Tinta Media: Covid-19
Tampilkan postingan dengan label Covid-19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Covid-19. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 April 2023

Waspada Serangan Covid Varian Baru Usai Berlebaran

Tinta Media - Setiap berakhirnya Ramadan,  kaum muslimin bergembira menyambut hari raya Idul Fitri atau lebaran. Saat terjadi pandemi Covid-19 tahun 2020, kaum muslimin di Indonesia tidak diperbolehkan mudik oleh pemerintah karena ada pembatasan jarak dan larangan berkumpul. Padahal, mudik atau pulang kampung merupakan tradisi muslim Indonesia yang sulit untuk ditinggalkan. Setelah  tiga kali puasa tidak boleh mudik, baru lebaran tahun 2023 ini pemerintah melonggarkan protokol kesehatan di tengah masyarakat dan mengizinkan pulang kampung. 

Akibatnya, terjadi lonjakan arus kendaraan di setiap ruas jalur mudik di seluruh Indonesia.  Arus lalu lintas dari barat ke timur atau sebaliknya, padat sepanjang waktu cuti bersama. Di mana-mana banyak terjadi kerumunan dan banyak orang yang sudah tidak memakai masker. Padahal, sudah 3 tahun ini masker menjadi pelengkap berpakaian masyarakat. 

Saat salat Idul Fitri pun, kaum muslim banyak yang tidak memakai masker. Mereka beranggapan bahwa sekarang sudah aman, tidak perlu takut ketularan virus Covid-19 karena pemerintah pun sudah melonggarkan protokol kesehatan. Buktinya, masyarakat boleh mudik, bahkan dicanangkan libur panjang lebaran selama seminggu. 

Sekolah-sekolah dan kantor-kantor sudah melakukan tatap muka (offline). Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah jarang terlihat di tempat-tempat umum. 

Padahal, WHO pada tanggal 22/4/2023 secara resmi melaporkan bahwa telah ditemukan Covid-19 varian baru dengan daya tular yang lebih cepat dan berbahaya dari Covid-19 sebelumnya, yaitu Covid Varian Acturust. Varian ini terdeteksi pertama kali di India dan menjadi penyebab naiknya kasus Covid-19 di 29 negara. Masyarakat dunia diminta waspada dan tidak meremehkan virus Covid-19 ini. 

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengimbau agar masyarakat kembali menggunakan masker dan menjalankan protokol kesehatan. Namun, kepala negara berpendapat bahwa naiknya kasus Covid-19 tidak perlu dibesar-besarkan, yang penting divaksin sampai tahap booster dan jaga kebersihan. 

Ini adalah suatu tanggapan yang tidak serius,  seperti meremehkan keganasan Covid-19 varian Acturus. Akhirnya, masyarakat harus berusaha sendiri agar tidak tertular dengan vaksinasi yang kadang tidak gratis dan dirasa mahal bagi rakyat.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa seperti itulah watak pemimpin dalam sistem demokrasi kapitalis yang tidak bersungguh-sungguh dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan rakyat. Pemerintah seperti tidak siap bila terjadi lonjakan kasus pandemi,  makanya rakyat disuruh tenang.  Sebab, politik demokrasi berasas manfaat dan keuntungan. Sehingga, di saat rakyat sudah dibebani dengan harga sembako naik,  harga tiket kendaraan dan tol naik,  masih harus melakukan tes usap covid atau vaksinasi.  Rakyat bukan dilindungi dan dilayani, tetapi dijadikan obyek untuk membeli produk hasil industri. Pemerintah hanya berperan sebagai pembuat peraturan saja. 

Sungguh berbeda dengan sistem Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah. Fokus utama pemimpin adalah riayah suunil ummah atau mengurusi urusan ummat/rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. bahwa khalifah adalah pengurus ururan rakyat dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang diurusnya (HR Muslim dan Ahmad). 

Kebijakan yang dilakukan oleh khalifah saat terjadi pandemi, antara lain:

Pertama, melakukan karantina dan pembatasan kedatangan orang-orang dari luar wilayah pandemi (lockdown total).

Kedua, melakukan seleksi kesehatan kepada masyarakat sehingga diketahui mana yang sakit dan mana yang sehat, lalu dipisahkan lokasinya.  

Ketiga, mengobati yang sakit dengan obat terbaik dan mewajibkan diterapkannya protokol kesehatan bagi yang sehat. 

Keempat, melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pandemi. Hal ini dilakukan secara terus-menerus agar masyarakat tidak lupa dan abai terhadap kesehatan diri dan keluarganya. 

Kelima, akan banyak petugas di lapangan yang mengawasi dan menjaga perilaku masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan.

Seandainya para pemimpin negara ini orang-orang yang menerapkan syariah Islam dalam setiap kebijakannya,  tentu pandemi akan segera berakhir dan rakyat dapat hidup tenang di bawah naungan khilafah. 

Wallahu a'lam bis shawaab

Oleh: Wiwin
Sahabat Tinta Media

Jumat, 01 Juli 2022

Kasus Covid-19 Naik, Pemerintah Sebut Situasi Pandemi Masih Terkendali


Tinta Media - "Menanggapi kenaikan kasus Covid 19, pemerintah hanya menyatakan bahwa situasi Pandemi Covid 19 di Indonesia masih terkendali meski ada sedikit kenaikan kasus dalam beberapa waktu terakhir," ungkap narator dalam Serba - Serbi MMC: Ancaman Pandemi Gelombang Keempat : Kesehatan Diabaikan Kontestasi Politik Dipentingkan? Kamis (23/6/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.

"Alasannya, positivity rate Covid 19 di Indonesia masih di angka 1,15% di bawah standar yang ditetapkan oleh WHO sebesar 5%. Bahkan ada pemimpin daerah yang hanya meminta rakyatnya agar tidak panik dan tetap waspada. Ia merasa aman dengan vaksinasi yang sudah mencapai 99% diwilayahnya tanpa mengindahkan faktor-faktor pemicu menyebarnya virus dengan cepat," lanjutnya.

Narator membeberkan, sejak ditemukan sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 terjadi lonjakan kasus di tanah air melebihi seribu kasus dalam sehari. Sebagaimana diketahui pada Selasa, 21 Juni 2022 lalu, Indonesia mencatat sebanyak 1678 kasus baru Covid 19 sehingga total kasus aktif kini sebanyak 10.095 kasus. "Para ahli memprediksi kasus Covid 19 di tanah air bisa menembus 20.000 sehari dan memicu gelombang keempat," ujarnya.

"Sebelumnya, ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah mengingatkan bahwa Omicron bukan akhir dari Pandemi Covid-19 sehingga negara-negara dan masyarakat dunia diminta tetap waspada. Fokus mengalahkan Covid dan tidak menyepelekan varian-varian Covid-19 yang bermunculan," tandasnya.

"Namun miris, di saat pandemi Covid-19 diprediksi memasuki gelombang keempat, para pemangku kebijakan tengah sibuk mempersiapkan kontestasi politik yang akan berlangsung dalam waktu dekat,"ujarnya.

Ia menilai, para pejabat yang juga merupakan anggota partai politik dikabarkan mengikuti rapat kerja atau rapat pimpinan yang membahas nama capres yang akan diusung di pemilu presiden 2024. Ada pula partai yang mulai membentuk koalisi dengan partai lain untuk memperkuat kubu sekaligus untuk memenuhi syarat pengajuan calon.

"Inilah watak pemimpin dalam sistem demokrasi kapitalis. Sistem ini mencetak pemimpin yang masa bodoh terhadap kebutuhan dan kepentingan rakyat," pungkasnya.[] Yupi UN

Kamis, 24 Maret 2022

Om Joy Bagi Kiat Bahagia Jalani Ibadah Ramadhan di Masa Pandemi Covid-19

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1actVFVpZj-nmz4r4TTrUx82PVqhPQIvW

Tinta Media - Jurnalis Joko Prasetyo atau yang biasa disapa Om Joy, membagikan kiat bahagia jalani ibadah Ramadhan di masa pandemi Covid-19.

"Berikut beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk membuat sesama Muslim bahagia jalani ibadah Ramadhan di masa pandemi Covid-19," tuturnya pada Tinta Media, Kamis (24/3/2022).

Pertama, mengucapkan salam, tersenyum dan menyodorkan tangan untuk bersalaman terlebih dahulu. "Karena masa pandemi, maka jabat tangannya untuk sementara diganti dengan gerakan lain agar tak bersentuhan tangan," ujarnya.

Menurutnya, sebenarnya amalan ini dilakukan kapan saja. “Tapi di bulan Ramadhan ini, jangan lupa diniatkan kitalah orang pertama yang melakukannya setiap kali berjumpa dengan sesama Muslim baik yang sudah maupun yang belum kenal. Insyaallah mereka akan bahagia," simpulnya.

Kedua, tolonglah mereka yang meminta pertolongan. Bila tak dapat menolong secara langsung, tetap pasang muka ramah dan dengarkanlah baik-baik keluh kesahnya seraya sesekali menguatkan dirinya untuk tetap bersabar dan berilah solusi bila mempunyai ide solutif. "Dengan merasa masalahnya ada yang memerhatikan saja, orang tersebut akan bahagia juga," paparnya.

Ketiga, membayarkan utang kawan. "Dengan membayarkan utangnya, dijamin deh dia akan senang. Bila dia berutang kepada kita, berilah waktu tambahan, kurangi tagihan atau bahkan bebaskanlah utangnya. Senyum manis pun berkembang di bibirnya tanda bahagia," bebernya.

Keempat, teraktir buka puasa bersama ataupun sahur. Semua orang yang puasa pastilah merasa lapar. Begitu berbuka tentu saja akan senang, apalagi ditraktir. “Tentu saja lebih bahagia lagi. Begitu juga dengan sahur, kita bisa membuat beberapa nasi bungkus serta membawa beberapa masker kemudian membagikannya di waktu sahur kepada saudara-saudara kita di pinggir jalan. Dengan cara seperti itu mereka juga akan senang,” tuturnya.

Kelima, memberi lapangan kerja atau memberi tahu ada lowongan kerja. “Masih banyak dan bahkan masih terus bertambah saudara, kawan atau tetangga kita yang kesulitan mendapat pekerjaan pasca di-PHK di masa pandemi ini. Bila kita membuka lapangan kerja atau setidaknya memberitahukan lowongan kerja yang cocok, tentu saja mereka akan bahagia,” ujarnya.

Keenam, membeli makanan ataupun produk yang kita butuhkan dari saudara, kawan ataupun tetangga sendiri. Tak sedikit korban PHK di masa pandemi ini banting stir buka usaha makanan matang, jual pakaian dan lainnya.

“Kalau kita memang memerlukan produk yang mereka jual, belilah kepada mereka, meskipun harganya sedikit lebih mahal. Bila tidak memerlukan, tapi kita tahu yang lain perlu, bisa juga kita bersedekah dengan cara membelinya untuk diberikan kepada mereka yang memerlukan. Insyaallah yang bahagia akan lebih banyak lagi,” ungkapnya.

Ketujuh, berwakaf atas nama orang tua ataupun orang yang kita sayangi. “Beritahulah mereka bahwa Anda akan membayarkan wakaf Al-Qur’an, sarana air bersih ataupun wakaf lainnya kepada orang tua atau siapa saja yang ingin Anda traktir wakaf. Kemudian serahkanlah bukti akad wakafnya. Selain penerima manfaat wakaf yang senang, mereka yang Anda kasihi pun akan bahagia,” sarannya.

Itulah tujuh di antara sekian banyak kiat yang Memurut Om Joy bisa dilakukan untuk membahagiakan sesama Muslim di bulan Ramadhan. “Semoga kita bisa mengamalkannya. Aamiin,”[] Ajirah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab