Tinta Media: Cahaya
Tampilkan postingan dengan label Cahaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cahaya. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Januari 2024

Kitab Suci Al-Qur’an adalah Cahaya



Tinta Media - Sobat. Al-Qur’an adalah cahaya (Nur). Surah-surahnya adalah cahaya. Ayat-ayatnya cahaya. Kata-katanya cahaya. Isi kandungannya cahaya. Aqidah, syariah dan nilai-nilai  akhlak yang dikandung Al-Qur’an adalah cahaya kehidupan, karena semuanya adalah kalamullah, dari Zat – Sumber seluruh cahaya yang menerangi  alam  semesta. 

يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ قَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمۡ كَثِيرٗا مِّمَّا كُنتُمۡ تُخۡفُونَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖۚ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٞ وَكِتَٰبٞ مُّبِينٞ 

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.” ( QS. Al-Maidah (5) : 15 ) 

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad telah datang menerangkan sebagian dari apa yang mereka sembunyikan tentang syariat Allah yang tersebut dalam Taurat. Di antaranya apa yang diterangkan oleh Nabi seperti perhitungan amal dan balasannya di hari akhirat dan hukum rajam, tetapi banyak pula yang dibiarkan karena dianggapnya tidak begitu penting, seperti yang berkenaan dengan datangnya Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir dan sifat-sifatnya. 

Yang mendorong mereka untuk menyembunyikan apa yang mereka ketahui dari Taurat ialah disebabkan takut akan kehilangan kedudukan, pengaruh dan lain-lain yang berhubungan dengan keduniaan, termasuk perasaan yang tidak pernah lepas dari mereka, yaitu bahwa mereka adalah keturunan atau umat dari Nabi yang terbaik yakni keturunan dari Nabi Ishak, sedang Nabi Muhammad SAW adalah keturunan Nabi Ismail. 

Keadaan Nabi Muhammad yang ummi (tidak pandai menulis dan membaca) menambah keberanian mereka untuk menyembunyikan apa yang ingin mereka sembunyikan, karena mereka mengira Nabi Muhammad tidak akan mengetahuinya, tetapi persangkaan mereka meleset dengan turunnya wahyu (Al-Qur'an) kepada Nabi yang mengungkapkan sebagian dari yang mereka sembunyikan itu yang menyebabkan banyak pendeta Yahudi masuk Islam. 

Hukum rajam yang disembunyikan oleh Yahudi kepada Nabi Muhammad saw masih terdapat sekarang dalam kitab Ulangan xxii.22-24: 

Perempuan bersuami atau laki-laki beristri kedapatan tidur bersama, "haruslah keduanya dibunuh mati." Dan jika yang melakukan itu "seorang gadis yang masih perawan, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa keluar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati." 

Selanjutnya diterangkan arti telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menjelaskan. Yang dimaksud dengan cahaya di sini ialah Nabi Muhammad SAW karena ia telah menerangi umat manusia dari alam kejahilan ke alam keimanan dan pengetahuan. 

Sedang yang dimaksud dengan "Kitab yang menjelaskan" di sini ialah Al-Qur'an yang menjelaskan syariat Allah yang diturunkan kepada Muhammad dan menjelaskan pula rahasia Ahli Kitab yang suka mengubah dan menyembunyikan sebagian isi Taurat dan Injil. 

Sobat. Wahyu Qur’ani adalah cahaya bagi manusia. Tanpa wahyu, manusia dalam kegelapan. Mereka yang hidup bersama Al-Qur’an adalah mereka yang menaburi dirinya dengan cahaya dan menyinari orang lain dengan cahayanya. 

Ambillah cahaya dari Al-Qur’an sebanyak-banyaknya, dengan membaca, menghayati, dan mengamalkan, engkau akan bertaburan cahaya. 

إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا  

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” ( QS. Al-Isra’ (17) : 9 ). 

Sobat. Allah SWT menyatakan keistimewaan-keistimewaan kitab-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yaitu kitab Al-Qur'an, dengan menunjukkan fungsi dari kitab itu sendiri serta faedahnya bagi seluruh umat manusia. Di antara faedah Al-Qur'an yang disebutkan dalam ayat ini adalah: 

Pertama, Al-Qur'an memberi petunjuk kepada orang yang mau menjadikannya sebagai pedoman ke jalan yang lurus. Yang dimaksud jalan yang lurus dalam ayat ini ialah agama Islam, yang berpangkal pada ajaran tauhid, yaitu keyakinan bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menciptakan dan menguasai alam semesta ini kecuali Allah SWT. Kekuasaan-Nya tidak dapat ditandingi oleh siapa pun. Dia adalah Penguasa alam yang sebenarnya, dan Zat yang mempunyai kekuasaan Yang Mahabesar. 

Kedua, Al-Qur'an memberi kabar gembira kepada orang-orang yang percaya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, berbuat amal baik, melakukan apa saja yang diperintahkan Allah, dan menghindarkan diri dari berbuat sesuatu yang dilarang-Nya. Kabar gembira itu berupa pahala yang berlimpah yang akan diterima di akhirat, sebagai imbalan dari amal saleh yang mereka lakukan di dunia. 

Ketiga, Al-Qur'an adalah peringatan bagi orang-orang yang tidak mempercayai hari pembalasan dan tidak mengakui adanya pahala dan siksa yang akan diberikan Allah di hari kiamat sebagai balasan bagi perbuatan mereka ketika hidup di dunia. Ancaman yang ditujukan kepada mereka ialah azab yang pedih sebagai balasan dari perbuatan maksiat yang menodai jiwa mereka. Termasuk di dalamnya orang-orang ahli kitab yang tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw. 

Allah SWT berfirman : 

يَهۡدِي بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٰنَهُۥ سُبُلَ ٱلسَّلَٰمِ وَيُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِهِۦ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ  

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” ( QS. Al-Maidah (5) : 16 ) 

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa dengan Al-Qur'an Allah memimpin dan menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan dunia dan akhirat serta mengeluarkan mereka dari alam yang gelap ke alam yang terang dan menunjuki mereka jalan yang benar.

Ayat ini menerangkan tiga macam tuntunan yang besar faedahnya yaitu: 

a. Mematuhi ajaran Al-Qur'an akan membawa manusia kepada keselamatan dan kebahagiaan. 

b. Menaati ajaran Al-Qur'an akan membebaskan manusia dari segala macam kesesatan yang ditimbulkan oleh perbuatan tahayul dan khurafat. 

c. Mematuhi Al-Qur'an akan menyampaikan manusia kepada tujuan terakhir dari agama, yaitu kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. 

Sobat. Al-Qur’an kelihatan diam, namun jika diteliti, dipelajari, dikaji dengan saksama, di dalamnya penuh dengan kekuatan sangat dahsyat yang bisa menciptakan revolusi kemanusiaan dari semua sudutnya. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarajana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Jumat, 22 Desember 2023

Cahaya di Atas Cahaya



Tinta Media - Ya Allah, Bimbinglah aku dengan cahaya petunjuk-Mu sebagaimana Kausinari bumi dengan cahaya matahari-Mu selamanya. 

Sobat. Pencerahan dan petunjuk Allah – Hidayah  adalah cahaya spiritual yang terang benderang menerangi kalbu. Dengan cahaya itu, manusia mengetahui jalan kebenaran dalam kehidupan. Inilah hal termahal dalam hidup. Cahaya Allah demikian kuatnya menyemburat ke seluruh penjuru langit dan bumi, menerangi dan memberi petunjuk kepada penduduk langit dan bumi. 

Allah SWT berfirman : 

۞ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشۡكَوٰةٖ فِيهَا مِصۡبَاحٌۖ ٱلۡمِصۡبَاحُ فِي زُجَاجَةٍۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوۡكَبٞ دُرِّيّٞ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٖ مُّبَٰرَكَةٖ زَيۡتُونَةٖ لَّا شَرۡقِيَّةٖ وَلَا غَرۡبِيَّةٖ يَكَادُ زَيۡتُهَا يُضِيٓءُ وَلَوۡ لَمۡ تَمۡسَسۡهُ نَارٞۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٖۚ يَهۡدِي ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَٰلَ لِلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ 

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” ( QS. An-Nur (24) : 35 ) 

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Allah adalah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi dan semua yang ada pada keduanya. 

Dengan cahaya itu segala sesuatu berjalan dengan tertib dan teratur, tak ada yang menyimpang dari jalan yang telah ditentukan baginya, ibarat orang yang berjalan di tengah malam yang gelap gulita dan di tangannya ada sebuah lampu yang terang benderang yang menerangi apa yang ada di sekitarnya. Tentu dia akan aman dalam perjalanannya tidak akan tersesat atau terperosok ke jurang yang dalam, walau bagaimana pun banyak liku-liku yang dilaluinya. 

Berbeda dengan orang yang tidak mempunyai lampu, tentu akan banyak menemui kesulitan. Meraba-raba ke sana kemari berjalan tertegun-tegun karena tidak tahu arah, maka pastilah orang ini akan tersesat atau mendapat kecelakaan karena tidak melihat alam sekitarnya. Amat besarlah faedahnya cahaya yang diberikan Allah kepada alam semesta ini. Cahaya yang dikaruniakan Allah itu bukan sembarang cahaya. Ia adalah cahaya yang istimewa yang tidak ada bandingannya, karena cahaya itu bukan saja menerangi alam lahiriah, tetapi menerangi batiniah. 

Sobat. Allah memberikan perumpamaan bagi cahaya-Nya dengan sesuatu yang dapat dilihat dan dirasakan oleh manusia pada waktu diturunkannya ayat ini, yaitu dengan cahaya lampu yang dianggap pada masa itu merupakan cahaya yang paling cemerlang. Mungkin bagi kita sekarang ini cahaya lampu itu kurang artinya bila dibandingkan dengan cahaya lampu listrik seribu watt apalagi cahaya yang dapat menembus lapisan-lapisan yang ada di depannya. Sebenarnya cahaya yang menjadi sumber kekuatan bagi alam semesta tidak dapat diserupakan dengan cahaya apa pun yang dapat ditemukan manusia seperti cahaya laser umpamanya. 

Sobat. Allah memberikan perumpamaan bagi cahaya-Nya dengan cahaya sebuah lampu yang terletak pada suatu tempat di dinding rumah yang sengaja dibuat untuk meletakkan lampu sehingga cahayanya amat terang sekali, berlainan dengan lampu yang diletakkan di tengah rumah, maka cahayanya akan berkurang karena luasnya ruangan yang menyerap cahayanya. Sumbu lampu itu berada dalam kaca yang bersih dan jernih. Kaca itu sendiri sudah cemerlang seperti kristal. Minyaknya diperas dari buah zaitun yang ditanam di atas bukit, selalu disinari cahaya matahari pagi dan petang. Maka pada ayat ini diibaratkan dengan tumbuh-tumbuhan yang tidak tumbuh di timur dan tidak pula di barat, karena kalau pohon itu tumbuh di sebelah timur, mungkin pada sorenya tidak ditimpa cahaya matahari lagi, demikian pula sebaliknya. Minyak lampu itu sendiri karena jernihnya dan baik mutunya hampir-hampir bercahaya, walaupun belum disentuh api, apalagi kalau sudah menyala tentulah cahaya yang ditimbulkannya akan berlipat ganda. 

Di samping cahaya lampu itu sendiri yang amat cemerlang, cahaya itu juga dipantulkan oleh tempat letaknya, maka cahaya yang dipantulkan lampu itu menjadi berlipat ganda. Demikianlah perumpamaan bagi cahaya Allah meskipun amat jauh perbedaan antara cahaya Allah dan cahaya yang dijadikan perumpamaan. 

Sobat. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya untuk mendapat cahaya itu sehingga dia selalu menempuh jalan yang lurus yang menyampaikannya kepada cita-citanya yang baik dan selalu bertindak bijaksana dalam menghadapi berbagai macam persoalan dalam hidupnya. Berbahagialah orang yang mendapat pancaran Nur Ilahi itu, karena dia telah mempunyai pedoman yang tepat yang tidak akan membawanya kepada hal-hal yang tidak benar dan menyesatkan. Untuk memperoleh Nur Ilahi itu seseorang harus benar-benar beriman dan taat kepada perintah Allah serta menjauhi segala perbuatan maksiat. 

Imam Syafi`i pernah bertanya kepada gurunya yang bernama Waki' tentang hafalannya yang tidak pernah mantap dan cepat lupa, maka gurunya itu menasehatinya supaya ia menjauhi segala perbuatan maksiat, karena ilmu itu adalah Nur Ilahi, dan Nur Ilahi itu tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat. 

Seperti dalam syair di bawah ini: 

Aku mengadu kepada Waki' tentang buruknya hafalanku, 
Lalu ia menasihatiku agar meninggalkan kemaksiatan.
Ia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya, 
Dan Cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat. 

Yahya bin Salam pernah berkata, "Hati seorang mukmin dapat mengetahui mana yang benar sebelum diterangkan kepadanya, karena hatinya itu selalu sesuai dengan kebenaran." Inilah yang dimaksud dengan sabda Rasulullah SAW. 

Berhati-hatilah terhadap firasat orang mukmin, karena ia melihat dengan Nur Allah. (Riwayat al-Bukhari dalam kitab at-Tarikh al-Kabir dari Abu Sa'id al-Khudri) 

Sobat. Tentu saja yang dimaksud dengan orang mukmin di sini ialah orang-orang yang benar beriman dan bertakwa kepada Allah dengan sepenuhnya. 

Ibnu `Abbas berkata tentang ayat ini, "Inilah contoh bagi Nur Allah dan petunjuk-Nya yang berada dalam hati orang mukmin. Jika minyak lampu dapat bercahaya sendiri sebelum disentuh api, dan bila disentuh oleh api bertambah cemerlang cahayanya, maka seperti itu pula hati orang mukmin, dia selalu mendapat petunjuk dalam tindakannya sebelum dia diberi ilmu. Apabila dia diberi ilmu, akan bertambahlah keyakinannya, dan bertambah pula cahaya dalam hatinya. Demikianlah Allah memberikan perumpamaan kepada manusia tentang Nur-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." 

Sobat. Baginda Rasulullah SAW bersabda, “ Kalian harus bergaul dengan para alim ulama dan mendengarkan perkataan hukama’ karena Allah SWT menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah ( Ilmu yang bermanfaat ), sebagaimana dia menghidupkan tanah yang tandus dengan air hujan.”

Dalam hadits yang diriwayatkan ath-Thabrani dari Abu Hanifah, “ Bergaullah dengan para tokoh dan bertanyalah kepada para ulama serta bersahabatlah dengan orang-orang bijak.” 

Sobat. Ulama itu terdiri atas tiga golongan : Pertama. Ulama yang menguasai hukum-hukum Allah SWT, ulama kategori ini adalah mereka yang banyak mengeluarkan fatwa yang terkait dengan masalah hukum. Kedua. Ulama yang menguasai ilmu tentang Dzat Allah SWT ( ilmu makrifat)  mereka kerap di sebut hukama’ yaitu orang-orang alim yang serius pada upaya perbaikan akhlak, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Hati mereka selalu bersinar oleh makrifatullah dan jiwa mereka tercerahkan oleh keagungan sifat Allah SWT. Ketiga. Ulama yang menguasai dua hal di atas, biasa disebut juga dengan al-Kubara’.  Demikian penjelasan Imam Nawawial-Bantani. 

Sobat. Sesungguhnya bergaul dengan para ahlullah ( orang yang dekat dengan Allah) itu mampu membentuk keluhuran jiwa. Bahkan, terkadang kerlingan mata mereka lebih bermanfaat dari ucapan. Jika seseorang , yang dengan kerlingannya saja ia memberi manfaat, ucapannya pasti jauh lebih bermanfaat. 

Sobat. Baginda Rasulullah SAW mengingatkan pada kita dengan sabda beliau, “ Akan datang suatu masa, saat itu umatku lari dari para ulama dan fuqaha. Lalu Allah akan menimpakan kepada mereka cobaan berupa tiga musibah : Pertama. Allah akan mencabut keberkahan rezeki mereka. Kedua. Allah akan angkat penguasa zalim untuk mereka. Ketiga, mereka akan keluar dari kehidupan dunia (meninggal) tanpa membawa iman.” 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Selasa, 22 Agustus 2023

Secercah Cahaya

Tinta Media - 
Masa lalu itu terus menghantui
Terkunci rapat dalam memori
Penuh alpa dan salah
Hidup seolah tak tentu arah

Tenggelam, dan semakin dalam
Terlena dengan kenikmatan
Lupa bahwa dunia hanya persinggahan
Akan ada alam penuh keabadian

Perlahan, cahaya itu terbit
Seperti matahari dalam orbit
Membawa secercah harapan
Keselamatan di hari perhitungan

Teruntuk para sahabat surga
Yang telah membawa secercah cahaya
Hanya untaian doa yang mampu ku persembahkan
Kepadamu wahai pembawa kebenaran

Semoga apa yang telah kau beri
Diridhai oleh Sang Ilahi
Menjadi wasilah kebaikan 
Di akhirat yang penuh dengan perhitungan

Tapal Batas, 07 Agustus 2023

Oleh : Naila Ahmad

Selasa, 21 Maret 2023

Dengan al-Qur'an, Rasulullah Bangkitkan Manusia dari Jahiliyah Menuju Cahaya Islam

Tinta Media - Ketua Komunitas Mengenal Islam Kafah Dra. Irianti Aminatun mengatakan bahwa dengan al-Qur'an Rasulullah Saw. membangkitkan manusia dari jahiliyah menuju cahaya Islam.
 
“Ramadhan merupakan bulan turunnya al-Qur’an. Dulu dengan al-Qur’an itu Rasulullah Saw. membangkitkan manusia dari kejahiliyahan menjadi umat yang diterangi cahaya Islam,” ungkapnya di acara Bincang Islam bersama Tokoh: Marhaban Ya Ramadhan, Siapkan Diri Menjemput kemuliaan, di masjid al-Qudwah, Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, Ahad (19/3/2023).
 
Dengan al-Qur'an itu, lanjutnya Rasulullah Saw. beserta para sahabatnya menyelesaikan persoalan, menerapkan keadilan, menunjuki manusia.
 
“Al-Qur’an menjadi sumber hukum dalam memecahkan persoalan hidup baik tataran individu, masyarakat maupun negara sehingga ketakwaan terwujud baik secara individu, maupun kolektif,” imbuhnya.
 
Tidak hanya itu, jelas Irianti, shaum tidak menghalangi Rasulullah untuk berjihad. Rasulullah Saw. memimpin perang Badar pada 17 Ramadhan tahun kedua hijrah. Tentara Islam yang hanya berjumlah 313 orang mampu mengalahkan kekuatan kaum kafir yang berjumlah 1.000 orang.
 
“Pada 20 Ramadhan tahun kedelapan hijrah,  Nabi bersama 10.000 Sahabat melakukan penaklukan kota Mekah yang merupakan imperium Arab Quraisy. Ketika ibukota itu jatuh ke tangan kaum muslimin, seluruh Jazirah Arab berbondong-bondong menyatakan ketundukannya kepada Negara Islam di Madinah yang dipimpin oleh Nabi Saw. Seluruh berhala dihancurkan, digantikan oleh gema tauhid yang memenuhi langit Mekah al-Mukarramah,” kisahnya.
 
Adapun terkait ibadah, sambungnya, Rasulullah mendorong kaum Muslimin untuk meningkatkan ibadah dan memperbanyak amal kebajikan, karena bulan Ramadhan adalah bulan melipatgandakan pahala serta bulan ampunan.
 
“Dalam pelaksanaan ibadah  shaum Rasulullah mencontohkan agar menyegerakan berbuka, serta mengakhirkan sahur. Berbuka dan sahur dengan sederhana. Dikisahkan, untuk berbuka, Rasulullah hanya mengonsumsi beberapa biji kurma kering atau kurma basah. Jika keduanya tidak ada, cukup meneguk sejumlah tegukan air putih. Menu yang sama juga sering disantap kala sahur,” tutur irianti mengisahkan kesederhanaan Rasulullah dalam berbuka dan sahur.
 
Dalam hal ibadah, Irianti mengutip penuturan Bunda Aisyah yang menuturkan bahwa ia  tidak pernah melihat Nabi Saw membaca Al-Quran seluruhnya dalam semalam dan tidak shalat hingga shubuh, serta tidak puasa sebulan penuh, kecuali di bulan  Ramadhan.
 
“Dengan aktivitas Rasulullah mengisi Ramadhan seperti diatas,  umat Islam bersatu dibawah satu kepemimpinan Rasulullah, masyarakat Islam menjadi masyarakat yang penuh berkah serta Islam menjadi rahmat bagi wilayah yang sudah tersentuh dakwah Rasulullah,” jelasnya.
 
Kehidupan Islam seperti inilah yang dilanjutkan oleh para Sahabat pasca Rasulullah wafat. “Dalam bentangan 13 Abad umat Islam  pada saat Ramadhan senantiasa berada dalam keadaan menerapkan syariat Islam di bawah naungan Khilafah,” ungkapnya.
 
Namun Irianti menyayangkan  sejak Khilafah diruntuhkan pada 3 Maret 1924 lalu, hingga hari ini sudah lebih dari satu abad umat Islam memasuki Ramadhan tidak lagi ada dalam satu kepemimpinan. Hukum Islam dicampakkan, kaum muslimin tercerai berai dan terjajah.
 
Oleh karena itu ia mengajak kepada para tokoh yang hadir agar  dalam mengisi  Ramadhan meneladani  Rasulullah dengan meningkatkan ibadah dan berjuang agar hukum al-Quran diterapkan dalam kehidupan dalam naungan Islam. [] Sri Wahyuni
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab