Tinta Media: Booster
Tampilkan postingan dengan label Booster. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Booster. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 April 2022

Ustazah Noval Tawang: Sabar Adalah Kunci Kemenangan Pengemban Dakwah


Tinta Media  - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang mengatakan bahwa sabar adalah kunci kemenangan pengemban dakwah.

"Karena itulah, pengemban dakwah harus menyadari bahwa sabar adalah kunci kemenangan," tuturnya dalam One Minute Booster Extra: Ramadhan, Bulan Melatih Kesabaran di Kanal YouTube Muslimah Media Center, Jum'at (22/4/2022).

"Pasalnya, dakwah bukanlah aktivitas yang mudah. Seringkali dakwah mendapatkan penentangan dari orang yang didakwahi, baik dari masyarakat bahkan dari keluarga sendiri," lanjutnya.

Menurutnya, hal serupa juga dialami oleh Rasulullah SAW saat berdakwah di Mekkah. Berbagai celaan, fitnahan, hinaan, kekerasan hingga ancaman bunuh dari orang-orang kafir telah beliau terima.

"Namun beliau tetap bersabar dan bukti kesabaran itu adalah beliau sama sekali tidak menyurutkan langkah di dalam dakwah, bahkan semakin menguatkan semangat dakwah beliau," ungkapnya.

Ia melihat bahwa kesabaran di dalam dakwah tidak akan pernah menjadikan pengemban dakwah mudah lelah, mudah menyerah dan menjadi manusia yang lemah. "Pengemban dakwah akan senantiasa bersemangat dan semakin bersemangat di dalam menjalankan amanah-amanah dakwah demi menjemput pertolongan Allah SWT," ucapnya.

Ia melanjutkan bahwa berlatih untuk bersabar adalah pelajaran penting yang bisa dipetik dari ibadah puasa di bulan Ramadhan. Puasa melatih umat Islam untuk bersabar di dalam menjalankan perintah Allah SWT, bersabar dalam menjauhi larangan Allah SWT dan bersabar menerima ketetapan Allah SWT.

"Coba kita perhatikan orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan. Mereka begitu bersabar menjalankan perintah Allah SWT, meski harus menghadapi penderitaan karenanya. Mereka bersabar menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT, meski sangat menggoda dan menggiurkan," ujarnya.

"Mereka juga bersabar menerima ketentuan Allah SWT ketika menikmati rezeki dari Allah SWT hanya dalam dua waktu, yaitu pada saat sahur dan berbuka. Yang itu berbeda dari bulan-bulan lainnya," tambahnya.

Ustadzah Noval menjelaskan bahwa para ulama menyebutkan, sabar adalah mendorong jiwa untuk ridha menerima ketentuan, serta mendorong jiwa untuk terikat dengan Islam dan meleburkan diri dalam Islam. "Puasa adalah latihan bersabar agar kaum muslimin terbiasa menderita di jalan Allah. Seandainya kaum muslimin tidak bisa bersabar menerima perintah berpuasa dan tidak sabar menderita lapar dan dahaga. Maka bagaimana mungkin mereka akan mampu bersabar menerima perintah yang jauh lebih besar dari ibadah puasa," paparnya.

Syeikh Muhammad Ali as-Shobuni ketika menjelaskan hikmah disyariatkannya ibadah puasa di bulan Ramadhan. "Beliau berkata bahwa dengan berpuasa di bulan Ramadhan, kaum muslimin dibiasakan untuk menderita, merasakan kesulitan agar mereka siap menerima penderitaan yang lebih besar lagi, yaitu penderitaan ketika berjihad fisabilillah," ungkapnya.

"Jadi sabar yang diinginkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya bukanlah hanya kesabaran di dalam jalankan ibadah ritual tetapi lebih jauh lagi yaitu kesabaran dalam berjuang dan berjihad di jalan Allah SWT. Termasuk dalam hal ini adalah sabar di dalam menjalankan perintah dakwah menyeru umat manusia kepada Islam kaffah," pungkasnya.[] Ajirah

Selasa, 19 April 2022

Puasa Ramadhan Mengajarkan untuk Memiliki Sifat Muraqabah


Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang menyampaikan bahwa ibadah puasa Ramadhan Mengajarkan untuk memiliki sifat muraqabah.

"Ibadah puasa Ramadhan mengajarkan kita untuk memiliki sifat muraqabah yaitu sifat yang selalu merasa diawasi oleh Allah," tuturnya dalam One Minute Booster: Pengemban Dakwah Harus Selalu Merasa Diawasi Allah, Selasa (12/04/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Ustazah Noval menjelaskan alasan karena merasa diawasi Allah, orang yang berpuasa di bulan Ramadhan tidak berani makan dan minum atau memperturutkan syahwatnya meski sedang berada di tempat yang sepi. "Bahkan tidak ada siapa pun kecuali dirinya," jelasnya.

Menurutnya, para pengemban dakwah harus menyadari bahwa kemaksiatan sekecil apapun hanya akan menjauhkan dari pertolongan Allah. "Meninggalkan atau mengabaikan aktivitas dakwah adalah salah satu dari bentuk kemaksiatan, karena itu para pengemban dakwah harus menyibukkan pikiran dan raganya dengan dakwah," paparnya.

"Memikirkan uslub terbaik bagi dakwah yang mampu memahamkan umat tentang kewajiban-kewajiban mereka di dalam Islam. Sebab umat harus dikabarkan bahwa hidup dalam sistem kapitalisme sekuler hanya akan menjauhkan mereka dari Islam. Bahkan menghalangi penerapan syariat Islam secara menyeluruh," terangnya.

Ia mengingatkan para pengemban dakwah tidak boleh merasa betah hidup berdampingan dengan sistem kapitalisme bahkan sampai menikmati produk dari sistem ini. "Sebab sistem ini telah merebut hak-hak sebagian besar manusia hanya demi segelintir manusia yang rakus dan zalim," ungkapnya.

Menurutnya arah pengemban dakwah harus fokus mengejar cita-cita dakwah dengan banyak beramal dakwah sebagaimana yang telah dicontohkan oleh rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat. "Mereka menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk dakwah dan sebagai balasannya Allah memuliakan mereka di dunia dan di akhirat," tegasnya.

"Semoga para pengemban dakwah mengambil langkah untuk mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat," harapnya.[]Raras

Jumat, 01 April 2022

No Booster No Mudik, Umat Islam Kembali Terusik

https://drive.google.com/uc?export=view&id=13Wx9y5sGMq5pSlEGmj09td4asXqQYbjw

Tinta Media - Lebaran  atau hari raya Idulfitri tinggal menghitung hari. Artinya, tradisi mudik pun sudah dinanti-nantikan seluruh umat Islam di Indonesia. Sebab, sudah dua kali lebaran mereka tidak bisa mudik karena terhalang wabah corona.

Namun, nampaknya mudik Lebaran tahun ini pun masih terkendala. Sebab, pemerintah mewajibkan vaksin booster bagi para pemudik. Sebagaimana dilansir cnnindonesia.com (26/3/2022), pemerintah resmi memberikan lampu hijau mudik Lebaran Idulfitri 1443 Hijriah/2022. Setelah dua tahun sebelumnya mudik dilarang lantaran masih dalam pandemi corona. Namun, pemerintah tetap mewajibkan beberapa syarat yang harus dipatuhi masyarakat. Salah satunya adalah mewajibkan pemudik sudah rampung dua dosis vaksin dan booster.

Hal ini memicu polemik dan umat Islam merasa terusik. Bagaimana tidak, beberapa waktu lalu ketika perhelatan balap MotoGP Mandalika, pemerintah tidak memberi aturan ketat tentang berkerumun. Ajang balap tersebut juga tetap berjalan tanpa "drama" vaksin booster dan sejenisnya.

Namun, ketika mendekati Ramadhan dan Lebaran, aturan berkerumun kembali diperketat. Salah satunya tentang salat di masjid. Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan memperketat kapasitas jamaah di masjid/musala selama bulan Ramadan. Aturan ini akan disesuaikan dengan Instruksi Mendagri Nomor 18/2022 soal PPKM (jabarnews.com, 29/3/2022).

Inilah yang membuat umat Islam terusik. Bahkan Anggota Komisi V DPRDPR RI Sigit Sosiantomo menentang kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mewajibkan vaksin booster sebagai syarat perjalanan pada mudik lebaran tahun 2022.

Politikus PKS tersebut menilai jika kebijakan mewajibkan vaksin booster sebagai syarat mudik adalah kebijakan aneh dan menyusahkan rakyat. Apalagi sesuai pernyataan Kemenkes bahwa booster itu tidak wajib, tetapi pilihan bagi masyarakat yang ingin menambah kekebalan. Maka jika sifatnya pilihan, Sigit berharap agar tidak dijadikan syarat wajib mudik (kompas.tv, 28/3/2022).

Beginilah ketika negeri ini masih dalam kungkungan kapitalisme. Segala kebijakan terkesan berat sebelah, terutama tentang booster ini. Jika berhubungan dengan umat Islam, terkesan dipersulit. Namun, jika urusan materi dan umat lain terlihat lebih dipermudah.

Hal itu disebabkan karena kapitalisme bertentangan dengan Islam. Asas kapitalisme adalah kebebasan. Aturan kehidupan dipisahkan dengan agama. Maka wajar jika pengaturan rakyat dan kebijakan terkesan berat sebelah.

Sedangkan Islam berasas pada hukum syara'. Segala sesuatu ditentukan berdasarkan aturan Allah Subhanahu wata'ala. Jika pembatasan aktivitas karena wabah, tentu akan diberlakukan kepada semua lapisan masyarakat, tidak peduli menguntungkan secara materi atau tidak. Sebab, prioritas dalam Islam adalah keselamatan rakyat.

Apalagi jika wilayah tersebut masih sama-sama terdapat wabah. Maka, lockdown akan dilakukan dan akan dicukupi segala kebutuhan rakyat. Intinya, pemerintah dengan sistem Islam tidak akan berat sebelah dalam memberlakukan kebijakan kepada seluruh rakyat, baik muslim maupun nonmuslim. Semua akan mendapat keadilan yang sama.

Dalam sistem Islam, setiap warga negara memiliki hak yang sama di mata hukum, tidak peduli kaya atau miskin, muslim atau nonmuslim, pejabat atau rakyat biasa. Sehingga, tidak akan muncul rasa saling terusik dan diskriminasi di tengah masyarakat.

Bahkan dalam buku "The Story of Civilization", sejarawan dari Barat Will Durrent bertutur dengan jujur bahwa, "Para Khalifah (pemimpin dalam sistem Islam) telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah telah mempersiapkan berbagai kesempatan bagi siapa pun yang memerlukannya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatatkan lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka."

Wallahua'lam bishawab.

Oleh: Anita Ummu Taqillah
Pegiat Literasi
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab