Tinta Media: Cinta
Tampilkan postingan dengan label Cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cinta. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 Juni 2024

Lautan Cinta


Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba


Mentari beranjak menuju peraduan

Menyisakan senja sebagai kenangan

Malam perlahan menemani

Jiwa yang kerap berteman sunyi


Derit serangga menimbulkan suara

Kebersamaan menerbitkan sebuah cinta

Sayang, ternyata tak bisa selalu bersama

Karena suratan takdir menetapkannya


Di kala rembulan beranjak meninggi

Bersama awan yang tak berarti

Izinkan kisah ini diabadikan

Dalam lautan cinta penuh kenangan

Suara itu takkan mampu terhapus

Kebersamaan itu tak pernah pupus

Masih segar dalam ingatan

Kenangan indah yang menyakitkan

Sudah berbilang tahun terlewati

Seharusnya aku sudah bisa berdiplomasi

Namun nyatanya tak mampu berkompromi

Masih begitu indah terpatri dalam hati

Hingga aku pun mengambil satu pelajaran

Bahwa tak selamanya sesuai keinginan

Karena dunia ini adalah tempat ujian

Dan ladang pahala untuk para insan

Jangan berharap pada manusia

Karena akan berakhir kecewa

Serahkan pada Yang Maha Kuasa

Karena skenario-Nya tak pernah kita duga

Jika merasa jatuh cinta

Maka kembalikan pada Pemiliknya

Agar berakhir indah dan ceria

Tanpa menimbulkan lara maupun duka

Batam, 14 Januari 2024

Senin, 01 April 2024

Puzzel Cinta

Tinta Media - Sejuta rasa berkecambuk dalam hati
Namun tak boleh didekapi
Sejauh mana alurnya tersembunyi
Tetap saja menyisakan irama hati
Selalu saja, ia datang dan pergi
Bak rembulan merindukan bayangannya
Tak bisa bersatu namun mengiringinya

Aku dan kamu adalah harapan
Alunan angin sebagian pengantar
Tinta pesan illahi sebagai pengikat
Mewujudkan drama kehidupannya
Setiap episod nya terurai pelajaran
Sebuah tantangan mencairkan hati
Lalu mengalirkan kesatuan iramanya 
Menghasilkan keindahan hidup dunia

Karya: Warjianah
Sahabat Tinta Media 

Selasa, 20 Juni 2023

Bekerjalah dengan Cinta Kepada-Nya

Tinta Media - Sobat. Berjanjilah pada dirimu setiap pagi untuk menyelesaikan pekerjaan kecil dengan baik. Cukup langkah kecil yang baik ke depan. Tuntaskan pekerjaan-pekerjaan kecil setiap hari. Lakukan langkah-langkah kecil untuk mengubah apa yang dapat kau ubah. Kerjakan segala hal, sekalipun kecil, asal jangan berhenti bekerja. Lakukan segala hal secara disiplin, telaten, dan kontinyu. 

Sobat. Tidaklah penting kita melakukan hal-hal besar dalam hidup kita; kita cukup melakukan hal-hal kecil, tetapi dengan cinta yang besar. Kerahkan seluruh cintamu untuk mengerjakan hal-hal yang dasar, dan belajarlah mengerjakan segala hal yang kuat dan kukuh.

Sobat. Ingatlah jika kau tidakmenyibukkan dirimu dengan kebenaran maka kau akan disibukkan oleh kebatilan. Agar lentera tetap menyala, ia harus selalu diisi minyak.

Sobat. Kalau kita melakukan sesuatu karena cinta kepada-Nya membuat Allah memberikan tiga nikmat yang paling besar. Sebagaimana penjelasan Ibnu Athaillah, “Jika Dia memberimu tiga hal, berarti Dia memberimu nikmat yang paling besar: Menjaga batas-batas-Nya. Setia memenuhi janji kepada-Nya. Dan tenggelam dalam penyaksian kepada-Nya.”

Sebagaimana Allah SWT Berfirman:

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ 

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl (16) : 97)

Sobat. Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Rasulullah bersabda:
Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)

Sobat. Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Sobat. Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.

Sobat. Nikmat Pertama adalah menjaga batas-batas Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda, “ Allah telah menetapkan berbagai kewajiban, jangan kalian abaikan. Dia melarang berbagai hal, jangan kalian langgar. Dia menentukan sejumlah batas, jangan kalian terobos. Dia juga mendiamkan sejumlah hal sebagai rahmat, bukan karena lupa. Maka, jangan kalian car-cari hukumnya.” ( HR. al-Daruqutni )

Allah SWT berfirman :
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut (29) : 69 )

Sobat. Ayat ini menerangkan janji yang mulia dari Allah kepada orang-orang mukmin yang berjihad di jalan-Nya dengan mengorbankan jiwa dan hartanya serta menanggung siksaan dan rintangan. Oleh karena itu, Allah akan memberi mereka petunjuk, membantu mereka membulatkan tekad, dan memberikan bantuan, sehingga mereka memperoleh kemenangan di dunia serta kebahagiaan dan kemuliaan di akhirat kelak.

Allah berfirman:
(Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, "Tuhan kami ialah Allah." Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-hajj/22: 40)

Makna jihad dalam ayat 69 ini ialah melakukan segala macam usaha untuk menegakkan agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, termasuk juga memerangi orang-orang kafir yang memerangi umat Islam. Menurut Abu Sulaiman ad-Darani, jihad di sini bukan berarti memerangi orang-orang kafir saja, melainkan juga berarti mempertahankan agama, dan memberantas kezaliman. Adapun yang utama ialah menganjurkan perbuatan makruf, melarang dari perbuatan yang mungkar, dan memerangi hawa nafsu dalam rangka menaati perintah Allah.

Mereka yang berjihad itu dijanjikan Allah jalan yang lapang. Janji ini pasti akan terlaksana, sebagaimana firman-Nya:
Dan sungguh, Kami telah mengutus sebelum engkau (Muhammad) beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman. (ar-Rum/30: 47)

Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang berjihad di jalan Allah itu adalah orang-orang yang berbuat baik (muhsin). Hal ini berarti bahwa segala macam perbuatan, sesuai dengan yang digariskan Allah dalam berjihad itu, adalah perbuatan baik. Dinamakan demikian karena orang-orang yang berjihad itu selalu berjalan di jalan Allah. Orang-orang yang tidak mau berjihad adalah orang yang tidak baik, sebab ia telah membangkang terhadap perintah Allah untuk melakukan jihad. Orang itu adalah orang yang sesat, karena tidak mau meniti jalan lurus yang telah dibentangkan-Nya.

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah selalu beserta orang-orang yang berperang di jalan-Nya, memerangi hawa nafsu, mengusir semua bisikan setan dari hatinya, dan tidak pernah menyia-nyiakan ajaran agama-Nya. Pernyataan ini dapat menenteramkan hati orang yang beriman dalam menghadapi orang-orang kafir dan membangkitkan semangat mereka berjuang di jalan-Nya.

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berjihad untuk mencari keridaan Allah, pasti akan ditunjukkan kepada mereka jalan-Nya. Dari ayat ini dipahami bahwa lapangan jihad yang luas bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, berupa perkataan, tulisan, dan pada situasi tertentu dapat dilakukan dengan senjata. Karena luas dan banyaknya lapangan jihad berarti banyak sekali jalan-jalan yang dapat ditempuh seorang mukmin untuk sampai kepada keridaan Allah, asal semua jalan itu diniatkan untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan kebaikan.

Sobat. Nikmat kedua adalah setia memenuhi janji kepada Allah. Kita telah berjanji kepada Allah untuk beribadah kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Di sisi lain, Allah berjanji memberikan kepemimpinan, keteguhan agama, dan rasa aman kepada mereka yang beriman dan beramal sholeh. Sebagaimana janji Allah SWT dalam QS. Annur (24) ayat 55.

Sobat. Nikmat yang ketiga adalah tenggelam dalam penyaksian kepada-Nya. Ini merupakan tingkatan ihsan seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, “ Engkau menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. Jika kau tidak melihat-Nya, Dia sungguh melihatmu.” (HR. Bukhari-Muslim)

Artinya , kau berikut seluruh perasaanmu tertarik dari dunia dan seluruh keadaannya sehingga lenyap secara total yang tersisa hanya perasaan bahwa kau berada di hadapan Allah seraya bermunajat melalui bacaan Al-Quran, zikir, dan doa seakan-akan kau melihat-Nya.

Sobat. Cara terbaik mengungkapkan syukur kepada Allah yang menciptakan kita dengan menjadi orang yang baik yaitu dengan bersikap kasih sayang dan lembut pada orang lain. Syukur adalah kata paling indah yang dicintai Allah, ketika berulangkali diucapkan oleh lisan manusia.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual

Selasa, 13 Juni 2023

Ketika RumahTangga Kehilangan Cinta

Tinta Media - Tak selamanya suatu rumah tangga selalu dihiasi ‘bunga-bunga cinta’, tidak sedikit cinta yang awalnya membara, seiring berjalannya waktu akan semakin redup, lalu mati, bahkan menyisakan rasa tidak suka, baik disebabkan fisik yang tidak lagi sedap dipandang mata, atau perangai yang tidak lagi mempesona. Apakah ketika itu terjadi, perceraian menjadi jalan keluarnya? Ada baiknya kita renungi bagaimana sikap orang shaleh ketika menghadapi hal tersebut.
.
Pernah ditanyakan kepada Abu Utsman An-Naisaburi (w. 457 H),

ما أَرْجَى عملَك عندك؟

“Apa amal engkau yang paling kau harapkan (pahalanya)?”

Maka Abu Utsman bercerita:

كنت في صُبُوّتي يجتهد أهلي أن أتزوج، فآبى؛

Ketika aku beranjak dewasa keluargaku berusaha agar aku menikah, tapi aku menolaknya.

فجائتني امرأة، فقالت: يا أبا عثمان، إني قد هَوَيْتُك، وأنا أسألك بالله أن تَتزَوَّجُني

Lalu datang kepadaku seorang wanita seraya berkata, ”Wahai Abu Utsman sungguh aku sangat mencintaimu, dan saya memintamu dengan nama Allah agar engkau menikahiku.

فأحضرتْ أباها -وكان فقيرًا- فزوّجَني، وفرح بذلك،

Kemudian ia mendatangkan bapaknya—dan bapaknya ini sangat miskin – maka dia menikahkan aku dengan putrinya, dan dia pun merasa gembira dengan pernikahan tersebut

فلما دخلت إلي، رأيتها عَوْرَاءَ عَرْجَاء مُشَوَّهَة، وكانت لمحبتها لي تَمْنَعُني من الخروج، فأقعد حفظًا لقلبها، ولا أظهر لها من البغض شيئًا، وكأني على جمر الغَضَا[1] من بغضها، فبقيتُ هكذا خمس عشرة سنة حتى ماتت، فما من عملي شيء هو أرجى عندي من حفظي قلبها.

ketika dia masuk ke kamar menemuiku, aku melihatnya ternyata matanya buta sebelah, pincang, dan jelek rupa, karena besar cintanya kepadakulah yang menghalangiku untuk keluar meninggalkannya, maka akupun duduk menurutinya demi menjaga hatinya dan aku tidak menampakkan sedikitpun kebencianku kepadanya. Aku terasa seperti duduk di atas bara api kayu ghodho (sejenis kayu yang bara apinya tahan lama) karena membenci (rupa fisik)nya. Aku berbuat demikian hingga 15 tahun, sampai ia meninggal dunia. Tiada perbuatanku yang lebih kuharapkan (pahalanya) bagiku daripada menjaga hatinya”. (Imam Ibnul Jauzi (w. 597 H), Shaidul Khâthir, hal 405-406. Maktabah Syamilah).
.
Mengapa Abu Utsman sanggup bersabar menghadapi hal tersebut? tidak lain adalah karena ada yang lebih dia perhatikan, lebih dia cintai dan lebih dia harapkan daripada istri maupun kesenangan duniawi dirinya sendiri, tak lain adalah ridha dan apa yang ada di sisi Allah Ta’ala.
.
Ketika hilang rasa cinta, hidup merasa tidak lagi bahagia, bathin merasa merana, bercerai memang tidak mengapa, namun jika ingat tujuan awal menikah adalah ingin menggapai ridha Allah Ta’ala, maka bersabar dan selalu berupaya memperbaiki keadaan yang masih bisa diperbaiki tentu lebih baik. Kebaikannya tidak selalu terletak pada apa yang bisa dilihat mata, namun kebaikannya bisa berupa ganjaran dari Allah Ta’ala.

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (QS. An-Nisa :19)
.
Lebih dari itu, adakalanya kesabaran tersebut akan Allah balas dengan anak-anak shalih yang keluar dari orang yang sanggup kita bersabar darinya.
.
Berkaitan dengan surat An-Nisa ayat 19 tersebut, Imam al Qurthubi menyatakan:

(فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ) أَيْ لِدَمَامَةٍ أَوْ سُوءِ خُلُقٍ مِنْ غَيْرِ ارْتِكَابِ فَاحِشَةٍ أَوْ نُشُوزٍ، فَهَذَا يُنْدَبُ فِيهِ إِلَى الِاحْتِمَالِ، فَعَسَى أن يول الْأَمْرُ إِلَى أَنْ يَرْزُقَ اللَّهُ مِنْهَا أَوْلَادًا صالحين

(bila kamu tidak menyukai mereka) yakni karena keburukan rupa atau keburukan perangai namun tidak melakukan kekejian (zina) atau kedurhakaan (nusyuz), dalam hal ini dianjurkan bersabar, karena bisa saja hal itu menjadi awal Allah memberinya rizki dari istri tersebut berupa anak-anak yang shalih.
.
Sebaliknya, walaupun cinta masih membara, namun pasangan (istri) gemar selingkuh misalnya, maka bercerai adalah jalan terbaik daripada membiarkannya dan menjadikan suami berpredikat dayyuts yang diancam Nabi tidak akan masuk surga. Allâhu A’lam[]

Oleh : Ustadz M Taufik NT 
Pengasuh MT Darul Hikmah

Sabtu, 04 Februari 2023

Fitrah Cinta dalam Islam

"Karena cinta, duri menjadi mawar. Karena cinta, cuka menjelma anggur segar." (Jalaluddin Rumi)

Tinta Media - Kutipan di atas cukup menggambarkan bagaimana cinta mengambil peran dalam kehidupan manusia, bagaimana cinta dapat mengubah sesuatu yang dibenci menjadi sesuatu yang paling indah dan disukai. Seperti itulah manusia, yang telah Allah anugrahi gharizah nau' (naluri meneruskan keturunan).
     
Manusia tak bisa lepas dari cinta. Allah Swt telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 14 yang artinya: 

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita ...."
     
Cinta adalah anugerah dari Sang Pencipta. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita mengontrolnya dengan aturan Sang Pencipta, Yang Maha Mengetahui, kepada siapa cinta akan dilabuhkan?
     
Sudah menjadi hal yang umum bahwa pengekspresian cinta hari ini sering kali melampaui batas, bahkan melampaui fitrah manusia. Pacaran, seks bebas, ikhtilat, perzinaan, dan lain sebagainya telah menjadi tontonan rutin dunia hari ini.
     
Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh penerapan sistem sekulerisme hari ini. Ketika agama dikucilkan dari kehidupan, maka perannya dibonsai perlahan, bahkan tak segan untuk dibabat habis dari kehidupan bermasyarakat.
     
Nilai-nilai agama tak lagi jadi acuan. HAM ditetapkan sebagai standar ganda yang semakin mengaburkan patokan syariat. Rantai syariat pelindung dilepaskan hingga membuat manusia lebih liar dari hewan. Kiranya tepat ketika Allah Swt. berfirman:

"... Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (TQS Al-A'raf : 179)
     
Hal tersebut bisa kita lihat dari menjamurnya praktik penyimpangan seksual hari ini. Fenomena gunung es L68T seakan tak menemukan ujungnya. Semakin hari semakin meningkat kasusnya.
     
Viva.co.id (12/12/2022) mengungkapkan bahwa angka L68T di daerah Garut saja telah mencapai 3000 orang. Merebaknya kasus L68T ini membuat pemerintah daerah membuat perda khusus untuk menangani kasus ini.

Tak mau ketinggalan, pemerintah pusat mengeluarkan aturan baru dalam KUHP yang diharapkan dapat mengatasi badai L68T.
     
Namun, ternyata aturan tersebut tidak sepenuhnya mampu menebas persoalan L68T di negeri ini. Pasalnya, banyak pihak yang merasa bahwa aturan tersebut terlalu lemah untuk mengatasi kasus L68T.
     
Dikutip dari Republika.co.id ( 22/012023), Dewan Pimpinan Pusat Advokat Persaudaraan Islam (DPP API) mengkritisi lemahnya Kitab Undang-Undang Hukum (KUHP) baru dalam melarang les8ian, 9ay, b1seksual dan transgender (L68T). Hal senada juga dikatakan oleh Ketua LBH Pelita Umat, Chandra Purna Irawan kepada Republika.co.id (22/1/2023), yang menyatakan bahwa aturan tersebut terlalu lemah dalam menjaring para pelaku L68T.
     
Aturan tersebut masih memberikan angin sepoi-sepoi para pelaku L68T. Mereka arogan dan merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah bentuk ekspresi diri. Hal tersebut didukung oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Lembaga ini telah menghapus homoseksualitas dari klasifikasi internasional tentang penyakit pada 17 Mei 1990. Penghapusan itu sejalan dengan peristiwa pada tanggal 17/12/1973 silam, ketika American Psychiatric Association (APA) menyatakan bahwa homoseksual bukan merupakan gangguan jiwa atau penyakit lainnya.
     
Pasal yang bisa menindak perilaku sesama jenis tercantum dalam Pasal 411 dan 414. Namun, kedua pasal tersebut dianggap terlalu lemah untuk mengatasi kasus penyimpangan seksual ini. Dalam pasal 411 ayat (1), disebutkan bahwa perilaku sesama jenis bersifat aduan. Jadi bisa disimpulkan bahwa jika tidak ada yang mengadu, maka tidak mengapa. 
     
Pada pasal 414 pun tak bisa membuat jera para pelaku L68T. Pasal 414 ini hanya dapat menjerat pelaku apabila melakukan tindak kriminal di depan khalayak umum dan secara paksa. Hukuman yang diberikan juga hanya maksimal satu atau sembilan tahun penjara.
     
Terlihat betapa tumpulnya hukum dan penerapannya di negeri kita. Dari hukum yang lemah tersebut, masih saja ada oknum yang menganggap bahwa KUHP tersebut mendiskriminasi ‘kaum minoritas’.
     
Elaine Pearson, Direktur Asia di Human Rights Watch juga mengatakan bahwa KUHP Indonesia yang baru ini menguntungkan para pejabat pemerintah yang ingin membatasi kebebasan beragama, privasi, dan berekspresi (www.hrw.org, 12/01/23).
     
Begitulah fakta yang terjadi pada sistem hari ini. Tak ada hukum tajam yang berani nan gagah mengusut habis serta menuntaskan persoalan negeri ini. Kalaupun ada hukum yang sebenarnya membawa secuil harapan bagi masyarakat, masih saja ada oknum yang menentangnya.
     
Sekularisme benar-benar telah merusak moral dan mencampakkan nilai-nilai luhur agama. Dalam alam sekularisme, sudah tidak lagi yang mengganggap penting kalam Ilahi, hanya berkiblat pada rasionalitas dan standar ganda yang mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM), kebebasan berpendapat, dan semacamnya. 

Islam Hadir untuk Semesta

Perbuatan L68T sangat dikecam dalam Islam. Baik perbuatannya, persetujuan atasnya, sampai kampanyenya adalah terlarang. Perbuatan L68T atau liwath ini termasuk dalam kategori dosa besar.

Dalam Al-Quran sudah sangat gamblang disebutkan bahwa liwath adalah perbuatan keji :  

 “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka, ‘Mengapa kalian mengerjakan perbuatan keji (liwâth) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian? Sungguh kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita. Kalian ini adalah kaum yang melampaui batas.” (TQS al-A’raf [7] ayat 80-81).

Nabi Saw. bersabda:

“Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth. Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth. Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth.” (HR Ahmad) 

Dua dalil tersebut menunjukkan bahwa Islam sama sekali tidak mengakui perbuatan L98T, mengkampanyekan, dan membiarkannya tanpa tindakan tegas.
     
Islam juga mempunyai mekanisme preventif untuk pebuatan liwath. Nabi saw. bersabda:

“Siapa saja yang menjumpai kaum yang melakukan perbuatan kaum Luth, bunuhlah pelaku maupun pasangannya.” (HR Abu Dawud).
     
Adapun lesbianisme dapat terkena sanksi ta'zir yang kadarnya ditentukan oleh Qadhi' (hakim) sesuatu tingkat keparahannya.
     
L98T merupakan sampah yang tak bisa didaur ulang. Ia lahir dari kebebasan berpendapat sistem sekulerisme. Sudah saatnya kita mencampakkan sistem sekulerisme liberalisme serta kembali kepada aturan yang memberikan rahmat kepada alam, yaitu aturan Islam.

Oleh: Keysa Neva N 
Aktivis Muslimah

Fitrah Cinta dalam Islam

"Karena cinta, duri menjadi mawar. Karena cinta, cuka menjelma anggur segar." (Jalaluddin Rumi)

Tinta Media - Kutipan di atas cukup menggambarkan bagaimana cinta mengambil peran dalam kehidupan manusia, bagaimana cinta dapat mengubah sesuatu yang dibenci menjadi sesuatu yang paling indah dan disukai. Seperti itulah manusia, yang telah Allah anugrahi gharizah nau' (naluri meneruskan keturunan).
     
Manusia tak bisa lepas dari cinta. Allah Swt telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 14 yang artinya: 

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita ...."
     
Cinta adalah anugerah dari Sang Pencipta. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita mengontrolnya dengan aturan Sang Pencipta, Yang Maha Mengetahui, kepada siapa cinta akan dilabuhkan?
     
Sudah menjadi hal yang umum bahwa pengekspresian cinta hari ini sering kali melampaui batas, bahkan melampaui fitrah manusia. Pacaran, seks bebas, ikhtilat, perzinaan, dan lain sebagainya telah menjadi tontonan rutin dunia hari ini.
     
Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh penerapan sistem sekulerisme hari ini. Ketika agama dikucilkan dari kehidupan, maka perannya dibonsai perlahan, bahkan tak segan untuk dibabat habis dari kehidupan bermasyarakat.
     
Nilai-nilai agama tak lagi jadi acuan. HAM ditetapkan sebagai standar ganda yang semakin mengaburkan patokan syariat. Rantai syariat pelindung dilepaskan hingga membuat manusia lebih liar dari hewan. Kiranya tepat ketika Allah Swt. berfirman:

"... Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (TQS Al-A'raf : 179)
     
Hal tersebut bisa kita lihat dari menjamurnya praktik penyimpangan seksual hari ini. Fenomena gunung es L68T seakan tak menemukan ujungnya. Semakin hari semakin meningkat kasusnya.
     
Viva.co.id (12/12/2022) mengungkapkan bahwa angka L68T di daerah Garut saja telah mencapai 3000 orang. Merebaknya kasus L68T ini membuat pemerintah daerah membuat perda khusus untuk menangani kasus ini.

Tak mau ketinggalan, pemerintah pusat mengeluarkan aturan baru dalam KUHP yang diharapkan dapat mengatasi badai L68T.
     
Namun, ternyata aturan tersebut tidak sepenuhnya mampu menebas persoalan L68T di negeri ini. Pasalnya, banyak pihak yang merasa bahwa aturan tersebut terlalu lemah untuk mengatasi kasus L68T.
     
Dikutip dari Republika.co.id ( 22/012023), Dewan Pimpinan Pusat Advokat Persaudaraan Islam (DPP API) mengkritisi lemahnya Kitab Undang-Undang Hukum (KUHP) baru dalam melarang les8ian, 9ay, b1seksual dan transgender (L68T). Hal senada juga dikatakan oleh Ketua LBH Pelita Umat, Chandra Purna Irawan kepada Republika.co.id (22/1/2023), yang menyatakan bahwa aturan tersebut terlalu lemah dalam menjaring para pelaku L68T.
     
Aturan tersebut masih memberikan angin sepoi-sepoi para pelaku L68T. Mereka arogan dan merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah bentuk ekspresi diri. Hal tersebut didukung oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Lembaga ini telah menghapus homoseksualitas dari klasifikasi internasional tentang penyakit pada 17 Mei 1990. Penghapusan itu sejalan dengan peristiwa pada tanggal 17/12/1973 silam, ketika American Psychiatric Association (APA) menyatakan bahwa homoseksual bukan merupakan gangguan jiwa atau penyakit lainnya.
     
Pasal yang bisa menindak perilaku sesama jenis tercantum dalam Pasal 411 dan 414. Namun, kedua pasal tersebut dianggap terlalu lemah untuk mengatasi kasus penyimpangan seksual ini. Dalam pasal 411 ayat (1), disebutkan bahwa perilaku sesama jenis bersifat aduan. Jadi bisa disimpulkan bahwa jika tidak ada yang mengadu, maka tidak mengapa. 
     
Pada pasal 414 pun tak bisa membuat jera para pelaku L68T. Pasal 414 ini hanya dapat menjerat pelaku apabila melakukan tindak kriminal di depan khalayak umum dan secara paksa. Hukuman yang diberikan juga hanya maksimal satu atau sembilan tahun penjara.
     
Terlihat betapa tumpulnya hukum dan penerapannya di negeri kita. Dari hukum yang lemah tersebut, masih saja ada oknum yang menganggap bahwa KUHP tersebut mendiskriminasi ‘kaum minoritas’.
     
Elaine Pearson, Direktur Asia di Human Rights Watch juga mengatakan bahwa KUHP Indonesia yang baru ini menguntungkan para pejabat pemerintah yang ingin membatasi kebebasan beragama, privasi, dan berekspresi (www.hrw.org, 12/01/23).
     
Begitulah fakta yang terjadi pada sistem hari ini. Tak ada hukum tajam yang berani nan gagah mengusut habis serta menuntaskan persoalan negeri ini. Kalaupun ada hukum yang sebenarnya membawa secuil harapan bagi masyarakat, masih saja ada oknum yang menentangnya.
     
Sekularisme benar-benar telah merusak moral dan mencampakkan nilai-nilai luhur agama. Dalam alam sekularisme, sudah tidak lagi yang mengganggap penting kalam Ilahi, hanya berkiblat pada rasionalitas dan standar ganda yang mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM), kebebasan berpendapat, dan semacamnya. 

Islam Hadir untuk Semesta

Perbuatan L68T sangat dikecam dalam Islam. Baik perbuatannya, persetujuan atasnya, sampai kampanyenya adalah terlarang. Perbuatan L68T atau liwath ini termasuk dalam kategori dosa besar.

Dalam Al-Quran sudah sangat gamblang disebutkan bahwa liwath adalah perbuatan keji :  

 “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka, ‘Mengapa kalian mengerjakan perbuatan keji (liwâth) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian? Sungguh kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita. Kalian ini adalah kaum yang melampaui batas.” (TQS al-A’raf [7] ayat 80-81).

Nabi Saw. bersabda:

“Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth. Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth. Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth.” (HR Ahmad) 

Dua dalil tersebut menunjukkan bahwa Islam sama sekali tidak mengakui perbuatan L98T, mengkampanyekan, dan membiarkannya tanpa tindakan tegas.
     
Islam juga mempunyai mekanisme preventif untuk pebuatan liwath. Nabi saw. bersabda:

“Siapa saja yang menjumpai kaum yang melakukan perbuatan kaum Luth, bunuhlah pelaku maupun pasangannya.” (HR Abu Dawud).
     
Adapun lesbianisme dapat terkena sanksi ta'zir yang kadarnya ditentukan oleh Qadhi' (hakim) sesuatu tingkat keparahannya.
     
L98T merupakan sampah yang tak bisa didaur ulang. Ia lahir dari kebebasan berpendapat sistem sekulerisme. Sudah saatnya kita mencampakkan sistem sekulerisme liberalisme serta kembali kepada aturan yang memberikan rahmat kepada alam, yaitu aturan Islam.

Oleh: Keysa Neva N 
Aktivis Muslimah

Sabtu, 10 Desember 2022

Kepada Siapa Cinta Kita Labuhkan?

(Maka Kepada siapa cinta kita Labuhkan Allah akan hubungkan kita dengannya)


Tinta Media - Sesungguhnya manusia itu berkelompok kelompok. Di dunia begitu di akhiratpun sama. Bukankah Allah memasukkan ke dal surga dan neraka juga ber rombongan-rombongan?

وَسِيقَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَٰبُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَآ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ ءَايَٰتِ رَبِّكُمْ وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ ٱلْعَذَابِ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ

QS az Zumar 71. 

"Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab: “Benar (telah datang)”. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir."

وَسِيقَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ رَبَّهُمْ إِلَى ٱلْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَٰبُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَٱدْخُلُوهَا خَٰلِدِينَ

QS az Zumar ayat 73. 

"Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”."

Dan penghubung satu sama lain diantara manusia hingga menjadi satu rombongan ke surga atau neraka adalah cinta. Maka perhatikanlah kepada siapa cinta itu kita Labuhkan akan menjadi penghubung kita dengan yang kita cintai.

Inilah di antara faidah besar seseorang mencintai saudaranya karena Allah, atau termasuk dalam hal ini adalah mencintai Rasul ﷺ.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, bahwa seseorang bertanya pada Nabi ﷺ: “Kapan terjadi Hari Kiamat, wahai Rasulullah?”

Beliau ﷺ berkata: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab: “Aku tidaklah memersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”Beliauﷺ berkata:

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْت
َ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” [HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639]

Dalam riwayat lain, Anas mengatakan: “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi ﷺ: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”

Anas pun mengatakan: “Kalau begitu aku mencintai Nabi ﷺ, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.” [HR. Bukhari no. 3688]

Maka marilah kita mencintai Rasulullah Saw, para sahabat ridhwanullaah alayhim, dan semua orang Sholih dari para tabi'in, tabi'ut tabi'in dan semua ulama dan Sholihin sesudahnya hingga jaman kita sekarang. Hingga kita akan Allah hubungkan dengan mereka.

Pada masa kita insyaallah cinta kita kepada ulama pejuang Syaikh Taqiyuddin an Nabhani rahimahullah Ta'ala serta para sahabat beliau serta guru-guru kita akan menjadikan kita memiliki hubungan dengan beliau dan Allah akan menyatukan kita dengan beliau dalam kebaikan dan keutamaan. Meskipun amal kita tak sebanding dan jauh bisa dibandingkan dengan amal beliau.

Wallaahu a'lam.[]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Selasa, 06 Desember 2022

Cinta dan Benci Karena Allah

Tinta Media - Sobat. Cinta karena Allah berarti mencintai kekasih karena dia menjalankan metode yang ditetapkan oleh Allah. Sedangkan benci karena Allah terjadi karena orang yang dicintainya itu menjauhi dari metode yang ditetapkan Allah, lalu menjadikan keduanya sebagai ukuran keimanan. Cinta karena Allah merupakan tanda mendapatkan taufik di dunia dan keridhaan Allah di akherat.

وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ  
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” ( QS. At-Taubah (9): 71)

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa orang mukmin, pria maupun wanita saling menjadi pembela di antara mereka. Selaku mukmin ia membela mukmin lainnya karena hubungan agama. Wanita pun selaku mukminah turut membela saudara-saudaranya dari kalangan laki-laki mukmin karena hubungan seagama sesuai dengan fitrah kewanitaannya. Istri-istri Rasulullah dan istri-istri para sahabat turut ke medan perang bersama-sama tentara Islam untuk menyediakan air minum dan menyiapkan makanan karena orang-orang mukmin itu sesama mereka terikat oleh tali keimanan yang membangkitkan rasa persaudaraan, kesatuan, saling mengasihi dan saling tolong-menolong. Kesemuanya itu didorong oleh semangat setia kawan yang menjadikan mereka sebagai satu tubuh atau satu bangunan yang saling menguatkan dalam menegakkan keadilan dan meninggikan kalimah Allah. Sifat mukmin yang seperti itu banyak dinyatakan oleh hadis-hadis Nabi Muhammad antara lain, seperti sabdanya:

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, saling menyantuni dan saling membantu seperti satu jasad, apabila salah satu anggota menderita, seluruh anggota jasad itu merasakan demam dan tidak tidur. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Numan bin Basyir).

Sobat. Sifat saling membela tidak terdapat pada orang-orang munafik karena mereka diliputi oleh keraguan dan sifat pengecut. Persaudaraan ini di kalangan mereka sekadar ucapan permainan lidah sebagaimana diutarakan di dalam firman Allah:

Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudaranya yang kafir di antara Ahli Kitab, "Sungguh, jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapa pun demi kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantumu." Dan Allah menyaksikan, bahwa mereka benar-benar pendusta. Sungguh, jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan jika mereka diperangi; mereka (juga) tidak akan menolongnya; dan kalau pun mereka menolongnya pastilah mereka akan berpaling lari ke belakang, kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan. (al-hasyr/59: 11 - 12)

Sobat. Sifat-sifat yang dimiliki orang mukmin berbeda dari sifat-sifat orang munafik pada hal-hal berikut:

a. Orang mukmin selalu mengajak berbuat baik dan melarang perbuatan mungkar, sedang orang munafik selalu menyuruh berbuat mungkar dan melarang berbuat baik.
b. Orang mukmin mengerjakan salat dengan khusyuk dengan hati yang ikhlas sedang orang munafik mengerjakan salat dalam keadaan terpaksa dan riya.
c. Orang mukmin selain mengeluarkan zakat, tangan mereka selalu terbuka untuk menciptakan kesejahteraan umat dan memberikan sumbangan sosial, sedang orang munafik kikir, jika mereka mengeluarkan zakat atau derma adalah karena ria bukan karena ikhlas kepada Allah, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah:

Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan salat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa). (at-Taubah/9: 54)

d. Orang mukmin selalu taat kepada Allah dengan cara meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat dan mengerjakan segala perintah menurut kesanggupan mereka sedang orang munafik terus-menerus berbuat maksiat.

Akhir ayat ini menegaskan bahwa Allah pasti akan melimpahkan rahmat-Nya baik di dunia maupun di akhirat kepada orang-orang mukmin sedang ayat-ayat yang lalu Allah melaknati orang-orang munafik dan mengancam mereka dengan api neraka. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, tidak seorang pun yang dapat menolak siksaan-Nya. Dia Mahabijaksana melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki sesuai dengan amalan-amalan yang telah dikerjakannya.

Sobat. Rasulullah bersabda,” Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia telah mencintaiku. Barangsiapa yang mencintaiku, maka dia bersamaku pada hari kiamat di dalam surga. “ 
Junaid al-Baghdadi berkata, “ Tiada seorang pun bisa sampai kepada Allah kecuali dengan pertolongan Allah. Jalan untuk sampai kepada Allah adalah mengikuti manusia pilihan; Nabi Muhammad SAW.”

Sufyan Ats-Tsauri berkata, “ Barangsiapa mencintai orang yang mencintai Allah, sesungguhnya dia telah mencintai Allah. Barangsiapa yang memuliakan orang yang memuliakan Allah, berarti dia memuliakan Allah.”

Sobat. Fudhail bin Iyadh ketika ditanya,” Wahai Abu Ali, kapan seseorang itu menjadi orang sholeh? Dia menjawab, “ Jika nasehat berada di di dalam niatnya, rasa takut berada di hatinya, kejujuran berada di lidahnya, dan amal sholeh berada di dalam anggota tubuhnya.”

Allah SWT berfirman :
۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ ٱلۡيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوۡلِيَآءَۘ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَإِنَّهُۥ مِنۡهُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” ( QS. Al-Maidah (5) : 51 )

Sobat. Ayat ini melarang orang-orang yang beriman agar jangan menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrab yang akan memberikan pertolongan dan perlindungan, apalagi untuk dipercayai sebagai pemimpin. Selain dari ayat ini masih banyak ayat yang lain dalam Al-Qur'an yang menyatakan larangan seperti ini terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani. Diulangnya berkali-kali larangan ini dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an, menunjukkan bahwa persoalannya sangat penting dan bila dilanggar akan mendatangkan bahaya yang besar.

Sobat. Larangan ini berlaku atas diri pribadi. Orang mukmin dilarang menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman yang akrab, tempat menumpahkan rahasia dan kepercayaan seperti halnya dengan sesama mukmin. Begitu juga, berlaku terhadap jamaah dan masyarakat mukmin, bahwa mereka dilarang untuk menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pembela, pelindung dan penolong, lebih-lebih dalam urusan yang berhubungan dengan agama. Kalau hanya untuk berteman biasa dalam pergaulan, apalagi dalam urusan-urusan keduniaan, Allah tidak melarangnya, asal saja berhati-hati dalam pergaulan, sebab bagi mereka sifat melanggar janji dan berbohong untuk mencari keuntungan duniawi adalah biasa saja. Hal yang seperti ini sudah diperlihatkan oleh Rasulullah ketika beliau berada di Medinah. Beliau mengadakan hubungan kerja sama dengan orang Yahudi dan Nasrani dan kadang-kadang mengadakan perjanjian pertahanan dengan mereka, bila hal itu dipandang ada maslahatnya bagi orang-orang yang beriman.

Sobat. Orang Yahudi dan Nasrani itu rasa golongan dan kesukuan mereka sangat tebal. Karena itu walau bagaimanapun baiknya hubungan mereka dengan orang mukmin, sehingga suka mengadakan perjanjian untuk kerja sama dengan mereka tapi kalau akan merugikan golongan dan bangsanya, mereka tidak akan segan-segan berbalik ke belakang, mengkhianati janji dan memusuhi orang mukmin. Sesama mereka senantiasa tolong menolong, bersatu dalam menghadapi orang mukmin. Lahirnya baik, tapi batinnya selalu mencari kesempatan untuk menghancurkan orang-orang mukmin.

Sobat. Akhir ayat ini menegaskan, bahwa barang siapa di antara orang-orang mukmin yang menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrabnya, maka orang itu termasuk golongan mereka, tanpa sadar, lambat laun orang itu akan terpengaruh, bukan akan membantu Islam, tetapi akan menjadi musuh Islam. Kalau dia telah menjadi musuh Islam, berarti dia telah menganiaya dirinya sendiri. Ketahuilah, bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk orang-orang yang aniaya, kepada jalan yang benar untuk mencapai hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Sobat. Umur adalah berlian berharga yang tiada duanya. Sepatutnya engkau mengisinya dengan perbendaharaan yang kekal di akherat. Ketahuilah, bahwa seorang pencari akherat harus zuhud di dalam kehidupan dunia agar bisa berkonsentrasi pada satu titik dan antara batin dan dzahirnya tidak berbeda. Karena kondisi spiritual tidak mungkin bisa dipelihara jika aspek dzahir dan batin tidak sinkron.

(Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Minggu, 27 November 2022

Jangan Terlalu Cinta Dunia

Tinta Media - Sobat. Dunia adalah tempat yang dapat memenuhi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh jiwa yang berupa kenikmatan dan kesenangan. Kehidupan dunia tidak lain adalah jembatan menuju akherat dan bukan kampung abadi dan tempat tinggal selamanya. Kehidupan dunia seperti ladang yang menakjubkan orang-orang yang melihatnya karena hijaunya dan banyaknya bunga-bunga di dalamnya. Kemudian semuanya menjadi binasa seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa.

Sobat. Abu Umamah berkata, “ Ketika Allah mengutus Nabi Muhammad SAW, para tentara Iblis datang mengadu kepada Iblis. Mereka berkata, “ Seorang Nabi telah diutus dan satu umat terbaik telah dikeluarkan ( dilahirkan ). Iblis berkata, “ Apakah mereka mencintai dunia?” Bala tentaranya menjawab.” Ya.
Iblis berkata,” Jika benar mereka mencintai dunia, aku tak peduli kalau mereka tidak menyembah berhala. Karena aku akan mendatangi mereka pagi dan petang dengan tiga perkara : Mengambil harta bukan dengan cara yang benar, menginfakkan bukan pada tempat yang benar, dan menahannya dari orang yang berhak menerimanya. Segala keburukan berasal dari ketiga perkara ini.”

وَمَا هَٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَهۡوٞ وَلَعِبٞۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَ لَهِيَ ٱلۡحَيَوَانُۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ 

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” ( QS. Al-Ankabut (29) : 64 )

Sobat. Ayat ini menerangkan hakikat kehidupan duniawi, terutama kepada orang-orang musyrik yang teperdaya dengan kehidupan duniawi. Diterangkan bahwa kehidupan duniawi itu hanyalah permainan dan senda gurau saja, bukan kehidupan yang sebenarnya. Pandangan dan pikiran orang-orang musyrik telah tertutup, sehingga mereka telah disibukkan oleh urusan duniawi. Mereka berlomba-lomba mencari harta kekayaan, kekuasaan, kesenangan, dan kelezatan yang ada padanya, seakan-akan kehidupan dunia ialah kehidupan yang sebenarnya bagi mereka. 

Sobat. Andaikata mereka mau mengurangi perhatian mereka kepada kehidupan duniawi itu sedikit saja, dan memandangnya sebagai medan persiapan untuk bekal dalam kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi, serta mau pula mendengarkan ayat-ayat Allah, tentulah mereka tidak akan durhaka dan mempersekutukan Allah. Andaikata mereka mendengarkan seruan rasul dengan menggunakan telinga, akal, dan hati, mereka tidak akan tersesat dari jalan Allah.

Kemudian Allah menerangkan bahwa kehidupan yang hakiki itu adalah kehidupan akhirat, dan ia merupakan sisi lain dari kehidupan manusia, yaitu kehidupan yang diliputi oleh kebenaran yang mutlak. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang di dalamnya bercampur baur antara kebenaran dan kebatilan, sedangkan dalam kehidupan akhirat, kebenaran dan kebatilan telah dipisahkan. Kehidupan akhirat banyak ditentukan oleh kehidupan dunia yang dijalani seseorang, dan tergantung kepada amal dan usahanya sewaktu masih hidup. 

Sobat. Kehidupan dunia dapat diibaratkan dengan kehidupan masa kanak-kanak, sedang kehidupan akhirat dapat diibaratkan dengan kehidupan masa dewasa. Jika seseorang pada masa kanak-kanak mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, seperti belajar dan bekerja dengan tekun, maka kehidupan masa dewasanya akan menjadi kehidupan yang cerah. Sebaliknya jika ia banyak bermain-main dan tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya, maka ia akan mempunyai masa dewasa yang suram.

Demikianlah halnya dengan kehidupan akhirat, tergantung kepada amal dan usaha seseorang sewaktu masih hidup di dunia. Jika ia selama hidup di dunia beriman dan beramal saleh, maka kehidupannya di akhirat akan baik dan bahagia. Sebaliknya jika ia kafir dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang terlarang, ia akan mengalami kehidupan yang sengsara di akhirat nanti.

Pada akhir ayat ini, Allah memperingatkan kepada orang-orang musyrik agar mengetahui hakikat hidup. Andaikata mereka mendalami dan mengetahui hal itu, tentu mereka tidak akan tersesat dan teperdaya oleh kehidupan dunia yang fana ini. Setiap orang yang berilmu dan mau mempergunakan akalnya dengan mudah dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang benar dan yang salah, dan sebagainya.

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ  

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” ( QS. Fathir (35) : 5 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menerangkan kebenaran janji-Nya, yaitu terjadinya hari Kebangkitan dan hari Pembalasan. Apabila seseorang taat kepada perintah-Nya akan diberi pahala, dan orang yang mendurhakai-Nya akan disiksa. Janji Allah pada waktunya akan menjadi kenyataan. Dia itu tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana firman Allah:

Sungguh, Allah tidak menyalahi janji. (ali 'Imran/3: 9) 

Sobat. Oleh karena itu, tidaklah pada tempatnya bila seseorang teperdaya dengan kehidupan dunia yang mewah, sehingga ia "lupa daratan", bahkan melupakan Tuhan. Semua waktunya dipergunakan untuk menumpuk harta tanpa mengingat Allah sedikit pun. Hal demikian itu dilarang oleh Allah sebagaimana firman-Nya:

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta benda dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. (al-Munafiqun/63: 9)
 
Begitu pula janganlah seseorang dapat tertipu dan teperdaya dengan bujukan dan godaan setan, dengan mudah menuruti bisikan dan ajakannya karena setan tidak hanya mengajak kepada hal-hal yang keji dan mungkar, tetapi kadangkala ia menyuruh orang untuk berbuat baik dengan tujuan ria. 

Allah berfirman :

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ وَمَن يَتَّبِعۡ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۚ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ أَبَدٗا وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَآءُۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٞ 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. an-Nur/24: 21)

Sobat. Pada ayat ini Allah memperingatkan kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, agar mereka itu jangan menuruti ajakan setan, mengikuti jejak dan langkahnya, seperti suka dan senang menyebarluaskan aib dan perbuatan keji di antara orang-orang yang beriman. Barangsiapa yang senang mengikuti langkah-langkah setan, pasti ia akan terjerumus ke lembah kehinaan, berbuat yang keji dan mungkar, karena setan itu memang suka berbuat yang demikian. Oleh karena itu jangan sekali-kali mau mencoba-coba mengikuti jejak dan langkahnya. 

Sekiranya Allah tidak memberikan karunia dan rahmat kepada hamba-Nya dan yang selalu membukakan kesempatan sebesar-besarnya untuk bertobat dari maksiat yang telah diperbuat mereka, tentunya mereka tidak akan bersih dari dosa-dosa mereka yang mengakibatkan kekecewaan dan kesengsaraan, bahkan akan disegerakan azab yang menyiksa mereka itu di dunia ini, sebagaimana firman Allah:

Dan Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya Dia tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. (an- Nahl/16: 61)

Allah Yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi, bagaimana pun juga, Dia tetap akan membersihkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dari hamba-Nya, dengan menerima tobat mereka seperti halnya Hassan, Mistah bin Utsatsah dan lainnya. Mereka itu telah dibersihkan dari penyakit nifak, sekalipun mereka itu telah berperang secara aktif di dalam penyebaran berita bohong yang dikenal dengan "haditsul-ifki", Allah Maha Mendengar segala apa yang diucapkan yang sifatnya menuduh dan ketentuan kebersihan yang dituduh, Maha Mengetahui apa yang terkandung dan tersembunyi di dalam hati mereka yang senang menyebarkan berita-berita keji yang memalukan orang lain.

Sobat. Yahya bin Muádz berkata, “ Orang yang cerdas memiliki tiga kriteria : Orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya, membangun kuburnya sebelum memasukinya, dan membuat ridha Penciptanya sebelum ia berjumpa dengan-Nya.”,

Sobat. Maka takutlah engkau kepada Allah dan ridhalah terhadap rezeki yang diberikan-Nya. Janganlah engkau pertaruhkan akheratmu yang kekal demi duniamu yang fana. Karena sesungguhnya kehidupanmu di dunia hanyalah baying-bayang yang akan sirna dan dinding bangunan yang doyong, perbanyaklah amal sholehmu dan kurangilah angan-angan.”

Sobat. Abdullah bin Masúd berkata, “ Rasulullah SAW tidur di atas tikar.Lalu beliau bangun, sementara di badan beliau ada bekas (tanda) tikar. Kami berkata, ”Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kami buatkan kasur untukmu? Rasulullah menjawab, ”Apa peduliku dengan dunia? Di dunia ini aku hanya seperti seorang pengembara yang berteduh di bawah pohon, kemudian berangkat meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi)

Sobat. Dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW bersabda, “Perbandingan dunia dan akherat itu seperti seseorang diantara kamu mencelupkan jarinya ke dalam air laut, lalu lihatlah seberapa banyak air yang menempel pada jarinya itu.” (HR. Muslim).

Sobat. Dari Abu hurairah Baginda Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah bahwa dunia itu adalah terlaknat, terlaknat apa yang ada di dalamnya kecuali berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, orang alim atau penuntut ilmu syarí “ (HR. Muslim)

Sobat. Setiap ilmu yang tidak sejalan dengan Al-Qurán dan Sunnah atau tidak diambil dari kandungan keduanya atau tidak dapat dijadikan sarana untuk membantu dalam memahami keduanya, atau tidak bersandar kepada keduanya, apa pun bentuknya, ia adalah sebuah kekurangan, membahayakan, hina dan bukan merupakan sebuah keutamaan. Bahkan dengan Ilmu itu seorang manusia akan bertambah rendah dan hina di dunia dan akherat.

Sobat. Ilmu yang paling mulia adalah yang dapat mendekatkanmu kepada Allah dan membantumu meraih keridhaan-Nya.

(Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Kamis, 10 November 2022

Perilaku Rusak Anak Berpangkal dari Sistem Sekulerisme Kapitalisme

Tinta Media - Berbagai perilaku rusak yang dilakukan oleh anak sebagaimana unggahan surat cinta anak SD dengan kata-kata vulgar, menurut narator Muslimah Media Center (MMC) akibat diterapkannya sistem sekularisme kapitalisme. 

"Fakta tersebut adalah dampak buruk sistem kehidupan saat ini. Mulai dari lemahnya peran pengasuhan, rusaknya sistem pendidikan hingga lemahnya kontrol negara atas sistem informasi. Semua itu berpangkal dari sistem sekuler kapitalis yang diterapkan saat ini," tuturnya dalam Serba-serbi MMC: Surat Cinta Anak SD Jadi Sorotan, Potret Gelap Anak Bawah Umur, Rabu (9/11/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.

Menurutnya, sistem ini telah menyuburkan gaya hidup bebas tanpa aturan benar salah dan baik buruk dari agama. "Sekularisme menganggap bahwa agama harus ditinggalkan dalam berinteraksi sosial karena dianggap berisi dogma dan aturan-aturan yang mengekang," ujarnya. 

Narator mengatakan, sistem sekuler kapitalis memprioritaskan kesenangan duniawi dan modal. "Dengan paradigma ini, terciptalah suasana atau lingkungan yang mendukung kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sukanya bersenang-senang memuaskan nafsu birahi dan sejenisnya," ungkapnya.

Selain itu, katanya,  ada misi liberalisasi yang sistematis dan terorganisir yang sengaja dilakukan oleh orang-orang kafir barat untuk merusak moral generasi muda muslim. "Adapun misi liberalisasi tersebut adalah menanamkan paham liberalisme dan hedonisme yang membuat generasi berperilaku bebas dan kebablasan. Alhasil sistem pendidikan pergaulan pengasuhan anak hingga sistem informasi berjalan di bawah paradigma sekuler liberal yang didukung oleh negara," bebernya. 

Sistem Islam

Narator menilai hal ini berbeda apabila negara berada di bawah kepemimpinan islam yakni Khilafah Islamiyah. "Khilafah akan menjadikan ideologi Islam sebagai sandaran segala kebijakan dan aturan yang diterapkan di tengah masyarakat. Pendidikan Islam bertujuan untuk mencetak generasi bertakwa bukan hanya untuk menguasai ilmu dan pintar berteori, namun pengetahuan yang dimilikinya akan membangun pemahaman yang tercermin dalam amalnya keimanan menjadi pondasi perbuatannya," terangnya. 

Bahkan pendidikan Islam, ujar narator, menjadi instrumen pembentuk peradaban dan pandangan hidup suatu bangsa atau umat negara lain yang menjadi penanggung jawab utama. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Imam itu adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (Hadits Riwayat al-Bukhari)

Menurutnya, tanggung jawab negara dalam masalah pendidikan paling tidak meliputi tiga perkara. 

Pertama, menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang layak dan cukup baik jumlah maupun jenisnya. "Semua fasilitas tersebut harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan bisa didapatkan seluruh rakyat secara gratis," tuturnya. 

Kedua, negara wajib menyiapkan tenaga pengajar yang mumpuni. "Negara akan memuliakan guru dengan menjamin kesejahteraan para guru sehingga mereka optimal menjalankan amanahnya," ungkapnya. 

Ketiga, negara harus menerapkan kurikulum berbasis akidah Islam. Seluruh materi pelajaran dan metode pengajaran dalam pendidikan disusun agar tidak menyimpang dari landasan tersebut. "Negara juga bertanggung jawab menjaga stabilitas dalam keluarga pada setiap warga negaranya. Negara akan memastikan penanggung jawab keluarga yakni Ayah atau suami Memiliki pekerjaan layak dan mendapat penghasilan yang mencukupi kebutuhan keluarganya," jelasnya. 

"Ketika suami atau ayah mampu memenuhi nafkah, istri tidak dituntut mencari nafkah dan akan memiliki waktu yang cukup untuk menjalankan peran utamanya sebagai ibu pendidik bagi putra-putrinya," tambahnya. 

Melalui pengurusan, pengasuhan, pendampingan dan pendidikan yang baik dari seorang ibu, narator menilai akan lahir generasi sholih dan sholihah yang siap menjalankan taklif sebagai generasi penerus.

"Untuk mencetak generasi tangguh, negara juga bertanggung jawab menerapkan sistem pergaulan Islam. Penerapan sistem pergaulan Islam akan membentengi generasi dari kerusakan. Negara tidak akan membiarkan pergaulan bebas antar laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Negara juga tidak akan membiarkan terbukanya aurat dan gerakan erotis yang merangsang syahwat. Negara harus memberikan sanksi kepada para pelanggar aturan langsung di tempat kejadian dan menempatkan para penegak hukum di setiap pelosok negeri. Keberadaan mereka di berbagai tempat akan memudahkan pencegahan pengawasan dan penyelesaian kemaksiatan seperti khalwat dan mempertontonkan aurat di depan umum," urainya. 

Narator juga mengatakan, pendidikan dalam keluarga dan sekolah harus sejalan dengan kehidupan nyata di masyarakat. Karenanya negara berkewajiban membangun masyarakat yang dinaungi suasana keimanan yang kuat serta diliputi kepedulian dan tanggung jawab menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.

Pendidikan yang baik, menurut narator, juga tidak luput dari peran media massa yang ada. Pendidikan yang baik akan berfungsi optimal jika didukung kehadiran media massa yang produktif dan konstruktif. Hanya saja keberadaannya harus dipastikan tidak kontra produktif dengan tujuan pendidikan. Media massa harus mencerdaskan dan mengukuhkan tujuan pendidikan.

"Demikianlah hanya dalam sistem Khilafah kepribadian Mulia generasi akan terwujud nyata," pungkasnya.[] Evi

Selasa, 08 November 2022

Dr. Faqih: Umat Rasulullah Harus Bangga dan Cinta Syariat

Tinta Media - Coach Dr. N. Faqih Syarif H, M.Si.mengatakan, umat Rasulullah SAW harus bangga dan cinta syariat.

“Sudah seharusnyalah kita sebagai umatnya tidak hanya bangga, tetapi kita harus mencintai Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan cinta terhadap syariatnya,” tuturnya di Inspirasi Pagi: Inspirasi Leadership Rasulullah Sabtu (5/11/2022) melalui kanal Youtube Kaffah Channel.

Hal itu, jelas Faqih, lantaran seluruh teori leadership dan manajemen yang dikemukakan oleh para pakar leadership manajemen dunia hari ini, ternyata semuanya itu ada pada diri Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Sebagai contoh, Ia menyampaikan pendapat salah satu tokoh sastrawan dunia Leo Tolstoy. “Cukuplah menjadi kebanggaan bagi Muhammad ketika dia berhasil menyelamatkan umatnya yang hina dari cengkraman adat yang tercela. Lalu dia bukakan di hadapan mereka jalan kemajuan.  Dan syariat Muhammad akan memimpin dunia karena selaras dengan akal dan kebijaksanaan,” tuturnya menirukan ucapan Leo. [] Irianti Aminatun
 

Kamis, 03 November 2022

Harapan Cinta

Tinta Media - Tatkala sore menghampiri
Tetiba hati merasa sunyi
Kugerakkan jari jemari
Mencoba untuk merangkai

Barisan kata penuh makna
Kutuangkan lewat goresan tinta
Melepaskan ribuan asa 
Yang tersimpan dalam relung jiwa

Rutinitas yang begitu melelahkan
Jerit tangis bocah tak terelakkan
Segudang amanah harus ditunaikan
Tanpa ada yang terabaikan

Dengan segala kekalutan
Engkaulah satu-satunya harapan
Bukan harta dan kemewahan yang kuinginkan
Seonggok cinta dan tulusnya perhatian

Wahai belahan jiwaku
Dalam munajat kusebut namamu
Semoga kita senantiasa bersama
Dalam ikatan cinta karena Nya

Sayang...
Bersamamu jalan dakwah terasa indah
Semoga Allah berkenan limpahkan rahmat dan berkah
Semoga Malaikat menjemput kita dalam husnul khotimah

Batam, 1 November 2022

Oleh : Nur Salamah
Sahabat Tinta Media 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab