Tinta Media: Bunuh
Tampilkan postingan dengan label Bunuh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bunuh. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Desember 2022

Tidak Sesuai Syariat Islam, Analis: Bom Bunuh Diri Patut Dikutuk

Tinta Media - Bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar Bandung dinilai Analis senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan tidak sesuai Syariat Islam.

"Tidak ada ajaran Islam yang membolehkan kita untuk melakukan bom bunuh diri sebagai sebuah metode dakwah atau sebuah cara memperjuangkan Islam. Justru itu yang menurut saya patut dikutuk atau setidaknya dikecam karena tidak sesuai dengan Syariat Islam," ungkapnya pada Tinta Media, Sabtu (9/12/2022).

Ia mengatakan, dalam nash syara' umat Islam diperintahkan menjaga nyawa seorang muslim. Nyawa seorang muslim terbunuh itu jauh lebih buruk dari dunia seisinya, apalagi membunuh dirinya sendiri. "Jadi menurut saya yang terjadi pada bom bunuh diri justru bertentangan dengan syariah dan menunjukkan yang bersangkutan tidak faham dengan Agama Islam dan syariat Islam," tegasnya.

"Tidak ada dalil atau uswah dari Rasulullah SAW bahwa memperjuangkan Islam itu dengan kekerasan. Coba kita teliti dari siroh nabawiyah, fase mana Rasulullah SAW menggunakan cara-cara kekerasan kecuali ketika sudah berdiri Daulah Islamiyyah di Madinah Munawaroh," kisahnya.

Ia menjelaskan, sebelum mendirikan Daulah Islamiyah Rasulullah fokus melakukan taskif atau pembinaan kepada para sahabat sehingga mereka mempunyai akidah yang kokoh, tidak goyah oleh celaan orang - orang yang suka mencela, dan tidak goyah oleh siksaan orang - orang yang menyiksa. Itulah karakter yang dibentuk oleh Rasulullah SAW.

"Setelah Rasulullah membina para sahabat dengan keimanan dan akidah yang kuat, mulailah beliau berinteraksi dengan umat menyebarkan ide Islam ke tengah umat secara terang-terangan. walaupun ada reaksi balik dari masyarakat waktu itu bahkan sampai ada yang memboikot dan menyiksa para sahabat, beliau tetap memerintahkan isbir atau bersabar. Rasulullah tidak memerintahkan untuk balik melakukan kekerasan, justru beliau menyuruh bersabar. Termasuk pada Bilal dan keluarga Yasir yang mendapat siksaan dari kaum kafir Quraisy," contohnya.

Jadi, dalam Islam tidak ada istilah perjuangan-perjuangan dengan kekerasan.

"Kalau orang itu kemudian atas nama perjuangan kemudian melakukan tindak kekerasan termasuk bom bunuh diri, berjihad mengangkat senjata dan sebagainya, sebenarnya itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang belum paham atau tidak paham agama serta tidak paham uswah dari Rasulullah Saw," pungkasnya.[] Yupi UN

Kamis, 08 Desember 2022

Aksi Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar, Dr. Riyan: Tidak Dapat Dibenarkan

Tinta Media - Menanggapi aksi bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Pengamat Politik Islam Dr. Riyan, M.Ag. menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan.

"Tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan dalam Islam. Karena membunuh diri sendiri dan orang lain tanpa alasan yang syar'i adalah keharaman," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (8/12/2022).

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa ada pemahaman keislaman yang salah dari pelaku. Apalagi kalau dikaitkan dengan istilah 'radikal', maka sangat tidak relevan. Sebab istilah tersebut adalah istilah politik bukan istilah agama. "Artinya tidak ada kaitannya dengan Islam," ujarnya.

Kemudian di sisi lain, menurut aparat polisi, pelaku adalah alumni program deradikalisasi BNPT. "Artinya, kalau dia melakukan tindakan kekerasan lagi maka program tersebut gagal untuk menjadi solusi," ungkapnya.

Ia mengatakan bahwa kalau memperjuangkan Islam adalah dakwah, maka Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam tidak mencontohnya dengan kekerasan. "Karena proses dakwah Islam dilakukan dengan mengubah pemahaman fikriyyah, menggalang dukungan siyasiyah dan tanpa kekerasan la madiyyah," jelasnya.

Ia melanjutkan, kalau memperjuangkan syariah bermakna menjaga agar syariah tetap tegak, Islam mengajarkan tentang jihad. Jihad adalah perang melawan orang kafir yang menghalangi tegaknya Islam. Tidak mungkin tanpa kekerasan, karena itulah fakta perang. "Tetapi jihad bukan terorisme, dan terorisme bukan jihad," terangnya.

"Faktanya pelaku sesungguhnya kekerasan dan terorisme, seperti AS dan Israel, adalah mereka yang menuduh Islam sebagai pelaku teror. "Artinya mereka orang kafir meneriakkan: maling teriak maling," bebernya.

Adapun terkait penjelasan Al-Qur'an QS 9: 29 itu jika dilihat secara umum, ayat tersebut dan ayat sebelum dan sesudahnya, berbicara tentang perilaku orang yang fasik. Mereka yang melanggar perjanjian dengan Rasul Shalallahu Alaihi Wasallam. "Allah Subhanahu wa Ta'ala mencela apa yang mereka lakukan dengan pelanggaran itu. Ini diantaranya pendapat Prof. Wahbah Zuhaili," tukasnya.

"Makna ayat tersebut tidak ada hubungannya dengan kalimat 'KUHP hukum syirik/kafir, perangi para penegak hukum setan' yang diduga ditulis pelaku di motor yang ditinggalkan," tambahnya.

"Maka menggunakan ayat QS 9: 29 untuk tindakan kekerasan artinya memaksakan makna ayat tadi untuk legitimasi tindakan yang salah," tandasnya.[] Ajira

Rabu, 28 September 2022

Ustazah Wiwing Noraeni Ungkap Penyebab Bunuh Diri yang Makin Marak



Tinta Media - Kecenderungan bunuh diri yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, termasuk di Indonesia, dinilai Aktivis Muslimah Ustazah Wiwing Noraeni karena penerapan sistem kehidupan kapitalistik dan sekularistik.

"Adapun akar masalah dari bunuh diri, ternyata karena sistem kehidupan kapitalistik dan sekularistik yang diterapkan hari inilah yang menjadi penyebab kenapa bunuh diri ini marak," tuturnya pada rubrik Kuntum Khaira Ummah MMC: Tren Bunuh Diri Meningkat, Begini Solusi Islam, Jumat (23/9/2022) di kanal Youtube MMC Lovers.

Menurutnya, bunuh diri banyak terjadi di kalangan anak muda karena beberapa sebab, antara lain:

Pertama, standar bahagia dalam sistem kapitalisme adalah materi. "Semakin banyak materi semakin banyak harta itu semakin bahagia. Kita bisa melihat bagaimana anak muda yang punya gaya hidup hedon, hura-hura, ingin bersenang-senang saja sementara tidak punya harta untuk melakukan itu semua dengan gaya hidup yang dibuat sistem kapitalisme sehingga yang terjadi depresi kemudian stress dan berujung pada bunuh diri," terangnya. 

Kedua, sistem ekonomi kapitalisme yang menyebabkan kesenjangan sosial antara orang miskin dan orang kaya. "Mayoritas masyarakat indonesia ini adalah miskin, termasuk anak-anak mudanya ditambah lagi dengan kondisi gaya hidup yang demikian, sudahlah standar bahagianya adalah materi, ternyata kemiskinan ada dimana-mana sehingga seluarga-keluarga miskin anak-anak pun ikut miskin," jelasnya. 

Ketiga, sistem pendidikan dalam kapitalisme melahirkan generasi sekuler. "Di dalam benaknya, bukan bagaimana agar taat ajaran agama, tapi yang ada hanya materi. Dan fokus dari sistem pendidikan saat ini hanya sekedar bagaimana agar nilai peserta didik itu bagus sementara bagaimana akhlak dan perilaku mereka tidak menjadi bagian penting dalam kurikulum pendidikan saat ini sehingga pendidikan seperti ini hanya melahirkan generasi yang jauh dari agama dan tidak menjadikan agama sebagai pegangan," bebernya. 

Keempat, liberalisme atau paham kebebasan yang menjadi spirit dari ideologi kapitalisme sehingga melahirkan kebebasan yang luar biasa bebas. "Ketika kita menyaksikan berbagai macam informasi pada hari ini berapa banyak kasus bullying, pergaulan bebas yang berujung pada kematian," ujarnya. 

Kelima, sekularisme yang menjadi asas dari kapitalisme yang kemudian membuat agama jauh dari kehidupan. "Kita bisa menyaksikan banyak dari anak muda yang tak jelas tujuan hidupnya dan menganggap bunuh diri sebagai solusi karena jauh dari agama," ungkapnya. 

Ustadzah Wiwing Noraeni juga mengatakan bahwa inilah problem sistemik bukan hanya masalah individu sehingga penyelesaiannya tidak cukup dengan penyelesaian individu harus dengan penyelesaian secara sistemik.

Solusi Islam

Ustazah Wiwing Noraeni mengatakan bahwa di dalam islam aktivitas bunuh diri ini adalah haram dan dosa besar, di dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman dalam QS. An-nisa ayat 29: 
وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang".

Ia juga mengutip hadist riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.”

Ustazah Wiwing Noraeni menjelaskan solusi dalam islam terkait masalah bunuh diri dengan cara, pertama, meningkatkan ketakwaan oleh individu-individu muslim.
"Kedua, melakukan amar ma'ruf nahi mungkar yang dilakukan oleh masyarakat sehingga akan mencegah orang-orang yang ingin melakukan bunuh diri. Ketiga, peran negara dengan melakukan proses edukasi terhadap masyarakat agar menjadikan islam sebagai solusi bukan bunuh diri baik melalui media maupun pendidikan," katanya. 

Kemudian, lanjutnya, negara juga harus menerapkan sistem ekonomi islam yang akan menyejahterakan serta kekayaan alam yang merata dalam pendistribusiannya. "Sehingga angka kemiskinan mampu ditekan dan faktor keuangan yang menjadi pemicu terjadinya bunuh diri akan mampu dihindari," pungkasnya.[] Erna Nuri Widiastuti

Kamis, 04 Agustus 2022

Bunuh Diri Pelajar, Kegagalan Pendidikan Karakter Sistem Sekuler

Tinta Media  - Sungguh ironis, kasus bunuh diri kembali terjadi. Ada remaja yang memiliki nazar gila. Ia bernazar jika lolos PTN impiannya, yakni UGM, ia akan  memberikan santunan kepada anak yatim. Namun, jika tidak lolos, ia bernazar ingin bunuh diri. Sungguh gila nazarnya!

Kabar terakhir, karena tidak lolos PTN impian, remaja tersebut menghilang dan dikabarkan meninggal dunia akibat over dosis alkohol. Selain itu, remaja tersebut mendapatkan kekerasan verbal dan manipulatif dari sang pacar. Ini juga menjadi alasan ia bunuh diri. 

Kasus serupa terjadi pada seorang mahasiswa yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Diduga, penyebab bunuh diri yakni stress karena selama 7 tahun tidak lulus-lulus dan selalu ditolak oleh dosen saat mengajukan skripsi.

Suicide Terus Berulang

Kasus suicide (bunuh diri) di negeri ini bukan yang pertama, tetapi sudah menjadi fenomena yang biasa. Kasus  ini terus berulang dan meningkat dari tahun ke tahun. Usia orang yang bunuh diri pun bermacam-macam, mulai remaja sampai orang tua. Penyebabnya pun bermacam-macam, mulai dari kesempitan ekonomi, putus cinta, tidak bisa membayar sekolah, gagal ujian, dan sebagainya. Putus asa menjadi faktor penyebab kasus bunuh diri di kalangan remaja maupun orang tua.

Kondisi remaja yang masih labil, membuat mereka tidak memiliki pendirian yang kokoh. Kondisi kejiwaan mereka mudah rapuh, ditambah lingkungan pergaulan remaja yang bebas, membuat mereka berpikir pendek. Mereka mudah insecure, marah, mengeluarkan kata-kata yang kotor ke temannya, serta tidak segan melakukan tindakan kriminal. Bahkan, mereka bangga dengan tindakannya. 

Kondisi remaja yang seperti itu, jika dibiarkan saja tanpa ada kontrol dari keluarga maupun masyarakat dengan mengingatkan, akan membuat mereka mudah mengambil keputusan tanpa berpikir panjang, apa dampak dari perbuatannya. Akhirnya, bunuh diri menjadi jalan pintas yang dilakukan untuk mengurangi masalahnya. Miris bukan?

Ya, tidak hanya dipengaruhi emosional, remaja yang masih rapuh dan lingkungan pergaulan yang bebas  juga menjadi racun bagi dirinya.

Sistem Kapitalisme

Jika kita telusuri, yang menjadi akar masalah dari semua itu adalah sistem kehidupan sekuler kapitalis yang terus berjalan. 

Kapitalisme adalah paham yang memandang bahwa hidup di dunia ini adalah untuk meraih keuntungan materi sebesar-besarnya. Racun utama dari sistem kapitalis adalah sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. 

Semua hal diukur berdasarkan hawa nafsu, bukan halal dan haram. Karena itu, jika ada sesuatu yang membuatnya tidak senang, akan muncul rasa tidak nyaman yang terlalu berlebihan hingga muncul keinginan untuk mengakhiri hidup. 

Jadi, bisa dibayangkan, remaja yang kematangan emosinya masih rentan dan tidak stabil, mereka cenderung melakukan hal-hal di luar nalar. Ini karena mereka menjalani  kehidupan yang jauh dari tuntunan agama. Agama hany hadir di masjid saja. Dalam ranah kehidupan, mereka tidak pernah membawa agama.

Di sistem kapitalis, negara melepas tanggung jawabnya dalam membentuk ketakwaan individu dan masyarakat. Banyak orang memandang bahwa ukuran pencapaian hidup adalah kesuksesan materi. Padahal, jika semua hal diukur dengan pandangan seperti itu, pasti rentan dan membawa manusia jadi depresi.

Apalagi, sistem kapitalis telah membuat manusia cenderung hidup secara individual, tidak peduli antara yang satu dengan yang lain. Betapa banyak kasus bunuh diri akibat depresi yang menimpa seseorang karena tidak memiliki lingkungan sosial yang memberikan suport atau sekadar menjadi sandaran atas keresahannya. Seperti yang terjadi pada dua kasus bunuh diri di atas.

Tanpa pemahaman agama, remaja mudah mengalami tekanan, sehingga berpikir pendek untuk mengakhiri hidupnya. Remaja di sistem saat ini memang butuh bimbingan, bukan hanya sekadar konseling. Remaja juga butuh sistem yang sehat, yakni Islam. 

Tuntunan Hidup Islam

Islam memandang bahwa beragama adalah kewajiban. Islam juga memberikan tuntunan hidup bagi manusia dalam menjalani hidupnya. Tuntunan hidup manusia adalah Al-Qur’an dan hadis. Islam juga mengajarkan manusia bahwa tujuan hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah. Karena itu, manusia harus mengikatkan seluruh perbuatannya dengan syariat Islam. Ini karena setiap perbuatan manusia setelah mati akan dimintai pertanggungjawaban. Dengan berpedoman pada keyakinan itu, maka manusia akan berhati-hati dalam menjalani hidup. Mereka tidak akan pernah menyia-nyiakan hidupnya dengan melakukan bunuh diri.

Fakta membuktikan bahwa salah satu penyebab banyaknya manusia yang gampang melakukan tindakan bunuh diri, termasuk remaja adalah karena mereka bingung dalam menjalani kehidupan dan tidak tahu tujuan hidupnya. 

Karena itu, remaja harus dibekali pemahan Islam agar tau tujuan hidupnya. Selain itu, negara harus menciptakan sistem kondusif dan sehat untuk mereka.

Namun, jika masih di sistem kapitalis, kasus bunuh diri dari tahun ke tahun akan terus meningkat. Semua permasalahan yang terjadi tidak akan pernah selesai sampai tuntas hingga akarnya. Solusi yang diberikan akan menambah masalah baru. Berbeda dengan sistem Islam yang mampu menyelesaikan masalah dan memberikan kemaslahatan bagi seluruh rakyat. Wallahualam bissawab.

Oleh: Retno Jumilah
Sahabat Tinta Media 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab