Tinta Media: Boikot
Tampilkan postingan dengan label Boikot. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Boikot. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Desember 2023

Setelah Produk, Selanjutnya Boikot Ide Nasionalisme




Tinta Media - Aksi Boikot Produk-produk Zionis masih terus berlangsung hingga kini. Masyarakat masih merasakan duka yang sangat dalam karena perilaku zionis yang sudah sangat melewati batas dalam membombardir rakyat-rakyat Palestina. Puluhan ribu yang telah menjadi korban yang sebagian besar adalah anak-anak, balita dan wanita. Sungguh miris dan sangat menyedihkan keadaan mereka di sana. Maka sebagai bentuk empati kepada saudara-saudara muslim yang ada di palestina, masyarakat dinegeri ini ramai-ramai tidak lagi menggunakan produk-produk yahudi tersebut karena disinyalir hasil keuntungan produk-produk tersebut digunakan untuk membantu pembiayaan Zionis membantai rakyat Palestina. 

Seperti yang dilansir oleh databoks.katadata.co.id bahwa selama periode 7 Oktober-6 November 2023, lebih dari 10.000 warga Palestina meninggal, terbanyak berada di Jalur Gaza yakni 10.022 orang, kemudian korban jiwa di Tepi Barat 147 orang (databoks.katadata.co.id/07/11/2023). 

Bukan hanya itu, serangan brutal zionis ke Palestina ini sudah dipastikan ada upaya untuk genosida rakyat Palestina. Seperti yang diungkapkan oleh Riyad Mansour utusan Palestina di PBB bahwa ia menyebutkan dan menggambarkan pengeboman dan janji Israel memberlakukan pengepungan penuh di Jalur Gaza "tidak kurang dari genosida." (republika.co.id/11/10/2023)

Sungguh penjajahan Palestina yang masih terus terjadi dan masih berlarut-berlarut adalah karena tak ada kekuatan besar umat Islam yang mampu mengusir penjajah zionis saat ini.  Masalah utamanya adalah karena negeri-negeri kaum muslim mengemban ide nasionalisme yang itu sudah berurat dan berakar di negeri muslim.  Ide nasionalisme dengan batas-batas teritorial itulah yang menjadi penyebab kaum muslim tidak bisa membantu saudaranya yang saat ini dibantai.

Ditambah lagi para penguasa di negeri-negeri muslim sangat cinta kekuasaan sehingga menghalangi mereka untuk melawan ketidakadilan dunia dan menjadikan penguasa-penguasa itu melempem di hadapan zionis dan kafir penjajah. 

Bahkan saat ini, penguasa-penguasa Arab telah menormalisasi hubungannya dengan zionis yahudi, sehingga mereka menolak membantu mengirimkan bala tentara militer mereka termasuk menolak melakukan embargo terhadap zionis tersebut. Benarlah apa yang diungkapkan oleh Rasulullah SAW: Demi Allah bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi aku khawatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur. (HR. Bukhari Muslim)

Sudah seharusnya umat memahami penyebab mendasar diamnya penguasa muslim hari ini. Bahwa problem utamanya adalah karena ide nasionalisme tersebut sehingga menjadikan para penguasa itu tidak mau bergerak untuk mengirimkan pasukan militernya. Karena ide nasionalisme itu juga menjadikan penguasa-penguasa muslim individualis dan tidak peduli dengan saudaranya yang sudah dibantai habis-habisan oleh zionis. Umat harus berani menyerukan untuk memboikot ide-ide yang membelenggu dalam mewujudkan kemerdekaan palestina dan mewujudkan persatuan umat. Apalagi setelah nampak bagaimana pengaruh dari boikot produk hari ini. 

Maka seruan berikutnya adalah boikot ide nasionalisme yang terbukti melemahkan dan menghancurkan umat saat ini. Umat Islam wajib bersatu dalam naungan Islam kaffah yang akan menyelamatkan umat Islam diseluruh penjuru dunia ketika mereka dijajah. Apalagi didalam Islam juga telah dijelaskan bahwa sesama kaum muslim adalah bersaudara maka menjadi kewajiban pula untuk melindungi saudaranya dan tidak membiarkan saudaranya didzalimi. Rasulullah SAW bersabda: Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menelantarkannya (HR. Muslim). 
Wallahu`alam bisshawab

Oleh : Fitriani, S.Hi.
Staff Pengajar Ma'had Alizzah Deli Serdang

Kamis, 30 November 2023

MMC: Umat Islam Harus Berani Serukan Boikot Ide-Ide yang Membelenggu Persatuan



Tinta Media - Narator MMC menyatakan bahwa umat Islam harus
berani menyerukan untuk memboikot ide-ide yang membelenggu persatuan.

"Umat Islam harus berani menyerukan untuk memboikot ide-ide yang membelenggu dalam mewujudkan kemerdekaan Palestina di bawah negara yang akan mempersatukan
umat Islam Khilafah Islamiah," tuturnya dalam video Boikot Ide-ide yang Membelenggu Persatuan Umat, Jumat (17/11/2023) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

"Apalagi setelah nampak pengaruh dari boikot produk," imbuhnya.

Menurutnya, seharusnya umat Islam semakin yakin bahwa persatuan itu bisa terwujud nyata. Umat Islam harus memahami bahwa mereka memiliki ideologi yang sahih yang
mampu membangkitkan umat Islam di seluruh dunia. "Secara objektif ideologi Islam jelas lebih unggul daripada
ideologi-ideologi lainnya," ujarnya.

"Islam adalah satu-satunya ideologi yang membawa
kebaikan bagi umat manusia apapun rasnya, agamanya, bahasanya, maupun warna kulitnya," bebernya.

Ia mengungkapkan bahwa tercatat dalam sejarah selama
sekitar 1300 tahun sejarah ideologi Islam diterapkan oleh negara Islam mulai dari masa Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wasallam di Madinah hingga Khilafah Utsmaniyah. Ideologi Islam bisa lebih unggul dibandingkan dengan ideologi
kapitalisme dan komunisme. "Kekuatan dan keunggulannya terletak dalam diri individu-individu muslim di masyarakat
juga kemampuan sistemnya dalam menerapkan berbagai aturan yang selaras dengan pemikiran dan perasaan umat," ungkapnya.

"Dengan begitu sistem ini sendirilah yang menjaga dan melindungi pemikiran dan perasaan masyarakat,  sehingga umat menganggap negara Khilafah sebagai
bagian dari diri mereka bukan sesuatu yang asing," terangnya.

Ia menjelaskan bahwa Khilafah Islamiyah memang
telah diruntuhkan oleh kaum kafir pada tahun 1924 melalui propaganda nasionalisme dan pemecah belahan negeri-negeri muslim. "Namun kaum muslim masih setia mengikuti
Islam, mencintai syariahnya serta merindukan tegaknya kembali Peraturan hidup Islam dalam naungan Khilafah
Islamiah," paparnya.

Ia mengingatkan umat Islam bahwa  wajib menjadikan Islam sebagai ideologi yang menjamin cara berpikir mereka. Demikian juga penguasa muslim harus membuang semua pemikiran asing dan mendukung penerapan Islam di bawah
institusi Khilafah. "Sungguh hanya Khilafah Islamiah yang bisa melindungi Islam mengatur dunia sekaligus membela
kaum Muslim di mana saja mereka," pungkasnya.[]Ajira

Selasa, 28 November 2023

Solusi Palestina, Tak Cukup Hanya Boikot Produk, Boikot juga Akarnya



Tinta Media - Palestina masih membara,  mengorbankan banyak nyawa dan menyisakan luka yang menganga. Boikot produk masih menjadi pokok bahasan utama. Cukupkah hanya dengan boikot produk yang terafiliasi Zionis Yahudi menjadi solusi Palestina? 

Boikot Akar Masalah Utama

Z1onis Yahudi makin menampakkan kekejiannya. Lebih dari 11.000 warga Palestina terbunuh. Begitu banyak warga sipil kehilangan anggota keluarga, tempat tinggal, dan beberapa tempat vital lainnya, sama sekali tidak ada tempat aman. Bahkan dikatakan, sekolah dan rumah sakit  pun tidak menjanjikan keamanan bagi warga Palestina. 

Menanggapi peperangan yang terjadi antara entitas Yahudi dan Palestina, MUI menetapkan fatwa terkait pemboikotan barang-barang produk Zionis Yahudi dan pihak yang terafiliasi dengannya (kompas.com, 10/11/2023). Fatwa terkait pemboikotan ditujukan agar mampu mengerem aliran dana dari muslim melalui perdagangan produk Yahudi dan afiliasinya. Tidak hanya itu, MUI pun mengimbau agar rakyat secara massif mendukung perjuangan dan pembebasan Palestina. 

Berbagai platform media sosial ramai dengan info tentang produk yang diboikot dan barang-barang substitusinya. Banyak rakyat memboikot secara massif. Namun sayang, masih banyak juga yang belum paham tentang masalah ini.

Pemboikotan massif yang dilakukan berbagai kalangan masyarakat patut diacungi jempol. Masyarakat mulai menyadari bahwa kita harus sama-sama berjuang membela sesama saudara muslim. Namun sayang, di tengah aksi pemboikotan ini, justru negara bungkam, tak berkutik sama sekali. Kebijakan boikot sebetulnya akan efektif jika ditetapkan sebagai regulasi oleh negara. Ini karena negara memiliki kekuasaan politik penuh atas aktivitas yang dilakukan rakyatnya. 

Di sisi lain, sebetulnya boikot produk ini tidak berpengaruh besar terhadap kekuatan perdagangan dan ekonomi Zionis Yahudi dan entitasnya karena ekonomi negara penjajah ini sangat bergantung pada negara-negara nonmuslim di dunia. Namun, ada satu kelemahan mereka, yakni ketergantungan sumber daya energi pada mayoritas negeri-negeri muslim dunia.

Semestinya, para penguasa jeli dalam menetapkan kebijakan. Blokade suplai energi seharusnya mampu kompak dilakukan oleh seluruh negeri muslim dunia. Dari satu sisi ini saja, negeri penjajah ini telah mati kutu. Sayangnya, kebijakan ini mustahil ditetapkan. Parahnya lagi, dalam keadaan urgent, justru para penguasa kian mesra membuka hubungan dengan negara-negara kapitalis penjajah yang menjadi donatur penyerangan Palestina. Miris. 

Semua ini terjadi karena sistem kapitalisme. Sistem ini menjadikan materi sebagai tujuan hidup, tidak peduli dengan nasib saudara sendiri. Sistem ini pun diperparah dengan penerapan nasionalisme yang terus meracuni pemikiran umat dan para penguasa. 

Nasionalisme yang digadang-gadang mampu menyatukan umat dunia ternyata gagal total. Bahkan, negara terdekat Palestina pun tidak mampu mengirimkan pasukan militer yang nyata-nyata mampu membela. Ini karena nasionalismelah yang membatasi kebijakan setiap negara. Bahkan, lembaga dunia yang katanya menyerukan perdamaian, hanya mampu bungkam seribu bahasa. PBB dan OKI terbukti gagal mewujudkan perdamaian, tidak mampu menghentikan peperangan dan berbagai penderitaan. 

Sistem destruktif inilah yang semestinya diboikot secara totalitas. Karena sistem rusak tersebut melemahkan ukhuwah muslim dunia. Paham nasionalisme menciptakan konsep berpikir yang keliru. Nasionalisme memberikan batasan bahwa masalah Palestina bukanlah masalah muslim dunia dan jihad hanya wajib bagi warga Palestina. Tentu saja konsep ini keliru dan melemahkan fungsi jihad. 

Islam, Solusi Paripurna

Sistem Islam menetapkan akidah Islam sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan. Palestina sangat membutuhkan pembelaan dari seluruh kaum muslim dunia. Hanya akidah Islam-lah yang mampu menyatukan seluruh kaum muslim dunia, tidak ada pilihan lain.  Hanya dengannya pula, umat Islam mampu bersatu karena memiliki satu aturan dan perasaan yang sama. Akidah Islam hanya mampu diterapkan dalam sistem Islam berinstitusikan khilafah. Hanya dengannya, nasionalisme kapitalistik akan luluh lantak.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai saat orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil, maka dengannya dia akan mendapatkan pahala. Namun, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Imam (khalifah) adalah penjaga dan perisai bagi kaum muslimin dunia. Dalam sistem Islam, jihad bergelora dalam semangat penjagaan seluruh kaum muslim. Bahkan, kegemilangan Khilafah telah terbukti secara empiris dalam setiap lembaran sejarah dunia. 

Khilafah-lah satu-satunya institusi yang mampu menyatukan semua wilayah kaum muslimin dalam satu kepemimpinan dan pengaturan amanah. Hanya dengannya pula, ukhuwah (persaudaraan) kaum muslim dunia terbentuk sempurna dan senantiasa terjaga.

Jelas, boikot suatu produk hanyalah solusi parsial yang tidak efektif untuk menyelesaikan masalah Palestina. Pembebasan Palestina hanya bisa diwujudkan dengan jihad dan penerapan Khilafah. Inilah satu-satunya solusi paripurna, ridak ada yang lain. 
Wallahu a'lam bisshawwab.

Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor

Boikot Bukan Solusi Hakiki Masalah Palestina




Tinta Media - Persoalan boikot sebenarnya sudah sering terjadi. Hal itu dilakukan untuk merespon aksi pelecehan atau islamofobia di berbagai negara ataupun dalam negeri. Di satu sisi, ini menjadi bukti bahwa umat Islam mempunyai keterikatan dengan aturan agamanya. Ditambah dengan fatwa MUI yang serasa angin segar yang mendukung aksi ini. 

Sebagaimana pernyataan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Miftahul Huda bahwa suatu produk itu tetap halal selama masih memenuhi kriteria kehalalan. Akan tetapi. yang diharamkan itu aktivitasnya, perbuatannya. (Detik News, 11/11/23)

Terkait dengan boikot, terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Hal ini wajar karena produk-produk yang dominan digunakan di negeri ini adalah buatan negeri seberang, meski tak diakui legalitasnya. Akhirnya jadi serba salah, mau memboikot, tetapi kita tetap butuh produknya, meski sudah ada klarifikasi terkait fatwa MUI mengenai haram beli produk Yahudi.

Boikot Apakah Solusi?

Ibarat semut yang membawa setetes air untuk memadamkan kobaran api yang membakar diri nabi Ibrahim a.s, seperti itulah yang dilakukan kaum muslimin dari boikot terhadap produk-produk Yahudi. Namun sepanjang perjalanan boikot, yang terlihat hanya euforianya di awal-awal saja. Setelah itu, seakan ditelan bumi, hilang dengan sendirinya. 

Sesungguhnya, yang membatasi kita dengan Palestina adalah sekat nasionalisme. Karena nasionalisme inilah kita tak bisa berkontribusi besar menolong saudara kita yang sudah terjajah selama 75 tahun lamanya. Tak terhitung, berapa banyak nyawa yang menjadi korban kebiadaban zionis. 

Lihatlah penguasa negeri-negeri muslim, mereka hanya bisa mengutuk. Padahal dari sisi militer, Zionis bisa saja dikalahkan. Mereka mau menolong, tetapi terikat perjanjian global dengan PBB. Hilanglah sudah kedaulatan negeri mereka. Jelas saja, hal ini karena AS selalu ikut campur dengan urusan kaum muslimin. 

Utang luar negeri juga tak kalah mencengangkan. Akibatnya, penguasa muslim enggan, bahkan takut mengirimkan pasukan menolong saudara muslim di negeri mana pun. 

Harusnya, yang melakukan boikot  terhadap produk-produk Yahudi dan negara pendukungnya bukan hanya tataran individu atau masyarakat saja. Boikot akan lebih efektif jika dilakukan oleh negara dengan menghentikan impor produk yang masuk ke negeri-negeri kaum muslimin. Itu pun masih belum cukup, karena sekadar boikot tidak akan mampu mengusir para Zionis dari tanah Palestina. Harusnya, senjata dilawan dengan senjata

Ini semua karena denganekat nasionalisme sudah mengakar di benak kaum muslimin sejak masa penjajahan dan hilangnya perisai umat Islam. 

Belum lagi penguasa-penguasa boneka yang haus kekuasaan semakin menambah derita umat. 

Solusi Hakiki islam 

Palestina adalah tanah kharijiyah sejak masa Umar bin Khattab, dan status tanah kharijiyah tak akan pernah berubah hingga hari kiamat. 

Maka, Palestina tidaklah mungkin bisa dibebaskan, kecuali dengan jihad. Kita melihat kebiadaban Zionis yang tak memandang bulu dan melihat Palestina layaknya binatang. Sungguh, orang-orang ini tak bisa lagi menggunakan bahasa kemanusiaan. Karena itu, solusi dua negara yang diopinikan hanya bersifat pragmatis karena membiarkan Palestina tetap terjajah dalam sistem kapitalisme. 

Saat ini, kaum muslimin belum bersatu. Sekat-sekat nasionalisme dan pemikiran kapitalisme masih bercokol. Karena itu, harus segera dicabut hingga ke akar-akarnya kemudian diganti dengan sistem Islam. Mengapa? Agar kaum muslimin bisa bersatu dalam satu komando, satu bendera, satu negara, yaitu khilafah 'ala minhaj nubuwwah. Inilah satu-satunya solusi terhadap seluruh persoalan umat manusia secara global.

Sepanjang sejarah perjalanan sistem kapitalisme, tak ada celah perubahan hakiki, justru moral manusia semakin rusak. Islam pun membuktikan, selama khilafah memimpin peradaban, kedamaian danpersatuan bisa terjadi. Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Sedangkan hari ini, hilangnya nyawa layaknya membunuh nyamuk. 

Maka, umat Islam wajib bersatu dalam naungan khilafah islamiyah yang akan menjaga dari penjajahan orang kafir dan menghilangkan segala kemaksiatan. Wallahu 'alam bissawab.

Oleh: Nurjannah
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 25 November 2023

Boikot Pemikiran Nasionalisme, Bukan Hanya Boikot Produk




Tinta Media - Genosida, itulah yang terjadi kini di negeri yang diberkahi yaitu Palestina. Penjajahan Palestina berlarut-larut, karena tak ada kekuatan besar Umat Islam yang mampu mengusir penjajah dan salah satu upaya yang dilakukan oleh kita yang berada di wilayah negeri mayoritas muslim hanya bisa berdo'a dan menyampaikan kepada penguasa untuk membantu mereka saudara kita di Palestina, dalam hal ini MUI atau Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa baru terkait membeli produk dari produsen yang mendukung agresi Israel ke Palestina.

Fatwa Nomor 83 Tahun 2023, berisi tentang hukum dukungan terhadap Palestina. Dalam fatwa ini tertuang bahwa mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib. Sebaliknya, mendukung Zionis Yahudi dan mendukung produk yang mendukung Zionis Yahudi hukumnya haram. 

Ketua MUI bidang Fatwa Asrorun Niam sholeh menegaskan,mendukung pihak yang di ketahui mendukung agresi Zionis Yahudi baik langsung maupun tidak langsung, seperti dengan membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung Israel hukumnya haram kata Niam dalam keterangan tertulisnya (Sabtu, 11/11/2023, news.detik.com)

Selain itu Umat Islam dihimbau untuk mendukung perjuangan Palestina, seperti menggalang dana kemanusiaan dan mendoakan perjuangan untuk kemenangan, serta melakukan sholat ghoib. 
Adapun rekomendasi agar pemerintah mengambil langkah-langkah tegas membantu perjuangan Palestina, bisa melalui jalur diplomasi PBB untuk menghentikan perang dan sanksi pada ZionisYahudi, pengiriman bantuan kemanusiaan dan konsolidasi negara-negara OKI untuk menekan Zionis Yahudi menghentikan agresi.

Sedangkan untuk produk- produk makanannya sendiri secara zat nya halal di konsumsi dan sudah bersertifikat halal, hal itu di sampaikan oleh direktur eksekutif lembaga pengkajian pangan, obat obatan, dan kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)

Fatwa MUI tidak mengharamkan produknya tapi mengharamkan perbuatan yang mendukung Israel 
Sabtu 11/11/2023 (detik.news.com)

Rasa persaudaraan Umat muslim di Indonesia memang tidak diragukan, namun kebanyakan hanya rasa kemanusiaan, bukan karena akidah yang di emban, dan itu hanya bersifat sementara karena yang mengikatnya hanya nilai insaniyah (kemanusiaan).

Nasionalisme 

Ide nasionalisme sudah mengakar di negeri muslim. Perasaan Umat muslim di belahan dunia mana pun akan terenyuh bahkan sakit hati melihat dan mendengar saudara seakidah, saudara seiman disakiti, dibombardir, dan di genosida oleh penjajah zionis yahudi laknatullah alaih. 

Namun seperti ada sekat yang menjulang tinggi, yang tak bisa ditembus, dan bahkan umatnya sendiri tidak sedikit yang memilih untuk diam bahkan pura-pura tidak tahu, karena mereka beranggapan jauh dari negerinya, inilah sikap nasionalisme yang mengkungkung dan sudah mengakar di negeri-negeri muslim. Selain itu, cinta kekuasaan menghalangi penguasa negeri muslim untuk melawan ketidakadilan dunia. 

Tersandera Utang  

Di antara penyebab diamnya negeri-negeri muslim khususnya negara yang mengekor pada negara adidaya karena jebakan utang barat. Saat ini utang negeri ini sendiri sudah cukup mengkhawatirkan menembus angka fantastis walaupun menurut Menkeu Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2023 turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Posisi ULN Indonesia pada akhir Agustus 2023 tercatat sebesar 395,1 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN akhir Juli 2023 yang mencapai 397,1 miliar dolar AS.16 Okt 2023 www.BI.go.id.

Dalam hal ini, negeri kaum muslimin seperti tak punya kekuatan apapun karena sudah tergadai oleh utang,mereka tak bisa berbuat apa-apa Karena mereka hidup di ketiak negara ambisius yang ingin melanggengkan kekuasaannya,mereka sudah mati rasa melihat saudara kita di Palestina di bantai, dijajah dan genosida,setidaknya mereka harus punya hati nurani melihat saudara muslim kita di sana di perlakukan demikian. Bukan malah mengadakan festival yang mengiris luka batin saudara kita yang sedang berjuang mempertahankan tanah yang diberkahi. 

Seharusnya Umat Faham 

Sudah seharusnya umat memahami penyebab mendasar diamnya penguasa muslim dan berani menyerukan untuk memboikot ide-ide yang membelenggu dalam mewujudkan kemerdekaan Palestina, dan mewujudkan persatuan Ummat,Apalagi setelah nampak pengaruh boikot produk,yang di kabarkan mereka kehilangan omzet fantastik. Merdeka sebenarnya bukan solusi, justru itu hanya akan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri muslim lainnya.

Bukan hanya memboikot produk pendukung Israel,namun ada yang jauh Lebih dahsyat yang harus di boikot adalah ide Nasionalisme, yang membuat tembok pembatas yang sangat sulit untuk di tembus, apalagi sistem saat ini adalah turunan dari sistem sekularisme dan kapitalisme, yang menjadi asas adalah manfaat.lengkaplah sudah di balik diam nya para penguasa muslim dunia saat ini.

Ideologi Islam 

Umat Islam wajib menjadikan islam sebagai ideologi, yang memimpin cara berfikir mereka,dalam menentukan segala sesuatu dan mengatur kehidupan. Dan membuang semua pemikiran asing yang  sudah mengakar kedalam benak kaum muslim saat ini,karena watak dari nasionalis adalah mereka berkumpul saat ada kepentingan dan bermusuhan saat kepentingan itu hilang. 

Umat wajib bersatu dalam naungan khilafah islamiyah, yang menjadi penjaga dan pelindung Ummat dari serangan dan penjajahan orang kafir. Karena hanya dengan khilafah Ummat islam mempunyai kekuatan untuk melawan penjajah zionis laknatullah alaih. Wallahu'alalam bishowab.

Oleh: Ummu Ghifa
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 28 Oktober 2023

Seruan Boikot Produk Penjajah Yahudi, Pengamat: Tidak Signifikan!

Tinta Media - Pengamat politik dari Geopolitical Institute Adi Victoria menilai, boikot terhadap produk Penjajah Yahudi tidak akan berdampak signifikan terhadap perekonomiannya.
 
“Boikot terhadap produk Israel tidak akan berdampak secara signifikan terhadap perekonomiannya karena perekonomian Yahudi didukung oleh negara-negara barat, oleh Amerika, oleh dunia, oleh Eropa,” tuturnya di Kabar petang: Boikot Produk Israel Bikin Jerusalem Bangkrut? Melalui kanal Khilafah News, Senin (23/10/2023).
 
Ia beralasan, dari sisi perdagangan, ekonomi zionis Yahudi lebih banyak bergantung kepada negara-negara nonmuslim.
 
“Tahun 2020 misalnya dari total ekspor bangsa Yahudi senilai 50 miliar US$ hanya 4% saja yang di ekspor ke negeri-negeri muslim yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam). Sementara yang terbesar yaitu 55 % di ekspor ke Uni Eropa dan Amerika Serikat,” bebernya.
 
Ia lalu menyimpulkan, kalau pun seluruh negeri muslim memboikot produk Yahudi tidak akan signifikan untuk bisa menghentikan penjajahan Yahudi.
 
Haram
 
Dalam pandangan Adi, Yahudi adalah entitas kafir yang tengah memerangi dan membunuhi kaum muslimin di Palestina sehingga haram hukumnya membuka kerjasama perdagangan dengan entitas tersebut.
 
“Jika negeri-negeri  Muslim membuka hubungan perdagangan dengan Yahudi, itu merupakan bentuk pengkhianatan terhadap umat Islam,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 

Jumat, 20 Oktober 2023

Ini Penyebab Seruan Boikot Produk Zionis Tak Akan Efektif

Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnu Wardana mengungkapkan, seruan boikot terhadap produk zionis tidak akan efektif.
 
"Seruan boikot itu tidak akan efektif, sebab beberapa negara anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) malah justru melakukan hubungan dagang dengan zionis penjajah Yahudi," ungkapnya dalam program Aspirasi: Boikot McDonals Langkah Konkrit? Rabu (18/10/2023) di kanal YouTube Justice Monitor.


Ia mengatakan, bahwa beberapa negara anggota OKI meraup keuntungan dari hubungan dagang (impor/ekspor) dengan Israel meski dilakukan secara sembunyi melalui negara ketiga. "Misalnya melalui Mesir, Yordania, Arab Saudi Irak dan Iran," ucapnya.

Termasuk Turki, Agung juga mengemukakan telah menjadi salah satu dari negara yang memiliki hubungan dagang itu.

"Namun sejak tragedi kapal Mavi Marmara berapa waktu yang lalu, hubungan Israel dengan Turki dalam proses pemulihan," imbuhnya.

Jihad

Agung kemudian menyatakan, bahwa jihad adalah solusi bagi agresi zionis atas tanah Palestina.

Menurutnya, hal itu sesungguhnya sangat mudah. "Pasalnya, kekuatan militer negeri-negeri Muslim seperti Mesir, Suriah dan Yordania secara perhitungan jauh di atas kekuatan militer kaum zionis Yahudi," ucapnya.

Apalagi, sambungnya, jika negeri-negeri Muslim lainnya bersatu, maka dengan izin Allah kekuatan entitas penjajah Yahudi ini akan hancur lebur.

"Sebenarnya tinggal kemauan dan keberanian untuk benar-benar bersatu, dan mengirimkan pasukan perang menuju ke tanah Palestina dan mengusir entitas penjajah Yahudi ini," tandasnya.

Agung pun menyeru kepada tentara-tentara kaum Muslim yang ada di sekitar wilayah Palestina, yaitu Mesir, Yordania, termasuk juga Suriah dan Libanon untuk mengirimkan pasukan tentara-tentara gagahnya untuk mengusir entitas penjajah Yahudi ini.

"Ini cara yang paling mudah untuk benar-benar menghentikan serangan dari entitas penjajah Yahudi. Bahkan, bisa mengusir mereka hengkang dari tanah Palestina," pungkasnya. [] Muhar

Minggu, 19 Juni 2022

Perdana Menteri India Hina Rasulullah, MMC: Netizen Ramai-ramai Ancam Boikot Produk India


Tinta Media - Akibat pernyataan Perdana Menteri India yang menghina Rasulullah SAW, Narator MMC mengungkapkan netizen mengacam
akan memboikot produk India.

"Krisis diplomatik tampaknya telah terjadi. Pengguna Twitter pun beramai-ramai mengancam akan memboikot produk India. Tagar #SolidarityForIndiaMuslim #ShameOnYouIndia #BoycottIndia menjadi perbincangan di Twitter," tuturnya dalam Serba-serbi MMC: Perdana Menteri India Menghina Rasul, #ShameonYouIndia Viral di Medsos, di kanal YouTube Muslimah Media Center, Ahad (12/6/2022).

Narator melanjutkan, India mengatakan pemerintahnya memiliki penghormatan tertinggi untuk semua agama. Seorang juru bicara partai Bharatya Janata Parti (BJP) pimpinan perdana menteri Narendra Modi dan kepala tim medianya di Delhi secara terpisah membuat pernyataan kontroversial tentang Nabi Muhammad Saw. "Mereka mengolok-olok Nabi Muhammad yang menikahi Aisyah dan menghina Al-Qur'an dengan menyebutkan tentang bumi yang datar," ungkapnya.

Lebih lanjut, kata narator, negara-negara mayoritas muslim secara serentak mengecam komentar mereka. "Bahkan Kuwait yang selama ini sebagai negara importir India mengeluarkan produk-produk asal India dari rak supermarket mereka. India pun mendapat kecaman dari Sekretariat Jenderal Organisasi kerjasama Islam (OKI), dengan menyebut India telah membuat komentar jahat. OKI juga mengangkat isu-isu lain seperti pembongkaran properti India dan meningkatnya kekerasan yang mereka alami", ungkapnya.

Narator mengatakan, meskipun partai BJP menangguhkan keanggotaan Nupur Sharma dan Naveen Kumar Jindal sebagai anggota partai, bahkan BJP mengeluarkan pernyataan komentar, keduanya tidak mewakili pandangan partai secara keseluruhan, namun, Agung Nurwijoyo, Pakar Kajian wilayah Asia Selatan dari Universitas Indonesia menilai pernyataan kontroversial tersebut telah menunjukkan bagaimana Islamofobia atau fanatisme menjadi bumerang bagi negara itu dalam konteks kerjasama global. "Saran saya, agar Indonesia memainkan peran kepemimpinan untuk membantu mengatasi masalah Islamofobia di India," ujarnya.

Kaum muslimin di seluruh dunia, lanjut narator, sebenarnya telah mendengar dan menyaksikan isu Islamofobia di India yang begitu kental. Ajaran Islam, simbol-simbol Islam, Nabi Muhammad, Al-Qur'an maupun Allah, berulang kali dihina. Tak hanya itu, kaum muslim dibantai dan dijadikan objek kejahatan yang paling keji. Namun sungguh merupakan sebuah paradoks. Sekalipun Islam berulang kali dinista dan dihina oleh pemerintah India, namun tetap saja ada penguasa negeri muslim mengklaim, membangun jembatan diplomatik dengan Kaum Hindu. Jika terjadi kasus Islamofobia atau pembantaian kaum muslim kembali, mereka hanya berhenti pada kecaman ataupun pemboikotan produk India. Tidak ada tentara kaum muslimin yang mereka kerahkan untuk melindungi kaum muslim beserta ajaran Islam. Mereka berlindung dibawah "menjaga kedamaian, harus toleransi, tidak boleh terprovokasi, menjaga hubungan diplomatik, dan sejenisnya".

"Inilah potret kehidupan kaum muslimin di bawah sistem kapitalisme. Kapitalisme menjadikan penguasa Islam tidak mengambil Islam secara kaffah. Kekuasaan mereka dibatasi garis batas nation state buatan kapitalisme yang sebenarnya imajiner," jelas Narator.

Narator pun menilai, Penguasa muslim kapitalistik ini mengetahui dengan baik bahwa ajaran Islam dan kaum muslimin dihinakan. Namun urusan diplomatik jauh lebih menguntungkan dibanding membela dan melindungi Islam. Oleh karena itu kaum muslimin tidak boleh diam. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu melakukan amar ma'ruf nahi Munkar dalam kondisi apapun, termasuk melawan berbagai bentuk kedzaliman yang diarahkan kepada Islam, ajaran dan umatnya.

Hal tersebut ditegaskan dalam salah satu ayat Al-Qur'an yaitu dalam surat al-Imron ayat 104 :

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Artinya : "Dan hendaklah ada di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung".

"Kaum muslimin seharusnya juga tidak hanya sekedar memberi kecaman dan pemboikotan saja. Lebih dari itu mereka harus mengkaji Islam secara kaffah. Umat Islam harus menyadari bahwa Islam tidak hanya mengatur aspek ritual dan spiritual semata. Islam juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia seperti sistem pemerintahan, uqubat (sanksi hukum), interaksi laki-laki dan perempuan, pendidikan, kesehatan dan aspek lainnya," bebernya.

Narator pun menegaskan, maka perbuatan Islamofobia, penghinaan pada Islam, penganiayaan pada kaum muslimin, sesungguhnya Islam memiliki sanksi yang tegas kepada para pelaku, baik mereka itu individu, komunitas maupun negara. Namun sanksi tersebut hanya bisa dilaksanakan ketika Islam diambil sebagai sebuah sistem kehidupan oleh negara. Negara inilah yang disebut dengan khilafah.

"Salah satu contohnya adalah tindakan tegas Sultan Abdul Hamid II, pemimpin khilafah Turki Utsmani yang memberi ultimatum kepada pemerintah Perancis agar menghentikan teater drama komedi yang melecehkan kehidupan Nabi Muhammad Saw. Serta Merta pemerintah Perancis mengakhiri drama tersebut, bahkan mereka juga mengasingkan banyak aktor drama tersebut ke Inggris, untuk menenangkan hati Sultan," jelasnya.

"Oleh karenanya, perjuangan kaum muslimin tidak hanya sekedar gerakan kecaman ataupun pemboikotan. Melainkan juga mendakwahkan Islam kaffah untuk mewujudkan perisai hakiki umat Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah," pungkasnya.[] Willy Waliah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab