Tawuran Pelajar Menjadi Budaya
Tinta Media - Fenomena tawuran pelajar hampir setiap hari diberitakan baik di sosial media maupun televisi, terjadi di berbagai tempat di negeri ini. Berita seputar para remaja selalu menjadi peristiwa yang terus berulang dan berkepanjangan. Seolah tawuran antar pelajar menjadi "budaya", miris!
Menurut catatan Komisi Perlindungan Anak (KPAI), kekerasan pelajar ada dua jenis, yaitu pengeroyokan dan tawuran. Kita merasa resah dengan keadaan para remaja negeri ini. Seharusnya dunia remaja diisi dengan hal hal yang positif untuk meraih masa depan sebagai generasi terbaik. Namun, justru remaja saat ini berada di ambang kehancuran lantaran lebih dekat dengan kemaksiatan, seperti pergaulan bebas, kekerasan seksual, dan tawuran.
Tawuran pelajar disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal di antaranya adalah krisis identitas. Remaja kehilangan arah dan jati dirinya sebagai hamba Allah Swt. Sistem sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) menjadi penyebab pudarnya identitas tersebut. Remaja menjadi seorang yang haus akan tren dan budaya kebarat-baratan, seperti pergaulan bebas, bergaya hidup hedonis, dll. Mereka tidak takut menabrak rambu- rambu agama, tidak peduli halal-haram untuk meraih kepuasan materi.
Faktor internal berikutnya yaitu kontrol diri yang lemah. Hal ini disebabkan karena sistem pergaulan sekuler, sehingga berdampak pada keimanan dan ketakwaan. Mereka menjadi generasi yang mudah frustasi, galau, bingung, emosi cendederung meledak, labil, merasa tidak percaya diri, dan nirempati.
Adapun faktor eksternal penyebab remaja terlibat tawuran adalah lingkungan sosial tempat mereka hidup dan bergaul, yaitu keluarga sebagai tempat pendidikan pertama, sekolah tempat mereka menuntut ilmu, dan masyarakat tempat mengembangkan diri.
Teman dan masyarakat terbukti memberikan dampak yang lebih besar terhadap perilaku remaja. Bila keluarga, sekolah, dan masyarakat abai terhadap tumbuh kembang remaja, maka mereka tidak akan terkontrol dalam pergaulannya. Keluarga, sekolah, dan masyarakat sekarang ini berada dalam sebuah aturan sekuler, tidak mampu menyelesaikan permasalahan remaja saat ini secara menyeluruh.
Berbeda dengan sistem Islam. Aturan ini dari Sang Maha Pencipta, yaitu Allah Swt. Sistem Islam mampu menyelesaikan permasalahan remaja saat ini secara menyeluruh. Sistem ini akan membentuk individu-individu yang beriman dan bertakwa.
Islam akan mengarahkan potensi diri manusia kepada pemikiran yang benar dan jelas, karena hakikatnya manusia adalah sebagai hamba Allah Taala yang wajib taat dan terikat aturan Islam secara sempurna tanpa pilih-pilih.
Keluarga akan memberikan bekal pemahaman Islam kepada anak, agar ia beramal dan berprilaku sesuai aturan Allah Ta'ala.
Masyarakat akan selalau menjaga para remaja dengan saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Hal ini karena masyarakat dalam Islam adalah masyarakat yang memahami bahwa di pundak mereka ada tanggung jawab kepada Allah Swt. yang merupakan kewajiban dan harus dilaksanakan. Kewajiban itu adalah saling menasihati sesama dan mencegah kemaksiatan agar tidak merajalela.
Yang terpenting adalah peran negara. Negara berperan sebagai penjaga dan pelindung generasi dari pergaulan bebas dan pemikiran asing yang merusak, yaitu sekuler (sistem dari Barat).
Dalam Islam, negara wajib menciptakan suasana takwa kepada setiap individu masyarakat. Negara menerapkan kurikulum dan sistem pendidikan Islam secara menyeluruh, memfilter tontonan dan tayangan yang tidak mendidik, yang mengajarkan budaya dan nilai nilai Barat yang bebas.
Dengan Islam, remaja tidak akan terombang-ambing dan mudah terbawa arus. Mereka mampu menjadi generasi terbaik yang mengisi waktunya untuk menuntut ilmu, belajar Islam, dan memberikan kemaslahatan bagi umat dan negara. Wallahu'alam bishawab.
Oleh: Haprianti
Sahabat Tinta Media