kita bisa menjadikan Musáb bin Umair sebagai role model dalam kepribadian Islam dan dalam berdakwah. Mush’ab Bin Umair berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya. Dia dikenal sangat tampan dan selalu menjadi perbincangan para gadis. Dia selalu berpenampilan sangat “wah” dengan pakaian perlente yang sangat mahal. Dia dikenal sangat cerdas, kritis dan pandai berbicara.

Sobat. Ketika mendengar ada berita tentang Muhammad SAW yang membawa agama baru, dia langsung ingin tahu dan mencari sumber kebenarannya. Dia langsung mencari tempat pembinaan Rasul SAW yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi di rumah Arqam Bin Arqom. Setelah mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang diajarkan Rasul SAW, dia langsung bersaksi untuk memeluk Islam. 

Selanjutnya, berbagai tantangan dan ujian senantiasa menghampiri kehidupannya. Tantangan yang paling berat berasal dari ibunya sendiri. Ibunya bersikeras menolak anaknya masuk Islam. Puncaknya, dia tidak diakui lagi sebagai puteranya dan diusir dari rumahnya. 

Sobat. Sejak saat itu kehidupan Mush’ab berubah 180 derajat. Dia telah memilih jalan hidupnya. Mush’ab telah menjadi pemuda melarat dengan pakaian usang dengan makan sehari-hari yang tidak pasti. Bahkan, ketika dia pulang dari tugas dakwah di Habasyah, semua teman-temannya sudah hampir tidak mengenalinya lagi. Mush’ab sudah berubah menjadi sosok yang berkulit kasar dengan baju yang penuh dengan tambalan. Hingga akhirnya dia mendapat tugas yang sangat penting dari Rasulullah SAW.

Sobat. Dia diutus Rasul SAW untuk menjadi duta Islam pertama, dengan target untuk “menaklukkan” Madinah. Tugas penaklukkan Madinah ini harus dilakukan seorang diri. Mush’ab harus memiliki strategi yang cemerlang untuk “manaklukkan” madinah ini. Dia memilih untuk tinggal di rumah As’ad Bin Zararah (yang sudah masuk Islam pada perjanjian Aqabah I bersama 12 orang lainnya). Dakwah yang dilakukan Mush’ab selalu didampingi As’ad. Dakwahnya dimulai dengan mendatangi rumah ke rumah di kalangan rakyat biasa. Dengan cepat banyak penduduk Madinah yang masuk Islam. 

Sobat. Keadaan itu membuat para pemimpin Madinah marah besar. Salah satunya adalah Usaid Bin Hadlair, kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah. Usaid mendatangi Mush’ab ketika sedang berdakwah. Usaid langsung menodongkan senjatanya, hendak membunuh Mush’ab jika tidak segera pergi dari kampungnya.Orang-orang yang hadir di majlisnya Mush’ab langsung ketakutan, namun Mush’ab tetap tenang dan berpikiran jernih. 

Sobat. Dengan tenang Mush’ab berkata: “Kenapa anda tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandainya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya, jika tidak, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu”.Ternyata Usaid termasuk orang yang berakal dan berfikiran sehat. Dengan mudah menerima penjelasan Mush’ab yang sangat menggugah fikiran dan menentramkan jiwa. Akhirnya Usaid memutuskan untuk memeluk Islam.

Sobat. Strategi Mush’ab selanjutnya adalah meminta agar Usaid mau mendakwahkan Islam kepada orang kunci di Madinah, yaitu Sa’ad Bin Mu’adz dan Sa’ad Bin ‘Ubadah. Dengan masuk Islamnya 3 orang kunci di Madinah, maka secara teoritis, selesailah dakwah di Madinah. Seluruh penduduk Madinah berbondong-bondong masuk Islam. Puncaknya, Rasulullah SAW dan para shahabat dari Makkah diperintahkan Allah SWT untuk berhijrah ke Madinah.

Sobat. Selanjutnya, tibalah saatnya Mush’ab mendapat tugas paling mulia dari Rasulullah SAW. Mush’ab mendapat tugas sebagai pemimpin besar ummat Islam, yaitu menjadi Panglima Perang Uhud, setelah beliau sukses dalam peran sertanya di perang Badar. Tugas besar ini tidak disia-siakan oleh Mush’ab bin Umair. Mush’ab berhasil memimpin perang Uhud, hingga meraih kemenangan yang gemilang.

Namun, sayangnya ada beberapa sahabat yang tidak sabar melihat kemenangan ini. Tiba-tiba pasukan panah yang berada di bukit Uhud bersama Rasul SAW, turun meninggalkan Rasul SAW yang telah melarang mereka untuk meninggalkan posisinya. Ternyata kondisi tersebut langsung dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid yang ketika itu menjadi panglima perang kaum kafir. Bersama pasukannya dia bermanuver mengelilingi bukit Uhud untuk kemudian memukul balik pasukan Islam yang tengah bersuka ria dengan kemenangannya.

Khalid berhasil memporak-porandakan pasukan Islam, kemudian serangannya tertuju pada Rasul SAW yang masih berada di Bukit Uhud. Melihat pasukan bergerak menuju Rasul SAW, Mush’ab langsung mengacungkan benderanya tinggi-tinggi dan langsung memecahkan konsentrasi pasukan lawan. Mush’ab sengaja memancing musuh agar meladeni manuvernya, sehingga tidak menyerang Rasul SAW. Mush’ab bertempur habis-habisan, hingga tangan kanannya tertebas. Kemudian, dia memegang bendera dengan tangan kirinya, hingga tertebas. Puncaknya, tubuh Mush’ab tertusuk tombak sehingga rubuh.

Setelah perang usai, Rasul mencari-cari jasad Mush’ab. Jasad beliau ditemukan dalam posisi telungkup, hanya tertutup kain burdah. Seluruh sahabat yang menyaksikan kondisi jasad Mush’ab tidak bisa menahan derasnya cucuran air mata. Di depan jasad Mush’ab, Rasulullah SAW membaca ayat Al-Ahzab: 23.
• مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُم مَّن قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً ﴿٢٣﴾
“Di antara orang-orang mu'min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)”.

Sobat. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, at- Tirmidzi, an-Nasa'i, dan imam-imam hadis yang lain dari sahabat Anas, ia berkata, "Pamanku Anas bin an-Nadhar, tidak ikut Perang Badar, maka ia merasa sedih dan kecewa. Ia berkata, 'Aku tidak hadir pada peperangan yang pertama kali diikuti Rasulullah saw. Sesungguhnya jika Allah memberikan kesempatan kepadaku mengikuti peperangan bersama Rasulullah sesudah ini, tentulah Allah Taala akan melihat apa yang akan aku lakukan. Maka pamanku dapat ikut serta dalam Perang Uhud. Dalam perjalanan menuju Uhud, pamanku bertemu dengan Sa'ad bin Mu'adh, dan Sa'ad bertanya kepadanya, 'Hai Abu 'Amr, hendak ke manakah engkau? Pamanku menjawab, 'Mencari bau surga yang akan aku peroleh di Perang Uhud nanti. Maka pamanku terus ke Uhud dan gugur sebagai syuhada di sana. Pada tubuhnya terdapat kira-kira 80 bekas pukulan, tusukan tombak, dan lubang anak panah." Maka turunlah ayat ini.

Allah menerangkan bahwa di antara kaum Muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ada orang-orang yang menepati janjinya. Mereka telah berjuang dengan seluruh jiwa dan hartanya, di antara mereka ada yang mati syahid di Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dan peperangan-peperangan lainnya, sedang sebagian yang lain ada yang menunggu-nunggu dipanjangkan umurnya, menunggu ketetapan Allah Yang Maha Esa. 

Orang-orang yang masih hidup ini, sekali-kali tidak akan berubah janjinya kepada Allah, akan tetap ditepatinya janjinya selama hayat dikandung badan.

Dalam Tafsir al-Kasysyaf dijelaskan bahwa beberapa orang sahabat ada yang bernazar: jika mereka ikut perang bersama Rasulullah, mereka tidak akan mundur dan tetap bertahan sampai gugur sebagai syuhada. Di antara sahabat yang berjanji itu ialah Usman bin Affan, thalhah bin 'Ubaidillah, Sa'id bin Zaid, hamzah, Mush'ab bin 'Umair, dan sahabat-sahabat yang lain.

Sobat. Agar kita bisa seperti Musáb bin Umair  ada tiga modalnya yaitu; Berilmu mumpuni, Otentik, dan tulus tanpa modus semata-mata mencari ridho  Allah SWT.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Jumat, 18 Agustus 2023

Titian Terjal

Tinta Media -
Kala langit kelam menghitam
Tertutup selaksa awan
Tenggelam dalam lautan kemaksiatan
Tanpa pegangan yang menyelamatkan

Perlahan tapi pasti
Terombang-ambing diri ini
Menunggu sebuah keajaiban
Akan datangnya pertolongan

Tanpa kusadari
Kini aku telah berpindah hati
Mencoba menjemput sinyal cinta-Nya
Melalui hidayah yang diberikan-Nya

Titian ini begitu terjal
Dipenuhi dengan aral melintang
Aku membulatkan tekad
Bertahan dalam barisan para pejuang

Usia yang kian hari berkurang
Semoga Allah berkahi
Hingga diri ini layak bersama
Dalam barisan para pejuang seantero dunia

Tapal Batas, 06 Agustus 2023

By : Naila Ahmad

Kamis, 10 Agustus 2023

UIY: Kalau Tidak untuk Dakwah Lantas Hidup Ini untuk Apa?

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, kalau tidak untuk dakwah lantas hidup ini untuk apa.
 
“Kalau tidak untuk dakwah lantas hidup ini untuk apa, kalau sekedar mencari makan tidak banyak yang kita makan,” ujarnya dalam video yang berjudul: Kalau Tidak Untuk Dakwah Lalu Untuk Apa? Di kanal Youtube Dakwah Solo, Selasa (8/8/23).
 
Ia melanjutkan, mempunyai smartphone kalau tidak untuk dakwah lantas untuk apa? "Kita punya sosial media coba buat apa, mau flexing apa wong kita enggak punya apa-apa, pamer apa, mau majang apa. Ini saya punya tiktok ini disuruh-suruh buat apa, terus mikir-mikir untuk apa? Untuk dakwah? O...iya untuk dakwah," tambahnya.
 
Umur Panjang
 
UIY menuturkan, manusia selalu berdoa memohon kepada Allah untuk diberi umur  panjang. “Tapi kalau diberi umur panjang untuk apa hidup ini? Kalau tidak berdakwah untuk apa hidup kita, waktu kita untuk apa? Coba bayangkan," lanjutnya.
 
Oleh karena itu, ucapnya, seorang muslim harus bersyukur berada dalam dakwah, berada di dalam jamaah dakwah.
 
“Kita harus bersyukur masih istikamah dijalan dakwah  dan jamaah dakwah yang luar biasa dari segala segi. Yang paling utama adalah ide dan gagasannya  yang disebut  dengan fikroh  dan thariqoh," tutupnya. [] Setiyawan Dwi

Rabu, 09 Agustus 2023

YRT: Dakwah Itu Menjalankan Dua Sisi Sekaligus


 
Tinta Media - Mudir Ma’had Khadimu Sunnah Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) menegaskan bahwa dakwah itu menjalankan dua sisi sekaligus.
 
“Dakwah itu menjalankan dua sisi sekaligus. Dakwah itu pertemuan hak dan batil. Dakwah itu menghilangkan kerusakan dan mengadakan kebaikan. Dakwah itu mehancurkan kezaliman dan membangun keadilan. Dakwah itu meninggalkan kegelapan dan menuju cahaya,” ungkapnya di akun telegram pribadinya, Selasa (8/8/2023).
 
Ia lalu menjelaskan sisi pertama. “Orang memiliki kesadaran politik akan mengharuskannya untuk terjun dalam perjuangan melawan semua orientasi (cara pandang) yang bertentangan dengan orientasinya, dan melawan semua pemahaman yang bertentangan dengan pemahamannya,” terangnya.
Sisi kedua, lanjutnya, pada waktu yang sama, dia terjun dalam perjuangan tersebut untuk memperkokoh pemahamannya dan menanamkan orientasinya.
 
 “Meski demikian, dua sisi tersebut dalam satu. Dia berjalan dengan dua arah pada saat yang sama, yang tidak terpisah satu dengan lainnya dalam perjuangan, pada sehelai rambut pun, karena keduanya adalah satu hal yang sama,” jelasnya.  
 
Dua sisi itu juga niscaya, meruntuhkan dan juga menegakkan, menghancurkan dan juga membangun, memupuskan kegelapan dan juga menyalakan cahaya.
 
“Dia bagaikan api yang membakar kerusakan, dan cahaya yang menerangi jalan petunjuk. Dia juga akan terjun dalam upaya mengokohkan pemahaman, menanamkan orientasi, menerapkan pemikiran atas fakta,” ucapnya.
 
Jadi, harapnya, jangan bergeser dengan menggunakan orientasi yang salah untuk menghancurkan kerusakan. Bukan atas nama kadaulatan rakyat, keadilan sosial, suara rakyat suara tuhan, dan lainnya.  
 
“Tidak boleh rida atas kemunkaran. Minimal ada rasa tidak rida dalam hati saat melihat kemunkaran baik saat kemunkaran tersebut menjadi pemenang atau pecundang. Tidak rida itu adalah bentuk dari selemah-lemahnya iman,” paparnya.
 
Terakhir ia berpesan, bahwa  para pengemban dakwah itu harus memiliki kesadaran politik, agar tidak terseret oleh badai yang memalingkan, agar tidak terbuai dengan kelezatan sesaat, agar tidak terlena dengan asyiknya permainan. [] Irianti Aminatun.

Minggu, 06 Agustus 2023

DAKWAH KITA, DAKWAH PEMIKIRAN

Tinta Media - Disebut dakwah fikriyyah karena Rasulullah memulai dakwahnya dengan menyebarkan aqidah, pandangan hidup, pemikiran dan pemahaman Islam seraya mendobrak segala bentuk pemikiran, pandangan hidup sesat dan menghancurkan semua bentuk kepercayaan dan tradisi nenek moyang jahiliyah. 

Disebut dakwah siyasiyyah karena di dalam dakwah ini Rasulullah mengarahkan umat pada terbentuknya suatu kekuatan sebagai pelindung dan pendukung agar dakwah dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Dan disebut dakwah askariyyah karena dakwah dilancarkan juga melalui strategi dan taktik dalam jihad fi sabilillah.

Rasulullah sukses dalam mengemban risalah, membina dan membentuk masyarakat Islam, mendirikan daulah seta menghimpun umat manusia yang sebelumnya terpecah belah dalam bentuk berbagai qobilah menjadi umat yang satu di bawah panji Islam.

Kesuksesan itu diraih bukan melalui perubahan moral atau kehidupan sosial-ekonomi terlebih dahulu meski hal itu juga diperlukan. Juga tidak melalui slogan-slogan sukuisme, kaumiyah atau ashobiyah. Keberhasilan dakwah Rasulullah diawali dengan seruan aqidah Islam yang mampu mengubah pemikiran, perasaan, perilaku dan pandangan hidup sehingga terwujud generasi sahabat yang mampu meneruskan risalah dakwah hingga tersebar ke seluruh pelosok dunia.

Dakwah yang hakiki sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saat ini telah berhenti, semenjak runtuhnya daulah khilafah, terkoyak-koyaknya umat Islam yang semula utuh bersatu sebagai ummatan wahidatan menjadi berbagai bangsa dan negara yang berdiri sendiri-sendiri serta berhentinya penaklukan Islam (futuhat Islamiyyah). Tanpa daulah dan persatuan umat, Islam menjadi lemah padahal mulanya kekuatan umat Islam sangat tangguh dan disegani oleh musuh-musuhnya.

Kini umat membutuhkan orang-orang yang sanggup mengemban risalah dakwah Islam guna membangkitkan kembali kekuatan itu. Yakni kebangkitan yang benar, yang muncul atas dasar Islam. Umat memerlukan orang-orang yang mau menghimpun kembali barisan yang tercecer dan shaf yang terbengkalai, untuk kemudian menyatukannya ke dalam kekuatan yang akan mendorong terwujudnya kembali masyarakat Islam, agar bisa dilakukan lagi misi menyebarkan dakwah Islam ke seluruh dunia untuk yang kedua kalinya. Biidznillah, Allahu Akbar!

Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (QS. Ali-Imran: 31).

Oleh : Ustadz M. Ismail Yusanto
Cendekiawan Muslim 

Selasa, 20 Juni 2023

Menjalin Ukhuwah demi Keberhasilan Dakwah

Tinta Media - Sobat. Menurut Imam Hasan Al-Banna, ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan islam adalah ketertarikan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah Islam. Ukhwuwah Islamiyah adalah satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasululah, yaitu pertama, kekuatan iman dan aqidah, kedua, kekuatan ukhuwah dan ikatan hati, dan ketiga, kekuatan kepemimpinan dan senjata. 

Sobat. Ukhuwah adalah nikmat Allah, anugerah suci, dan pancaran cahaya rabbani yang Allah persembahkan untuk hamba-hambaNya yang ikhlas dan pilihan. Allahlah yang menciptakannya. Allah berfirman: “…Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu.” (QS: Ali Imran: 103). “…Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara…” (QS: Ali Imran: 103). 

Sobat.Ukhuwah adalah pemberian Allah, yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Allah berfirman: “…Walaupun kamu membelanjakan semua (kakayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka… (QS: Al-Anfal: 63)” Selain nikmat dan pemberian, ukhuwah memiliki makna empati, lebih dari sekadar simpati. 

Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya.” (HR. Imam Muslim). 

Dengan ukhuwah, sesama mukmin akan saling menopang dan menguatkan, menjadi satu umat yang kuat. Rasulullah Saw. Bersabda: “Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya.” (HR. Imam Bukhari).

Sobat. Dakwah kepada Allah dan Amar ma’ruf nahi munkar adalah amalan para Nabi, rasul, dan para ulama yang mengamalkan Al-Qurán dan sunnah. Karena itu, dakwah merupakan amalan yang mulia, paling baik, paling agung, paling banyak pahalanya di sisi Allah dan merupakan aktivitas amalan sholeh yang paling penting. Umat yang tidak ada dakwah di dalamnya adalah umat yang terlantar; umat yang dikuasai dan dirusak oleh iblis laknatullah.

Sobat. Dalam amar ma’ruf nahi munkar, maka mewajibkan pengembannya untuk mempelajari dan mengetahui mana yang ma’ruf dan mana yang munkar, mengetahui apa yang harus dikatakan dan dilakukannya. ( Ngaji ) Ia juga harus memulainya dari dirinya sendiri, kemudian menyuruh manusia berbuat baik dengan kejujuran setelah ia mengamalkannya. Dan harus meniatkan itu semua semata-mata untuk meraih ridha Allah SWT, bukan untuk riya’, popularitas atau untuk meningkatkan reputasi.

Sobat. Ia juga harus bersikap lemah lembut dan bijak dalam melaksanakannya. Sebagaimana firman Allah SWT.
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ  
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl (16) : 125 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah swt memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak manusia (dakwah) ke jalan Allah. Jalan Allah di sini maksudnya ialah agama Allah yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Allah swt meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya di kemudian hari dalam mengemban tugas dakwah.

Pertama, Allah swt menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini adalah dakwah untuk agama Allah sebagai jalan menuju rida-Nya, bukan dakwah untuk pribadi dai (yang berdakwah) ataupun untuk golongan dan kaumnya. Rasul saw diperintahkan untuk membawa manusia ke jalan Allah dan untuk agama Allah semata.

Kedua, Allah swt menjelaskan kepada Rasul saw agar berdakwah dengan hikmah. Hikmah itu mengandung beberapa arti:
a. Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan itu sesuatu dapat diyakini keberadaannya.
b. Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang batil atau syubhat (meragukan).
c. Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham Al-Qur'an, paham agama, takut kepada Allah, serta benar perkataan dan perbuatan.

Arti hikmah yang paling mendekati kebenaran ialah arti pertama yaitu pengetahuan tentang rahasia dan faedah sesuatu, yakni pengetahuan itu memberi manfaat.

Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia, faedah, dan maksud dari wahyu Ilahi, dengan cara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, agar mudah dipahami umat.

Ketiga, Allah swt menjelaskan kepada Rasul agar dakwah itu dijalankan dengan pengajaran yang baik, lemah lembut, dan menyejukkan, sehingga dapat diterima dengan baik.

Tidak patut jika pengajaran dan pengajian selalu menimbulkan rasa gelisah, cemas, dan ketakutan dalam jiwa manusia. Orang yang melakukan perbuatan dosa karena kebodohan atau ketidaktahuan, tidak wajar jika kesalahannya itu dipaparkan secara terbuka di hadapan orang lain sehingga menyakitkan hati.

Khutbah atau pengajian yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk melembutkan hati yang liar dan lebih banyak memberikan ketenteraman daripada khutbah dan pengajian yang isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Namun demikian, menyampaikan peringatan dan ancaman dibolehkan jika kondisinya memungkinkan dan memerlukan.

Untuk menghindari kebosanan dalam pengajiannya, Rasul saw menyisipkan dan mengolah bahan pengajian yang menyenangkan dengan bahan yang menimbulkan rasa takut. Dengan demikian, tidak terjadi kebosanan yang disebabkan uraian pengajian yang berisi perintah dan larangan tanpa memberikan bahan pengajian yang melapangkan dada atau yang merangsang hati untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.

Keempat, Allah swt menjelaskan bahwa bila terjadi perdebatan dengan kaum musyrikin ataupun ahli kitab, hendaknya Rasul membantah mereka dengan cara yang baik.

Suatu contoh perdebatan yang baik ialah perdebatan Nabi Ibrahim dengan kaumnya yang mengajak mereka berpikir untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, sehingga menemukan kebenaran.

Tidak baik memancing lawan dalam berdebat dengan kata yang tajam, karena hal demikian menimbulkan suasana yang panas. Sebaiknya dicipta-kan suasana nyaman dan santai sehingga tujuan dalam perdebatan untuk mencari kebenaran itu dapat tercapai dengan memuaskan.

Perdebatan yang baik ialah perdebatan yang dapat menghambat timbulnya sifat manusia yang negatif seperti sombong, tinggi hati, dan berusaha mempertahankan harga diri karena sifat-sifat tersebut sangat tercela. Lawan berdebat supaya dihadapi sedemikian rupa sehingga dia merasa bahwa harga dirinya dihormati, dan dai menunjukkan bahwa tujuan yang utama ialah menemukan kebenaran kepada agama Allah swt.

Kelima, akhir dari segala usaha dan perjuangan itu adalah iman kepada Allah swt, karena hanya Dialah yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia, bukan orang lain ataupun dai itu sendiri. Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang tidak dapat mempertahankan fitrah insaniahnya (iman kepada Allah) dari pengaruh-pengaruh yang menyesatkan, hingga dia menjadi sesat, dan siapa pula di antara hamba yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga dia terbuka menerima petunjuk (hidayah) Allah swt.

Sobat. Pengemban dakwah harus bersikap lapang dada, sabar, santun, menyeru manusia dengan taubat dan taufik serta mengajak mereka dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Sebagaimana yang diajarkan Luqman dalam Al-Qurán.
يَٰبُنَيَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ  
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” ( QS. Luqman (31) : 17 )

Sobat. Pada ayat ini, Lukman mewasiatkan kepada anaknya hal-hal berikut:
a. Selalu mendirikan salat dengan sebaik-baiknya, sehingga diridai Allah. Jika salat yang dikerjakan itu diridai Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya.
Nabi saw bersabda:
Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim) 

b. Berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridai Allah, berusaha membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan, serta mencegah mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa. Allah berfirman:
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (asy-Syams/91: 9-10)

c. Selalu bersabar dan tabah terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk ke-sengsaraan dan penderitaan.

Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan tiga hal tersebut di atas karena merupakan pekerjaan yang amat besar faedahnya bagi yang mengerjakannya dan memberi manfaat di dunia dan di akhirat.

Sobat. Keberhasilan dakwah butuh jalinan ukhuwah Islamiyyah dan Kesungguhan dalam menolong agama Allah, Maka pastilah Allah akan memperkuat kedudukan kaum muslimin. Dakwah kelangsungan hidup Islam tidak bisa dilakukan sendirian, namun harus berjamaah, memiliki fikrah dan thariqah yang jelas berdasarkan Islam, dibangun dengan landasan Aqidah Islam serta konsep yang jelas. Dipimpin oleh seorang yang memiliki kesadaran yang tinggi terhadap Allah dan Rasul-Nya dan memiliki anggota jamaah yang ikhlas dan paham ajaran Islam.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual

Kamis, 15 Juni 2023

Dakwah Bukti Cinta pada Sesama

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustadzah Noval Tawang menyampaikan bahwa dakwah adalah bukti cinta yang paling dalam kepada sesama manusia.

"Dakwah adalah bukti cinta yang paling dalam kepada sesama manusia," ucapnya dalam One Minute Booster Extra: Pertarungan Pemikiran di Medan Dakwah, Selasa (13/6/2023) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Namun menurutnya, harus disadari secara penuh bahwa manusia pada setiap zaman pasti memiliki pemikiran, keyakinan, kebiasaan, tradisi, aturan, dan perasaan tertentu.

"Karena itulah masyarakat sekuler akan melakukan penolakan saat diseru untuk hidup berdasarkan petunjuk Allah SWT," imbuhnya 

Hal seperti ini pula yang pernah dialami oleh Rasulullah Saw, saat beliau berdakwah di Mekah. "Beliau berhadapan dengan masyarakat sekuler yang hidup dalam kekufuran, kezaliman, dan kejahiliyahan," tuturnya.

Namun ia menjelaskan, dalam kondisi tersebut Rasulullah tetap menyampaikan dakwah Islam secara jujur, apa adanya dan tegas, beliau tidak berdakwah dengan mencari muka, menjilat, atau dengan mengutamakan jalan yang lebih selamat.

"Rasulullah bahkan tidak segan menyalahkan agama nenek moyang, menganggap keliru adat istiadat yang memang keliru dan mencela tuhan-tuhan mereka, beliau menyampaikan ayat-ayat Allah SWT dengan tegas dan berani meskipun bertentangan dengan sistem jahiliyah yang diterapkan kala itu," bebernya.

Ia menambahkan bahwa, pertarungan pemikiran dalam aktivitas dakwah adalah sebuah keniscayaan, oleh karena itu mengharap dakwah tanpa ada pertarungan pemikiran merupakan harapan utopis, sejatinya dakwah ditujukan untuk mengubah pemikiran dan perasaan masyarakat agar sesuai dengan Islam dan mengubah pemikiran dan perasaan masyarakat itu jauh lebih sulit dibandingkan dengan mengikuti keinginan mereka.

"Jika saja pemikiran yang menyimpang tidak diluruskan dan dianggap benar maka sampai kapanpun kebenaran tidak akan pernah ada dan mendominasi di tengah-tengah masyarakat," tegasnya.

Maka para pengemban dakwah harus menyampaikan Islam apa adanya, Islam secara Kaffah tidak menambah ataupun mengurangi, para pengemban dakwah harus menyampaikan Islam secara jujur dan jelas, tidak boleh dengan cara menutupi kebenaran Islam.

"Insya Allah dakwah yang seperti inilah yang akan mampu mengubah masyarakat menjadi masyarakat mulia dengan diterapkannya aturan-aturan Islam di tengah-tengah mereka," pungkasnya.[] Sri Wahyuni.

Selasa, 23 Mei 2023

AK: Dakwah Syariah dan Khilafah Harus Lebih Digelorakan

Tinta Media - Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin (AK) menegaskan, dakwah Syariah dan Khilafah harus lebih digelorakan.

"Dakwah Syariah dan Khilafah harus lebih digelorakan, agar umat semakin paham dan yakin bahwa Syariah dan Khilafah adalah solusi. Bukan ancaman," tegasnya kepada Tinta Media, Jumat (19/4/2023).

Ia memandang, ketika umat semakin paham dan yakin, maka akan semakin rindu pada Syariah dan Khilafah dan semakin yakin pada kabar gembira Rasulullah SAW akan kembalinya Khilafah Islamiyyah.

Ia pun mengemukakan penyebab masih adanya yang menganggap Khilafah sebagai ancaman.

"Lebih karena kurangnya dakwah ditengah umat akan urgensi Syariah dan Khilafah," pungkasnya. [] Muhar
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab