Tinta Media: Cawe-cawe
Tampilkan postingan dengan label Cawe-cawe. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cawe-cawe. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Februari 2024

Cawe-Cawe Dukung Paslon dan Mandulnya Peran Ulama



Tinta Media - Pernyataan mengenai bolehnya seorang kepala negara berkampanye dan berpihak dalam pemilihan umum 2024 lalu disambut baik oleh sejumlah ulama di Kabupaten Bandung.

Menurut mereka, semua orang mempunyai hak demokrasi dan politik yang sama. Pernyataan itu disampaikan kepada JPNN.com, dikutip Senin (5/2). 

Untuk mendukung calon dan wakil presiden tertentu, sejumlah ulama telah bersepakat mendeklarasikan dukungan dan siap membantu untuk mengampanyekannya. Mereka berharap, kepala negara mau terlibat dalam kampanye yang dilakukan oleh sejumlah ulama Kabupaten Bandung.

Begitulah faktanya, ambisi untuk mendapatkan kekuasaan sudah menjadi hal yang wajar dalam sistem demokrasi, bahkan seorang pemimpin juga ikut cawe-cawe dalam masalah dukung-mendukung capres dan cawapres 2024. 

Dalam sistem demokrasi, hal seperti adalah fakta yang tak terbantahkan. Kekuasaan tidak seharusnya dicampuradukkan dengan tindakan sewenang-wenang yang berakibat pada terjadinya pro dan kontra di masyarakat. 

Berkampanye mendukung salah satu paslon adalah sebuah hal tidak etis. Ini merupakan sebuah pelanggaran yang dilakukan oleh seorang pemimpin negara dalam mempergunakan kekuasaan karena kesewenang-wenangannya. 

Dalam demokrasi, tolok ukur perbuatan adalah kepentingan dan keuntungan materi, sehingga tak peduli dengan aturan syariat Islam.

Mirisnya, sejumlah ulama pun ikut terjerumus ke dalam hiruk-pikuk kampanye yang justru mendukung penguasa dalam berkampanye mengusung calon presiden dan wakil presiden. 

Banyak ulama yang secara sadar atau tidak sadar melanggengkan sistem demokrasi dengan menjadi pendukung dan anteknya. Hal tersebut dikarenakan banyaknya ulama yang belum mempunyai pemahaman bahwa tugas ulama adalah menasihati dan meluruskan penguasa jika melakukan pelanggaran. Faktanya, banyak ulama justru ikut masuk ke dalam lingkaran sistem yang jelas-jelas tidak sesuai dengan standar syariat. 

Padahal, sejatinya ulama adalah pewaris nabi yang bertugas mengembalikan penerapan syariat Islam dalam semua aspek kehidupan, bukan untuk mendukung dan ikut terjun dalam sistem warisan penjajah. Ulama adalah panutan bagi masyarakat yang harus membimbing dan mengarahkan masyarakat pada umumnya dan penguasa khususnya menuju perubahan hakiki, yaitu melanjutkan kehidupan Islam. 

Ulama merupakan pengkritik sekaligus penasihat bagi penguasa dalam rangka meluruskan kebijakan-kebijakan dan perbuatan yang menyimpang dari aturan Islam. Menjadikan kehidupan diatur oleh syariat Islam sehingga ulama betul-betul akan menjadi pewaris nabi yang memelihara risalah dan melanjutkan perjuangannya, bukan melanggengkan sistem kufur demokrasi yang jauh dari Islam.

Sudah saatnya umat dan ulama sadar dan mau mengkaji Islam secara keseluruhan agar semakin cemerlang pemahamannya sehingga tahu di mana seharusnya posisinya berada. Semoga sistem Islam segera terwujud sehingga keberkahan akan menyelimuti seluruh alam, Aamiin. 
Wallahu a'lam bishawab.


Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media

Rabu, 17 Januari 2024

Pamong Institute: Terkonfirmasi! Cawe-Cawe Politik Jokowi untuk Keluarganya



Tinta Media - Menanggapi pernyataan Rocky Gerung bahwa Jokowi hanya mementingkan putranya daripada isu sosial dan Papua, Direktur Pamong Institute Wahyudi Al-Maroky mengatakan hal ini hanya mengkonfirmasi bahwa cawe-cawe politik yang dilakukan Jokowi adalah untuk keluarganya bukan untuk bangsa dan negara. 

“Hal ini hanya mengkonfirmasi bahwa cawe-cawe politiknya itu untuk keluarga bukan demi bangsa dan negara, bukan demi Indonesia,” ungkapnya dalam acara Kabar Petang: Langkah Jokowi Berbahaya? Bung Roky Bersuara di kanal YouTube Khilafah News, Jumat (12/1/2024). 

Menurutnya, langkah Jokowi mendorong anaknya maju ke kancah pilpres ketika ia sendiri masih menjabat sebagai Presiden RI adalah bentuk abuse of power. 

“Di sini letak krusialnya, anaknya bisa mendapatkan berbagai keistimewaan hanya karena bapaknya ada di posisi Presiden dan masih berkuasa, maka terjadilah conflict of interest” ujar Roky. 

Bung Roky mengatakan bahwa ketidaknetralan Jokowi sebagai pejabat publik sekaligus penguasa akan menjadi contoh bagi level pemimpin lain untuk ikut tidak netral. 

“Kalau presiden saja bisa memberikan kode mungkin yang lain juga bisa memberikan sinyal, ini pertanda netralitasnya sudah tidak tampak lagi,” tegasnya. 

Perilaku ini, ujar Roky, secara undang-undang harusnya bisa dipersoalkan, tetapi akan berlalu begitu saja karena hukum di negeri ini tumpul kepada kawan dan tajam kepada lawan. 

“Kalaupun ada aparat yang berani menegakkan hukum tanpa arahan bisa jadi dia yang akan dimutasi atau bisa jadi dia dapat masalah baru. Saya pikir itu persoalan di negeri kita selama ini,” pungkasnya.[] Ikhsan Rivaldi

Sabtu, 29 Juli 2023

Negara Harus Cawe-Cawe untuk Menjamin Kesehatan Rakyat


Tinta Media - Siapa yang mau sakit? Semua terasa tidak enak, aktifitas terganggu. Sakit bukan pilihan, tetapi kita harus sabar menerimanya. Banyak hikmah yang bisa kita petik saat diuji dengan sakit. 

Hidup tidak selalu lurus dan mudah, terkadang datang musibah untuk menguji iman dan kesabaran kita. Ujian terberat menghampiri hidup saat sakit, dan baru kita sadari nikmatnya sehat. 

Makan mulai tidak enak, tidur pun terasa tidak nyenyak. Hilang semua rasa yang selama ini bisa kita nikmati. Saat sehat, sering kita lupa untuk bersyukur. Baru menyadari begitu banyak nikmat yang melingkupi hidup kita saat sakit. 

Kata-kata menyalahkan juga sering kita dengar dari orang-orang di sekitar yang peduli dengan kesehatan kita. Pola hidup yang tidak sehat sering menjadi pemicu gangguan kesehatan yang membuat hidup tidak nyaman. 

Makan siap saji atau minuman sachetan memang mudah untuk dinikmati dan itu tersedia di sekitar kita. Sementara, makanan kategori sehat kurang tersedia di meja makan karena biasanya harganya agak mahal, dan ribet menyiapkannya. 

Kesibukan membuat kita jatuh pada pilihan sesuatu yang simple dan gampang untuk menyiapkannya. Makanan dan minuman instant menjadi pilihan, tetapi jangka panjang ternyata tidak baik untuk kesehatan. 

Lalu, salah siapa sampai kita sakit? 

Faktanya, biaya hidup sangat mahal sehingga banyak yang jatuh pada pilihan makan instan yang terjangkau kemampuan. Biaya pendidikan mahal sehingga mereka yang hidup sebagai anak kos lebih memilih mie instant dan minuman sachetan yang jika dikonsumsi terus-menerus dalam jangka panjang tentunya berdampak buruk pada kesehatan.

Pola hidup tidak sehat tidak langsung kita rasakan dampaknya saat itu juga. Dampak Buruk baru kita rasakan saat usia mulai tua. Metabolisme tubuh yang tidak lagi sempurna, serta pertumbuhan sel dalam tubuh yang tidak lagi maksimal seperti saat masih muda menjadikan tubuh rentan terserang penyakit, mulai dari diabet, asam urat, kolesterol, tekanan darah yang tidak stabil juga mulai datang menghiasi hidup. 

Sakit tidak sepenuhnya salah kita. Siapa yang mau sakit? Namun, kita harus sabar menghadapi karena di balik semua musibah yang tidak menyenangkan, insyaallah ada hikmah yang bisa kita petik sebagai pelajaran hidup agar kita bisa menjadi lebih kuat dan lebih baik. 

Kita adalah korban dari kondisi, saat negera abai dalam menjaga kesehatan rakyat. Bagaimana nasib generasi ke depan, jika sejak anak-anak mereka terbiasa makanan yang tidak sehat? Sebagai contoh, kasus diabetes anak meningkat ‘sangat mengkhawatirkan’, imbas makanan-minuman manis 'mudah dijangkau, sementara regulasi belum cukup melindungi masyarakat.

Banyak pula makanan, minuman, maupun obat ternyata ternyata mengandung zat berbahaya yang bisa memicu berbagai penyakit. Berbagai kasus akhir-akhir ini yang banyak ditemukan pada anak-anak menjadi bukti abainya negera terhadap kesehatan rakyat.

Pemikiran kapitalis yang hanya mengejar keuntungan semata memicu munculnya banyak produsen makan nakal yang tega mencampurkan bahan-bahan berbahaya pada makanan yang dijual demi keuntungan sebesar-besarnya, tanpa mempertimbangkan dampak buruk yang menimpa masyarakat. 

Di sini negara dibutuhkan hadir untuk mengatasi kondisi yang tidak sehat agar tercipta generasi kuat yang mampu berpikir cemerlang.

Akan tetapi sayang, dalam sistem kapitalis demokrasi, para pemimpin hanya peduli dengan kekuasaan. Segala cara dilakukan untuk  meraih dan mempertahankannya, tidak perduli dengan cara halal atau haram. 

Cawe-cawe politik dalam pemikiran mereka hanyalah usaha untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan, bukan mengurusi urusan rakyat. Padahal mereka dibayar dengan uang rakyat, tetapi enggan mengurusi urusan rakyat. Dalam pemikiran mereka hanyalah bagaimana membangun citra, meskipun faktanya sebaliknya demi membangun diasti kekuasaan.

Kita butuh satu sistem yang mampu menyelesaikan semua masalah, termasuk masalah kesehatan. Berharap dari sistem kapitalis demokrasi tidak mungkin, hanyalah ilusi. 

Satu sistem yang mampu menghadirkan peran negara dalam memberikan jaminan kebutuhan dasar rakyat hanya bisa dilakukan dalam sistem khilafah. Rakyat merasa aman karena negara hadir untuk memberikan jaminan dan perlindungan pada rakyat. Hak rakyat untuk mendapatkan kehidupan yang sehat hanya bisa diwujudkan dalam sistem khilafah. 

Sistem khilafah akan membentuk karakter pemimpin yang amanah karena kesadaran hubungan mereka dengan Tuhan, Sang Penguasa alam. Jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah Swt. Rakyat diurusi dengan baik, bukan hanya sekadar membangun citra seperti yang terjadi dalam sistem demokrasi. 

Kehidupan islami akan terwujud sehingga membuat setiap orang takut berbuat curang, apalagi sampai membahayakan masyarakat hanya untuk mengejar keuntungan semata. Pintu berkah dari bumi dan langit terbuka karena penduduk suatu negeri yang beriman dan bertakwa. 

Indahnya hidup dalam kehidupan islami. Generasi cemerlang hanya bisa diwujudkan dalam peradaban Islam yang cemerlang. Hanya sistem khilafah yang bisa menjamin terciptanya generasi cemerang dengan fisik yang kuat dan pemahaman yang jernih dan mantap.

Oleh: Mochamad Efendi, Sahabat Tinta Media

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab