FDMPB: Umat Islam Seperti Buih, Tidak Akan Pernah Sepi dari Kezaliman
Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa FDMPB Dr Ahmad Sastra, M.M. menyatakan bahwa selama umat Islam menjadi seperti buih, tidak akan pernah sepi dari kezaliman.
"Selama umat Islam menjadi seperti buih, maka tidak akan pernah sepi dari kezaliman yang akan menimpanya," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (4/5/2023).
Menurutnya, umat Islam di dunia seolah tidak pernah sepi didera ujian. Ujian yang bertubi-tubi, datang silih berganti. Namun seperti biasa, dunia internasional hanya bisa terbungkam melihat kezaliman ini. Jika diibaratkan, umat Islam saat ini bagaikan makanan yang diperebutkan dan memang tidak bisa menjaga dirinya sendiri. "Kita tahu bahwa tidak ada makanan yang bisa balas menggigit yang memakannya," ujarnya.
Sementara, lanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang umat Islam bercerai berai: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa jahiliah), ketika kamu musuh, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan nikmat Allah kamu menjadi bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk," ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa makna ayat tersebut untuk menyeru kepada seluruh umat Islam agar memegang teguh tali Allah, yaitu agama Islam, dan tidak bercerai-berai. Dalam konteks ini, bercerai-berai dapat diartikan sebagai perpecahan dan perbedaan yang tidak seharusnya terjadi dalam umat Islam, baik itu dalam hal keyakinan, praktek ibadah maupun dalam hal-hal lain yang berkaitan dengan agama.
Ia melanjutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan umat Islam untuk selalu ingat akan nikmat-Nya yang telah menyatukan hari umat, sehingga umat menjadi bersaudara dalam Islam. Dengan berpegang teguh pada agama dan persaudaraan dalam Islam, umat Islam akan terhindar dari perpecahan dan keretakan dan dapat mengancam keutuhan dan keberlangsungan umat Islam sebagai umat yang bersatu dan kuat. "Salah satu cara agar tidak bercerai berai sehingga tidak berdaya seperti buih adalah menjadikan Al-Qur'an dan As Sunnah sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan," jelasnya.
"Barangsiapa yang Allah hendak memuliakannya, maka Dia akan memberikan pemahaman dalam agama. Aku adalah orang yang membagi-bagi warisan, dan Al Qur'an adalah warisan yang kusamakan. Maka, apabila datang padamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang pada keduanya. Umatku tidak akan berkumpul pada kesesatan. Maka, jika kamu melihat perbedaan dalam urusan mereka, maka berpeganglah urusan yang paling kuat berdasarkan dalil-dalil yang Sahih," tukasnya.
Ia mengatakan bahwa dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam menyatakan bahwa Al-Qur'an dan Sunnah nya adalah dua perkara yang tidak akan pernah menyesatkan umat Islam jika dipegang dengan benar. Namun, jika terdapat perbedaan pendapat di antara umat Islam, maka umat yang memegang perkara yang paling kuat berdasarkan dalil-dalil yang Shahih adalah yang benar. Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam yang mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dengan benar tidak akan berpecah belah atau menjadi seperti buih yang terbawa arus. "Sayangnya kini umat Islam sedang berlayar di lautan kapitalisme demokrasi yang membuatnya terus terombang ambing," bebernya.
Ia menegaskan pentingnya untuk diingat bahwa hadits ini harus dipahami dalam konteks yang tepat dan tidak boleh digunakan untuk memecah belah umat Islam atau mengadu domba satu sama lain.
"Sebagai umat Islam kita harus senantiasa berusaha untuk mencari pemahaman yang benar dalam agama dan berpegang pada Al-Qur'an dan Sunnah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang akan membawa kepada persatuan umat Islam di dunia dalam satu kepemimpinan di bawah naungan khilafah Islamiyah," serunya.
Perintah Taat
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat dalam sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya," (QS An Nisa: 59).
Ia menjelaskan bahwa ayat ini mengajarkan pentingnya taat dan patuh kepada Allah, Rasul-Nya, dan pemimpin yang adil di antara umat Islam. Jika terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat dalam suatu masalah, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menginstruksikan agar masalah tersebut harus dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu melalui Al-Qur'an dan hadits. "Hal ini dimaksudkan agar keputusan yang diambil didasarkan pada hukum Allah yang berlaku dalam agama Islam, dan bukan atas dasar kepentingan pribadi atau kelompok," jelasnya.
Ayat ini juga, lanjutnya, menekankan pentingnya kebersamaan dan persatuan dalam umat Islam, sehingga ketika terjadi perbedaan pendapat, maka harus diselesaikan secara bijak dan damai tanpa harus menimbulkan permusuhan atau konflik yang dapat merugikan umat Islam secara keseluruhan.
"Dalam hal ini, mengembalikan permasalahan kepada Allah dan Rasul-Nya juga merupakan jalan terbaik untuk menjaga persatuan dan kebersamaan dalam umat Islam serta memastikan keputusan yang diambil sesuai dengan ajaran agama Islam,' tandasnya.[] Ajira