Tinta Media: Cinta Nabi
Tampilkan postingan dengan label Cinta Nabi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cinta Nabi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 Oktober 2023

Begini Cara Umar bin Khattab Belajar Mencintai Nabi ﷺ

Tinta Media - Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky mengungkap cara belajar mencintai Nabi Muhammad SAW dari Khalifah Umar bin Khattab.

"Belajar dari Cinta Umar bin Khaththab kepada Nabi ﷺ , dapat kita pilah menjadi 4 (empat) perkara penting," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (4/10/2023).


Wahyudi menjelaskan, dimulai dari cinta yang terkait dengan iman yang sempurna, ucapan dan tindakan serta cara melakukan amalnya. 

Pertama, mencintai Nabi ﷺ perintah Allah, demi meraih manisnya IMAN. "Dengan cinta kepada Nabi ﷺ kita dapat meraih kesempurnaan iman dan merasakan manisnya iman. Cinta kepada Allah dan Nabi ﷺ merupakan wujud kesempurnaan iman seseorang. Tentu manisnya iman, hanya bisa dirasakan bagi orang yang beriman," ujarnya. 

Nabi ﷺ bersabda: “Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari Muslim). 

Bagi insan beriman, katanya, akan menempatkan cinta pada Nabi ﷺ diatas segalanya. Melebihi cintanya pada anak dan istri serta keluarganya. Bahkan cinta pada dirinya sendiri. 

"Wujud nyata cinta pada Nabi ﷺ adalah mengimani dan menerima serta mengikuti seluruh syariat yang dibawanya secara utuh. Mengimaninya bermakna menerimanya tanpa ada keraguan sedikitpun. Tak boleh ada lagi pengakuan bahwa ada syariat lain yang lebih baik dari yang dibawa oleh Nabi ﷺ (syariat islam). Jika masih ada seperti itu maka imannya bermasalah. Justru setiap ajaran lainnya (baik yang datang dari barat dan timur) harus diukur apakah sesuai dengan ajaran yang diimaninya itu. Bukan sebaliknya syariat yang diimani itu harus disesuaikan dengan ajaran manusia lainnya," bebernya.

Bagi orang beriman, lanjutnya, tak mungkin akan ada konsep atau ajaran lain (kepemimpinan, politik, hukum, dll) dari Barat atau Timur yang dianggap lebih baik dari apa yang dibawa oleh Nabi ﷺ.
 
Kedua, Mencintai Nabi ﷺ dibuktikan dengan lisan (ucapan). Ucapan seseorang dapat mencerminkan isi hatinya. "Demikian juga cinta kita pada Nabi ﷺ mesti dapat tercermin dalam setiap ucapan kita. Apa yang keluar dari mulut kita adalah kalimat yang baik, tak boleh bertentangan dengan apa saja yang pernah diucapkan Nabi ﷺ," tuturnya. 

"Wujud cinta Nabi ﷺ dalam lisan kita dapat diwujudkan antara lain; 1) banyak menyebut nama Nabi ﷺ, 2) banyak bersholawat pada Nabi ﷺ 3) menjaga ucapan agar tak bertentangan dengan ucapan (hadits-hadits) yang mulia Nabi ﷺ. 4) mencintai apa saja doa dan ucapan yang dicintai Nabi ﷺ . 5) demikian pula sebaliknya membenci apa saja yang dibenci Nabi ﷺ ," terangnya. 

Ketiga, Mengamalkan apa saja yang diajarkan Nabi ﷺ. Selain meyakini dan menerima apa saja yang datang dari Nabi ﷺ maka ada kewajiban lain yakni melaksanakan apa saja yang perintahkan oleh Nabi ﷺ . "Ini merupakan manifestasi dari cinta. Menerima apa saja yang diajarkan/diperintahkan maupun yang di larang Nabi ﷺ. Semuanya diterima dan diamalkan tanpa pilih-pilih," tegasnya. 

Wahyudi mengutip Firman Allah SWT, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (TQS. Al Hasyr: 7)

"Dalam hal ini semua yang diperintahkan Nabi ﷺ maka dilaksanakan oleh Umar. Ia tidak memilih mana yang disukai atau yang tak disukai. Semua yang datang dari nabi ﷺ ia terima dengan lapang dada dan amalkan dengan sebaik-baiknya. Hal ini sebagaimana tercatat dalam sebuah kisah," ungkapnya. 

Ia mengisahkan, suatu ketika Umar melaksanakan ibadah haji. Dia melakukan seluruh manasik haji sama persis seperti yang dikerjakan Nabi ﷺ . Sampai kemudian ia mendatangi hajar aswad dan menciumnya. Umar berkata, “sungguh, aku tahu engkau hanyalah batu yang tidak memberi bahaya atau manfaat. Kalau saja aku tidak melihat Rasulullah menciummu, aku pasti tidak akan menciummu.” (The Golden Story… hal. 85).

"Dalam kisah ini, Umar melaksanakan apa saja yang dicontohkan Nabi ﷺ. Bahkan meski mencium hajar aswad sekalipun ia jalani demi Cintanya pada Nabi ﷺ. Begitu pula dalam hal kepemimpinan pemerintahan, Khalifah Umar tak bergeser sedikit pun dari al Quran dan Sunnah Nabi ﷺ. Ia tak mengubah sistem pemerintahan yang diwariskan Nabi ﷺ dan dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar itu. Ia tak mengubahnya menjadi sistem Kerajaan (otokrasi) atau sistem Republik (demokrasi). Ia tetap mempertahankan warisan sistem khilafah itu hingga akhir hayatnya," tuturnya.

Keempat, Mengamalkan dengan manjadikan Nabi ﷺ sebagai satu-satunya teladani. Selain meyakini dan menerima apa saja yang datang dari Nabi ﷺ maka ada kewajiban lain yakni melaksanakan apa saja yang perintahkan oleh Nabi ﷺ. 

"Selanjutnya, dalam melaksanakan apa yang diperintahkan nabi ﷺ itu mesti meneladani (ittiba’) kepada beliau," pungkasnya.[] Abu Muhammad 

Sabtu, 05 Agustus 2023

Mencintai Nabi Muhammad SAW dan Tanda-tandanya

Tinta Media - Sobat. Dari Anas ra, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ”Seorang hamba tidak akan beriman sampai aku menjadi orang yang paling dicintainya daripada keluarganya, hartanya dan seluruh manusia.” (HR. Muslim)

Sobat. Allah SWt telah mewajibkan kita untuk mencintai Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya :
قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ  
“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah (9) : 24 )

Sobat. Ayat ini memberikan peringatan bahwa jika orang beriman lebih mencintai bapaknya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, istri-istrinya, kaum keluarganya, harta kekayaan, perniagaan dan rumah-rumahnya, daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berjihad menegakkan syariat-Nya, maka Allah akan mendatangkan siksa kepada mereka cepat atau lambat. Mereka yang bersikap demikian itu adalah orang-orang fasik yang tidak akan mendapat hidayah dari Allah swt. 

Berikut ini beberapa alasan mengapa orang mencintai anak, suami, istri, ibu, bapak, keluarga, dan sebagainya:

1. Bahwa cinta anak terhadap ibu bapak adalah naluri yang ada pada tiap-tiap diri manusia. Anak sebagai keturunan dari ibu bapaknya mewarisi sebagian sifat-sifat dan tabiat-tabiat ibu bapaknya.

2. Bahwa cinta ibu bapak kepada anaknya adalah naluri juga, bahkan lebih mendalam lagi, karena anak merupakan jantung hati yang diharapkan melanjutkan keturunan dan meneruskan sejarah hidupnya. Dalam hal ini ibu bapak rela menanggung segala macam pengorbanan untuk kebahagiaan masa depan anaknya.

3. Bahwa cinta kepada saudara dan karib kerabat adalah cinta yang lumrah dalam rangka pelaksanaan hidup dan kehidupan tolong-menolong, bantu-membantu dan bela-membela dalam kehidupan rumah tangga, dan kehidupan bermasyarakat. Cinta yang demikian akan menumbuhkan perasaan hormat-menghormati dan sayang-menyayangi.

 4. Bahwa cinta suami istri adalah cinta yang terpadu antara dua jenis makhluk yang membina keturunan dan membangun rumah tangga untuk kebahagiaan hidup dan kehidupan dunia dan akhirat. Oleh karena itu keutuhan hubungan suami istri yang harmonis menjadi pokok bagi kerukunan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan yang diidam-idamkan.

5. Bahwa cinta terhadap harta dengan segala jenis bentuknya baik harta usaha, warisan, perdagangan maupun rumah tempat tinggal dan lain-lain adalah cinta yang sudah menjadi kodrat manusia. Semua yang dicintai merupakan kebutuhan yang tidak terpisahkan bagi hidup dan kehidupan manusia yang diusahakannya dengan menempuh segala jalan yang dihalalkan Allah. 

6. Cinta perdagangan, merupakan naluri manusia, karena ia merupakan sumber pengembangan harta benda.

7. Cinta tempat tinggal, karena rumah merupakan tempat tinggal dan tempat istirahat sehari-hari.

Adapun cinta kepada Allah wajib didahulukan daripada segala macam cinta tersebut di atas karena Dialah yang memberi hidup dan kehidupan, dengan segala macam karunia-Nya kepada manusia dan Dialah yang bersifat sempurna dan Mahasuci dari segala kekurangan. 

Begitu juga cinta kepada Rasulullah saw, haruslah lebih diutamakan karena Rasulullah saw diutus Allah swt untuk membawa petunjuk dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Firman Allah:

Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutlah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (Ali-'Imran/3: 31)

Dan sabda Rasulullah saw:
Tidaklah sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai Aku lebih daripada mencintai orang tuanya, anak-anaknya dan manusia seluruhnya. (Riwayat al-Bukhari, Muslim dari Anas)

Sobat. Imam Al-Qurtubi rahimahullah Taála mengatakan mengenai tafsir ayat 24 surat at-taubah, “ Semua sepakat bahwa ayat ini merupakan dalil kewajiban mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dan kecintaan itu didahulukan daripada segala yang dicintai.

Sobat. Bagaimana tanda-tanda cinta kepada Nabi Muhammad SAW?

1. Mendengar dan mematuhinya. Para sahabat Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling tanggap dalam melaksanakan segala perintah nabinya dan menjauhi larangannya. Ini merupakan bukti sempurnanya keimanan mereka kepada Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT berfirman :
لَّا تَجۡعَلُواْ دُعَآءَ ٱلرَّسُولِ بَيۡنَكُمۡ كَدُعَآءِ بَعۡضِكُم بَعۡضٗاۚ قَدۡ يَعۡلَمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمۡ لِوَاذٗاۚ فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ  
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-nur (24) : 63 )

Sobat. Usai menjelaskan tata cara berpamitan kepada Nabi, Allah lalu menegaskan keharusan memenuhi undangan dari Nabi. Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan panggilan Rasul Muhammad di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain. Kamu harus memenuhi panggilan beliau, tidak dibenarkan bagi kamu mengabaikannya sebagaimana kamu diperkenankan tidak memenuhi panggilan orang lain. 

Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang keluar dari majelis Nabi secara sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan berlindung kepada kawannya. Maka, hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya, yakni berpaling dari perintahnya dan meninggalkannya tanpa izin, takut akan mendapat cobaan berat di dunia atau ditimpa azab yang pedih di akhirat.64. “Ketahuilah bahwa sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi serta segala isinya. Sungguh, Dia mengetahui keadaan kamu sekarang, baik kamu beriman maupun kamu ingkar. Dan Dia mengetahui pula keadaan manusia di hari ketika mereka dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan selama di dunia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu di alam semesta. 

2. Menebus Nabi Muhammad SAW dengan jiwa dan harta. Ibnu Ishaq berkata,”Rasulullah SAW bersabda ketika kaum musyrikin sudah mengepungnya pada perang uhud, “ Siapa yang mau menjual jiwanya untuk kami?” Ziyad bin As-Sakkan berdiri bersama lima orang Anshar lalu mereka bertempur membela Rasulullah SAW seorang demi seorang. Mereka semua tewas membela beliau hingga yang terakhir Ziyad. Ia berperang hingga luka mengentikannya. Kemudian sekelompok kaum muslimin datang menghalau kaum musyrikin dari Nabi Muhammad SAW Rasulullah bersabda,” Bawa Ziyad bin As-Sakkan kemari.” Para sahabat membawanya kepada beliau lalu beliau menjadikan kakinya sebagai bantalnya hingga ia meninggal dunia dalam kondisi pipinya berada di atas kaki Rasulullah SAW.”

3. Membela Sunnah dan Syariatnya. Abu Bakar Ash-Shidiq ra berkata,” Aku tidak meninggalkan apa pun yang dikerjakan Rasulullah SAW melainkan aku mengerjakannya. Dan sesungguhnya aku khawatir jika aku meninggalkan suatu perintahnya aku menyimpang.”

4. Memperbanyak bersholawat kepadanya. Dan Allah perintahkan dalam QS. Al-Ahzab ayat 56 :
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا 
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab (33) : 56 )

Di antara bukti keagungan beliau ialah bahwa sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Salawat dari Allah berarti memberi rahmat, dan dari malaikat berarti memohonkan ampunan. Karena itu, wahai orang-orang yang beriman! 

Bersalawatlah kamu untuk Nabi, seperti dengan berkata allàhumma shalli ‘alà Muhammad (semoga Allah melimpahkan kebaikan dan ke-berkahan kepada Nabi Muhammad), dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya, dengan mengucapkan perkataan seperti assalàmu ‘alaika ayyuhan-nabiy (semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai Nabi).57. Setelah meminta orang yang beriman untuk bersalawat kepada Nabi pada ayat yang lalu, Allah lalu menyusulinya dengan ancaman kepada orang yang menyakiti beliau. Sesungguhnya terhadap orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, baik dengan ucapan maupun perbuatan, Allah akan melaknatnya, menjauhkannya dari rahmat Allah, di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka.

5. Membunuh orang yang mencela Nabi Muhammad SAW atau mencercanya atau melaknatnya. Sesungguhnya orang yang mencela Nabi Muhammad SAW, baik muslim maupun kafir wajib dibunuh. Ini adalah madzhab mayoritas para ahli ilmu ; Malik, Al-Laits,Ahmad dan Ishaq. Al-Qadhi Iyadh, ia berkata,” Umat Islam sepakat bahwa orang yang menodai dan mencela Nabi Muhammad SAW wajib dibunuh. Demikian juga diriwayatkan berdasarkan kesepakatan para ahli ilmu bahwa orang itu harus dibunuh dan dikafirkan.

Sobat. Rasulullah Muhammad SAW adalah penutup para Rasul. Dengannya, Allah menyempurnakan bangunan kenabian dan melengkapi hakikat risalah. “ Sesungguhnya perumpamanku dan perumpamaan para Nabi sebelumku laksana seseorang yang membangun sebuah bangunan lalu memperbagusnya dan menyempurnakannya kecuali satu tempat batu bata dari salah satu sudut bangunan itu. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan merasa takjub kepadanya serta mengatakan, ‘ Tidakkah engkau meletakkan sebuah batu bata. Akulah batu bata itu. Dan Aku penutup para Nabi.” 

(DR Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UI TRibakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab