Jelang Pemilu, Caleg Nyekar ke Bukit Siguntang?
Tinta Media - Jelang pemilu (pemilihan umum), sejumlah caleg mengadakan ritual nyekar dan ritual malam Jumat di bukit Siguntang. Sungguh ironis, akibat sistem sekuler kapitalis ini, akidah telah tergadai. Ini karena sejatinya ritual nyekar untuk mengharapkan keberuntungan seperti ini sesungguhnya merusak akidah Islam.
Dikutip dari berita online Liputan6.com (Kamis, 7/12/2023), Wisata Heritage Bukit Siguntang Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) ternyata menjadi lokasi favorit para calon legislatif (caleg) jelang pemilihan umum (pemilu) untuk ngalap berkah.
Menurut Rosita (42), salah satu juru kunci Wisata Bukit Siguntang Palembang, biasanya tiap bulan Desember jelang pemilu, banyak caleg-caleg yang datang ke makam-makam di Bukit Siguntang Palembang Mereka datang berziarah dan mengirimkan doa kepada para leluhur yang dipercaya sakti mandraguna di masanya.
Ada yang berasal dari Palembang, Prabumulih, Ogan Ilir, Baturaja, Muara Enim, dan daerah-daerah lainnya. Banyak juga pengunjung dari daerah lain, seperti Bengkulu, Jakarta hingga beberapa negara Asia, di antaranya Malaysia, Singapura, dan lainnya.
"Kita hanya menyediakan kembang dan air untuk ditaburkan di atas makam para raja dan putri dari Kerajaan Sriwijaya. Jika ingin didoakan, kita bantu juga. Akan tetapi, keinginan mereka itu terkabul jika diijabah Allah Swt. Kita selalu mengingatkan agar tidak meminta hal-hal aneh ke makam, karena itu tak sesuai syariat Islam," ungkap Rosita.
Praktik seperti ini disinyalir sudah lama terjadi, bahkan seperti menjadi tradisi ketika menghadapi pemilu maupun pilkada. Sepertinya, untuk mencapai tujuan, mereka rela berbuat sesuatu yang terkadang di luar akal sehat. Praktik meminta keberuntungan pada arwah leluhur ini menjadi salah satu jalan yang mereka tempuh.
Ada juga praktik meminta bantuan jin dengan melalui dukun-dukun yang mereka bawa ke Bukit Siguntang. Ini adalah bentuk menyekutukan Allah Subhanahu wata'ala dan termasuk dalam dosa besar, serta tidak terampuni, karena bertentangan dengan akidah Islam.
Sekularisme Kapitalisme-sekularisme- Demokrasi, Akar Masalah
Sekularisme membuat manusia mudah menggadaikan akidahnya. Hal ini wajar terjadi karena asas kehidupan sehari-hari tidak diatur dengan syariat Islam. Tentu mudah sekali membuat manusia tergelincir pada praktik yang menyesatkan ini karena lemahnya iman, sehingga tidak tahu bagaimana visi hidup sesungguhnya. Mereka hanya mengejar kebahagiaan dunia saja.
Politik demokrasi yang memerlukan dana cukup besar membuat orang akan berbuat apa saja untuk meraih kemenangan dalam kanca perpolitikan. Sebenarnya, bisa kita lihat para caleg ini juga dengan keterbatasan value mereka sudah tidak yakin menang. Sudah bisa diduga, caleg yang mempunyai modal berlimpah itulah yang akan bisa duduk di kursi kekuasaan.
Jadi, caleg yang di belakangnya banyak penyokong modal, itulah yang akan menang dalam pemilu, baik tingkat legislatif, yudikatif, maupun eksekutif. Ini karena dalam politik demokrasi, sejatinya kekuasaan adalah politik transaksional. Bahkan, bisa dibilang bahwa politik kepentingan hanya untuk segelintir elite politik.
Dana yang dikeluarkan sudah cukup besar sehingga membuat mereka tidak mau rugi. Akhirnya, mereka menempuh jalur di luar akal sehat ini. Bisa juga karena dana untuk modal bertarung di pemilu politik demokrasi ini terbatas, akhirnya membuat mereka melakukan praktik syirik besar ini.
Islam Menjaga Akidah
Islam solusi dari berbagai persoalan di negeri ini. Praktik sesat ritual meminta bantuan kepada arwah leluhur jelas syirik. Sejatinya, meminta bantuan arwah leluhur ini sedikit pun tidak akan mendatangkan manfaat.
Dalam keyakinan Islam, kita wajib meng-Esakan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan menghindari segala bentuk penyekutuan dengan segala sesuatu selain Allah.
Ada beberapa hal yang dikategorikan syirik. Syirik dalam ibadah terjadi ketika seseorang beribadah kepada selain Allah Subhanahu wata'alah. Ini adalah syirik Akbar. Adapun syirik kecil yaitu melakukan perbuatan atau ibadah yang diniatkan hanya untuk pamer, riya', takabur, serta sombong atas amal yang dilakukan. Ini pun termasuk syirik kecil.
Syirik dalam asma dan sifat (syirik fi asma wa sifat) terjadi ketika seseorang memberikan sifat yang seharusnya hanya dimiliki oleh Allah kepada selain-Nya, seperti menganggap bahwa manusia memiliki pengetahuan mutlak, kekuasaan yang absolut, atau pengawasan yang sempurna, seperti yang hanya dimiliki oleh Allah.
Syirik dalam pengabdian (syirik fi al-‘ibadah) terjadi ketika seseorang menjadi eksklusif mengabdikan diri kepada selain Allah dan menganggap bahwa ada kuasa selain Allah, yaitu dengan meminta bantuan, mempersembahkan kurban kepada selain Allah, dan berkeyakinan bahwa hal tersebut dapat memperoleh manfaat atau menolak bencana.
Orang yang melakukan praktik syirik akan masuk neraka sebagaimana firman Allah:
"Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu." (Q.S al-Maidah: 72)
Namun, dalam kehidupan sistem sekuler kapitalis ini, mengambil politik demokrasi itu sendiri adalah bagian dari syirik besar. Seperti yang diketahui, sistem politik demokrasi ternyata menjadikan manusia sebagai pembuat hukum. Selain itu, para pemimpin dan pejabat negara yang duduk kursi kekuasaan, mereka berkuasa tidak sesuai dengan syariat Islam.
Karena itu, keputusan dan undang-undang yang mereka buat acapkali bertentangan dengan syariat Islam, baik undang-undang pemerintahan, ekonomi, hukum, dan pengaturan kehidupan. Padahal, hanya Allah Subhanahu wata'ala yang berhak membuat hukum. Asas dari demokrasi yang lahir dari sekularisme (pemisahan agama Islam dari kehidupan) sangat bertentangan dengan akidah Islam.
Dari sini jelas bahwa hanya sistem kehidupan yang menerapkan Islam kaffah yang harus diambil dan diperjuangkan. Wallahu'alam bishawwab.
Oleh: Emmy Rina Subki
Sahabat Tinta Media