Tinta Media: Bom
Tampilkan postingan dengan label Bom. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bom. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 Desember 2022

Bom Bunuh Diri, Bukti Ketidakpahaman terhadap Syariat Islam dan Dalil Rasulullah SAW

Tinta Media - Miris, beberapa hari lalu aksi teror bom bunuh diri kembali terjadi. Tepatnya, terjadi di Mapolsek Astananyar, Kota Bandung, Jawa Barat. Pelakunya adalah salah seorang mantan narapidana kasus bom Cicendo Jabar yang telah dihukum empat tahun di Nusakambangan dan dibebaskan pada September 2021. Namun, aksi teror itu kembali dilakukannya.

Akibat pengeboman tersebut, korban yang meninggal dunia 2 orang, termasuk pelaku, dan korban luka-luka 10 orang anggota polisi yang sedang melaksanakan apel dan salah satu warga masyarakat yang sedang melintas di depan kantor Mapolsek tersebut.

Seyogyanya, kita tetap bersikap tenang dalam menyikapi kejadian bom bunuh diri itu. Yakinlah bahwa teror yang terjadi sama sekali tidak berkaitan dengan ajaran Islam. Ini karena sejatinya Islam itu adalah agama yang damai. Islam itu mencerahkan. Islam itu memuliakan kehidupan dan kemanusiaan. 

Tidak ada satu pun ajaran Islam yang membolehkan kita untuk melakukan bom bunuh diri sebagai sebuah metode dakwah atau sebuah cara memperjuangkan Islam. Justru, hal itu patut dikutuk atau setidaknya dikecam karena tidak sesuai dengan syariat Islam.

Dalam nash syara', umat Islam diperintahkan untuk menjaga nyawa seorang muslim. Nyawa seorang muslim yang terbunuh jauh lebih buruk dari hilangnya dunia dan seisinya, apalagi membunuh dirinya sendiri. 

Jadi, yang terjadi pada bom bunuh diri tersebut justru bertentangan dengan syariah dan menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak paham terhadap agama dan syariat Islam.

Tidak pernah ada dalil (uswah) bahwa Rasulullah Saw. memperjuangkan Islam dengan kekerasan. Mari kita teliti dari sirah nabawiyah, di fase manakah Rasulullah saw. menggunakan cara-cara kekerasan, kecuali saat sudah berdiri daulah islamiyyah di Madinah Munawarah?

Sebelum mendirikan daulah Islamiyah, Rasulullah fokus melakukan taskif (pembinaan) kepada para sahabat, sehingga mereka memiliki akidah yang kokoh, tidak goyah oleh celaan orang-orang yang suka mencela, serta tidak goyah oleh siksaan orang-orang yang menyiksa. Itulah karakter khas yang dibentuk oleh Rasulullah saw.

Setelah Rasulullah membina para sahabat dengan keimanan dan akidah yang kuat, lalu mulailah beliau berinteraksi dengan umat menyebarkan ide Islam ke tengah-tengah umat secara terang-terangan. walaupun ada reaksi balik dari masyarakat waktu itu, bahkan sampai ada yang memboikot dan menyiksa para sahabat. Beliau tetap memerintahkan isbir atau bersabar. Rasulullah tidak memerintahkan untuk balik melakukan kekerasan, justru menyuruh bersabar, termasuk pada Bilal dan keluarga Yasir yang mendapat siksaan dari kaum kafir Quraisy.

Jadi, dalam Islam tidak ada istilah perjuangan dengan kekerasan. Kalau orang itu kemudian atas nama perjuangan kemudian melakukan tindak kekerasan, misalnya dengan bom bunuh diri dan sebagainya, sebenarnya itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang belum tahu atau tidak paham terhadap agama dan uswah dari Rasulullah Saw.

Wallahu a'lam wishawab.

Oleh: Willy Waliah
Sahabat Tinta Media 

Senin, 12 Desember 2022

Tidak Sesuai Syariat Islam, Analis: Bom Bunuh Diri Patut Dikutuk

Tinta Media - Bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar Bandung dinilai Analis senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan tidak sesuai Syariat Islam.

"Tidak ada ajaran Islam yang membolehkan kita untuk melakukan bom bunuh diri sebagai sebuah metode dakwah atau sebuah cara memperjuangkan Islam. Justru itu yang menurut saya patut dikutuk atau setidaknya dikecam karena tidak sesuai dengan Syariat Islam," ungkapnya pada Tinta Media, Sabtu (9/12/2022).

Ia mengatakan, dalam nash syara' umat Islam diperintahkan menjaga nyawa seorang muslim. Nyawa seorang muslim terbunuh itu jauh lebih buruk dari dunia seisinya, apalagi membunuh dirinya sendiri. "Jadi menurut saya yang terjadi pada bom bunuh diri justru bertentangan dengan syariah dan menunjukkan yang bersangkutan tidak faham dengan Agama Islam dan syariat Islam," tegasnya.

"Tidak ada dalil atau uswah dari Rasulullah SAW bahwa memperjuangkan Islam itu dengan kekerasan. Coba kita teliti dari siroh nabawiyah, fase mana Rasulullah SAW menggunakan cara-cara kekerasan kecuali ketika sudah berdiri Daulah Islamiyyah di Madinah Munawaroh," kisahnya.

Ia menjelaskan, sebelum mendirikan Daulah Islamiyah Rasulullah fokus melakukan taskif atau pembinaan kepada para sahabat sehingga mereka mempunyai akidah yang kokoh, tidak goyah oleh celaan orang - orang yang suka mencela, dan tidak goyah oleh siksaan orang - orang yang menyiksa. Itulah karakter yang dibentuk oleh Rasulullah SAW.

"Setelah Rasulullah membina para sahabat dengan keimanan dan akidah yang kuat, mulailah beliau berinteraksi dengan umat menyebarkan ide Islam ke tengah umat secara terang-terangan. walaupun ada reaksi balik dari masyarakat waktu itu bahkan sampai ada yang memboikot dan menyiksa para sahabat, beliau tetap memerintahkan isbir atau bersabar. Rasulullah tidak memerintahkan untuk balik melakukan kekerasan, justru beliau menyuruh bersabar. Termasuk pada Bilal dan keluarga Yasir yang mendapat siksaan dari kaum kafir Quraisy," contohnya.

Jadi, dalam Islam tidak ada istilah perjuangan-perjuangan dengan kekerasan.

"Kalau orang itu kemudian atas nama perjuangan kemudian melakukan tindak kekerasan termasuk bom bunuh diri, berjihad mengangkat senjata dan sebagainya, sebenarnya itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang belum paham atau tidak paham agama serta tidak paham uswah dari Rasulullah Saw," pungkasnya.[] Yupi UN

Kamis, 08 Desember 2022

Aksi Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar, Dr. Riyan: Tidak Dapat Dibenarkan

Tinta Media - Menanggapi aksi bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Pengamat Politik Islam Dr. Riyan, M.Ag. menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan.

"Tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan dalam Islam. Karena membunuh diri sendiri dan orang lain tanpa alasan yang syar'i adalah keharaman," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (8/12/2022).

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa ada pemahaman keislaman yang salah dari pelaku. Apalagi kalau dikaitkan dengan istilah 'radikal', maka sangat tidak relevan. Sebab istilah tersebut adalah istilah politik bukan istilah agama. "Artinya tidak ada kaitannya dengan Islam," ujarnya.

Kemudian di sisi lain, menurut aparat polisi, pelaku adalah alumni program deradikalisasi BNPT. "Artinya, kalau dia melakukan tindakan kekerasan lagi maka program tersebut gagal untuk menjadi solusi," ungkapnya.

Ia mengatakan bahwa kalau memperjuangkan Islam adalah dakwah, maka Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam tidak mencontohnya dengan kekerasan. "Karena proses dakwah Islam dilakukan dengan mengubah pemahaman fikriyyah, menggalang dukungan siyasiyah dan tanpa kekerasan la madiyyah," jelasnya.

Ia melanjutkan, kalau memperjuangkan syariah bermakna menjaga agar syariah tetap tegak, Islam mengajarkan tentang jihad. Jihad adalah perang melawan orang kafir yang menghalangi tegaknya Islam. Tidak mungkin tanpa kekerasan, karena itulah fakta perang. "Tetapi jihad bukan terorisme, dan terorisme bukan jihad," terangnya.

"Faktanya pelaku sesungguhnya kekerasan dan terorisme, seperti AS dan Israel, adalah mereka yang menuduh Islam sebagai pelaku teror. "Artinya mereka orang kafir meneriakkan: maling teriak maling," bebernya.

Adapun terkait penjelasan Al-Qur'an QS 9: 29 itu jika dilihat secara umum, ayat tersebut dan ayat sebelum dan sesudahnya, berbicara tentang perilaku orang yang fasik. Mereka yang melanggar perjanjian dengan Rasul Shalallahu Alaihi Wasallam. "Allah Subhanahu wa Ta'ala mencela apa yang mereka lakukan dengan pelanggaran itu. Ini diantaranya pendapat Prof. Wahbah Zuhaili," tukasnya.

"Makna ayat tersebut tidak ada hubungannya dengan kalimat 'KUHP hukum syirik/kafir, perangi para penegak hukum setan' yang diduga ditulis pelaku di motor yang ditinggalkan," tambahnya.

"Maka menggunakan ayat QS 9: 29 untuk tindakan kekerasan artinya memaksakan makna ayat tadi untuk legitimasi tindakan yang salah," tandasnya.[] Ajira
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab