Tinta Media: Cacar Monyet
Tampilkan postingan dengan label Cacar Monyet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cacar Monyet. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 November 2023

Kasus Cacar Monyet Meningkat, Sistem Sekularisme Makin Gawat



Tinta Media - Kasus cacar monyet semakin menunjukkan peningkatan. Monkey pox kembali muncul pada Oktober 2023, sejak awal kemunculannya yakni pada tahun 2022 dan memperlihatkan trend kenaikan jumlah penderita. Mirisnya lagi, mayoritas penderita monkey pox adalah laki-laki. 

Sekularisme, Biang Kerusakan Masyarakat

Kementerian Kesehatan mencatat pada 28/10/2023, setidaknya ada 16 orang di Jakarta dan Tangerang masih diisolasi di rumah sakit karena positif mengidap cacar monyet (bbc.com, 28/10/2023). Kasus meningkat menjadi 30 orang pada 2/11/2023 (kompas.com, 2/11/2023). Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan semua penderita berjenis kelamin laki-laki. Dan penularan terjadi melalui kontak seksual (kompas.com, 2/11/2023). Demikian paparnya. Nadia pun menyatakan kasus monkeypox sudah menyebar ke berbagai wilayah. Diantaranya, Kota Bandung, 1 kasus, Kabupaten Tangerang, 2 kasus. Kota Tangerang, 1 kasus. Kota Tangerang Selatan, 1 kasus. Dan yang paling banyak, DKI Jakarta, 25 kasus.

Nadia pun menuturkan, orang yang melakukan kontak atau berhubungan seksual berganti-ganti dengan banyak pasangan dapat berisiko tinggi tertular cacar monyet (kompas.com, 2/11/2023). Kelompok paling beresiko tertular penyakit ini adalah kelompok lelaki yang berhubungan seksual dengan sesama lelaki. Selain kontak seksual, kontak melalui oral, anal, dan kontak langsung dengan ruam atau lesi cacar monyet.

Penyakit gawat semakin mengancam kehidupan manusia. Semua ini karena gaya hidup yang semakin bebas. Tanpa aturan yang jelas, segala tindakan dilakukan demi memenuhi hawa nafsu dan kepuasan semata. Liberalisme dan sekularisme telah berhasil menjebloskan individu dalam ikatan yang rusak. Gaya barat yang dianggap modern dianggap sebagai jalan hidup. Dan inilah yang kini diterapkan dalam kehidupan individu. Semua konsep ini akhirnya melahirkan sikap serba permisif. Serba boleh. Termasuk membolehkan hubungan sesama jenis yang sebetulnya haram dan dilarang secara tegas. Namun sayang, konsep sekularisme menjegal aturan ini. Sekularisme menjauhkan segala konsep aturan agama dalam mengatur kehidupan. Manusia berjalan dalam aturan rel, sesuai kehendaknya sendiri. Aturan agama hanya dianggap sebagai hambatan yang merusak kesenangan. 

Konsep liberalisme yang sekuleristik jelas merusak kehidupan. Segala aturannya terlahir dari hasil pemikiran manusia yang lemah dan hanya mengutamakan keinginan. Akibatnya berbagai penyakit mematikan pun silih berganti berdatangan. 

Sebetulnya negara telah mengatur tentang hubungan sesama jenis atau kasus disorientasi seksual dalam KUHP pasal 414, perihal pencabulan dan hubungan sejenis. Segala tindakan yang berhubungan dengan kejadian tersebut diatur di dalamnya. Namun sayang, jeratan hukum dan sanksinya tidak jelas. Selain itu, pasal ini tidak mampu sepenuhnya menjaga karena ketentuan yang ada di dalamnya berlaku saat ada pelaporan atau pengaduan. Jika ada sikap saling suka dan kerelaan dari para pelakunya, otomatis pasal ini tak mampu menjerat. Tentu saja, konsep ini dipandang bukan solusi yang mampu menuntaskan masalah yang ada.

Dengan kata lain, negara tidak mampu  menetapkan regulasi untuk menjaga rakyatnya. Pergaulan dan tingkah laku individu yang bertentangan dikembalikan lagi kepada pilihan masing-masing individu. Negara tak menganggap dirinya sebagai pengatur rakyat. Akibatnya individu pun bebas menentukan pilihan sesuai keinginannya. Sistem sanksi yang ada tak mampu mengendalikan keadaan setiap yang makin memburuk. Wajar adanya, saat penyakit buruk makin menyebar tak terkendali. Tak dipungkiri, bisa jadi keadaan akan semakin gawat saat semua konsep ini dibiarkan begitu saja.

Sistem sekularisme liberalistik benar-benar tak layak dijadikan panduan. Sifatnya yang rusak dan merusak, pasti mengancam kehidupan.

Islam, Satu-satunya Penjaga Kehidupan

Syariat Islam menetapkan bahwa setiap kepentingan rakyat merupakan hal utama yang wajib dipenuhi negara. Termasuk di dalamnya penjagaan kemuliaan dan keselamatan nyawa. 

Menyoal masalah penyebaran cacar monyet yang semakin meresahkan, Islam dengan tegas melarang hubungan seksual sesama jenis. Apapun alasannya. Apapun bentuknya. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia (berbuat homoseks), dan kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kamu? Kamu (memang) orang-orang yang melampaui batas."
(QS. Asy-Syu'ara' :165-166)

Penyebaran penyakit berbahaya disolusikan dengan cerdas dalam sistem Islam. Isolasi dan rehabilitasi, yang semuanya disiapkan dan disediakan dalam anggaran negara. Memisahkan antara orang sakit dan sehat. Termasuk pembatasan mobilisasi. Tujuannya agar penyakit tak semakin meluas. Apalagi diketahui penyakit cacar monyet, mudah sekali menular. Tentu saja, penyakit ini pun akan mengancam masyarakat umum secara luas.

Sistem Islam senantiasa menjaga kemuliaan dan kehormatan umatnya. Dan semua ini ditetapkan dalam regulasi yang jelas dengan sanksi yang tegas. Khilaf4h, satu-satunya institusi dalam sistem Islam yang mengintegrasikan syariat Islam dalam menjalankan kehidupan. 

Hanya dengan khilaf4h-lah umat terjaga sempurna. Terjauhkan secara sistematis dari segala perbuatan maksiat yang dilaknat Allah Azza wa Jalla. Setiap individu pun mampu terikat kuat dalam aturan syariat. Karena memahami dengan pasti bahwa syariat pasti mengandung maslahat. Namun, ketundukan utama kaum muslimin pada syariat bukan semata-mata karena maslahat. Ketundukan pada syariat sebagai refleksi iman dan takwa yang sempurna. Demi ridha Allah SWT. yang utama. 
Wallahu 'alam bisshowwab.

Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor

Sabtu, 17 September 2022

Cacar Monyet, Solusi Jitu sampai ke Akarnya

Tinta Media - Pandemi 2020 selayaknya menjadi pembelajaran bersama agar ke depannya bisa menghadapi masalah dengan solusi yang benar-benar solutif. Tahun 2022, dunia kembali dihebohkan dengan kemunculan wabah cacar monyet. Dikutip dari Wikipedia, wabah cacar monyet dikonfirmasi pada 6 Mei 2022 di Britania Raya, yang diawali pada saat penduduk Inggris bepergian ke Nigeria di Afrika Barat, tempat penyakit ini bersifat endemis. 

Bagaimanakah perkembangan selanjutnya? Dikutip dari Republika.co.id--Satgas Cacar Monyet (Monkeypox) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengungkapkan bahwa sudah 23 kasus suspek cacar monyet di Indonesia. Dari 23 kasus tersebut, 21 di antaranya sudah discarded, satu kasus terkonfirmasi dan satu kasus masih menunggu hasil.

Diketahui, sudah ada satu kasus konfirmasi cacar monyet di Indonesia pada Sabtu (20/8/2022) pekan lalu. Pasien pertama tersebut merupakan pria berusia 27 tahun yang tinggal di DKI Jakarta dan diketahui sempat melakukan perjalanan ke luar negeri.

Fakta ini sekali lagi membuktikan bahwa tidak ada proteksi dari penyakit yang bisa masuk melalui kasus imported (dari luar negeri). Seharusnya negara memberikan edukasi yang lengkap terkait penyakit ini dan memberikan pelayanan perawatan, serta perlakuan yang tepat pada para pelaku perjalanan dari dan ke luar negeri.

Heboh Pernyataan Menkes

Lantas bagaimanakah respon dari Menteri Kesehatan? Dikutip dari suara.com--"Because it only affects your skin, basically. Yeah, you look ugly definitely, but at least you will survive. (Pada dasarnya itu hanya memengaruhi kulit Anda. Benar, Anda pasti terlihat jelek, tapi setidaknya Anda bisa bertahan)," kata Budi, saat agenda The 3rd G20 Health Working Group, dikutip dari siaran YouTube Kemenkes, Selasa (23/8/2022).

Sebuah pernyataan yang sangat memilukan dan selayaknya tidak dikeluarkan oleh pejabat negara. Walaupun fatality rate atau tingkat kematian pada kasus cacar monyet secara global berkisar 0,04 hingga 0,05 persen, tetapi angka tersebut merupakan nyawa manusia yang selayaknya dilindungi dan tidak diremehkan.

Islam Menjaga Jiwa Manusia

Dunia kapitalisme saat ini tidak memberikan jaminan pada kesehatan dan jiwa manusia, terbukti dengan adanya peremehan pada penyakit cacar monyet. Menurut Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, wabah cacar monyet telah dilaporkan lebih dari 16 ribu kasus, dan menyebar di 75 negara.

Tentu ini sangat berbeda dengan pandangan Islam yang sangat menghargai walaupun hanya satu nyawa manusia. Terkait penanganan wabah, Rasulullah telah menyampaikan dalam salah satu hadis: 

"Apabila kalian mendengarkan wabah di suatu tempat, maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu, maka janganlah keluar dari tempat itu" (HR. Muslim).

Sehingga, menjadi urgen bagi kaum muslimin untuk mengambil tuntunan dari Rasulullah dalam menyikapi wabah penyakit. Negara sebagai pengurus umat harus segera melakukan tracking untuk menelusuri siapa saja di antara warganya yang terkena penyakit menular. Kemudian mereka segera mengisolasi warga yang terkena, merawat, dan mengobati sampai sembuh secara gratis. Sedangkan untuk warga yang sehat, tetap bisa beraktivitas secara normal.

Tak cukup sampai disitu, negara punya kewajiban untuk meneliti terkait virus ini, sejauh mana dampak mortalitas (kematian) dan morbiditasnya (kesakitan). Negara juga harus mengembangkan vaksin berkualitas yang seefektif mungkin dan segera menyebarkan secara merata di seluruh lapisan masyarakat.

Inilah langkah jitu dalam Islam saat terjadi wabah penyakit menular. Jika solusi Islam ini diambil, maka rakyat akan merasa terlindungi dan masalah wabah akan bisa tuntas sampai ke akarnya. 

Wa ma tawfiqi illa billah, 'alayhi tawakkaltu wa ilayhi unib

Oleh: Dahlia Kumalasari
Pendidik

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab