Tinta Media: Berita
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 November 2024

AEPI: Subsidi BBM dan LPG 3 kg Jadi Bancakan

Tinta Media – Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng menilai, kuota BBM dan LPG subsidi menjadi bancakan sehingga kuota selalu jebol.

“UU APBN mengamanatkan agar subsidi BBM dan LPG 3 kg disalurkan tepat sasaran. Ini maksudnya agar APBN tidak sekarat, agar tidak ada permainan kuota BBM dan LPG subsidi, agar tidak terjadi kasus BBM ilegal di masyarakat. Namun yang terjadi sebaliknya, kuota BBM dan LPG subsidi malah menjadi bancakan, sehingga kuota selalu jebol,” tuturnya kepada Tinta Media, Ahad (17/11/2024).

Ia melanjutkan, meski pemerintah sudah menjerit- jerit meminta BBM subsidi dan LPG subsidi 3 kg dikendalikan, dibatasi konsumsinya, disalurkan kepada yang berhak saja, namun pihak yang ditugasi seperti tidak mendengar. 

Ia menduga, sulitnya membatasi BBM subsidi ini karena keuntungan yang menggiurkan. “Pendapatan dan keuntungan para pebisnis yang ikut dalam membisniskan BBM dan LPG subsidi sangat menggiurkan dan melimpah ruah,” tukasnya.

Di sisi lain, ia heran, penjualan BBM nonsubsidi yang ditarget agar bisa menyelamatkan APBN justru semakin turun. 

“Jangan-jangan BBM subsidi dan LPG subsidi malah diperdagangkan sebagai BBM dan LPG nonsubsidi, akibat sistemnya bocor, jebol, baik sengaja maupun tidak sengaja. Semua ini harus direview oleh pihak independen demi penyelamatan APBN dari rongrongan semacam ini,” duganya. 

Dengan kondisi semacam itu, Salamuddin memastikan, adanya kegagalan dalam berbagai sisi, mulai dari kegagalan agenda transisi energi karena yang dijual ini BBM kotor atau bahan bakar kotor, juga kegagalan dalam pengendalian subsidi sebagai agenda utama dalam penyelamatan APBN. 

“Ini dapat disebut sebagai kegagalan sistemis semua aspek dalam diskursus swasembada energi," pungkasnya.[] Muhammad Nur

Ahmad Sastra: Mengusir Penjajah Yahudi adalah dengan Perang

Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menegaskan bahwa mengusir entitas penjajah Yahudi dari Palestina adalah dengan perang.

"Logika paling sederhana untuk penjajah adalah diusir dari bumi Palestina. Mengusir penjajah adalah dengan perang, jihad fi sabilillah," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (13/11/2024).

Menurutnya, tidak ada solusi yang lebih baik dan lebih tepat, selain jihad fi sabilillah. "Jihad harus dimulai dari persatuan umat Islam dan negeri-negeri muslim seluruh dunia," ujarnya.

Ahmad menilai, sikap yang benar didasarkan dari pemahaman dan persepsi yang benar atas fakta. Karena itu sikap umat Islam atas konflik Palestina bisa salah jika persepsinya salah.

"Persepsi yang benar atas konflik Palestina Israel adalah bahwa bumi Palestina adalah milik kaum Muslimin, bukan milik entitas Yahudi. Di sanalah Masjidil Aqsa, Masjid Mulia Kiblat pertama umat Islam berada," ujarnya.

Karena itu, lanjutnya, usaha paling penting bagi umat Islam di seluruh dunia adalah membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Sebab Islam adalah agama anti penjajahan. "Islam adalah agama yang membebaskan manusia dari keterjajahan dalam berbagai bentuknya," terangnya.

Ia memaparkan bahwa persoalan pokok Palestina itu adalah adanya penjajah Israel yang merampas tanah kaum muslimin dan melakukan pendudukan dan penjajahan. Jadi perjuangan ini harus fokus pada bagaimana agar Israel terusir dan lenyap dari Palestina.

"Perjuangan untuk membuat mundur Israel dari tanah Palestina, tidak mungkin bisa diraih dengan perdamaian, diplomasi atau perjuangan orang per orang," paparnya.

Bukan Perdamaian

Ia menilai bahwa perdamaian bukan merupakan opsi solusi atas krisis Palestina Israel, sebab perdamaian mensyaratkan dua hal pengakuan eksistensi negara penjajah Israel dan yang kedua Israel dan Palestina akan menjadi dua negara yang berdampingan. Jalan satu-satunya adalah jihad fi Sabilillah mengusir zionis dari bumi Palestina, sebagai dahulu para pahlawan mengusir penjajah Belanda dan Portugis dari bumi Indonesia.

Ia menyatakan bahwa menghadapi imperialisme negara tidaklah bisa dilakukan oleh orang per orang, namun idealnya harus dihadapi lagi oleh sebuah institusi negara. Untuk itu adalah keharusan negeri-negeri muslim segera bertobat kepada Allah, lantas bangkit dan bersatu padu melawan segala bentuk penjajahan.

"Jika dahulu khilafah Islam mampu melindungi Palestina, karena semua negeri muslim bersatu padu, tidak tercerai berai. Maka kekuatan yang seimbang itu tidak ada yang lain kecuali Daulah Khilafah Islam. Negara global yang menyatukan kaum muslim. Daulah Khilafah ini nanti akan menyerukan jihad fi sabilillah kepada kaum muslim seluruh dunia untuk membebaskan Palestina. Perlu kita catat, Palestina saat dibebaskan oleh Sholahuddin al Ayyubi pada saat kaum muslim memiliki daulah khilafah Islam," terangnya.

Ia menyeru agar umat Islam yang berjumlah 2 milyar untuk segera bersatu dalam naungan daulah khilafah sebagaimana telah ada dalam sejarah.

"Bergerak mengerahkan tentara dan mujahid untuk berjihad fi sabilillah, atas izin Allah, maka Palestina akan merdeka dan terbebas selamanya. Insyaallah," tandasnya.[] Ajira

Kamis, 21 November 2024

Gaza Masih Membara, UIY: Di Mana Umat Islam?

Tinta Media – Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mempertanyakan keberadaan umat Islam atas kondisi Gaza yang masih membara.

“Di mana umat Islam? Satu tahun berlalu sudah, Gaza membara, berlumuran darah, porak-poranda. Lebih dari 42.000 saudara kita syahid di sana, pria, wanita, dan anak-anak. Dunia menyaksikan, kita semua menyaksikan tragedi yang menyayat hati itu,” ujarnya pada akun Tiktok @Ust Ismail Yusanto, Ahad (17/11/2024).

Ia mempertanyakan, di mana umat Islam yang berjumlah hampir dua miliar, 57 negara, dengan sumber daya alam yang melimpah, dengan sumber daya manusia dan militer?

“Sebagian dari mereka bungkam terdiam. Sebagian dari mereka tersandera oleh kepentingan politik dan ekonomi. Sebagian lagi merasa takut dengan apa yang dirasa lebih besar dari mereka,” kesalnya.

Menurutnya, tragedi Gaza adalah tanggung jawab bersama.

“Kita harus mengerahkan seluruh kemampuan. Di antara yang utama adalah berjuang untuk tegaknya kembali Khilafah yang akan menyatukan umat Islam, dan menghimpun seluruh kekuatan umat yang ini hari berjumlah hampir dua miliar,” jelasnya.

UIY mengingatkan, agar kaum Muslimin tidak berdiam diri karena setiap detik berlalu satu nyawa mungkin melayang di Gaza.

“Kita tidak boleh terus menutup mata. Kita tidak boleh terus mencari alasan untuk ketidakberdayaan ini dengan alasan kesibukan diri dan sebagainya. Kita harus bergerak, karena itu semua adalah tanggung jawab kita,” tegasnya.

Menurut UIY, sekaranglah saatnya menunjukkan kepada dunia bahwa umat Islam masih ada.[] Langgeng Hidayat

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab