Tinta Media: Childfree
Tampilkan postingan dengan label Childfree. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Childfree. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Februari 2023

Fenomena Childfree Disebabkan Anggapan Anak Sebagai Beban

Tinta Media - Konsultan Keluarga Muslim Rumah Alquran Aqsyanna, Daisy Tria Dewi, S.E., S.Sos.l menilai maraknya fenomena Childfree di perkotaan disebabkan anggapan bahwa anak sebagai beban.

"Karena, anak dianggap sebagai beban. Kalau  baik itu, waduh kayaknya mendapat atau mukjizat gitu lah, kalau ada anak yang baik kepada orang tuanya dulu,” tuturnya dalam Indept Talk: Childfree dan Tantangan Ruang Hidup Perkotaan di laman YouTube Institute Muslimah Negarawan (ImuNe), Selasa (22/2/2023)

Ia pernah mendengarkan kisah seorang anak yang sering dimarahi ibunya dan trauma, sehingga sewatu dewasa tidak ingin memiliki anak. “Rasa ingin gitu untuk punya anak itu memang menjadi seperti beban gitu ya, karena fasilitas kehidupan mereka tuh udah cukup enak gitu, jadi janganlah ditambah-tambah yang nggak enak," ungkapnya. 

Menurutnya, kehidupan di kota yang serba berkecukupan dan melihat segala sesuatu secara material, menjadi rentan untuk mengalami masalah keluarga.

“Kalau menurut saya, berdasarkan pengalaman gitu ya, hidupnya mereka itu kan lebih banyak berkecukupan gitu ya. Jadi kalau sudah keenakan berkecukupan itu seolah-olah jadi kayak rentan masalah gitu. Jadi kalau ada masalah itu kayaknya berat sekali gitu ya. Karena mungkin yang dilihatkan material saja,” jelasnya.
 
"Jadi, kalau misalkan mereka menyekolahkan anaknya, tidak tau di sekolah akan dibentuk seperti apa, tapi yang penting sekolah yang mahal dan sekolah yang di fasilitasi dengan sedemikian rupa, lebih ke eligibilaty saja," tambahnya. 

Sehingga, katanya, pada saat ada masalah itu sangat rapuh sekali. "Banyak sekali keluhan-keluhan dari ini biasanya, saya belum tau kalau menengah bawah, tapi kalau menengah atas itu biasanya mereka jarang sekali ada yang harmonis dengan anaknya,” pungkasnya.[] Wafi

Sabtu, 18 Februari 2023

Benarkah Childfree Anti Aging Alami? Begini Kata Ustadz Nafis...

Tinta Media - Pengasuh Kajian Keluarga Samara Ustaz Muhammad Rizky Nafis menanggapi adanya anggapan jika childfree bisa menjadi anti aging alami. 

“Tentang childfree atau zero child atau tidak mau punya anak sebagai anti aging alami, tentunya perlu didukung penelitian atau jurnal yang menyampaikan hal tersebut,” tuturnya dalam segmen Live Kalam (kajian malam): Kajian Keluarga Samara - Childfree Anti Aging Alami? Beneran? Rabu (15/2/2023) di kanal Youtube Kaffah Channel.

Ustaz Nafis menyampaikan di awal bahwa jika ada hasil penelitian yang berbeda, maka tidak ada yang salah atau benar. Namun hanya ada jawaban yang lebih benar atau lebih tepat. Dari hal ini ia menyarankan harus bijak dengan tidak melihat dari satu sisi saja karena sifat penelitian itu terbatas pada apa yang diteliti. 

Beberapa hasil penelitian dengan isi tema terkait di antaranya adalah pertama, hasil penelitian yang berjudul The Number of Times of Person Give Boards dari Pennsylvania yang merupakan hasil studi American State University. Dalam hasil peneletian atau jurnal tersebut menyebutkan pada saat wanita mengalami menopause maka akan terjadi penuaan. Disebutkan pula bahwa kehamilan dan melahirkan dapa berkontribusi pada perubahan dan disregulasi beberapa sistem fisiologis yang berbeda. Hal ini karena wanita membutuhkan energi tubuh dalam jumlah besar sehingga merubah fungsi kekebalan metabolisme dan tekanan darah.

Kedua, hasil studi Oxford University menyebutkan ada yang namanya telomor yaitu benang-benang pada kromosom. Jika telomornya pendek, maka bisa dikaitkan dengan peningkatan resiko penyakit kardivaskular, kanker, diabetes, dsb. Pada manusia, sering bertambahnya usia maka telomornya memendek. Menurut penelitian ini bahwa pada wanita-wanita yang hamil dan melahirkan akan mempengaruhi telomornya memendek. 

Ustaz Nafis juga memaparkan penelitian yang lain yang menunjukkan ada beberapa hal yang membuat telomer tadi memendek yaitu tingkat stress atau depresi, kondisi lingkungan, gaya hidup, pola makan, dll. Di Filipina, lanjutnya juga ada penelitian pada wanita usia sekitar 20 tahun yang memiliki anak satu atau lebih memiliki telomer yang lebih pendek. Disclaimer penelitian ini terbatas hanya wanita usia yang muda. Bagaimana dengan telomer pada usia yang lebih tua harusnya menjadi penelitian yang dibahas lebih lanjut. 

Ustaz Nafis menyampaikan hasil penelitian yang sedikit berbeda yang dilakukan di Guatemala. Dalam penelitian tersebut menyatakan seorang wanita yang memiliki anak banyak justru memiliki telomer yang lebih panjang dibanding yang tidak memiliki anak. Mereka menganggap anak adalah anugerah dari tuhan dan betul-betul mensyukurinya. Status sosial pun dianggap menjadi baik di tengah masyarakat yang saling tolong menolong untuk membantu wanita-wanita yang memiliki anak.  

Menurut Ustaz Nafis, sebagai seorang muslim semestinya memiliki sikap yang tepat. “Menjadi tua itu wajar. Selain itu kita harus mengembalikan kepada pertanyaan mengapa kita hidup di dunia, dari mana kita berasal, dan akan kemana setelah ini. Pada saat kita bisa menjawab tuntas, insyaa Allah arah hidup mejadi jelas,” ucapnya.

Sebaliknya, menurutnya jika tidak mampu menjawab tuntas maka hidupnya akan terombang-ambing, mudah galau, mudah halu, penuh ketakutan dan kegelisahan karena tidak memahami kenapa dia hidup di dunia. “Dia tidak memiliki tujuan hidup. Apa yang dilakukannya sekedar rutinitas semata. Dalam kehidupan berumah tangga pun akan muncul ketakutan-ketakutan seperti takut mikin, takut tidak bahagia karena tidak cantik, takut gagal mendidik anak, dll,” ujarnya.

Ustaz Nafis menyampaikan QS adz Dzariyat ayat 56 yang artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” Ayat ini menurutnya menunjukkan dengan jelas arah hidup manusia. Ketakutan-ketakutan yang sering melanda manusia bisa menimbulkan kegelisahan hidup yang justru membuat tidak bahagia.

“Sebenarnya menjadikan awetnya sebuah keluarga adalah menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, bukan sekedar harta, cantik ataupun ganteng tetapi ketaatan kepada Allah. Allah akan menghitung semua amal manusia,” tambahnya.  

Sebagai seorang muslim juga harus memahami bahwa memiliki anak adalah ladang pahala dan merupakan suatu kegembiraan sehingga orangtua bisa kecintaannya kepada anak. Rasa tanggung jawab dan tujuan hidupnya menjadi jelas.

Ia menandaskan bahwa untuk memandang seseorang bukan dari kaya, miskin, ganteng, atau cantik tetapi karena ketakwaannya sebagaiamana Allah Swt. sebutkan dalam QS Al Hujurat ayat 13 : “Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa.”  

“Pada masa Rasulullah yang didahulukan adalah ketakwaan. Ketika ketakwaan didahulukan, maa sya Allah, hatinya tenteram dan bahagia sehingga tidak perlu lagi anti aging. Justru anti aging alaminya adalah kebahagian dan ketenteraman,” pungkasnya.[] Erlina

Minggu, 13 November 2022

Ustazah Reta: FWB, Sleepover Date, Childfree Hingga Netflix Chill Rugikan Perempuan

Tinta Media - Merebaknya fenomena FWB (Friend with Benefits), sleepover date, childfree, hingga netflix chill yang merupakan penyamaran aktivitas seks di antara muda-mudi yakni hubungan yang terjalin tanpa adanya komitmen dan pertanggungjawaban dan bebas berganti-ganti pasangan karena fokusnya pada aktivitas seks tanpa ikatan, menurut Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Reta Fajriah, sangat merugikan perempuan. 

 “Aktivitas semacam FWB atau yang sejenis akan mendatangkan kerugian berlipat khususnya bagi perempuan. Dari aktivitas seks ini akan berpeluang terjadi kehamilan. Karena tidak ada komitmen maka tidak ada permintaan pertanggungjawaban. Apalagi sudah jelas di dalam Islam itu tidak boleh,” paparnya dalam rubrik Kuntum Khaira Ummah: FWB Hingga Childfree, Tren Gaya Hidup Melawan Fitrah, Selasa (8/11/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center. 

Ustadzah Reta menyampaikan keprihatinannya dengan merebaknya aktivitas seks bebas ini. Ia menyampaikan ketika terjadi kehamilan, bagi si perempuan akan dihadapkan dalam dua pilihan. "Pilihan pertama dia akan menggugurkan kandungannya. Jika ini dilakukan, maka si perempuan akan mendapatkan dosa berlipat yaitu dosa berzina dan dosa aborsi. Pilihan kedua, mempertahankan kehamilannya. Konsekuensinya ia harus bersiap untuk menjadi single parent," ungkapnya. 

“Memiliki anak dari hasil hubungan tanpa ikatan mengakibatkan si anak tidak mempunyai kejelasan status. Korelasinya akan panjang seperti si anak tidak mempunyai wali dan nasab. Kasihan sekali jika banyak anak-anak seperti itu,” tambahnya.

Selain ingin aktivitas seks tanpa ikatan, kata Ustazah Reta, kemungkinan orang-orang penganut seks in tidak ingin memiliki anak. "Padahal keengganan memiliki anak bisa menyebabkan penurunan jumlah penduduk. Hal ini sudah nampak di Jepang dan beberapa negara di Eropa. Pemerintahnya bahkan mengalokasikan anggaran khusus untuk memfasilitasi agar warganya mau menikah,” ujarnya.

Ustadzah Reta menyoroti terkait anggapan bahwa sumber daya alam yang ada tidak mampu menopang penduduk dunia yang semakin bertambah. Menurutnya, sumber daya alam ini cukup melimpah. Setiap bayi yang baru lahir pasti sudah ada rezekinya. Yang terjadi saat ini adalah akumulasi penguasaan sumber daya alam pada segelintir kelompok atau orang saja sehingga menyebabkan distribusi tidak merata.

“Jadi tidak perlu dirisaukan dengan bertambahnya manusia atau bertambahnya kelahiran Itu sudah pasti ada jaminan rezekinya dari Allah SWT. Jangan dijadikan alasan adanya impor gaya hidup bebas, tidak mau punya resiko, dan tidak mau punya komitmen menjadi pilihannya untuk menyikapi kelangkaan atau ketidakcukupan sumber daya alam,” tegasnya. 

Ustadzah Reta menyitir QS Ali Imran ayat 14 :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ

Artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”

“Dari ayat ini, terlihat memang fitrah manusia diantaranya punya kecenderungan untuk memiliki anak. Jika berprinsip tidak ingin punya anak berarti menentang fitrahnya sendiri. Ayat al Quran yang menyatakan seperti itu,” bebernya.

Ia juga menyampaikan dalam QS al Furqan ayat 74 ada doa yang selalu dibaca setiap kali selesai salat oleh para orang tua. “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” 

“Jadi keturunan itu sendiri dalam pandangan manusia adalah sebagai qurrota a'yun. Itu sesuatu yang menyenangkan mata dan menyenangkan hati. Ketika kita melihat dan bergaul bersama mereka yaitu anak-anak akan menjadikan hati kita menjadi senang dan tenang. Ada bagian yang hilang ketika orang itu tidak punya anak. Biasanya kan ada bagian dari dirinya yang belum lengkap dalam pernikahan jika belum memiliki anak,” ujarnya.

Karena ingin memiliki anak, ada yang sampai mengadopsi anak. Bahkan menyalurkan itu kepada binatang-binatang peliharaan. “Nah ini sangat merugi kalau emang secara prinsipilnya saja sudah tidak mau punya anak. Itu berarti ia bisa jadi ke dalam kehidupannya ada Fitrah yang tidak terpenuhi,” tambahnya. 

Jadi, penyimpangan fitrah manusia itu sendiri, khususnya sebagai seorang muslim, menurutnya adalah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan pahala besar yaitu mendidik anak. "Ada pahala bagi orang tuanya dengan memiliki anak yang sholeh yang akan mendoakan orang tua ketika orang tua sudah tidak ada. Ini adalah amal jariyah yang terus mengalir seperti itulah dalam pandangan Islam,” pungkasnya.[] Erlina YD
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab